Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Sleep apnea merupakan kondisi yang perlu perhatian khusus pada orang
dewasa. Diperkirakan bahwa 20 juta orang Amerika mengalami somnolen di
siang hari yang signifikan karena sleep apnea. Meskipun demikian, sleep apnue
lebih banyak pada pria daripada wanita. Orang dewasa yang sehat dapat
mengalami periode apnue selama 10 detik atau beberapa kali dalam satu jam
selama tidur, tanpa tanda-tanda klinis atau gejala signifikan. 40, Bailey, Dhingra
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah kondisi medis umum dengan
konsekuensi yang signifikan, tetapi OSA tetap tidak terdiagnosis pada banyak
individu.1 Prevalensi OSA di Negara Bagian Amerika saat ini diperkirakan antara
5-10%.4 Tingkat prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di antara populasi, seperti
individu yang kelebihan berat badan atau memiliki komorbiditas medis secara
bersamaan.5 Diperkirakan hanya 10% dari populasi yang telah diskrining secara
memadai untuk diagnosis yang tepat.6 Prevalensi dari Sleep Disordered Breathing
(SDB) pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler tinggi dibandingkan dengan
populasi umum.1-4 OSA adalah tipe tersering dari sleep apnea, berkaitan dengan
peningkatan risiko kesakitan dan kematian karena gangguan kardiovaskuler.5-8
Meskipun hal tersebut sangat penting, OSA sering kali tidak terdiagnosis. 9, Bailey, Mc
Grown Hill

OSAS merupakan sindrom obstruksi total atau parsial jalan nafas yang
menyebabkan gangguan fisiologis yang bermakna dengan dampak klinis yang
bervariasi.1, 5 Mc Grown, Friedman
OSAS pertama kali dilaporkan oleh Guillenimault dkk. pada tahun 1976,
pada 8 orang anak berusia 5-14 tahun berdasarkan manifestasi klinis dan
polisomnografi, serta tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Insidens tertinggi
terjadi antara umur 3-6 tahun karena pada usia ini sering terjadi hipertrofi tonsil
(Saripati)2
dan adenoid. Kejadian OSAS dapat juga terjadi pada neonatus. 8 Pada masa
neonatus insidens apnea kira-kira 25% pada bayi dengan berat badan lahir < 2500
gram dan 84% pada bayi dengan berat badan lahir < 1000 gram.9 OSAS childhood

1
Kecurigaan adanya OSAS ditandai dengan ditemukannya mendengkur
pada anak. Prevalensi mendengkur pada anak sekitar 3,2-12,1%, sedangkan
prevalensi OSAS 0,7-10,3%..3 Gangguan pernafasan selama tidur didapat pada
kira-kira 0,7-10,3% dari anak-anak berusia 4-5 tahun.7,8 Saripati (Scetcher)
Faktor risiko OSAS pada anak, antara lain sebagai akibat hipertrofi
adenoid dan tonsil, disproporsi kraniofasial, dan obesitas.1-4 Hipertrofi adenoid
dan tonsil merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan OSAS pada anak.
Walaupun pada sebagian besar anak OSAS membaik setelah dilakukan
adenotonsilektomi, angka keberhasilannya cukup tinggi yaitu sekitar 75-100%,
namun sebagian kecil akan menetap setelah dioperasi. Osas in childhood
Pada dewasa, obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya OSAS,
perbandingan pria dan wanita sekitar 8:1. Secara epidemiologi, OSAS lebih sering
terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak. (saripati)4
Manifestasi klinis yang terbanyak pada pasien OSAS adalah kesulitan
bernafas saat tidur yang biasanya berlangsung perlahan-lahan, yang diawali
mendengkur hingga timbul episode apnea. Sebagian kecil anak tidak
memperlihatkan dengkuran klasik, tetapi berupa dengusan atau hembusan nafas,
nafas berbunyi serta usaha bernafas dapat terlihat retraksi. 1,4,14 Bailey, dhingra, saripati
OSAS dapat diskrining menggunakan beberapa kuesioner antara lain
Berlin questionnaire, dan Epworth Sleepiness Scale (ESS), serta OSACS pada
pasien dengan risiko Sindrom Koroner Akut (SKA) dan beberapa pemeriksaan
penunjang. Polisomnografi merupakan gold standar untuk mendiagnosis OSAS.
Bailey, OSACS

Penatalaksanaan OSAS dapat dilakukan secara non bedah dan bedah, serta
keberhasilan terapi tergantung derajat keparahan OSAS dan faktor komorbid yang
muncul secara bersamaan.Bailey, Dhingra, Diagnosis of OSAS
Komplikasi pasien dengan OSAS dapat terjadi pada dewasa dan anak-
anak, mulai dari gangguan tingkah laku dan konsentrasi, depresi, kelainan
kardiovaskular, penurunan libido, kecelakaan lalu lintas, dan gagal tumbuh hingga
kematian.2,4,11,12 (sari pati), Dhingra 277

2
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 DEFINISI
Apnea adalah berhentinya aliran udara selama > 10 detik sehingga
menyebabkan 2-4% penurunan saturasi oksigen. Hipopnea adalah penurunan
aliran udara paling sedikit 30-50% sehingga menyebabkan penurunan saturasi
oksigen mulai dari 4% atau lebih. Indeks Apnea-Hypopnea (AHI) diukur sebagai
jumlah apnea dan hipopnea per jam yang terjadi. Bailey,Mc
Penyebab apnoea, terdiri dari 3 tipe: Dhingra, Chap 55, 277
1. Obstruksi: terdapat kolaps saluran nafas atas yang menyebabkan
berhentinya aliran udara.Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya kondisi obstruksi dimulai dari hidung, nasofaring, rongga mulut,
dasar lidah, atau laring.
2. Sentral: Saluran nafas paten, tetapi otak gagal memberi sinyal pada otot
untuk bernafas.
3. Campuran: terjadi kombinasi pada kedua tipe obstruksi dan sentral.
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah sleep apnea yang terjadi saat
Respiratory Disturbance Index (RDI) ≥ 5x/jam. Kondisi ini dapat diklasifikasi
menjadi derajat ringan (5-15x/jam), sedang (15-30x/jam), dan berat ( > 30x/jam).
Dhingra, Bailey

Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) adalah berhentinya aliran


udara pernapasan selama 10 detik atau lebih, mendengkur pada saat tidur,
walaupun terjadi usaha bernafas yang disebabkan oleh obstruksi jalan nafas
atas.Bailey OSAS dapat terjadi pada sumbatan total atau sebagian jalan nafas atas
yang terjadi secara berulang saat tidur selama non-REM atau REM sehingga
Bailey
menyebabkan aliran udara ke paru menjadi terhambat. OSAS didiagnosa bila
RDI >15 dan pasien mengalami gejala di malam dan siang hari. J1J4

