DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 3:
1. MAYSARAH (180204034)
2. ALHAMDIKA ANSYAHRI LUBIS (180204036)
3. RISTINIARTI NAZARA (180204037)
4. REPIANUS GIAWA (180204038)
5. DEAN REX AZRIEL TELAUMBANUA (180204039)
6. WINA SINAGA (180204040)
7. AAN SANITA SINAGA (180204041)
8. ANGELYCA MAWANTI MANULLANG (180204042)
9. AYU ASHARI SARUKSUK (180204043)
10. NOVIA THRESIA SITOMPUL (180204045)
11. SRINOVA NINGSIH (180204046)
12. MELLY TRESIA BR BANGUN (180204047)
13. ALDRY ELIESER TARIGAN (180204049)
14. DIAN FREDERICA HALOHO (180204120)
15. SONYA DHARMA PUTRI WARUWU (180204121)
16. MAULAYANI (180204015)
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Karna Kasih-Nya, dan
Perlindungan-Nya kami bisa menyelasaikan makalah kami ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Endometriosis atau Peradangan Uterus“, dimana untuk memenuhi tugas
Keperawatan Maternitas II, jurusan S1 Keperawatan. Dalam penulisan makalah ini kami
berterimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah, Ns.Lasmarina Sinurat,M. Kep yang telah
membimbing, memotivasi dan mendampingi kami dalam proses belajar.
Meskipun banyak hambatan yang kami laluidalam proses pembuatan makalah ini tentang
Asuhan Keperawatan Dengan Peradangan Uterus Namun kami mampu menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang masih banyak
kekurangan dalam penulisan.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat membangun dari teman - teman semua. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................... i
BAB IV Penutup........................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat serta
sistematika penulisan.
2
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan kasus pasien dengan peradangan
uterus.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
3
Pada peradangan uterusdi samping cukup banyaknya durasi
nyeri juga menyebabkan keterbatasan yang nyata pada aktifitas,
peran dan fungsi biologis wanita. peradangan uterus terutama
terjadi pada wanita usia 16-35 tahun dan berbahaya bagi wanita
karena dapat menimbulkan infertilitas karena adanya
pembengkakan dan jaringan parut yang lengket pada tuba falopii
sehingga menyebabkan tuba non patten (tidak berlubang).
Otot-otot pelvic
4
Dasar panggul adalah “diagfragma muscular” yang memisahkan
rongga pelvic di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah
bawah. Jadi dasar panggul sepenuhnya terdiri atas sejumlah otot
panggul yang sangat penting fungsinya. Otot-otot tersebut antara
lain: m. levator ani (m. pubo coccygeus, pubo vaginalis dan pubo
rectalis), m. sphincter ani externus, m. bulbo cavernosus dan m.
ischio coccygeus. Bagian dari pintu bawah panggul adalah
diagfragma pelvis yang dibentuk oleh m. levator ani dan m.
coccygeus. Lapisan paling luar (di atas dasar panggul) dibentuk
oleh otototot bulbo cavernosus, yang melingkari genitalia externa,
otot perinea transversus superfisialis, otot ischio cavernosus dan
sphincter ani externus. Dinding abdomen terdiri atas kulit, lemak
dan otot-otot diantaranya mm. Rectus obliqus externus dan
internus, transversus abdominalis dan apponeurosis. M. rectus
abdominalis berpangkal di depan coxae 5, 6, 7 berjalan ke bawah
symphisis, bersama dengan otot yang lain berjalan miring dan
melintang membentuk suatu system sehingga dinding abdomen
menjadi lebih kuat. Salah satu fungsi dinding abdomen yang
sangat penting ialah bersama dengan diagfragma mengecilkan
rongga perut dan meningkatkan tekanan dalam rongga perut,
sebagai salah satu fungsi yang penting pada persalinan,
sebaliknya jika otot tersebut lemah maka dapat mengganggu
persalinan serta membuat seseorang gampang terkena nyeri
pinggang.
5
terdiri dari uterus, tuba falopii, ovarium dan vagina dan sistima
digestive yaitu rectum.
Vagina
Uterus
6
merupakan lapisan otot-otot yang melintang di dalam rongga
panggul bersama dengan fascia diapraghmatis pelvis superior
yang menahan alat-alat cavum pelvis dan tekanan intra abdominal
yang diteruskan ke kaudal, ke rongga panggul. Pembuluh darah
arteria uterus terutama terjadi melalui arteria uterina, dan juga
dari arteria ovarica. Sedangkan vena uterina memasuki
ligamentum latum uteri bersama arteria uterina, dan membentuk
plexus venosus uterina di kedua sisi cervix uteri. Venavena dari
plexus venosus uterina bermuara dalam vena iliaca interna.
Tuba falopii
Tuba falopii merebak ke arah lateral dari cornu uteri dan terbuka
ke dalam cavitas peritonealis di dekat ovarium. Tuba uterina
terletak dalam mesosalpink yang dibentuk oleh tepi-tepi bebas
ligamentum latum uteri. Ke arah dorsolateral tuba falopii
mencapai dinding-dinding pelvis lateral untuk menaik dan
membelok ke atas ovarium. Tuba falopii terdiri dari tuba kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 10- 12 cm dengan diameter 3 mm.
