Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENGALAMI HIPERVOLEMIA,


RESIKO TINGGI KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT, INTOLERANSI
AKTIVITAS DI RUANG PANDAN 2
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh : Kelompok 15
1. Yenis Rahayu, S.Kep 131813143039
2. Yenis Anggi Prastiwi , S.Kep 131813143100
3. Yolanda Eka Maulida, S.Kep 131813143042
4. Andi Budrah Benazhir Anggy, S.Kep 131813143082
5. Auzan Muttaqin, S.Kep 131813143101

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Gagal


Ginjal Kronik Stase 5 di Ruang Pandan 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam
rangka pelaksanaan Profesi Keperawatan Medikal Bedah di Ruang Pandan 2
RSUD Dr. Soetomo.
Telah disetujui untuk dilaksanakan Seminar Kasus di RSUD Dr. Soetomo
pada hari Jum’at, 02 November 2018

Disahkan Jum’at, 02 November 2018

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Nadia Rohmatul Laili, S.Kep.,Ns.,M.Kep Anik Widayati, S.Kep.,Ns


NIP. 199007282018083201 NIP.197408111994032001

Mengetahui

Kepala Ruangan

Setiawati, S.Kep.,Ns
NIP.196612081988032006
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan
pada Klien Tn. M dengan diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik Stase 5 di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya” dengan baik. Tidak lupa kami menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr.Nursalam, M.Nurs, (Hons), selaku Dekan yang senantiasa memacu, dan
memotivasi mahasiswa untuk berprestasi semaksimal mungkin;
2. Setiawati, S.Kep.,Ns dan Anik Widayati, S.Kep.,Ns selaku kepala ruangan dan
pembimbing klinik yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyelesaian makalah ini;
3. Nadia Rohmatul Laili, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini; dan
4. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian tugas ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan seminar ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
secara pribadi dan bagi yang membutuhkannya.

Surabaya, 23 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................


Lembar Pengesahan ...........................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................


1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
1.4 Manfaat ..............................................................................................

BAB 2 RESUME KASUS .................................................................................


3.1 Pengkajian ........................................................................................
3.2 Analisa Data .....................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................................
3.3.Rencana Intervensi Keperawatan .....................................................
3.4 Implementasi Keperawatan ..............................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................

BAB 3 PEMBAHASAN ....................................................................................


3.1 Diagnosa ...........................................................................................
3.2 Implementasi ....................................................................................
3.3 Evaluasi ............................................................................................
BAB 4 PENUTUP .............................................................................................
4.1 Kesimpulan .......................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................