3
2.2 ANATOMI

Gambar 2.1 Tampilan Sisi Lateral Waldeyer Ring Bailey

Gambar 2.2 Ukuran Tonsil (Bailey 2165)

4
2157 BLY
2.3 FISIOLOGI TIDUR
Rata-rata tidur normal orang dewasa 7-8 jam. Tidur terjadi melalui 2 fase
yaitu non-REM dan Rem. Kedua fase ini terjadi dalam siklus semiregular, tiap-
tiap fase terjadi dalam 90-120 menit dan mengalami 3-4 siklus selama tidur.Dhingra

5
A. Non REM SLEEPDhingra
Fase ini membentuk 75-80% tidur dan terjadi dalam 4 tahap:
1. Tahap 1: transisi dari terjaa hingga tidur. Tahap ini terjadi 2-5% dari masa
tidur. EEG menunjukkan penurunan gelombang alpha dan peningkatan
gelombang theta. Tonus otot melemas dan mudah terbangun pada tahap ini.
2. Tahap 2: karakteristik berupa sleep spindle atau “K” complex dan penurunan
pada tonus otot. Tahap ini terjada pada 45-55% dari masa tidur.
3. Tahap 3: tahap ini terjadi 3-8% dari masa tidur, dengan karakteristik adanya
gelombang delta. Tahap ini merupakan tahap tidur yang dalam.
4. Tahap 4: tahap ini terjadi 10-15% dari masa tidur, dengan karakteristik
terdapatnya gelombang delta. Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling
dalam.
B. REM SLEEPDhingra
Pada tahap ini terjadi 20-25% dari total tidur, dengan karakteristik adanya
gerakan cepat bola mata, peningkatan aktifitas otonom dengan denyut jantung
yang tidak beraturan dan gerakan dada saat bernafas.

Dhingra, 278
Tabel 2.1Perbedaan Antara Non-REM dan REM

2.4 PATOFISIOLOGIS
Apnue selama tidur menyebabkan hipoksia dan retensi karbondioksida
yang mengakibatkan konstriksi paru dan menyebabkan gagal jantung kongestif,

6
bradikardi, hipoksia jantung yang mengakibatkan gagal jantung kiri dan aritmia
jantung yang kadang-kadang mengakibatkan kematian tiba-tiba. Selama apnue
saat tidur, terjadi bangkitan yang menyebabkan sleep fragmentation, mengantuk
di siang hari, dan manifestasi klinis lainnya. Dhingra,277
Terdapat dua teori patofisiologi sumbatan (kolaps) jalan nafas yaitu:1,5
1. Teori Balance of Forces: ukuran lumen faring tergantung pada keseimbangan
antara tekanan negatif intrafaringeal yang timbul selama inspirasi dan aksi
dilatasi otot-otot jalan nafas atas. Tekanan transmural pada saluran nafas atas
yang mengalami kolaps disebut closing pressure. Dalam keadaan bangun,
aktivasi otot jalan nafas atas akan mempertahankan tekanan tranmural di atas
closing pressure sehingga jalan nafas atas tetap paten. Pada saat tidur tonus
neuromuskular berkurang, akibat lumen faring mengecil sehingga
menyebabkan aliran udara terbatas atau terjadi obstruksi.
2. Teori Starling Resistor: jalan nafas atas berperan sebagai starling resistor yaitu
perubahan tekanan yang memungkinkan faring untuk mengalami kolaps yang
menentukan aliran udara melalui saluran nafas atas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan intraluminal maupun fungsi otot
saluran nafas atas yang mempermudah terjadinya kolaps jalan nafas selama
tidur telah diketahui. Manifestasi OSAS timbul jika faktor yang menyebabkan
peningkatan resistensi jalan nafas bergabung dengan kelainan kontrol susunan
saraf pusat terhadap fungsi otot-otot saluran nafas atas. Kemungkinan
kombinasi faktor-faktor ini dapat menerangkan mengapa beberapa anak dengan
kelainan struktur mengalami OSAS sementara yang lainnya dengan derajat
penyempitan saluran nafas yang sama menunjukkan pernafasan yang normal
selama tidur. (SARIPATI)
Pasien dengan OSAS mampu mempertahankan patensi saluran nafas
bagian atas selama bangun/tidak tidur karena peningkatan tonus otot saluran nafas
akibat input dari pusat kortikal yang lebih tinggi. Namun selama tidur kolaps jalan
nafas bagian atas terjadi pada saat inspirasi dan kadang-kadang meningkatkan
usaha bernafas. Pada anak lebih sering mengalami periode obstruksi parsial
saluran nafas yang berkepanjangan dan hipoventilasi dibandingkan orang

7
dewasa.1,5 Keadaan apnea lebih jarang pada anak dan umumnya waktu lebih
singkat daripada orang dewasa. Hipoksia dan hiperkapnia terjadi akibat siklus
obstruksi parsial atau total. Obstruktif apnea menyebabkan peningkatan aktifitas
otot-otot dilatator saluran nafas atas sehingga mengakibatkan berakhirnya apnea.
Pada anak dengan bangkitan OSAS jauh lebih jarang dan obstruksi parsial dapat
berlangsung terus selama berjam-jam tanpa terputus. (SARIPATI).
2.5 FAKTOR RISIKO
Risiko OSA ditentukan dengan Berlin Questionnaire. Mengantuk secara
berlebih pada siang hari telah ditentukan dengan menggunakan ESS. Risiko
OSAS telah ditentukan tinggi, berdasarkan Berlin questionnaire positif dan skor
Epworth Sleepiness Scale (ESS).10,11 (OSACS, Beiley, Mc Grown)
Faktor risiko terjadinya OSAS pada anak antara lain sebagai akibat
hipertrofi adenoid dan tonsil, disproporsi kraniofasial, obesitas.1-4 Kelainan
anatomi menyebabkan obstruksi sehingga dibutuhkan tekanan inspirasi yang lebih
besar untuk menghasilkan aliran udara. Kondisi tersebut menghasilkan
peningkatan tekanan negatif yang mengakibatkan faring menjadi kolaps.
Abnormalitas struktural sering dikaitkan dengan OSA termasuk deviasi septum
hidung, hipertrofi konka, elongasi palatum molle, hipertrofi adenoid, serta tonsil,
makroglosia, retrognatia, dan mikrognatia. 1,4,10, saripati
Hipertrofi adenoid dan tonsil merupakan keadaan yang paling sering
menyebabkan OSAS pada anak. Ukuran adenoid dan tonsil tidak berbanding lurus
dengan berat ringannya OSAS. Terdapat anak dengan hipertrofi adenoid yang
cukup besar, namun OSAS yang terjadi masih ringan, anak lain dengan
pembesaran adenoid ringan menunjukkan gejala OSAS yang cukup berat.
Hipertrofi adenoid dan tonsil dapat juga menyebabkan penyulit pada anak dengan
kelainan dasar tulang.(ERS,OSAS in Children)
Walaupun pada sebagian besar anak OSAS membaik setelah dilakukan
adenotonsilektomi, namun sebagian kecil akan menetap setelah dioperasi. Pada
suatu penelitian sebagian kecil anak dengan OSAS yang telah berhasil diatasi
dengan operasi adenotonsilektomi kemudian mengalami rekurensi gejalanya
selama masa remaja.2,3,Bailey, Osas in children, Diagnosis & Management

