Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR SOSIOLOGI HUKUM

“ PERBEDAAN SOSIOLOGI HUKUM DAN


SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE”

DISUSUN OLEH:

NAMA : ANNISA NURFADILAH

NIM : B111 14 369

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016

KATA PENGANTAR

1
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pengantar Sosiologi Hukum
yang berjudul “Perbedaan antara Sosiologi Hukum dan Sociological Jurisprudence” dengan
baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca


terhadap pengertian sosiologi hukum, pengertian mazhab Sociological Jurisprudence, dan
apa saja perbedaan antara sosiologi hukum dan Sociological Jurisprudence.Pemahaman
tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis
kesimpulan dalam makalah ini dan sebagai tugas pengganti MID Pengantar Sosiologi
Hukum.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Pengantar
Sosiologi Hukum Ibu Prof. Dr. A. Suryaman M. Pide, S.H., M.H. yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan masukan
sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini.

Makassar, 11 April 2016

Penulis

2
BAB 1

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat hukum sebagai bagian dari disiplin hukum,telah memiliki


tradisi yang lama dan telah di kembangkan oleh ahli-ahli pemikir yang
tersohor.filsafat hukum tersebut terutama berusaha menghayati arti dan
hakikat hukum, telah banyak mengahasilkan pemikiran-pemikiran yang
berguna. Akan tetapi tidak dapat disangkal, bahwa hasil-hasil dari
pemikir tadi tidak semuanya dapat dijadikan pegangan. Hal ini disebabkan
karena timbulnya usaha-usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti, apakah hukum itu, apakah keadilan, apakah hukum ya ng tidak
baik dapat dinamakan hukum.

Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan tentang arti


hukum seringkali dikemukakan bagaimana hukum itu seharusnya. Bagi
mereka yang menelaah masyarakat secara empiris, hal itu sangat sulit
untuk diterima karena fakta harus dipisahkan degan keadaan yang
seharusnya terjadi. Namun demikian hal ini bukan berarti hasil-hasil
pemikiran tersebut sama sekali tidak berpengaruh terhadap
perkembangan sosiologi hukum. Sosilogi hukum pada hakikatnya lahir
dari hasil-hasil pemikiran para ahli pemikir, baik di bidang filsafat
(hukum), ilmu sosiologi.

  Sosiologi hukum membahas pengaruh timbal balik antara perubahan hukum dan
masyarakat.Perubahan hukum dapat mempengaruhi masyarakat dapat menyebabkan
terjadinya perubahan hukum.Alam pikiran manusia dalam dunia sosial ditentukan oleh
prinsip hubungan timbal balik dalam memberi dan menerima, sehingga tampak jelas bahwa
manusia menciptakan dunia sosial pada hakekatnya justru akan memperbudak mereka sendiri
dan manusia memelihara kapasitas untuk mengubah dunia sosial yang membelenggu mereka
sendiri.
                   Pada hakikatnya, hal ini merupakan objek yang menyentuh dari aspek sosiologi
hukum, atau aspek sosial masyarakat oleh karena tak ada keragu-raguan lagi bahwa suatu

4
sistem hukum merupakan pencerminan dari sistem sosial dimana sistem hukum tadi
merupakan bagiannya.

Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat hukum
menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran ini :

“ Hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup  di
antara masyarakat”.

  Menurut Lilirasjidi, Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum


kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke
hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam msyarakat.Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul
sebagai akibat dari proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab
sejarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum (Sociology of Law)?
2. Apakah yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence?
3. Bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum (Sosicology of Law).
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological
Jurisprudence.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
dengan gejala-gejala social lainnya secara empiris analitis.

ada lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu filsafat hukum,
ilmu hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.

1. Filsafat hukum

Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu “stufenbau des
recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu :

–          Grundnorm (dasar social daripada hukum)

–          Konstitusi

–          Undang-undang dan kebiasaan

–          Putusan badan pengadilan

Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan berkembangnya
sosilogi hukum, diantaranya yaitu

1) Mazhab sejarah, tokohnya Carl Von Savigny (hukum itu tidak dibuat, akan tetapi
tumbuh da berkembang bersama-sama masyarakat). Hal tersebut merupakan
perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan hukum dari statu ke
control sejalan dengan perkembangan masyarakat sederhana ke masyarakat modern.