Daftar Pustaka ....................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah besar di dunia. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit
yang menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya
tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik (Cahyaningsih, 2009). Gangguan
fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah
pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja
terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien
menurun (Bruner& Suddarth,2001).
Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang
cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta
penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal. Menurut Ismail,
Hasanuddin & dan Bahar (2014) jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia
sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialisis sebanyak 10 ribu orang.
Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar
0,2%. Prevalensi gagal ginjal kronik (sekarang disebut PGK) di Indonesia pada
pasien usia lima belas tahun keatas di Indonesia yang didata berdasarkan jumlah
kasus yang didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2%. Prevalensi gagal ginjal kronik
meningkat seiring bertambahnya usia, didapatkan meningkat tajam pada
kelompok umur 25-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), umur 55-
74 tahun (0,5%), dan tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun (0,6%). Prevalensi
pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%).
Penyebab kejadian gagal ginjal kronik pada pasien hemodialisis baru
menurut data yang dikumpulkan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri)
pada tahun 2011 hasilnya yaitu penyakit hipertensi berada pada urutan pertama
sebesar 34%, urutan kedua yaitu diabetes melitus sebesar 27% dan selanjutnya
ada glomerulonefritis sebesar 14%, nefropati obstruksi sebesar 8%, pielonefritis
kronik sebesar 6%, ginjal polikistik sebesar 1%, penyebab yang tidak diketahui
sebesar 1% dan penyebab lainnya sebesar 9%. Sedangkan menurut United States
Renal Data System (USRDS) tahun 2014, yang bertanggung jawab terhadap
kejadian gagal ginjal kronik urutan pertama dan kedua yaitu diabetes melitus
sebesar 34% dan hipertensi sebesar 21%, kemudian diikuti glomerulonefritis
sebesar 17%, pielonefritis kronik sebesar 3,4%, ginjal polikistik sebesar 3,4% dan
lain-lain sebesar 21%.
Menurut KDIGO, PGK dengan tanda-tanda kegagalan ginjal (serositis,
gangguan keseimbangan asam-basa atau elektrolit, pruritus), kegagalan
pengontrolan volume dan tekanan darah, gangguan status gizi yang refrakter, dan
gangguan kognitif membutuhkan terapi hemodialisis. Pada penderita yang sudah
mencapai PGK derajat IV (eGFR <30mL/ menit/ 1,73 m2) juga harus dimulai
terapi hemodialisis.
Hemodialisis adalah proses pertukaran zat terlarut dan produk sisa tubuh.
Zat sisa yang menumpuk pada pasien PGK ditarik dengan mekanisme difusi pasif
membran semipermeabel. Hemodialisis dapat mempengaruhi gambaran klinis
penderita PGK, berupa gejala mual muntah, anoreksia, anemia, pruritus,
pigmentasi, kelainan psikis, insomnia, hipertensi, maupun gejala lainnya.
Penyakit ginjal kronis menempati urutan pertama di RSUD Dr.Soetomo
dengan total jumlah pasien 1.319 pasien. Dari jumlah tersebut, 700 pasien adalh
berjenis kelamin laki-laki dan sisanya adalah perempuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari gagal ginjal kronik ?
2. Apa klasifikasi dari gagal ginjal kronik?
3. Bagaimana etiologi dari gagal ginjal kronik?
4. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronik?
5. Bagaimana keluhan utama pasien dengan gagal ginjal kronik?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik?
9. Apa komplikasi dari gagal ginjal kronik?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat
dalam pencegahan dan penanganan pada masalah gagal ginjal
kronik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari gagal ginjal kronik.
2. Menjelaskan klasifikasi dari gagal ginjal kronik.
3. Menjelaskan etiologic dari gagal ginjal kronik.
4. Menjelaskan patofisiologi dari gagal ginjal kronik..
5. Menjelaskan keluhan utama pasien dengan gagal ginjal kronik.
6. Menjelaskan manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik.
7. Menjelaskan penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik.
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
penderita gagal ginjal kronik.
9. Menjelaskan komplikasi dari gagal ginjal kronik.
10. Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus dilakukan perawat
pada penderita gagal ginjal kronik.
1.4 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
pengerjaan makalah dan presentasi, menambah kecakapan dan rasa percaya
diri mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
gagal ginjal kronik.
BAB 2
RESUME KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE
DI RUANG PANDAN 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 16 AGUSTUS 2018
2.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Simomulyo, Surabaya
Tanggal Masuk : 04 Oktober 2018
Tanggal Pengkajian : 08 Oktober 2018
No. Register : 12.69.xx.xx
Diagnosa Medis : Gagal ginjal kronik, HD regular, anemia,
hipertensi
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur  : 27 tahun
Hub. Dengan Pasien : Kakak Kandung
Alamat : Simomulyo, Surabaya
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
- Saat MRS : Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan
nyeri kepala sejak 1 minggu lalu sebelum MRS. Didapatkan pandangan
kabur, kaki kanan kiri bengkak. Pasien bisa BAB setiap hari dan sedikit
BAK kurang lebih 50 ml/24 jam.
- Saat ini : Pasien mengeluh kaki kanan dan kiri bengkak. Perut semakin
membesar. Kulit juga sering merasa gatal. Tidak bisa BAK dengan lancar
lebih kurang 50ml/24 jam. Bisa BAB dengan konsistensi lunak dalam 2
hari sekali.
2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan mengurangi intake cairan yang masuk ke tubuh dengan
melakukan pembatasan minum kurang lebih 500 ml/24 jam dan
mendapatkan terapi farmakologi diuretik untuk mengatasi hmbatan BAK.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah ada bengkak di bagian kaki kanan dan kiri.