8
Salah satu penyebab OSAS yang lain adalah obesitas. Pada dewasa
obesitas merupakan penyebab utama OSAS sedangkan pada anak obesitas bukan
sebagai penyebab utama. Mekanisme terjadinya OSAS pada obesitas karena
terdapat penyempitan saluran nafas bagian atas akibat penimbunan jaringan lemak
di dalam otot dan jaringan lunak di sekitar saluran nafas, maupun kompresi
eksternal leher dan rahang.2,4,11,12, Friedmen,OSAS the magnitude of the problem
Penentuan obesitas dapat dilakukan dengan cara menghitung BMI dan
pengukuran lingkar leher. Untuk penentuan OSAS, yang lebih berperan adalah
12
lingkar leher dibandingkan dengan BMI. Telah diketahui bahwa lingkar leher
yang besar atau obesitas pada daerah atas berhubungan dengan peningkatan
penyakit kardiovaskular, demikian pula diduga berhubungan dengan mendengkur
dan OSAS. Diduga bahwa penumpukan lemak pada daerah leher dapat membuat
saluran nafas atas menjadi lebih sempit. Kemungkinan lain adalah pada pasien
obesitas dengan leher yang besar mempunyai velofaring yang lebih mudah
mengalami kolaps sehingga dapat mempermudah terjadinya sumbatan saluran
nafas atas pada waktu tidur.12,13 (SARIPATI)
Karakteristik umum dari individu dengan OSA termasuk jenis kelamin
laki-laki, usia lanjut, hipertensi, obesitas abdominal, dan ukuran lingkar leher
yang lebih besar dengan mulut tertutup saat tidur daripada istirahat. OSAS The Magnitude
Of the problem, ERS

Faktor risiko untuk diagnosis OSA termasuk obesitas pada laki-laki, usia
di atas 40 tahun, riwayat hipertensi, merokok, penggunaan alkohol, karakteristik
anatomi yang mempersempit saluran udara bagian atas, dan riwayat keluarga
dengan apnea saat tidur.7Bailey, OSAS The Magnitude Of the problem
Pasien dengan OSA memiliki karakteristik khas mengeluh mendengkur,
EDS, apnea, dan tidur terganggu. Tujuh puluh lima persen pasien dengan OSA
mengeluh kelelahan atau kekurangan energi sebagai keluhan utama daripada
mengantuk.8 Banyak pasien dengan OSA tidak memiliki riwayat apnea. Pasien
juga dapat mengalami keluhan kognitif seperti defisit memori atau gangguan
mood. Wanita dengan OSA mungkin memiliki gejala yang berbeda daripada yang
dialami pada pria.10 Wanita lebih cenderung mengeluhkan insomnia dan lebih

9
mungkin memiliki riwayat depresi dan penyakit hipotiroid. 1 Wanita lebih sedikit
minuman berkafein dan alkohol daripada pria. Kesadaran tentang berbagai
keluhan pasien rawat inap dengan apnea saat tidur membantu dalam diagnosis
dan pengobatan yang tepat waktu. OSAS The Magnitude Of the problem,Bailey
OSAS secara signifikan meningkatkan risiko stroke atau kematian dari
berbagai penyebab dan peningkatannya tidak bergantung pada faktor risiko lain,
termasuk hipertensi.12 Hubungan ini tampaknya terkait dengan beratnya klinis.
OSA yang lebih berat seperti yang didefinisikan oleh AHI, terkait dengan sindrom
metabolik yang lebih berat, dan tidak bergantung pada BMI.14 Ciri-ciri fisik
termasuk BMI > 30, lingkar leher dengan peningkatan resistensi insulin dan
metabolisme > 17 inci pada pria dan BMI > 30, lingkar leher > 14 inci (pria) dan
> 11,2 inci (wanita), retrognathia, dan hipertrofi tonsil berhubungan dengan
peningkatan risiko OSA.15(Balley, 2150)
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang terbanyak adalah kesulitan bernafas saat tidur yang
biasanya berlangsung perlahan-lahan. Sebelum gejala kesulitan bernafas terjadi,
mendengkur merupakan gejala yang mula-mula timbul. Dengkuran pada anak
dapat terjadi secara terus-menerus (setiap tidur) ataupun hanya pada posisi
tertentu saja. Pada OSAS, pada umumnya anak mendengkur setiap tidur dengan
dengkuran yang keras dan terlihat episode apnea yang mungkin diakhiri dengan
gerakan badan atau terbangun. Sebagian kecil anak tidak memperlihatkan
dengkuran yang klasik, tetapi berupa dengusan atau hembusan nafas, nafas
berbunyi. Usaha bernafas dapat terlihat dengan adanya retraksi. Posisi pada saat
tidur biasanya pronasi, setengah duduk, atau hiperekstensi leher untuk
mempertahankan patensi jalan nafas.1,4,14 Diagnosis & management of childhood, OSAS in children
Pada pemeriksaan fisis dapat terlihat pernafasan melalui mulut, adenoidal
facies, midfacial hypoplasia, retro/mikrognasi atau kelainan kraniofasial lainnya,
obesitas, gagal tumbuh, stigmata alergi misalnya alergic shiners.15 Pasien dengan
hidung tersumbat karena alergi adalah 1,8 kali lebih mungkin mengalami OSA
berat dibandingkan dengan pasien alergi tanpa hidung tersumbat. Studi