6
2) Mazhab utility, tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat bagi
masyarakat guna mencapai hidup bahagia). Dimana manusia bertindak untuk
memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan dan pembentuk hukum
harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga-warga masyarakat secara
individual). Rudolph von Ihering (social utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu
alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuan)
3) Aliran sociological jurisprudence, tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang dibuat harus
sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat atau living law)
4) Aliran pragmatical legal realism, tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of social
engineering), Karl Llewellyn, Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-hakim tidak hanya
menemukan huhum akan tetapi bahkan membentuk hukum).

2. Ilmu hukum

Yang mendukung ilmu soiologi hukum adalah ilmu hukum yang menganggap bahwa
hukum itu adalah gejala sosial.

3. Sosiologi yang berorientasi dibidang hukum


Menurut Emile Durkhain mengungkapkan bahwa dalam masyarakat selalu ada
solideritas social yang meliputi :
 Solideritas social mekanis yaitu terdapat dalam masyarakat sederhana dimana
kaidah hukumnya bersifat represif (yang diasosiasikan dalam hukum pidana)
 Solideritas social organis yaitu terdapat dalam masyarakat modern dimana kaidah
hukumnya bersifat restitutif (yang diasosiasikan dalam hukum perdata).
 Max Weber dengan teori ideal type, mengungkapkan bahwa hukum meliputi :
 Irasionil materil (pembentuk undang-undang mendasarkan keputusan-
keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu
kaidahpun)
 Irasionil formal (pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-
kaidah diluar akan, oleh karena didasarkan pada wahyu atau ramalan)
 Rasional materil (keputusan-keputusan para pembentuk undang-undnag dan
hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa
atau ideologi)
 Rasional formal (hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak
dari ilmu hukum)
7
Konsep-Konsep Sosiologi Hukum

1. Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Control (Pengendalian Sosial)

Hukum sebagai sosiol control : kepastian hukum, dalam artian UU yang dilakukan
benar-benar terlaksana oleh penguasa, penegak hukum. Fungsinya masalah penginterasian
tampak menonjol, dengan terjadinya perubahan perubahan pada faktor tersebut diatas, hukum
harus menjalankan usahanya sedemikian rupa sehingga konflik konflik serta kepincangan
kepincangan yang mungkin timbul tidak mengganggu ketertiban serta produktivitas
masyarakat

Pengendalian sosial adalah upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di dalam


masyarakat, yang bertujuan terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan
perubahan di dalam masyarakat.Maksudnya adalah hukum sebagai alat memelihara
ketertiban dan pencapaian keadilan.Pengendalian sosial mencakup semua kekuatan-kekuatan
yang menciptakan serta memelihara ikatan sosial.Hukum merupakan sarana pemaksa yang
melindungi warga masyarakat dari perbuatan dan ancaman yang membahayakan dirinya dan
harta bendanya.

2. Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Engineering

Hukum dapat bersifat sosial engineering : merupakan fungsi hukum dalam pengertian
konservatif, fungsi tersebut diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk dalam masyarakat
yang sedang mengalami pergolakan dan pembangunan. Mencakup semua kekuatan yang
menciptakan serta memelihara ikatan sosial yang menganut teori imperative tentang fungsi
hukum.

Hal ini dimaksudkan dalam rangka memperkenalkan lembaga-lembaga hukum


modern untuk mengubah alam pikiran masyarakat yang selama ini tidak mengenalnya,
sebagai konsekuensi Negara sedang membangun, yang kaitannya menuju modernisasi dalam
meningkatkan taraf hidup masyarakat.Maksudnya adalah hukum sebagai sarana pembaharuan

8
dalam masyarakat.Hukum dapat berperan dalam mengubah pola pemikiran masyarakat dari
pola pemikiran yang tradisional ke dalam pola pemikiran yang rasional/modern.

3. Wibawa Hukum

Melemahnya wibawa hukum menurut O. Notohamidjoyo, diantaranya karena hukum


tidak memperoleh dukungan yang semestinya dari norma-norma sosial bukan hukum, norma-
norma hukum belum sesuai dengan norma-norma sosial yang bukan hukum, tidak ada
kesadaran hukum dan kesadaran norma yang semestinya, pejabat-pejabat hukum yang tidak
sadar akan kewajibannya untuk memelihara hukum Negara, adanya kekuasaan dan
wewenang, ada paradigma hubungan timbal balik antara gejala sosial lainnya dengan hukum.