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata terkena gagal ginjal kronik
- Pernah dirawat
Pasien mengatakan bahwa sebelum masuk rumah sakit Dr. Soetomo
pasien pernah di rawat di Rumah Sakit Brawijaya
- Alergi
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai alergi apapun seperti
udara, makanan maupun obat-obatan
2. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan pernah merokok dan minum kopi
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit yang sama dengan kondisinya saat ini.
4. Diagnosa Medis dan Therapy
Gagal ginjal kronik, HD regular, anemia, hipertensi.
Therapy :
Irbesartan 300 mg
Carvedilol 6,25 mg
Furosemid 40 mg
Amlodipine 5 mg
Ranitidin 50 mg
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Pola Bernapas
   Sebelum sakit       
Pasien mengatakan tidak ada gangguan
   Saat sakit  
- Pasien mengatakan keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu lalu sebelum
MRS. Didapatkan pandangan kabur, kaki kanan kiri bengkak. Pasien bisa
BAB setiap hari dan sedikit BAK kurang lebih 50 ml/24 jam.
Pola makan-minum
   Sebelum sakit        :
Semua makanan disukai dan tidak ada pantangan. Makan 3x/hari, 1 porsi
habis (nasi,lauk, dan sayur). Minum 6-8 gelas/hari (air putih)
   Saat sakit               :
Dainjurkan untuk diet TKTP 2100 Kcal + Protein 1 gr/kg/BB/Hari (Bebas
Sayur dan kaldu). Makan 3x/hari, porsi sedang atau 1/2 porsi sajian rumah
sakit. Minum dibatasi kurang 600 ml/hari.
b. Pola Eliminasi
   Sebelum sakit        :
BAK 5-6x/hari, warna kuning, dan bau khas
BAB 1x/hari, warna kuning, lembek, dan bau khas
   Saat sakit               :
BAK tidak terpasang kateter, BAK jarang, frekuensi 50 ml/24 jam dan
berwarna kuning
BAB 1x/hari, warna kuning, lembek, bau khas.
c. Pola aktivitas dan latihan
   Sebelum sakit        :
Mandi, berpakaian, berdandan, berpindah, merapikan tempat tidur
dilakukan secara mandiri.
   Saat sakit               :
Mandi, berpakaian, berdandan, mobilisasi, dan merapikan tempat tidur
dibantu oleh keluarga.
d. Pola istirahat dan tidur
   Sebelum sakit        :
Perasaan setelah bangun tidur terasa segar bugar
Siang ± 2 jam, dengan kualitas tidur cukup nyenyak
Malam ± 6-7 jam, dengn kualitas tidur cukup nyenyak
   Saat sakit               :
Pola tidur pasien 3-4 jam/hari
e. Pola Berpakaian
   Sebelum sakit        :
Pasien melakukan secara mandiri (0)
   Saat sakit               :
Pasien mengatakan bahwa ketika berganti pakaian dibantu sebagian
sebanyak 2x sehari.
f. Pola rasa nyaman
   Sebelum sakit        :
Pasien mengatakan tidak ada gangguan rasa nyaman sebelum sakit
   Saat sakit               :
Pasien mengatakan merasa tidak nyaman, karena tidak bisa BAK dengan
lancar. Selain itu, terdapat penumpukan cairan di perut, bengkak di tangan
dan kaki dan tubuh sering merasa gatal.
g. Pola Aman
   Sebelum sakit        :
Pasien mengatakan merasa aman
   Saat sakit               :
Pasien merasa kurang aman karena penyakit yang di derita.
h. Pola Kebersihan Diri
   Sebelum sakit        :
Mandi 2x/hari. Gosok gigi 2x/hari, keramas 1x/3hari, ganti baju dalam dan
pakaian 2x/hari secara mandiri
   Saat sakit               :
Mandi 2x/hari. Gosok gigi 2x/hari, keramas 1x/3hari, ganti baju dalam dan
pakaian 2x/hari dengan dibantu sebagian oleh keluarga.
i. Pola Komunikasi
   Sebelum sakit        :
Pasien dapat melakukan komunikasi dengan baik
   Saat sakit               :
Pasien dapat melakukan komunikasi terarah dengan memberikan
feedback.
j. Pola Beribadah
   Sebelum sakit        :
Pasien mengatakan setiap harinya selalu beribadah
   Saat sakit               :
Pasien mengatakan selalu berdoa agar cepat sembuh
k. Pola Produktifitas
   Sebelum sakit        :
pasien mengatakan bisa bekerja 4 – 5 jam/hari
   Saatsakit               :
Pasien mengatakan tidak bisa bekerja karena mudah lelah
l. Pola Rekreasi
   Sebelum sakit        :
Pasien mengatakan berekreaksi di sekitar daerah Surabaya
   Saat sakit               :
Pasien mengatakan tidak pernah berekreasi selama sakit
m. Pola Kebutuhan Belajar
  Sebelum sakit     :
Bekerja sebagai pegawai swasta
   Saat sakit               :
Pasien mendapatkan health education dari tenaga kesehatan di ruang
Pandan 2 tentang cara cuci tangan, sudah mengetahui dan mengerti
mengenai penyakitnya.
4.    PengkajianFisik
a. Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran : komposmentis
GCS  : verbal: 4 Psikomotor: 5 Mata : 6
b. Tanda-tanda Vital :
Nadi = 124 x/menit
Suhu = 37 ̊C
TD = 180/120 mmHg
RR = 20x/menit
SpO2 = 98%
c. Keadaan Fisik
1. Kepala  dan leher : kulit kepala bersih, rambut hitam, distribusi rambut
merata, tidak ada nyeri tekan dan luka
2. Dada : bentuk dada simetris, gerakan dada bebas terbatas
   Paru
Suara paru vesikuler +/+
   Jantung
Suara jantung S1S2 tunggal reguler
3. Payudara dan ketiak : Payudara dan ketiak tidak terdapat benjolan dan rasa
nyeri tekan
4. Abdomen : terasa tegang akibat penumpukan cairan
5. Genetalia : Genetalia tidak terdapat epispadia, hipospadia
6. Integumen : Warna kulit sawo mentah, turgor kulit kering, tidak terdapat
luka dekubitus.
7. Ekstremitas         :
   Atas
Terdaapat edema, terpasang infus di tangan kiri, CRT <2 detik, akral
hangat kering merah, kekuatan otot 5 5
5 5
   Bawah
Terdapat edema, CRT <2 detik, akral hangat kering merah, kekuatan otot
8. Neurologis          : 5 5
   Status mental dan emosi : 5 5
Koping pasien baik, terlihat tenang dengan kondisi yang dialaminya
   Pengkajian saraf kranial :
Tidak dilakukan pengkajian
   Pemeriksaan refleks :
Tidak dilakukan pengkajian
d. PemeriksaanPenunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Tanggal periksa 08 Oktober 2018
- Hb 4,7 g/dL (13,3-16,6 g/dL)
- Glukosa 90 mg/dL
- BUN 42 mg/dL (10-20mg/dL)
- Kreatinin serum 12,82 mg/dL (0,6-1,3mg/dL)
- SGOT 24 /L (<41)
- Red Blood Cell 1,58x106/L
- HCT 13,2% (41,3-52,1)
- PLT 46x103/L (150-450)
- HbsAg non reakktif
Diabetes Melitus Glomeroluronefritis Obstruksi saluran Refluk urin Hipertensi tidak Lesi herediter
kemih terkontrol
Kronis
Nefropati Diabetikum Hidronefrosis
Kelainan herediter
Arteri renalis
Radang pada ginjal Vaskontriksi Peningkatan pada struktur
tertekan
pembuluh darah tekanan kapiler di ginjal
Kerusakan Glomerolus di ginjal ginjal