10
epidemiologi lainnya telah dikonfirmasi pada populasi, sumbatan hidung
merupakan faktor risiko independen untuk mendengkur dan OSA.102-104(Bailey, 2185)
2.7 DIAGNOSIS
Praktisi memiliki dua alat penting untuk skrining pasien dengan risiko
OSA, dimana kemudian dapat dievaluasi lebih lanjut dengan polisomnografi. Alat
yang pertama dari dua metode skrining tersebut adalah ESS dimana membantu
mengevaluasi secara subjektif waktu mengantuk pada siang hari. ESS memiliki
skor antara 0-24 dimana nilai 10 dan lebih, memiliki indikasi banyak waktu
mengantuk siang hari.10 Metode yang kedua adalah Berline Questionner dimana
digunakan untuk mengelompokkan pasien dengan risiko tinggi atau rendah untuk
mengalami OSAS. 11,12 J2,indian journal
OSACS adalah usulan baru skor klinis yang bertujuan menyimpulkan
risiko OSAS pada pasien Sindrom Koroner Akut (SKA). Skor berdasarkan
parameter klinis objektif termasuk hipertensi, BMI, tekanan darah diastol,
diameter distolik ventrikel kiri, indeks massa ventrikel kiri, ketebalan septum
interventrikuler, dimana semua ditetapkan sebagai faktor risiko independen untuk
(OSACS)
risiko tinggi OSAS. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pasien OSAS
memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi kematian malam hari dan infark
miokard.21,22 (OSACS)
Metode skrining untuk OSA lebih dapat diaplikasikan secara luas daripada
polisomnografi sebagai standar penuh, namun polisomnografi tetap tidak dapat
digantikan. Kuesioner tidur dan skor dilakukan dengan alat portable yang
menjanjikan untuk lebih membantu menentukan tingkatan risiko, pembuatan
diagnosis awal, dan menangani OSAS pada pasien kardiologi. Skor OSACS
adalah objektif, tidak berdasar jawaban pasien, dan kemampuan interpretasi
praktisi. Berdasar Guideline Of European Society of Cardiology, ekokardiografi
direkomendasikan pada tiap pasien yang mengalami SKA (kelas rekomendasi I,
level of evidence; C)13,25 Data juga tergantung riwayat hipertensi, BMI, dan
tekanan darah rutin. Seperti dikatakan sebelumnya, sama seperti skor yang lain,
skor tersebut tidak akan menggantikan tempat polisomnografi, namun membantu
mengembangkan akses dan efektifitas biaya.OSACs

11
Tabel 2.4 Epworth Sleeping Scale (ESS) Dhingra,277
PEMERIKSAAN FISIK Dhingra
1. BMI: dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi
dalam meter kuadrat. BMI normal: 18.5-24.9% ; overweight: 25-29% ; dan
obesity: 30-34,9%. Pasien obesitas perlu mengurangi berat badan.
2. Lingkar leher: lingkar leher pada tingkat membran krikotiroid diukur. Lingkar
leher tidak seharusnya melebihi 42 cm (pria) dan 37,5 cm (wanita).
Lingkar leher dilaporkan menjadi prediktor lebih baik pada OSA daripada
BMI. Lingkar leher seharusnya diukur pada batas superior dari membran
krikotiroid pada pasien dalam posisi tegak.
Pria dengan lingkar leher 17 inci atau perempuan dengan 14 inci atau lebih
besar dan BMI > 30 memiliki insidensi OSA sebanyak 70%.64 Obesitas
abdominal dinilai dengan pengukuran pinggang atau rasio pinggang/pinggul
terkait dengan peningkatan risiko semua penyebab kematian terlepas dari BMI.
Pinggang diukur pada lingkaran terkecil dari pinggang, tepat di atas pusar, dan
lingkar pinggul diukur di bagian terluas dari bokong atau panggul. Rasio
pinggang-pinggul merupakan faktor risiko khususnya pada sindrom OSA
berat.65 Rasio pinggang-pinggul telah ditemukan memiliki prediksi yang lebih
baik untuk menilai kelainan ventilasi daripada BMI. Sebuah rasio > 0,9 (pria)
dan > 0,85 (perempuan) adalah abnormal.66(2166)

12
3. Pemeriksaan kepala dan leher lengkap. Mencari kelainan anatomi kraniofasial
hipertrofi tonsil, retrognatia, makroglosia, elongasi palatum molle dan uvula,
tumor dasar lidah, septum deviasi, polip hidung, hipertrofi konka, pemeriksaan
nasofaring dan laring.
4. Manuver Muller. Endoskopi fleksibel dimasukan melalui hidung dan pasien
diminta untuk menarik nafas dalam dengan hidung dan mulut tertutup
sepenuhnya. Mencari adanya kolaps jaringan lunak pada dasar lidah bagian
atas palatum molle dan menemukan ada/tidaknya obstruksi faring.
Meskipun penilaian saluran napas atas penting, namun predisposisi dan
faktor terkait harus dicari. Penilaian kondisi medis umum pasien, tinggi badan,
berat badan, tekanan darah, ukuran leher, dan status cardiopulmonary harus
dilakukan. Seluruh saluran napas udara bagian atas benar-benar diperiksa, dan
tidak jarang ditemukan lebih dari satu lokasi obstruksi. Fiber optik fleksibel
endoskopi sangat penting dilakukan. Pemeriksaan ini memberikan hasil yang
lebih baik pada pemeriksaan saluran napas.41 Bailey
PPOK dan OSA yang terjadi bersamaan dikenal overlap syndrome.
Hipoksemia dan kualitas hidup mungkin lebih buruk pada pasien dengan overlap
syndrome. Perhatian terhadap OSA maupun penyakit paru yang mendasari sangat
penting untuk keberhasilan peningkatan gejala, dan kualitas hidup serta
pengurangan morbiditas jangka panjang. 141 (2186) ERS, overlap syndrome
PEMERIKSAAN SISTEMIK: Pemeriksaan sistemik dilakukan untuk mencari
hipertensi, Congestive Heart Failure (CHF), obesitas abdominal dan apapun tanda
hipotiroidisme. Dhingra,OSACS 
RADIOGRAFI SEFALOMETRI: dilakukan pada anomali kraniofasial dan
obstruksi dasar lidah.2 Dhingra
Beberapa teknik pencitraan lainnya juga tersedia untuk mengevaluasi
struktur dan fungsi saluran nafas bagian atas, antara lain somnooscopy,
Computerized Tomography (CT Scan), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
MRI dengan tampilan tiga dimensi muncul berguna dalam penilaian pra operasi
untuk dilakukan tindakan uvulopalatopharyngoplasty, sedangkan CT Scan dengan
tampilan tiga dimensi dipertimbangkan untuk kandidat maxillomandibular. 42, osacs