B. Pengertian Sociological Jurisprudence

Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich (1826-1922) di


anggap sebagi pelopor dari aliran sociological jurisprudence, berdasarkan
hasil karyanya yang berjudul fundamental principles of the sociologi of
law. Ajaran Ehrlich berpokok pada perbedaan antara hukum positif
dengan hukum yang hidup atau dengan kata lain suatau pembedaan
antara kaidah –kaidah hukum dengan kaidah-kaidah hukum sosial lainya.
Dia menyatakan bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat, atau dengan apa yang
disebut oleh para antropologi sebagai pola-pola kebudayaan (culture
patterns).
Ajaran –ajaran aliran sociological jurisprudence berkembang dan
menjadi populer di amerika serikat terutama atas jasa Roscoe Pound
(1870-1964). Kiranya sudah jelas betapa tekanan pada kenyataan hukum
merupakan suati objek yang sangat penting an padbagi para sosiolog
yang menaruh perhatian pada gejala –gejala hukum sebagi gejala sosial.
Dalam hal ini, baik sociological jurisprudence dan sosiologi hukum

9
mempunyai pokok perhatian yang sama. Pound mengakui bahwa hukum
hanyalah merupakan suatu alat pengadilan sosial, bahkan hukum selalu
menghadapi tantangan dan pertentangan kepentingan-kepentingan.
Pound juga menekankan betapa pentingnya penelitian dan perlunya
dipakai alat pembuktian-pembuktian yang berasal ilmu-ilmu sosial di
dalam proses pengadilan.
Pound juga menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in
action), yang dibedakan dengan hukum yang tertulis (law in the books).Pembedaan ini dapat
diterapkan pada seluruh bidang hukum, baik hukum substantif, maupun hukum ajektif.Ajaran
tersebut menonjolkan masalah apakah hukum yang ditetapkan sesuai dengan pola-pola
perikelakuan.Ajaran-ajaran tersebut dapat diperluas lagi sehingga juga mencakup masalah-
masalah keputusan-keputusan pengadilan serta pelaksanaannya, dan juga antara isi suatu
peraturan dengan efek-efeknya yang nyata.
Menurut Lilirasjidi, Sociological Jurisprudence menggunakan pendekatan hukum
kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke
hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam msyarakat.valiran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul
sebagai akibat dari proses dialektika anatara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab
sejarah.

Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sociology of Law.Berarti bahwa


hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat.Dijelaskan oleh Roscoe
Pound dalam kata pengantar pada buku Gurvitch yang berjudul Sosiologi hokum. Perbedaan
diantara keduanya Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran dalam
filsafat hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat,
sedangkanSosiologi Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum sebagai gejala
sosial.
Sosiologi hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh masyarakat
kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat dapat
mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu pengaruh
hukum terhadap masyarakat.

10
Dari dua hal tersebut (sociological jurisprudence dan sosiologi hukum) dapat
dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara pendekatannya bertolak dari
hukum kepada masyarakat, sedangkan sosiologi hukum cara pendekatannya bertolak dari
masyarakat kepada hukum.

C. Perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence


Sosiologi adalah pengetahuan atau cabang ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perkembangan masyarakat.Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang
mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.Sebagai cabang
ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte.
Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.Namun demikian, sejarah mecatat
bahwa Emile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan
Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara
kritis oleh orang lain atau umum.

Kajian sosiologi hukum merupakan suatu kajian yang objeknya fenomena hukum, tetapi
menggunakan optik ilmu sosial dan teori-teori sosiologis, sehingga sering disalah tafsirkan
bukan hanya oleh kalangan non hukum, tetapi juga kalangan hukum sendiri. Yang pasti
kajian yang digunakan dalam kajian sosiologi hukum berbeda dengan kajian yang digunakan
oleh Ilmu Hukum Pidana, Ilmu Hukum Perdata, Ilmu Hukum Acara dan seterusnya.
Sebagaimana diketahui, ada tiga jenis kajian yang dapat digunakan dalam
mempelajari Ilmu Hukum, yaitu:
1)   Kajian normatif
Yang memandang hukum hanya dalam wujudnya sebagai aturan dan norma;
2)   Kajian filosofis
Yang memandang hukum sebagai pemikiran;
3)   Kajian sosiologis
Yang memandang hukum sebagai perilaku.