Iskemik jaringan Kelainan nefron

Kerusakan nefron

Penurunan jumlah nefron


fungsional

Chronic Kidney
Disease (CKD)

Penurunan GFR Renin Angiostensin Proteinuria Penurunan fungsi Peningkatan kadar kreatinin
meningkat ginjal & BUN serum

Pe, Na, K meningkat Kadar protein


Penurunan produksi
Angiostensi II meningkat dalam darah Azotemia
eritropoietin
menurun
Masuk vaskuler
Vasokontriksi Penurunan pembentukan
pembuluh darah Penurunan Sindrom uremia
eritrosit
Peningkatan volume tekanan osmotik
Tekanan darah
vaskuler Kelemahan
meningkat Anemia Efek pada kulit
Cairan keluar ke
ekstravaskuler
MK Penurunan MK Intoleransi
curah jantung Aktivitas
Tekanan hidrostatik pruritus
oedema
meningkat

MK Kerusakan
Sifatsemipermeable pembuluh
Integritas kulit
darah meningkat

ekstravasasi

oedema MK. Hipervolemia


2.3 Analisa Data
DATA INTERPRETASI MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
DS : Chronic Kidney Disease Kelebihan volume
Pasien cairan
mengatakan
perutnya penuh Penurunan kadar protein dalam
cairan, pasien darah
mengeluh sulit
BAK
DO : Cairan keluar ke ekstravaskuler
1.Tampak Perut
pasien membesar
2.Terdapat Tekanan hidrostatik meningkat
edema di bagian
tangan dan kaki Edema
3. Produksi urin
tidak lancar Kelebihan volume cairan
kurang lebih 50
ml/24 jam
Chronic Kidney Disease Risiko tinggi
DS : kerusakan integritas
Pasien mengeluh kulit
gatal pada Peningkatan kadar kreatinin
beberapa bagian dan BUN serum
tubuhnya
DO:
1.Tampak Azotemia
pruritus di area
tangan
2.pasien tampak Sindrom uremia
sering
menggaruk di Efek pada kulit
beberapa bagian
area tubuhnya.
pruritus

Risiko tinggi kerusakan


integritas kulit
DS Chronic Kidney Disease Intoleransi Aktivitas
Pasien
mengatakan
mudah lelah saat Penurunan fungsi ginjal
melakukan
aktivitas
berlebih. Penurunan produksi
DO : eritropoietin
1.Pasien
menggunakan
kursi roda saat Penurunan pembentukan
mobilisasi eritrosit
2. Hb = 4,7 g/dl
Anemia

Intoleransi Aktivitas
2.4 DAFTAR  DIAGNOSA KEPERAWATAN /MASALAH KOLABORATIF BERDASARKAN PRIORITAS