Menurut R. Daiser, A. Pfleiderer bahwa adnexa kanan berukuran
1,25 x ukuran normal. Secara deskriptif tuba falopii terdiri atas,
pars interstitialis yang merupakan bagian yang terdapat di dinding
uterus, pars isthmus ismika yang merupakan bagian medial tuba
yang sempit seluruhnya, pars ampullaris yang merupakan bagian
yang berbentuk saluran agak lebar, tempat terjadinya konsepsi,
infundibulum merupakan bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai umbai yang disebut fimbria untuk
menangkap telur kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba.
Fungsi tuba falopii adalah sebagai saluran yang dilalui ovum dari
ovarium ke uterus.
7
Sistem pembuluh darah
Sistem persarafan
Ovarium
3. Etiologi
8
melahirkan. Zat tersebut berfungsi sebagai daya tahan tubuh
terhadap mikroorganisme atau benda asing yang akan
menyebabkan terjadinya suatu penyakit atau radang. Dengan
berkurangnya zat tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh
menurun. Sehingga mikroorganisme atau benda asing dapat
dengan mudah masuk ke tubuh melalui organ genitalia eksterna
dan menimbulkan reaksi berupa penyakit atau radang.
4. Klasifikasi
a) Salpingo-ooritis akut
9
terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi
penyumbatan lumen tuba. Dalam hubungan ini, dalam
salpingitis piogenik kemungkinan lebih besar bahwa tuba
terbuka setelah penyakitnya sembuh.
b) Salpingo-ooritis kronik
5. Patofisiologi
10
Perjalanan infeksi pada adneksitis yaitu faktor penyebab tiba di
ovarium dan tuba falopii dengan cara yang berbeda, tergantung
pada tempat daerahnya. Bisa dari asenden dan desenden. Jika
faktor penyebab tiba di peredaran darah ovarium dan tuba falopii
maka disebut infeksi haematogen. Pada infeksi asenden faktor
pencetus adnexitis bergerak ke lapisan atas dan uterus masuk ke
tuba falopii. Faktor pencetus infeksi asenden antara lain: air,
pembalut wanita yang kurang steril, selama dan setelah
menstruasi, setelah melahirkan, setelah aborsi, gangguan-
gangguan uterus misalnya adanya spiral, perubahan membran
mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah yang mengalir
dari tuba falopii dan ovarium, adanya myoma atau polips serta
tumor.
Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ
sekitar misalnya appendicitis atau proctitis atau adanya radang
usus besar yang menyebar ke tuba falopii. Infeksi haematogen
merupakan infeksi pada peredaran darah dan termasuk jenis
peradangan uterus micobacterium tuberculosa yang berhubungan
11
dengan tuberculosa. Untuk mengetahui adanya peradangan
uterus diperlukan suatu pemeriksaan antara lain: anamnesa,
pemeriksaan gynekologi dan pemeriksaan darah lengkap. Pada
anamnesa biasanya penderita mengeluh nyeri hebat di daerah
perut bagian bawah, nyeri saat menstruasi, nyeri saat
berhubungan sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri
pinggang. Pada saat dilakukan palpasi pada abdomen ditemukan
ketegangan pada dinding abdomen oleh karena adanya kontraksi
otot abdominalis sebagai reaksi proteksi terhadap radang,
terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Pada
pemeriksaan gynekologi saat uterus di palpasi (dengan tussue)
juga dirasakan nyeri. Dan pada pemeriksaan darah lengkap LED
meningkat. Nyeri meningkat pada saat kegiatan naik turun tangga
dan mengangkat barang-barang berat.
12
dengan siklus yang seringkali tidak teratur. Penderita sering
mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas, disminore dapat
ditemukan juga pada kasus ini.
7. Penatalaksanaan
13
pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan
perlekatan dapat dilepaskan.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pengkajian
1) Identitas
2) Keluhan utama
14
sangat tajam. Perlu diperhatikan bila pasien yang datang dengan
adneksitis biasanya mengeluh: merasa nyeri di perut bagian
bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada
pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea
sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronik. Haid umumnya
lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur.
Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas,
disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.
3) Riwayat kesehatan
5) Pemeriksaan fisik
b. Abdomen
15
Pada penderita peradangan uterus, pada pemeriksaan
abdomen akan ditemukan nyeri tekan pada bagian perut
bawah di tempat terjadinya peradangan uterus. Setelah lewat
beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak
jelas dan yang nyeri tekan.Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri
mendadak dan apabila defence musculiare tidak teralu keras,
dapat diraba tumor nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang
nyata.
c. Ekstremitas
Pada penderita peradangan uterus umumnya tidak mengalami
masalah pada ekstremitasnya, namun pada beberapa kasus
peradangan uterus ada pula yang mengalami oedema. Hanya
saja pada kejadian anemis, maka dapat dilihat perubahan dari
warna kuku jari tangan dan kaki ibu.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
16
- Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung,
lingkungan istirahat
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan
otot
- Bantu atau dorong melakukan relaksasi nafas dalam
Rasional ; membantu mengarahkan kembali perhatian dan
untuk relaksasi otot
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya
Rasional : analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
mengurangi nyeri
Kriteria hasil :
Intervensi :
- Memberikan dukungan moral
Rasional : secara psikologis dapat meningkatkan rasa aman
dan meningkatkan rasa saling percaya
- Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baik nya
Rasional : meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan atau
persepsi pasien
17
- Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang
kecemasan klien
Rasional : meningkatkan rasa nyaman dan memungkinkan
pasien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih
akurat
18
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama Klien : Ny. F Nama Suami : Tn. R
Umur : 27 Th Umur : 30 Th
19
Suku : Banjar Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Arjuna I Rt. 40 No. 4 Alamat : Jl. Arjuna I Rt 40 No. 4
B. ANAMNESE
Tanggal : 15 Maret 2016 Pukul: 10.00 WIB
1. Alasan kunjungan : Ingin memeriksakan diri
Keluhan : Ibu cemas karena sejak 10 hari yang lalu terasa sakit
pada perut bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu
haid, serta dengan pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti
3-4x pembalut/hari, keputihan berbau dan gatal, Ibu mengatakan
suami apabila BAK mengeluarkan nanah dan merasa nyeri pada saat
buang air kecil
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lama : 6 Hari
Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut/hari
HPHT : 3 September 2010
5. Riwayat kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
6. Riwayat kesehatan keluarga
20
Suami mengeluh bila BAK keluar nanah. Dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit menular dan riwayat penyakit gangguan system
reproduksi.
7. Keadaan psikososial
Ibu tinggal dirumah
8. Data biologis
a. Pola Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan selera makan baik, terdiri dari nasi,
lauk pauk, dan buah.
b. Pola Eliminasi
BAB : 1–2 kali sehari
BAK : 4-5 kali sehari
c. Pola Istirahat
Siang : 1-2 jam
Malam : 7-8 jam
d. Pola Seksual
Kegiatan seksual dilakukan 2 kali seminggu dan akhir-akhir ini sering
terasa nyeri.
e. Personal Hygiene
Ibu mandi 2 kali sehari
C. DATA FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 T : 37,5oC N : 84 x/mnt R : 20x/mnt
BB : 55 Kg TB : 155 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
21
1. Mata :
- Kelopak Mata : Tidak tampak oedema
- Sklera Mata : Tidak tampak ikterik
- Konjungtiva : Tidak tampak anemis
2. Hidung : Tampak normal, tidak tampak ada
pengeluaran secret yang berlebihan
3. Muka ( expresi wajah ) : Tampak agak cemas
4. Mulut dan gigi : Tampak lembab, kemerahan, gigi
tampak lengkap, dan tidak ada karies
dentis
5. Leher : Tidak tampak adanya pembesaran
6. Dada : Tampak simetris
b. Palpasi : Adanya nyeri tekan pada daerah perut bagian bawah
sebelah kiri
3. Pemeriksaan Ginekologi
Periksa Dalam
Inspeksi Inspekulo
- Vulva : Tidak tampak oedema, tidak tampak adanya varises.
- Portio : Tidak tampak adanya erosi, tampak pengeluaran sekret
kental dan berbau.
- Vagina : Tidak ada kelainan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra dan
kandung kemih.
5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
22
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra,
kandung kemih dan struktur lain
23
- Berikan informasi tentang : sumber infeksi, tindakan untuk
mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik,
pemeriksaan diagnostik.
Rasional : Dapat megurangi ansietas dan membantu
mengembankan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik
- Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan untuk
mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan
membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
Rasional : Mengurangi kecemasan pasien dan keluarga.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peradangan uterus adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium
yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas
sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat
kontrasepsi (IUD). Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara
komprehensif yaitu perawat melalui asuhan keperawatan yang sudah dimilikinya.
Beberapa peran perawat diantaranya yaitu perannya sebagai pengelola dimana
memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini
perawat harus menerapkan manajemen keperawatan pada setiap asuhan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan pasien dan keluarga serta memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain.
24
B. Saran
Lakukan pencegahan peradangan uterus dengan melakukan pencegahan
seperti yang sudah dijelaskan dalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. Ida Bagus Gde. 2001. Penatalaksaan rutin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta:
EGC
http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/05/penanganan-
ft-pada-nyeri-adnexitis.html
https://books.google.co.id/books?
id=FH_OCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=obstetrics+and+gynecology
&hl=en&sa=X&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=obstetrics%20and
%20gynecology&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=0flWgd3OJLEC&printsec=frontcover&dq=obstetrics+and+gynecology
&hl=en&sa=X&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=obstetrics%20and
%20gynecology&f=false
25