11
Perkembangan kajian sosiologis di dalam kajian hukum itu, menimbulkan adanya dua
jenis kajian sosiologis:
1.      Yang menggunakan sociology of law;
2.      Yang menggunakan sociological jurisprudence.

Lebih jelasnya perbedaan antara sociology of law  dan sociological jurisprudence


(Curzon):
1.      Socilogical Jurispudence
Pound mengacu pada ini sebagai studi tentang karakteristik khas dari tatanan hukum, yaitu
aspek hukum yang tepat. Lloyd menulis itu sebagai cabang ilmu normatif, memiliki hukum
yang lebih efektif dalam tindakan dan berdasarkan nilai-nilai subjektif. Beberapa penulis lain
menggunakan istilah untuk merujuk pada sosiologi sekolah yurispudensi, yaitu orang ahli
hukum yang terlihat dalam sebuah studi masyarakat berarti dimana ilmu hukum mungkin
dibuat lebih tepat.
2.      Sociology of law
Pound mengacu studi ini sebagai sosiologi yang tepat, didasarkan pada konsep hukum
sebagai salah satu sarana kontrol sosial.Lloyd menulis itu sebagai dasarnya ilmu deskriptif
menggunakan teknik empiris. Hal ini berkaitan dengan pemeriksaan mengapa hukum
menetapkan tentang tugas-tuganya dalam cara Odes. Ini memandang hukum sebagai produk dari
sistem sosial dan sebagai sarana pengendalian dan mengubah sistem itu.
Meskipun diantara socilogy of law dan socilogical jurispudence ada perbedaan, tetapi
keduanya memiliki persamaan yang mendasar yaitu berkisar di dunia sein, di dalam realitas.
Keduanya berada di dunia is (realm of is) yang adalah refers to a complez of actual determinants
of actual human conduct. Jadi berbeda dengan pandangan kaum positivistis yang berada di dunia
sollen.
Dengan kata lain, kajian sosiologis terhadap hukum ini, berpandangan empiris. Mereka ingin
melakukan pemahaman secara sosiologis terhadap fenomena hukum. Jadi interpretative
understanding of social conduct yaitu suatu usaha untuk memahami objeknya dari segi tingkah
laku sosial. Fenomena hukum dari sudut pandangan aliran sosiologis ini adalah gejala-gejala
yang mengandung streotip baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Metode yang digunakan dalam kajian sosiologis itu adalah deskriptif dan mengkaji hukum
dengan menggunakan teknik-teknik survei lapangan, observasi lapangan, analisis statistik, dan
eksperimen.

12
Kajian sosiologis berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang memandang hukum
sebagai suatu yang otonom. Sebaliknya, kajian sosiologis memandang hukum bukan suatu yang
otonom, melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non hukum yang ada dalam
masyarakatnya, seperti faktor ekonomi, politik, budaya, dan sosial.
Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal dengan cita hukum
masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena mengutamakan bagaimana suatu hukum itu
menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.Tetapi, aliran ini
bukanlah tanpa kritik.
Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sociological jurispridence Pound,
lebih mengutamakan tujuan praktis dengan :
1.             Menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum, karena itu ,
lebih memandang kerjanya hukum dari pada isi abstraknya;
2.             Memajukan telaah sosiologis berkenaan dengan telaah hukum untuk mempersipakan
perundang-undangan, karena itu, menganggap hukum sebagai suatu lembaga sosial yang
dapat diperbaiki oleh usaha yang cerdik guna menemukan cara terbaik untuk melanjutkan
dan membimbing usaha usaha demikian itu;
3.             Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada tujuan
sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi;
4.             Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang ditimbulkan oleh
doktrin hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya;
5.             Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak supaya
ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat berubah;
6.             Meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha untuk mencapai
maksud serta tujuan hukum lebih efektif.