TANGGAL / JAM TANGGAL


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Ttd
DITEMUKAN TERATASI
1. 08 Oktober 2018/ Kelebihan volume cairan berhubungan Belum teratasi
10.00 WIB dengan penurunan pengeluaran urin,
etensi cairan, dan natrium sekunder
terhadap penurunan fungsi ginjal
2. 08 Oktober 2018/ Resiko tinggi kerusakan integritas kulit 10 oktober 2018
11.15 WIB berhubungan dengan gangguan status
metabolic sirkulasi (anemia dan iskemik
jaringan)
3. 08 Oktober 2018/ Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Teratasi sebagian
11.30 WIB penurunan produksi energy metabolic,
anemia, retensi produksi sampah dan
prosedur dialisa

2.5 RENCANA TINDAKAN  KEPERAWATAN


Hari/Tgl No Diagnosis Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Senin, 8/10/18 1 Kelebihan Volume Cairan b.d. 1. Kaji ulang adanya 1. Mengetahui kelebihan volume
penurunan haluaran urin, retensi edema pasa cairan
cairan dan narium sekunder ekstermitas 2. Mengetahui peningkatan beban
terhadap penurunan ginjal 2. Monitor TTV kerja jantung
3. Monitor intake output 3. Mengetahui retensi penurunan
Setelah dilakukan tindakan secara berkala serta natrium dan output serta
keperawatan 3 x 24 jam hitung balance cairan balance cairan pasien
diharapkan kelebihan volume 4. Edukasi klien untuk 4. Meningkatkan diuresis untuk
cairan tidak terjadi dengan kriteria melakukan tirah baring mengurangi edema
hasil: pada saat edema masih 5. Menurunkan volume plasma
1. Edema ekstremitas berkurang terjadi dan retensi cairan
2. Produksi urin >600ml/hari 5. Kolaborasi pemberian
3. Perut tidak membesar dieuretik
Senin, 8/10/18 2 Intoleransi aktivitas b.d. 1. Monitor tingkat 1. Mengetahui tingkat aktivitas
penurunan produksi energi kelehan, tidur, istirahat dan ola istirahat
metabolic, anemia, retensi produk klien
sampah 2. Monitor kemampuan2. Mengetahui seberapa jauh
toleransi aktivitas tingat toleransi aktivitas selama
Setelah dilakukan tindakan sakit
keperawatan 3 x 24 jam 3. Identifikasi factor yang 3. Mengetahui faktro yang dapat
diharapkan intoleransi aktivitas menimbulkan mempengaruhi kelemahan
dapat berkurang dengan kriteria kelelahan
hasil: 4. Bantu dan Edukasi 4. Meningkatkan pengetahuan
1. Aktivitas klien adekuat klien dalam memilih pasien dalam menangani
2. Nadi dalam batas normal 60- aktivitas sesuai dampak penyakit yang
12-x/menit kemampuan ditimbulkan
3. Hb normal 12-16 g/dl 5. Kolaborasi pemberian 5. Meningatkan kadar Hb dan O2
transfusi darah dalam darah
Senin, 8/10/18 3 Resiko tinggi kerusakan 1. Monitor terhadap 1. Menjaga kestabilankulit dan
integritas kulit b.d. gangguan pruitus dan kekeringan kelembaban kulit
status metabolic, edema, pruiritus kulit 2. Meningkatkan kelembapan kulit
2. Jaga kelembapan kulit pasien agar tidak kering
Setelah dilakukan tindakan pasien dengan 3. Meningkatkan kelemahan klien
keperawatan 3 x 24 jam pemberian lotion 4. Menjaga kebersihan klien
diharapkan kerusakan integritas secara rutin
kulit tidak terjadi dengan kriteria 3. Ajarkan cuci tangan
hasil: yang baik dan benar
1. Kulit tidak kering, pruitus 4. Edukasi klien untuk
berkurang/tidak ada menjaga kebersihan
2. Pasien tidak merasa gatal-gatal tubuh dengan cara
di kulit tubuhnya mandi dan bergani
pakaian secara teratur
2.6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shift No. Jam Implementasi Hari/Tgl/Shift Evaluasi


Dx
Selasa, 9/10/18 1 10.00 WIB 1. Mengkaji ulang adanya edema Kamis, 11/10/18 S: pasien mengatakan masih ada
pada ekstremitas pasien, 18.00 WIB bengkak di area tangan dan kaki,
diketahui terdapat pada bagian susah BAK
tangan dan kaki O: tampak edem dia ekstermitas
10.30 WIB 2. Mengkaji tekanan darah: atas dan bawah, outoput urin
diperoleh TD =180/100mmHg 150cc/hari
11.00 WIB 3. Mengukur balance cairan A: Masalah belum teratasi
intake: output P: Intervensi dilanjutkan
12.00 WIB 4. Mengedukasi pasien untuk
melakukan tirah baring saat
oedema masih terjadi
12.15 WIB 5. Melakukan kolaborasi
pemberian dieuretik:
Furosemide 1 amp (50 mg, 2
ml) secara intravena