13
POLISOMNOGRAFI. Cara definitif untuk menegakkan diagnosis OSAS
dengan pemeriksaan polisomnografi pada saat tidur. Pada anak, tanda dan gejala
OSA lebih ringan dari pada orang dewasa, oleh karena itu diagnosisnya lebih sulit
dan harus dipertegas dengan polisomnografi. Polisomnografi juga akan
menyingkirkan penyebab lain dari gangguan pernafasan selama tidur.
Pemeriksaan ini memberikan pengukuran yang objektif mengenai beratnya
penyakit dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk mengevaluasi keadaannya
setelah operasi.17(sari pati), dhingra
Polisomnografi merupakan gold standar untuk diagnosis sleep apnea dan catatan
berbagai parameter lainnya termasuk: dhingra
• EEG (ElectroEncephaloGraphy): untuk mencari non-REM atau REM saat
tidur dan tahapan tidur non-REM.
• ECG (ElektroCardioGrafi): untuk menilai detak jantung dan ritme.
• EOM (ElectrOculoGram): untuk menilai gerakan mata.
• EMG (ElektroMioGrafi): dinilai dari submental dan otot tibialis anterior.
• Pulse oximetry: untuk menilai saturasi oksigen darah untuk mengetahui
SaO2 terendah saat tidur.
OSAS dapat didiagnosis dengan observasi langsung, anak di suruh tidur di
tempat praktek dokter demikian pula OSAS dapat didiagnosis dengan melakukan
review audiotape/videotape yang dapat dilakukan di rumah. 3,18 Beberapa variabel
yang dinilai adalah kekerasan dan tipe inspirasi, pergerakan selama tidur,
frekuensi terbangun, banyaknya apnea, retraksi, dan nafas dengan mulut. Cara
tersebut mempunyai nilai sensitifitas 94%, spesifisitas 68%, nilai prediksi positif
83%, dan nilai prediksi negatif 88%.3 Observasi selama tidur dapat dilakukan
dengan menggunakan pulse oximetry. Pada saat tidur anak dipantau penurunan
nilai saturasi dengan menggunakan oksimetri. Pencatatan pulse oximetry secara
berkelanjutan selama tidur dianjurkan sebagai tes penyaringan dan dapat
memperlihatkan desaturasi secara siklik yang menjadi karakteristik suatu OSAS,
tetapi tidak akan mendeteksi pasien OSAS yang tidak berkaitan dengan hipoksia.
Dengan menggunakan metode di atas, nilai prediksi positif sebesar 97 % dan nilai
prediksi negatif 53%. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi penurunan saturasi

14
selama tidur maka kemungkinan menderita OSAS cukup besar, tetapi apabila
tidak terdeteksi pada pemantauan dengan oksimetri maka di perlukan pemeriksaan
polisomnografi.2 (SARI PEDIATRI)
• Nasal dan aliran udara oral: untuk menilai episode apnea dan hipopnoea.
• Posisi tidur: membantu untuk mengetahui apakah episode apnea/hipopnoea
terjadi saat tidur posisi supinasi atau lateral.
• Tekanan darah.
• Tekanan esofagus: tidak dilakukan di semua laboratorium. Tekanan negatif
esofagus membantu mengetahui derajat usaha bernapas yang dibuat oleh
pasien.Dhingra
Split-Night Polysomnography. Pengukuran ini dimulai dengan bagian pertama
dari malam dilakukan polisomnografi biasa, sedangkan bagian kedua malam
dilakukan titrasi tekanan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Titrasi
tekanan untuk CPAP idealnya dilakukan pada bagian kedua malam.
Polisomnografi dapat membedakan antara mendengkur primer, OSA murni, dan
Central Sleep Apnoea (CSA).Dhingra

PENATALAKSANAAN
 NON BEDAH Bailey,Dhingra,j4
1.  Perubahan gaya hidup. Pasien dengan penyakit ringan dan gejala minimal
dapat diobati dengan penurunan berat badan dan perubahan pola makan, tetapi
pasien dengan penyakit kor pulmonal akibat OSA yang berat mungkin
memerlukan trakeostomi permanen.
(a) Konsumsi alkohol di malam hari memperburuk OSA. Sedatif/hipnotik
yang dikonsumsi pada malam hari juga memiliki efek yang sama.
(b) Hindari merokok
(c) Penurunan berat badan sangat membantu.
2.  Terapi posisi. Pasien harus tidur menyamping karena posisi supinasi dapat
menyebabkan apnea obstruktif. Sebuah bola karet dapat diletakkan ke bagian
belakang baju untuk mencegah posisi supinasi.

15
Gambar 2.3 Sleep Belt Untuk Mempertahankan Posisi Pada Perawatan OSA2230
Bailey

3. Intraoral Appliance. Perangkat ini mengubah posisi mandibula atau lidah


untuk membuka jalan napas dan mengurangi dengkuran dan sleep apnea.
Mandible Advancement Device (MAD) membuat mandibula ke depan
sementara Tongue Retaining Device (TRD) menjaga lidah di posisi anterior
saat tidur. Perangkat-perangkat tersebut membantu memperbaiki atau
menghilangkan dengkuran. MAD juga berguna dalam pasien retrognatik.
4.   CPAP. Tekanan optimum saluran napas sebagai perangkat membuka jalan
napas yang tetap terpasang selama tidur dan biasanya dijaga pada tekanan 5-
20 cm H2O. Sekitar 40% pasien menemukan kesulitan saat penggunaan
CPAP dan sulit untuk dibawa saat bepergian sehingga pasien berhenti
menggunakannya. (2175).
Berbagai jenis masker CPAP tersedia secara luas, terdiri dari tiga kategori:
nasal mask, nasal pillows, dan full-face mask. Pemilihan dan ukuran masker
biasanya dilakukan oleh orang yang merawat dan menjaga kenyamanan pasien
yang menggunakannya sesuai anatomi wajah. Pemasangan masker yang tepat,
edukasi pasien, pemantauan klinis yang ketat, dan follow up sangat penting untuk
keberhasilan hasil jangka panjang. Pengelolaan dalam satu studi silang acak
membandingkan nasal pillows dan nasal mask. Peneliti melaporkan bahwa nasal
pillows dihubungkan dengan efek samping yang lebih jarang, lebih sedikit
kebocoran udara dan kurangnya gejala insomnia, meskipun kepatuhan dan ukuran
hasil fungsional tidak dinilai antara kelompok.16 Nasal CPAP telah digunakan
dengan hasil yang baik pada anak termasuk bayi, anak obesitas, Sindrom Down,
akondroplasia, dan dengan kelainan kraniofasial. Pada kelompok usia anak, CPAP
terutama berguna untuk pasien yang obesitas dan pasien dengan OSAS yang

16
menetap setelah dilakukan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi. Sebenarnya
indikasi pemberian CPAP adalah apabila setelah dilakukan tonsilektomi dan/atau
adenoidektomi pasien masih mempunyai gejala OSAS atau sambil menunggu
tindakan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi. 3,21Dhingra, J2

Gambar 2.2 (A) nasal pillows, (I) nasal mask and (C) full-face mask 26-28 (2176) Dhingra
Dengan menggunakan aplikasi tekanan yang adekuat dan kepatuhan
penggqunaan yang tepat, terapi CPAP sering memberikan kontrol yang efektif
pada sleep disordered breathing (SDB) dan mencapai tujuan utama perbaikan
kualitas hidup, pengurangan risiko kardiovaskular, dan kesehatan umum. Gejala
dan peningkatan kualitas hidup pengguna CPAP telah terbukti meningkatkan
keefektifan ukuran keberhasilan secara subyektif dan objektif pada pasien OSA.
CPAP sering memiliki manfaat yang berdampak pada aspek-aspek nokturnal OSA
lainnya, termasuk pengobatan mendengkur, penurunan bangun saat malam hari,
dan penurunan nokturia.17-22, 2176
Penelitian pada pasien dengan OSA dan
hipersomnia, pengobatan CPAP mengurangi rasa mengantuk di siang hari,
meningkatan fungsi neurokognitif, dan kualitas hidup 23,24 (2176).Dhingra, J3
Kunci keberhasilan terapi CPAP adalah kepatuhan berobat dan hal tersebut
memerlukan persiapan pasien yang baik, edukasi, dan pemantauan yang
intensif.3,21 Penggunaan CPAP dengan peningkatan tekanan inspirasi secara
bertahap atau dengan tekanan ekspirasi yang lebih rendah dapat meningkatkan
kenyamanan pasien. Efek samping CPAP biasanya ringan dan berhubungan
dengan kebocoran udara di sekitar selang masker. Keadaan ini dapat
menyebabkan mata kering, konjungtivitis, dan ruam pada kulit. Dekongestan,

17
tetes hidung dengan NaCl fisologis atau penggunaan sistem CPAP dengan
menggunakan humidifer dapat mengurangi efek samping.21, 2174, Bailey, j3
Saat CPAP tidak ditoleransi, Bilevel Positive Airway Pressure (BiPAP),
dimana tekanan inspirasi yang lebih tinggi dan ekspirasi yang lebih rendah. Saat
ini, Autotitrating PAP (APAP) juga tersedia yang secara terus-menerus
menyesuaikan tekanan. Hal tersebut merupakan kerugian yang sama dengan
CPAP.J3
5. Literatur ilmiah tentang Oral Appliance (OA) telah berkembang pesat,
terutama yang terkait dengan hasil klinis setelah penggunaan OA dalam
pengobatan OSA dan mendengkur. OA mengacu pada "dokter gigi yang
berkualitas" sebagai penyedia perawatan gigi pilihan untuk menyediakan
terapi OA. Keberhasilan penggunaan OA membutuhkan keterampilan teknis,
pengetahuan yang diperoleh, dan penilaian mengenai hasil, serta risiko dari
terapi ini. 5,6 Dhingra, J4
Mandibular Advancement Devices (MAD), sejauh ini merupakan oral
appliance yang paling umum digunakan pada sleep disordered breathing (SDB).
Mandibular Repositioning Appliance (MRA) atau MAD terdiri dari dua bentuk
dasar: non titratable type dan titratable type. The Thornton Adjustable Positioner
(TAP) adalah contoh yang umum digunakan pada perangkat titratable. TAP
terdiri dari pemasangan pada kedua rahang atas dan lengkungan rahang bawah
dirakit pada pangkal, dikait, serta disesuaikan pada bagian internalnya
(Gambar A). Tongue Retaining Device (TRD) digunakan sebagai penahan lidah
ke depan. TRD digunakan jauh lebih jarang daripada MRA saat ini, tetapi
mungkin menjadi pilihan yang cocok pada edentulous patients (Gambar B).
Thermoplastic splints boil-and-bite appliances secara signifikan lebih murah dari
perangkat yang dibuat khusus dan sering dapat dipesan secara online dan dipasang
langsung oleh pasien. Penghematan biaya ini tetap harus hati-hati dalam menilai
keefektifannya, peningkatan efek samping dan kurangnya follow up yang tepat
dan pemantauan gigi. (2180) Friedman, Bailey,J4

18
A. TAP B. Pemasangan MRA

C. TRO D. Pemasangan TRO E.Thermoplastic


Gambar 2.7 Tipe-Tipe Oral Appliances Bailey , 2181

 BEDAH
Tujuan pembedahan pada kasus OSA adalah menghilangkan sumbatan pada
saluran napas dengan melebarkan ukuran faring, mengurangi kekakuan pada
faring, atau keduanya untuk mempertahankan aliran udara yang memadai. Operasi
diindikasikan pada terapi medis gagal atau pasien yang tidak patuh. Bailey, Mc. Grown
Prosedur bedah yang dilakukan pada pasien OSA, meliputi:
1. Tonsilektomi dan/atau adenoidektomi. Banyak ahli berpendapat bahwa
tindakan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi merupakan tindakan yang harus
dilakukan karena keuntungannya lebih besar. Tingkat kesembuhan tindakan ini
3,21Saripati
pada anak sekitar 75-100%. Pada anak dengan etiologi hipertrofi adenoid
dan tonsil saja angka keberhasilannya tinggi, tetapi apabila disertai dengan risiko

19
lain seperti obesitas dan disproporsi kraniofasial, maka pasca operasi akan tetap
timbul OSAS. Meskipun demikian, karena OSAS terjadi akibat ukuran struktur
komponen saluran nafas atas relatif kecil dibandingkan dengan ukuran absolut
dari tonsil dan adenoid, maka para ahli berpendapat tindakan tonsilektomi
dan/atau adenoidektomi tetap diperlukan pada keadaan di atas.22 Pasca
tonsilektomi dan/atau adenoidektomi diperlukan pemantauan dengan
polisomnografi sebagai tindak lanjut. Kadang-kadang gejala masih ada dan dalam
beberapa minggu kemudian menghilang. Tatalaksana non medis lainnya seperti
penanganan obesitasnya tetap dilakukan meskipun telah dilakukan tonsilektomi
dan/atau adenoidektomi.23 Bailey, Mc Grown, J3

G
ambar 2. 3 Efek Tampilan Radiologi Tampak Lateral 16 Minggu Perawatan
Montelukast Pada Adenoid (2224) Bailey

2. Pembedahan hidung. Obstruksi nasal mungkin yang utama atau faktor yang
memberatkan pada OSA. Septoplasti untuk memperbaiki deviasi septum hidung,
pengangkatan polip hidung dan reduksi konka, membantu untuk meredakan
sumbatan hidung. Kadang-kadang operasi hidung diindikasikan untuk
menggunakan CPAP.DhingraFriedman
3. Operasi orofaringeal. Uvulopalatoplasty (UPP) adalah prosedur yang paling
umum dilakukan untuk mendengkur dan OSA. UPP terjadi 80% efektif pada
pasien mendengkur, tetapi OSA hanya dapat meringankan sebanyak 50%. UPP
bisadilakukan dengan tindakan laser atau menggunakan radiofrekuensi. (44-17)
Uvulopalatopharynoplasty, prosedur yang lebih kompleks, menghilangkan
palatum, pilar tonsil dan faringeal dengan cara mengeluarkan kelebihan mukosa
dan submukosa. Reseksi submukosal dari otot palatoglosus, palatofaringeus, dan

20
bagian belakang posterior palatum durum dengan palatum molle yang mengalami
elongasi adalah prosedur lain yang telah diusulkan.43Dhingra, Bailey, Advancce surgical teqniques

Diagram of uvulopalatopharyngoplasty. A, Obstruction to the oropharyngeal


airway is caused by abnormally prominent posterior tonsillar pillars and the
large, bulky uvula. B, An improved airway has been created
by reduction in the size of these structures.
(Ballenger)
Tabel 2.5 Diagram uvulopalatopharyngoplasty (UPP)

4. Kemajuan genioplasti dengan suspensi hioid. Tindakan ini dilakukan pada


pasien dengan gangguan pada dasar lidah yang berkontribusi pada OSA. Pasien
dengan retrognatia dan mikrognatia juga merupakan penyebab OSA.
Prosedur melibatkan reseksi dari segi empat bagian dari mandibula termasuk
tuberkulum genial dan otot-otot genioglosi, rotasinya mencapai 90° dan fiksasi
oleh plat. Tindakan ini membantu menarik pangkal lidah lebih ke anterior.
Bersamaan dengan prosedur ini, tulang hioid dibebaskan dari otot yang lebih
rendah dan digantung dari tepi bawah mandibula oleh kabel. Tindakan ini juga
membantu menarik pangkal lidah ke anterior.Dhingra, Advance surgical
5. Radiofrekuensi dasar lidah. Radiofrequency (RF) digunakan dalam 5-6
sittings untuk mengurangi ukuran lidah. Jarum RF dimasukkan ke submukosa.
Tindakan ini mengkoagulasi jaringan dan menyebabkan jaringan parut, dengan
demikian mengurangi ukuran jaringan. Dhingra, Advance surgical

21
6. Kemajuan osteotomi maxillomandibular. Osteotomi adalah tindakan yang
dilakukan di ramus mandibula dan maksila. Osteotomi dari maksila seperti
prosedur Le Fort I. Osteotomi kemudian difiksasi di posisi anterior dengan plat
dan sekrup. Prosedur bedah ini efektif pada kasus pilihan, tetapi memiliki
kelemahan yang menyebabkan perubahan estetika wajah. Dhingra

Tabel 2.6 Indikasi Penggunaan Monitor Portabel Pada Pasien Dewasa- AASM
Guidelines (2170) Bailey

Tabel 2.7 Kontraindikasi Penggunaan Monitor Portabel (2170) Bailey


7. Trakeostomi
Trakeostomi permanen adalah gold standar pengobatan, tetapi tidak dapat
diterima secara sosial dan memiliki komplikasi tersendiri. Biasanya pilihan ini
tidak disukai oleh pasien. Trakeostomi merupakan tindakan sementara pada anak

22
dan dewasa dengan OSAS berat yang mengancam hidup dan pasien yang tinggal
di daerah dengan peralatan operasi tidak tersedia.3,22,4 saripati

Gambar 2.5 Berbagai lokasi Anatomi Saluran Pernafasan Atas Penyebab OSA
Pada Pediatrik Dan Rekomendasi Penanganan Bedah(2231) Bailey

2.9 KOMPLIKASI
A. UMUM
Penyebab kantuk nomor satu adalah tidak memadainya kualitas waktu
tidur di tempat tidur. National Science Foundation (NSF) tahun 2008 di Amerika
melaporkan bahwa 16% dari individu memperoleh < 6 jam tidur per malam pada
hari kerja. Hanya 26% melaporkan tidur 8 jam atau lebih per malam Terlepas dari
kenyataan bahwa ini adalah jumlah tidur yang harus dibutuhkan rata-rata individu
agar cukup beristirahat. Kurang tidur telah terbukti berdampak negatif terhadap
fungsi kognitif dan kinerja, serta meningkatkan kecelakaan mobil dan kecelakaan
di tempat kerja.21, (2171)Bailey, Mc Grown
Pada tes waktu reaksi, konsentrasi, dan memori, subjek yang kurang tidur
secara eksperimental atau mengantuk karena gangguan tidur, berkinerja buruk
dibandingkan dengan subjek yang tidak tidur kurang atau memiliki normal tidur. 21
Untuk menilai tingkat kerusakan psikomotor yang terkait dengan kurang tidur
dalam penelitian perspektif bahwa membandingkan efek alkohol dengan kurang

23
tidur telah dilakukan. Subjek yang kurang tidur dinilai sama dengan subjek
dengan alkohol dalam darah 0,08%.22 Sistem kardiovaskular juga dipengaruhi
oleh kurang tidur. Ada peningkatan peradangan penanda termasuk C-Reactive
Protein (CRP) dan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular dan
morbiditas.23,Osacs,Mc Grown
Efek fisiologis kurang tidur termasuk perubahan dalam sirkulasi tingkat
hormon termasuk hormon pertumbuhan, hormon perangsang tiroid, leptin,
tiroksin, kortisol, prolaktin, estradiol, hormon luteinizing, adrenalin, dan
noradrenalin.24 Waktu tidur singkat dikaitkan dengan gangguan toleransi glukosa
dan obesitas.25Dhingra, Bailey
Bukti tambahan juga menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menjadi
predisposisi atau memperburuk OSA yang ada. Mekanisme yang menghubungkan
kurang tidur dan kontrol ventilasi yang abnormal tidak jelas, tetapi mungkin
melibatkan ambang depresi dan menumpulkan kontrol ventilasi yang dimediasi
oleh kemoreseptor. (134). (2184-2185)Bailey, OSAS The magnitude of The problem
Perubahan fungsi kekebalan tubuh terjadi saat kurang tidur termasuk
perubahan aktivitas sel pembunuh alami, tingkat interleukin-6, titer antibodi, dan
peningkatan angka kejadian beberapa kanker.26 Kurang tidur atau pembatasan
waktu tidur sering terjadi pada dokter serta pasien. Ada sebuah penelitian
ekstensif relatif terhadap kurang tidur dan kinerja yang relevan pada masa
pendidikan residen.27-29 Literatur ini menunjukkan penurunan dalam fungsi
kognitif, baik keterampilan motorik, belajar, penilaian, dan waktu reaksi sebagai
hasil keprihatinan tentang efek negatif dari kurang tidur pada dokter residen dan
pasien mereka. Akreditasi Dewan Pendidikan Dokter Pasca Sarjana mulai
membatasi jam kerja untuk residen pada tahun 1990 dan diimplementasikan untuk
membatasi jam kerja bagi dokter residen pada tahun 2003. Standar-standar ini
direvisi perlahan-lahan, terakhir pada tahun 2011, karena lebih banyak penelitian
tentang efek kurang tidur pada kinerja.30 Penelitian telah menunjukkan bahwa
dokter yang lebih tua dan lebih berpengalaman memiliki resistensi terhadap efek
kurang tidur, semua dokter rentan terhadap kinerja, dan pengurangan keputusan
yang disebabkan oleh kurang tidur.31 (BLY, 2153)

24
Tabel 2.8 Konsekuensi OSA Dhingra 277
B. ANAK
1. Neurobehavioral
Komplikasi neurobehavioral terjadi akibat hipoksia kronis nokturnal dan
sleep fragmentation. Rasa mengantuk pada siang hari yang berlebihan dilaporkan
terjadi pada 31-84% anak dengan OSAS. Keluhan lain yang dapat menyertai
OSAS adalah keterlambatan perkembangan, penampilan di sekolah yang kurang
baik, hiperaktifitas, sikap yang agresi/hiperaktif, penarikan diri dari kehidupan
sosial. Manifestasi gangguan kognitif yang lebih ringan dapat sering terjadi. Suatu
penelitian menunjukkan perbaikan OSAS dapat menyebabkan perbaikan yang
nyata pada fungsi kognitif.3 Saripati
2. Gagal tumbuh
Gagal tumbuh merupakan komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak
dengan OSAS kira-kira 27-56%. Penyebab gagal tumbuh pada anak dengan
OSAS adalah anoreksia, disfagia sekunder akibat hipertrofi adenoid dan tonsil,
peningkatan upaya untuk bernafas, dan hipoksia. Pertumbuhan yang cepat terjadi
setelah dilakukan adenotonsilektomi.2-4 Saripati
3. Kardiovaskular
Hipoksia nokturnal berulang, hiperkapnia dan asidosis respiratorik dapat
mengakibatkan terjadinya hipertensi pulmonal yang merupakan penyebab
kematian pasien OSAS. Keadaan di atas dapat berkembang menjadi kor pulmonal.
Prevalensi hipertensi pulmonal pada anak dengan OSAS tidak diketahui.

25
Brouilette dkk.4 melaporkan kor pulmonal terjadi pada 55% dari 22 anak dengan
OSAS dan Guilleminault dkk, melaporkan adanya cardio respiratory failure pada
20% dari 50 pasien.2 Sraipati
Risiko tinggi OSAS juga secara signifikan
meningkatkan kematian dan kesakitan akibat kardiovaskuler.5,7,20 (osacs)
4. Enuresis
Etiologinya mungkin akibat kelainan dalam regulasi hormon yang
mempengaruhi cairan tubuh. Enuresis khususnya yang sekunder dapat membaik
setelah obstruksi jalan nafas bagian atas dihilangkan.3 Saripati
5. Penyakit respiratorik
Pasien dengan OSAS mungkin teraspirasi sekret dari respiratorik atas yang
menyebabkan kelainan respiratorik bawah sehingga memungkinkan terjadinya
infeksi respiratorik. Keadaan ini dapat membaik setelah dilakukan tonsilektomi
dan/atau adenoidektomi. Beberapa anak dengan tonsil yang besar mengalami
disfagia atau merasa sering tercekik dan mempunyai risiko untuk mengalami
aspirasi pneumonia.3saripati
6. Gagal nafas dan kematian
Laporan kasus telah melaporkan adanya gagal nafas pada pasien dengan
OSAS yang berat atau akibat komplikasi perioperatif.3saripediatri

26
BAB III

KESIMPULAN

OSAS adalah berhentinya aliran udara pernapasan selama 10 detik atau


lebih, mendengkur pada saat tidur, walaupun terjadi usaha bernafas yang
disebabkan oleh obstruksi jalan nafas atas yang diawali oleh mendengkur
(dewasa) dan nafas berbunyi hingga tampak retraksi (anak).Bailey, 1,4 14, saripati
Hipertrofi adenoid dan tonsil merupakan keadaan yang paling sering
menyebabkan OSAS pada anak. Walaupun pada sebagian besar anak OSAS
membaik setelah dilakukan adenotonsilektomi, angka keberhasilannya cukup
tinggi yaitu sekitar 75-100%.1-4 SARIPATI, Osas in childhood
Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya OSAS pada dewasa,
pria lebih sering terjadi daripada wanita sebanyak 8:1. OSAS lebih sering terjadi
pada orang dewasa daripada anak-anak. (saripati)4,
OSAS dapat diskrining menggunakan beberapa kuesioner antara lain
Berlin questionnaire, dan Epworth Sleepiness Scale (ESS), serta OSACS pada
pasien dengan risiko Sindrom Koroner Akut (SKA) dan beberapa pemeriksaan
penunjang. Polisomnografi merupakan gold standar untuk mendiagnosis OSAS.
Bailey, OSACS

Penatalaksanaan OSAS dapat dilakukan secara non bedah dan bedah.


CPAP hingga saat ini merupakan terapi tunggal yang paling efektif dan tidak
invasif untuk OSAS dan dapat menjadi terapi pendukukng saat kontraindikasi
operasi dialami pasien pada kasus-kasus tertentu. Bailey, Dhingra, Diagnosis of OSAS
Komplikasi pasien dengan OSAS dapat terjadi pada dewasa dan anak-anak
hingga kematian dapat terjadi bila tidak terdiagnosis sejak dini dan diterapi
dengan cepat dan tepat.Bailey,

27
28

Anda mungkin juga menyukai