Program sociological jurispridence Pound kelihatan berpengaruh dalam


pandangannya yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering serta ajaran
sociological jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum yang baik itu adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.Aliran ini mengetengahkan
pentingnya hukum yang hidup dalam masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila
ada hubungan dengan peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara
sosilogis dan antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang
demikian.Tidak saja dimungkinkan oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib yang
ada dalam masyarakat sebagai suatu kelompok dengan kelompok masyarakat

13
lainnya.Terutama dalam masyarakat yang pruralistik. Tetapi sama sekali tidak berarti tidak
bisa diterapkan.
Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran
sociological jurisprudence.Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pruralistik
seperti masyarakat Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya masing-masing serta pola
perilaku yang spesifik pula adalah tidak mudah menerapkan ajaran sociological
jurisprudence.
Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri, dan fakta
bahwa hubungan antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut tipe masyarakat
yang serba meliputi, yang terhadapnya negara hanyalah merupakan suatu kelompok yang
khusus dan suatu tata tertib yang khusus pula.Dalam menerapkannya diperlukan berbagai
pendekatan untuk memahami dan menginventarisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat,
terutama dalam masyarakat majemuk yang memiliki tata tertib sendiri dan pruralitik.
Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan, secara teoritis karya
Ehrlich, menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap ajaran sociological
jurisprudence yang dikembangkan Ehrlich, yang semuanya disebabkan oleh keinginanannya
meremehkan fungsi negara dalam pembuatan undang-undang.
Kelemahan itu adalah :
1.      Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum dari norma
sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat dipertukarkan, sesuatu yang merupakan fakta
historis dan sosial, tidak mengurangi perlunya pengujian pernedaan yang jelas. Sesuai dengan
itu sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu dalam garis besar, sosilogi umum;
2.      Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat kebiasaan sebagai
satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti halnya dalam hukum internasional
pada zaman ketika adat istiadat dipandang baik sebagai sumber hukum maupun sebagai
bentuk hukum yang paling penting.Di negara modern peran masyarakat mula-mula masih
penting, tetapi kemudian berangsur berkurang.Masyarakat modern menuntut sangat banyak
undang-undang yang jelas dibuat oleh pembuat undang-undang yang sah.Undang-undang
semacam itu selalu derajat bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi
berlakunya sebagai hukum bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke
seluruh karya Ehrlich;
3.      Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-norma hukum
negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara hanya memberi sanksi pada fakta-

14
fakta sosial. Konsekwensinya adalah adat kebiasaan berkurang sebelum perbuatan udang-
undang secara terperinci, terutama undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
mempengaruhi kebiasaan dalam masya-rakat sama banyaknya dengan pengaruh dirinya
sendiri.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-persoalan yang
dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli hukum bahwa hukum pada
dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat.Maka dari itu hukum dituntut untuk
dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat.Berangkat Dari sinilah sehingga
dalam dunia hukum dikenal istilah sosiologi hukum maupun antropolgi hukum dan lain-lain.
Munculnya gabungan antara ilmu sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah untuk dapat
menjawab problematika kehidupan masyarakat pada umumya begitu juga dengan antropogi
hukum dan seterusnya. 

B. Saran
Diharapkan dengan munculnya berbagai aliran-aliran hukum dan berbagai teori-teorinya
dapat membuat kehidupan masyarakat semakin lebih baik dengan hukum.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://bloghukums.blogspot.co.id/2014/05/aliran-pemikiran-yang-mempengaruhi.html.Di
akses pada 10 April 2016 Pk. 23.00 WITA.

https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/sosiologi-hukum/. Diakses pada 10 April

2016 Pk. 00.14 WITA

http://rivoamelia.blogspot.co.id/2014/12/pertentangan-antara-sociology-of-law.html. Diakses

pada 10 April 2016 Pk. 23.40 WITA

https://sites.google.com/a/unida.ac.id/gelardwi/pengantar-ilmu-hukum/sociological-

jurisprudence. Diakses pada 09 April 2016 Pk. 23.50 WITA

http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/10/mazhab-mazhab-teori-huku-terkait.html. Diakses

pada 11 April 2016 Pk. 22.20 WITA

16

Anda mungkin juga menyukai