Rabu, 10/10/18 2 10.30 WIB 1. Mengkaji ulang tingkat Kamis, 11/10/18 S: pasien mengatakan sedikit
kelelahan: saat pasien berjalan, 20.00 WIB mampu melakukan aktivitas
tidur: ±12jam/hari seperti kebersihan diri dan
10.45 WIB 2. Mengkaji ulang kemampuan toileting mandiri
toleransi aktivitas, pasien O: pasien tampak melakukan
mampu melakukan kebersihan aktivitas, pasien tidak tampak
diri dan makan secara mandiri sesak
11.00 WIB 3. Membantu dan Mengedukasi A: Masalah belum teratasi
pasien dalam memilih aktivitas P: Intervensi dilanjutkan
sesuai kemampuan
11.30 WIB 4. Melakukan kolaborasi
pemberian transfuse darah PRC
1 bag (golongan darah B+,285
ml)
Kamis, 11/10/18 3 16.00 WIB 1. Mengkaji ulang adanya pruitus Jumat, 11/10/18 S: pasien mengatakan kemerahan
dan kekeringan kulit 20.00 WIB dan gatal ditubuhnya sedikit
16.30 WIB 2. Menjaga kelembapan pasien berkurang
dengan memerikan lotion O: kemerahan sedikit menghilang
secara rutin A: Masalah belum teratasi
16.40 WIB 3. Mengedukasi pasien untuk P: Intervensi dilanjutkan
membersihkan kuku secara
berkala
17.15 WIB 4. Mengajarkan cuci tangan yang
baik dan benar
18.00 WIB 5. Mengedukasi pasien untuk
menjaga kebersihan tubuh
dengan mandi dan berganti
pakaian secara teratur
BAB 3
PEMBAHASAN

3.3 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapinya ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
retensi cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah melakukan observasi
dan monitor adanya edema pada ekstremitas, tekanan darah, intake dan output
secara berkala, kolaborasi pemberian diuretic furosemide 1 ampul (50 mg, 2 ml)
secara intravena dan memberikan edukasi pasien untuk melakukan tirah baring
pada saat edema masih terjadi. Kekuatan dari tindakan ini adalah kerja sama
dengan klien terkait kesadaran mengatur input cairan masuk dan kemampuan
mandiri keluarga untuk mengatur jumlah minum pasien. Kelemahan dari tindakan
ini adalah terkadang klien minum tidak terkontrol.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah mengkaji tingkat
kelelahan, mengkaji kemampuan toleransi aktifitas, kolaborasi pemberian
transfuse darah PRC 1 bag (golongan darah B+, 285 ml), memberikan bantuan
dan mengedukasi pasien dalam memilih aktivitas sesuai kemampuan. Untuk
mendapatkan keberhasilan dalam mengatasi intoleransi aktifitas perlu kerjasama
dengan keluarga sebagai orang terdekat klien untuk lebih memperhatikan tingkat
aktifitas pasien sehingga tidak melebihi batas kemampuan.
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolic,edema, pruritus
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini mengkaji adanya pruritus dan
kekeringan kulit, menjaga kelembapan kulit pasien dengan pemberian lotion secara
rutin, mengajarkan cuci tangan yang baik dan benar, dan mengedukasi pasien
untuk menjaga kebersihan tubuh dengan mandi dan berganti pakaian secara teratur.
Untuk mendapatkan keberhasilan dalam mengatasi resiko tinggi kerusakan
integritas kulit perlu kerjasama dengan keluarga sebagai orang terdekat klien untuk
lebih memperhatikan kebersihan klien dan kelembaban kulit klien.

3.4 Evaluasi
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, retensi cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi
ginjal
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah edema pada ekstremitas
berkurang, produksi urine >600ml/hari, dan perut tidak membesar (berkurang
cairan dalam perut).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil:
S : Pasien mengatakan masih ada bengkak diarea tangan dan kaki, Susah
BAK
O : Tampak edem diarea tangan dan kaki, output urine: 150cc/hari
A : Masalah belum teratasi
P : Pengkajian adanya edema pasien tetap dilakukan untuk menilai
perkembangan pasien, tetap melakukan pemberian diuretic furosemide sesuai
dengan advice dokter dan menjelaskan kegunaan dari diuretic yang diberikan
kepada pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk
melakukan pembatasan cairan yang masuk sesuai advise dokter.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik
Kriteria hasil untuk diganosa diatas adalah aktivitas pasien adekuat , nadi
dalam batas normal: 60-100x/menit, Hb Normal 12-16 g/dl.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil:
S : Pasien mengatakan sedikit mampu melakukan aktivitas seperti kebersihan
diri dan toileting secara mandiri
O : Pasien tampak melakukan aktivitas dan tidak tampak sesak
A : Masalah teratasi
P :Mempertahankan observasi tingkat kelelahan dan kemampuan toleransi
aktifitas untuk menilai perkembangan pasien
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan status metabolic,edema, pruritus
Kriteria hasil untuk diganosa diatas adalah kulit tidak kering, pruritus
berkurang/ tidak ada, pasien tidak merasa gatal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil:
S : Pasien mengatakan kemerahan dan rasa gatal ditubuhnya sedikit
berkurang
O : Kemerahan sedikit menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Mempertahankan observasi kondisi kulit untuk menilai perkembangan
pasien.
BAB 4
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan
berat (Mansjoer, 2007 Penyebab kejadian gagal ginjal kronik pada pasien
hemodialisis baru menurut data yang dikumpulkan oleh Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (Pernefri) pada tahun 2011 hasilnya yaitu penyakit hipertensi berada
pada urutan pertama sebesar 34%, urutan kedua yaitu diabetes melitus sebesar
27% dan selanjutnya ada glomerulonefritis sebesar 14%, nefropati obstruksi
sebesar 8%, pielonefritis kronik sebesar 6%, ginjal polikistik sebesar 1%,
penyebab yang tidak diketahui sebesar 1% dan penyebab lainnya sebesar 9%.
Diagnosa keperawatan prioritas yang dapat didapatkan dari kasus gagal
ginjal kronik ini meliputi :1) Kelebihan volume cairan tubuh dapat diatasi dengan
pemberian medikasi furosemide dan pembatasan intake cairan ; 2) Intoleransi
aktivitas dapat diatasi dengan meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh; 3)
Resiko integritas kulit dapat diatasi dengan selalu menjaga kebersihan tubuh dan
menerapkan cuci tangan.
5.2 Saran
Bagi perawat agar memberikan intervensi serta implementasi yang tepat
sesuai diagnosa prioritas guna mencegah terjadinya keparahan atau komplikasi
yang dapat terjadi
Lampiran LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (Brunner & Suddarth, 2001). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah
penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan
gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat
digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).

2.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik


Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease (CKD).
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan
harapan klien datang/ merasa masih dalam stage-stage awal yaitu 1 dan 2. secara
konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT
(clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF
(cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan
derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :
a. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
1.) Kreatinin serum dan kadar BUN normal
2.) Asimptomatik
3.) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
b. Stadium II : Insufisiensi ginjal
1.) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
2.) Kadar kreatinin serum meningkat
3.) Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal : 1) Ringan (40% - 80% fungsi ginjal dalam
keadaan normal) 2) Sedang (15% - 40% fungsi ginjal normal) 3) Kondisi berat
(2% - 20% fungsi ginjal normal).
c. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
1.) kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
2.) ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
3.) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010.

2.3 Etiologi Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE),
poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
a. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

2.4 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik


Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
Ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit
atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
2. Retensi cairan dan ureum
3. Asidosis
4. Anemia
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
6. Penyakit tulang uremic

2.5 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik


1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna,
gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum
meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
b. Defisiensi hormone eritropoetin Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating
Factor) → def. H eritropoetin → Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak
mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia normokrom
normositer.
2. Kelainan Saluran cerna
a. Mual, muntah, hicthcup dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia
(NH3) → iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.
b. Stomatitis uremia Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva
banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
3. Kelainan mata
4. Kardiovaskuler :
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction Rub Pericardial
5. Kelainan kulit
a. Gatal Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
1.) Toksik uremia yang kurang terdialisis
2.) Peningkatan kadar kalium phosphor
3.) Alergi bahan-bahan dalam proses HD
4.) Kering bersisik Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan
kristal urea di bawah kulit.
5.) Kulit mudah memar d. Kulit kering dan bersisik e. rambut tipis dan
kasar
6. Neuropsikiatri
7. Kelainan selaput serosa
8. Neurologi :
1.) Kelemahan dan keletihan
2.) Konfusi
3.) Disorientasi
4.) Kejang
5.) Kelemahan pada tungkai
6.) Rasa panas pada telapak kaki
7.) Perubahan Perilaku
9. Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang
serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan
tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-
10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien menderita apa
yang disebut Sindrom Uremik.
Terdapat dua kelompok gejala klinis :
a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan metabolit
lainnya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.
b. Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan lainnya

2.6 Komplikasi Gagal Ginjal Kronik


1. hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
2. perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
renninangiotensin-aldosteron
4. anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dan kehilangan drah selama
hemodialisa
5. penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah dan metabolisme vitamin d abnormal.
6. asidosis metabolic
7. osteodistropi ginjal
8. sepsis
9. neuropati perifer
10.hiperuremia

2.7 Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronik


1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
1. Ureum kreatinin.
2. Asam urat serum.
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
1. Analisis urin rutin
2. Mikrobiologi urin
3. Kimia darah
4. Elektrolit
5. Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
1. Progresifitas penurunan fungsi ginjal
2. Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan terminal
1.Foto polos abdomen.
2.USG.
3. Nefrotogram.
4.Pielografi retrograde.
5. Pielografi antegrade
6.Mictuating Cysto Urography (MCU).
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
1.RetRogram
2.USG.

2.8 Terapi Gagal Ginjal Kronik


1. Hemodialisa
a. Pengertian Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak
mampu melaksanakan fungsi tersebut. Pada dialisis, molekul solut berdifusi
lewat membran semipermeabel dengan cara mengalir dari sisi cairan yang
lebih pekat (konsentrasi solut lebih tinggi) ke cairan yang lebih encer
(konsentrasi solut lebih rendah). Cairan mengalir lewat membran
semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekakan
eksternal pada membran). Membran semipermeabel adalah lembar tipis,
berpori-pori terbuat dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori
membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah seperti urea,
kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak
bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel
darah terlalu besar untuk melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi
zat pada dua kompartemen disebut gradien konsentrasi.
Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan
glomerolus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang
terganggu fungsinya. Sistem ginjal buatan :
1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin, dan asam
urat.
2) Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah
dan tekanan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses
ultrafiltrasi).
3) Mempertahankan dan mengembalikan system buffer tubuh.
4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
2. CAPD (Continues Ambulatory Peritoneum Dialysis)
Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang
melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area
permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat
dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan
dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam
rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah
metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut,
kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
3. Cangkok Ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu :
a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah
b. Kualitas hidup normal kembali
c. Masa hidup (survival rate) lebih lama
d. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan e. Biaya lebih murah dan dapat
dibatasi

2.9 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gagal
ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan
retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
mual muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan
cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
2.10 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Rencana Tindakan

1 Kelebihan Volume Cairan b.d. 6. Kaji adanya edema pasa ekstermitas


penurunan haluaran urin, retensi cairan 7. Monitor TTV
dan narium sekunder terhadap penurunan 8. Monitor intake output secara berkala
ginjal 9. Kolaborasi pemberian antidieuretik
10. Edukasi klien untuk melakukan tirah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan baring pada saat edema masih
3 x 24 jam diharapkan kelebihan volume terjadi
cairan tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1. Edema ekstremitas berkurang
4. Produksi urin >600ml/hari
5. Perut tidak membesar
2 Intoleransi aktivitas b.d. penurunan 6. Monitor tingkat kelehan, tidur,
produksi energi metabolic, anemia, istirahat klien
retensi produk sampah 7. Monitor kemampuan toleransi
aktivitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 8. Identifikasi factor yang
3 x 24 jam diharapkan intoleransi menimbulkan kelelahan
aktivitas dapat berkurang dengan kriteria 9. Kolaborasi pemberian transfuse
hasil: darah
4. Aktivitas klien adekuat 10. Bantu dan Edukasi klien dalam
5. Nadi dalam batas normal 60-12- memilih aktivitas sesuai
x/menit kemampuan
6. Hb normal 12-16 g/dl

3 Resiko tinggi kerusakan integritas 5. Monitor terhadap pruitus dan


kulit b.d. gangguan status metabolic, kekeringan kulit
edema, pruiritus 6. Mengedukasi klien untuk
membersihkan kuku secara berkala
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7. Ajarkan cuci tangan yang baik dan
3 x 24 jam diharapkan kerusakan benar
integritas kulit tidak terjadi dengan 8. Mengedukasi klien untuk menjaga
kriteria hasil: kebersihan tubuh dengan cara mandi
1. Kulit tidak kering, pruitus dan bergani pakaian secara teratur
berkurang/tidak ada
2. Pasien tidak merasa gatal-gatal di kulit
tubuhnya
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing
Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier.
2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Kasuari. 2002. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler
Dengan Pendekatan Patofisiology. Magelang. Poltekes Semarang PSIK
Magelang
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Nanda. 2005. Nursing Diagnoses Definition dan Classification. Philadelpia
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai