Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN
FISKAL
REGIONAL

Triwulan 2
2017

PROVINSI SUMATERA UTARA

Penyusun :
Penanggung Jawab : Mercy Monika R. Sitompul
Ketua Tim : Much. Rifai
Editor : Novita Endah Hasibuan
Desain Grafis : Ricky Ardiawan
Anggota : Pegawai Bidang PPA II
DAFTAR ISI
PERKEMBANGAN DAN
I ANALISIS EKONOMI REGIONAL
A. Produk Domestik Regional Bruto 1
B. Inflasi 2
KATA PENGANTAR C. Indikator Kesejahteraan 3
PERKEMBANGAN DAN
II
ANALISIS PELAKSANAAN APBN
A. Pendapatan Negara 5
B. Belanja Negara 8
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas C. Prognosis Realisasi APBN 10
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya maka Flash Report Kajian Fiskal Regional PERKEMBANGAN DAN
(KFR) Triwulan II Tahun Anggaran 2017 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera III ANALISIS PELAKSANAAN APBD
dapat terselesaikan.
Flash Report KFR triwulan II ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang A. Pendapatan Daerah 13
kondisi fiskal yang berasal dari pelaksanaan APBN maupun APBD, mampu memberikan B. Belanja Daerah 15
analisis secara parsial berdasarkan kondisi arus kas masuk dan arus kas keluar serta C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan
menggambarkan isu strategis atau berita terpilih yang dianggap mempunyai pengaruh Akhir Tahun 2016 16
terhadap fiskal daerah Sumatera Utara.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II tahun 2017 sebesar 4,8% PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
IV PELAKSANAAN ANGGARAN
menunjukkan kondisi ekonomi yang cukup kuat. Hal ini didukung oleh positifnya pertumbuhan
semua lapangan usaha. Peningkatan penerimaan pemerintah sebesar 9,03% berpengaruh KONSOLIDASIAN ( APBN DAN APBD)
positif kepada peningkatan PDRB sebesar 4,58% A. Laporan Keuangan Konsolidasian 18
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya B. Pendapatan Konsolidasian 19
kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan. Kami C. Belanja Konsolidasian 21
menyadari bahwa cakupan serta kualitas kajian ini masih terus disempurnakan. Oleh karena
BERITA/ISU
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang V FISKAL REGIONAL TERPILIH
berkepentingan, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai
pihak selama ini dapat ditingkatkan di masa mendatang. A. Perkembangan KEK Sei Mangkei 23
Besar harapan kami, dengan segala keterbatasan yang ada, semoga Flash Report B. Percepatan Pembangunan Infrastruktur
KFR ini dapat memberi manfaat dan kontribusi dalam pengelolaan fiskal di di wilayah oleh Pemda 25
Provinsi Sumatera Utara.

Medan, 31 Agustus 2017


Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara

Bakhtaruddin
NIP 1960091919850310003

i Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 ii
pengadaan listrik dan gas adalah pertumbuhannya di dominasi oleh
Istana Maimun, Medan sub bidang gas perkotaan yang mengalami pertumbuhan sebesar
34%. Sedangkan untuk sub bidang listrik relatif stabil.
Struktur perekonomian Sumut pada semester I tahun 2017
masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 21,14%, industri pengolahan
sebesar 20,47%, serta perdagangan besar-eceran, reparasi mobil-
sepeda motor sebesar 18,01%. Peranan ketiga lapangan usaha
tersebut mencapai 59,62% terhadap total PDRB Sumut
Pertumbuhan ekonomi semester I sebesar 4,80% dari sisi
pengeluaran ini didukung oleh hampir seluruh komponen kecuali
komponen impor barang dan jasa yang mengalami kontraksi 0,21%.
Struktur ekonomi menurut pengeluaran ini didominasi oleh komponen
pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 53,39%, diikuti ekspor
barang dan jasa sebesar 36,08%, serta pembentukan modal tetap
bruto (PMTB) sebesar 31,17% terhadap total PDRB Sumut
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menduduki urutan
kedua untuk wilayah Sumatera dengan persentase sebesar 22,76%,
dibawah Riau sebesar 23,23%. Sedangkan sumbangan terhadap
perekonomian nasional, Sumatera Utara menyumbang 4,94% dan
berada di urutan ke enam setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa “Pertumbuhan ekonomi
Barat, Jawa Tengah dan Riau. Sumatera Utara menduduki
urutan kedua untuk
I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS INDIKATOR EKONOMI wilayah Sumatera
REGIONAL B. Inflasi dengan persentase
sebesar 22,76%, dibawah
A. Produk Domestik Regional Bruto Inflasi sumatera utara bulan Juni 2017 sebesar 0, 26 %. Riau sebesar 23,23%.
Perkembangan Bulan-bulan sebelumnya 0,44% (Mei) dan 0,43% Sedangkan sumbangan
Grafik 1 : Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (April). Dari keempat kota IHK di Sumatera Utara, hanya kota terhadap perekonomian
nasional, Sumatera Utara
Per triwulan 2016-2017 Pematang Siantar yang mengalami deflasi sebesar 0,07%. Sedangkan menyumbang 4,94% dan
Kota Medan, Sibolga dan Padangsidimpuan mengalami inflasi masing- berada di urutan ke enam
masing sebesar Rp. 0,24%, 0,38% dan 1,09%. setelah DKI Jakarta, Jawa
Terjadinya inflasi pada bulan Juni 2017 menyebabkan laju Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Riau.”
inflasi year on year Sumatera Utara sebesar 3,75%

Grafik 2 : Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara


Per triwulan 2016-2017
“Tingkat pertumbuhan
ekonomi ini jika
dibandingkan dengan
periode tiap triwulan tidak
jauh berbeda dengan
tahun sebelumnya, dimana
mengalami trend kenaikan.
Hal ini menunjukkan
ekonomi Sumatera Utara Sumber : BPS Prov. Sumut
masih cukup kuat.”
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada semester I-2017
bila dibandingkan semester I-2016 tumbuh 4,80 % (y-on-y). Angka ini
diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga konstan 2010. Semua lapangan usaha mengalami
pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi pada lapangan
usaha pengadaan listrik dan gas (10.80%), real estate (9.58%) dan
diikuti oleh informasi dan komunikasi (9.58%). Tingkat pertumbuhan
ekonomi ini jika dibandingkan dengan periode tiap triwulan tidak
jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana mengalami trend
kenaikan. Hal ini menunjukkan ekonomi Sumatera Utara masih Sumber : BPS Prov. Sumut
cukup kuat. Sebuah catatan dari pertumbuhan pada lapangan usaha

1 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 2
Komoditas penyumbang inflasi pada bulan juni 2017 terbesar
berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang Lompat Batu, Nias
mempunyai andil sebesar 0,43 persen. Hal ini terkait dengan adanya
kenaikan tarif PDAM, Gas dan konsumsi bahan bakar yang semakin
meningkat. Sedangkan kelompok berikutnya yang mempunyai andil
terbesar kedua adalah kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan
tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen.
Kelompok bahan makanan mempunyai andil inflasi sebesar
-0,33 persen. Hal ini tentunya terkait dengan menurunnya pasokan
bahan-bahan makanan dari beberapa daerah sentra produksi. Salah
satu penyebab utamanya adalah masih berlanjutnya erupsi gunung
Sinabung yang sampai saat ini belum berakhir.

“Jumlah penduduk miskin C. Indikator Kesejahteraan


di Sumatera Utara pada
Maret 2017 sebanyak Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada Maret 2017 II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
1.453.870 orang atau 10,22% sebanyak 1.453.870 orang atau 10,22% dari jumlah penduduk. Turun
dari jumlah penduduk.
Turun hanya 0.05 persen
hanya 0.05 persen dari kondisi bulan september (10.27%). Kondisi ini Realisasi alokasi alokasi anggaran pemerintah pusat yang bersumber dari APBN untuk
dari kondisi bulan memperlihatkan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan semester I Tahun 2017 Rp7.688.255.197.697 atau 38,25%
september (10.27%). Sumatera Utara masih belum ada perubahan yang signifikan. dari alokasi pagu sebesar Rp 20.129.081.459.000,-. Apabila dibandingkan dengan Penyerapan
Kondisi ini memperlihatkan Berdasarkan indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
bahwa jumlah dan
Provinsi Sumatera Utara lebih baik dari penyerapan nasional sebesar 33.18% walaupun masih di
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. bawah target penyerapan 40%.
persentase penduduk
miskin di Sumatera Utara P1 turun dari 1,957 pada September 2016 menjadi 1,714 pada
masih belum ada perubahan Maret 2017, dan P2 turun dari 0,559 pada September 2016 menjadi Tabel 1 : Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Sumatera Utara
yang signifikan” 0,445 pada Maret 2017. kondisi itu mengindikasikan bahwa rata-rata s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2016 dan Tahun 2017
dalam miliar Rp.
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis
kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin Tahun 2016 Tahun 2017
semakin menurun. Jika dibandingkan antara pedesaan dan perkotaan, Uraian
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di daerah pedesaan A. PENDAPATAN NEGARA 30,414 8,436.93 30,914 10,303.94
lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah perkotaan. Ini berarti
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 30,414 8,436.93 30,914 10,303.94
tingkat kemiskinan di daerah pedesaan lebih buruk dibandingkan
1. Penerimaan Pajak 29,006 8,046.37 28,318 9,438.80
daerah perkotaan.
Pada Bulan Maret 2017, garis kemiskinan Sumatera Utara 2. PNBP 1,408 390.56 2,596 865.15
sebesar Rp. 411,345,- per kapita per bulan. Apabila dirinci lagi, garis II. HIBAH - - - -
kemiskinan untuk daerah perkotaan sebesar Rp. 425,693,- dan untuk B. BELANJA NEGARA 63,867 17,716.82 44,773 15,892.05
daerah pedesaan sebesar Rp. 396,033,- per kapita per bulan. I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 20,220 5,609.08 20,130 6,709.37
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan 1. Belanja Pegawai 8,988 2,493.37 9,579 3,192.78
tersebut adalah peningkatan tingkat pengangguran terbuka yaitu dari 2. Belanja Barang 5,950 1,650.58 5,686 1,895.21
5,84% pada bulan Agustus 2016 menjadi 6,41% pada bulan Februari 3. Belanja Modal 5,161 1,431.64 4,842 1,613.97
2017 yang berpengaruh pada bertambahnya penduduk miskin.
4. Belanja Bantuan Sosial 74 20.63 22 7.41
5. Belanja Lain-lain 46 12.85 - -
II. TRANSFER KE DAERAH DAN D.DES 43,647 12,107.74 24,643 9,182.68
1. Transfer ke Daerah 39,794 11,038.74 20,616 6,871.53
a. Dana Perimbangan 35,644 9,887.77 19,215 6,404.68
1) Dana Alokasi Umum 26,205 7,269.14 14,423 4,807.35
2) Dana Bagi Hasil 2,665 739.37 943 314.44
3) Dana Alokasi Khusus 6,775 1,879.26 3,849 1,282.90
b. Dana Otonomi Khusus - - - -
c. Dana Keistimewaan Yogyakarta - - - -
d. Dana Transfer Lainnya 4,149 1,150.96 1,401 466.84
2. Dana Desa 3,854 1,069.01 4,027 2,311.15
C. SURPLUS DEFISIT (33,453) (9,279.89) (13,856) (5,588.11)
Sumber : SPAN, Ditjen Perbendaharaan

3 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 4
A. Pendapatan Negara c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Grafik 3 : Komposisi Penerimaan Pajak 1. Penerimaan Perpajakan
Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 Tren Penerimaan PPnBM khususnya Grafik 6 : Realisasi Penerimaan PPnBM
Target penerimaan pajak untuk
PPnBM Dalam Negeri menunjukkan Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 (dalam Juta Rp)
tahun 2017 sebesar Rp. 19,3 triliun.
penurunan pada bulan April hingga Juni.
Realisasi penerimaan pajak hingga
Penurunan ini disebabkan oleh lesunya
triwulan II adalah sebesar Rp. 9,58 trilian
kegiatan impor abrang mewah pada
dengan komposisi terbesar berasal dari
triwulan II. Selain itu, tarif PPNBM yang
pajk penghasilan (58%) diikuti oleh Pajak
baru pada bulan maret, yaitu PMK nomor
Pertambahan Nilai.
35 tahun 2017, juga berimbas kepada
Pelaksanaan Tax Amnesti
menurunnya PPnBM.
menambah wajib pajak baru sebanyak
41.182. dari jumlah tersebut, 3.254 wajib
pakjak mengikuti tax amnesty dengan
uang tembusan sebesar rp. 141,44 miliar.

Sumber : SPAN, (diolah)


Sumber : SPAN, (diolah)
Grafik 4 : Realisasi Penerimaan PPh
Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 (dalam Juta Rp)
a) Pajak Penghasilan (PPh)
Penerimanaan pajak penghasilan d) Penerimaan Cukai
hingga semeter I 2017 sebesar Rp. 5,64
Grafik 7 : Realisasi Penerimaan Cukai
triliun dengan rincian per jenis pajak Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 (dalam Juta Rp) Penerimaan Cukai hingga semester
penghasilan hampir 72,81% adalah I 2017 sebesar Rp. 277,42 miliar
pajak penghasilan yang berasal dari sebagian besar berasal dari Cukai hasil
pajak orang pribadi dan badan. Hal ini tembakau (88,57%) dan berikutnya
menunjukkan bahwa banyaknya belanja adalah penerimaan cukai Minuman
pegawai baik di sektor Pemerintah Mengandung Ethyl Alkohol sebesar
maupun sektor usaha yang menjadi 11,57%. Penerimaan ini berasal Deli
obyek pajak. Serdang yang merupakan salah satu
sentra penghasil tembakau yang
terkenal, bahkan menjadi satu dari tiga
Sumber : SPAN, (diolah) penghasil tembakau untuk pasar cerutu
dunia, selain di Jember dan Klaten
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Sumber : SPAN, (diolah)

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai


Grafik 5 : Realisasi Penerimaan PPN
hingga semester I 2017 sebesar Rp.
Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 (dalam Juta Rp)
“Deli Serdang merupakan satu dari tiga penghasil tembakau
3,04 triliun dimana komposisi PPN yang terkenal untuk pasar cerutu dunia,
dalam negeri sebesar 60,53% dan
PPN Impor sebesar 38,80%. Hal ini selain di Jember dan Klaten”
menunjukkan :
-- PPn Dalam Negeri yang
berasal dari aktivitas ekonomi
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
(pembentukan aset tetap dan
pengadaan alat-alat produksi)
masih merupakan kontributor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lingkup Provinsi Sumatera Utara pada semester
utama. Namun jumlahnya masih I 2017 sebesar Rp. 797,13 miliar yang sebagian besar bersumber dari Pendapatan Jasa (49,49%)
dibawah Pendapatan Pajak dan Pendapatan Jasa Layanan Umum (32,16%). PNBP terbesar terjadi pada bulan April yang
Penghasilan. Hal ini menunjukkan mencapai 24%.
bahwa aktivitas ekonomi terkait
dengan perolehan barang-barang
yang digunakan untuk aktivitas “Pendapatan Jasa dan Pendapatan Jasa Layanan Umum menyumbang
Sumber : SPAN, (diolah) ekonomi masih sedikit. 81,75 % dari seluruh penerimaan PNBP.”
-- Tingginya aktivitas ekonomi yang berasal dari aktivitas impor barang. Hal ini tentunya

memerlukan perhatian yang serius terkait dengan banyaknya barang-barang impor.

5 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 6
a) Penerimaan Pendapatan Jasa B. Belanja Negara
Penerimaan Pendapatan jasa sebesar Rp. 394,54 miliar pada dengan komposisi sebagai
Alokasi belanja pemerintah di Provinsi Sumatera sebesar Rp. 27,26 triliun dengan komposisi
berikut:
yang hampir berimbang antara belanja pegawai (27,85%), belanja barang (21,77%) dan belanja
Pendapatan terbesar berasal Grafik 8 : Realisasi PNBP Pendapatan Jasa
modal (22,43%). Sedangkan Belanja bantuan sosial hanya sebesar Rp. 68 miliar (0,25%)
dari BPJS Kesehatan pada Fasilitas
Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017
Adapun belanja negara lingkup Provinsi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
Kesehatan Tingkat Lanjutan (30,66%) 1. Belanja Pemerintah Pusat
diikuti oleh pendapatan STNK (15,28%),
Jasa Bandar Udara, Kepelabuhan dan Realisasi sampai dengan triwulan
Grafik 10 : Belanja Pemerintah Pusat
Kenavigasian (13,55%.), Pendapatan II tahun 2017 seluruh belanja sebesar Rp.
BPKB dan Pendapatan Tanda Nomor 10,24 triliun (37,55%), diatas rata-rata
Kendaraan Bermotor. penyerapan nasional sebesar 33,51%.
Hal tersebut menggambarkan Meskipun demikian, tingkat penyerapan
tingginya masyarakat yang mendapatkan ini masih dibawah target yang ditetapkan,
layanan kesehatan tingkat lanjutan (rumah yaitu 40%.
sakit) akibat tidak bisa ditanggulangi Tren penyerapan setiap bulan
oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama Sumber : SPAN, (diolah) masih mengikuti pola klasik, yaitu rendah
(dokter keluarga, klinik dan puskesma) di awal tahun, selanjutnya naik bertahap
Pendapatan dari jasa bandar udara, kepelabuhan dan kenavigasian menunjukkan bahwa setiap bulannya hingga akhir tahun.
animo masyarakat dalam melakukan perjalanan melalui berbagai moda transportasi. Sedangkan
pendapatan yang terkait dengan administrasi kendaraan bermotor (STNK, BPKB dan TNKB)
menunjukkan tingginya volume kendaraan bermotor di sumatera utara.
Sumber : SPAN, (diolah)

b) Penerimaan Jasa Layanan Umum Grafik 11 : Tren Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
dan Belanja Bantuan Sosial Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017

Penerimaan PNBP dari Pendapatan Jasa Grafik 9 : Realisasi PNBP Jasa Layanan Umum
Komposisi penyerapan
Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017
Layanan Umum sebesar Rp. 256,36 anggaran berdasarkan jenis belanja
miliar dengan komposisi sebagai berikut : masih didominasi oleh belanja pegawai
(44,92%), dan diikuti oleh belanja
Penerimaan terbesara PNBP dari barang (33,13%), belanja modal
Jasa Layanan umum berasal dari Jasa (25,14) dan belanja bantuan sosial
Pelayanan Rumah Sakit (82,92%) dan (13,70). Sedangkan tren penyerapan
Jasa Pelayanan Pendidikan (16,92%). bulanan berbeda-beda sesuai dengan
Besarnya persentase pendapatan jasa karakteristik masing-masing jenis
pelayanan rumah sakit menunjukkan belanja.
banyaknya masyarakat yang berobat
ke rumah sakit. Tentunya ini berkaitan
dengan tingkat kesehatan di masyarakat. Sumber : SPAN, (diolah)

Sumber : SPAN, (diolah)


2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Trend penyaluran Transfer ke Daerah berbeda-beda sesuai dengan karakteristik setiap dana
“Besarnya pendapatan Jasa dari BPJS Kesehatan transfer tersebut. Pada tahun 2017 ini, penyaluran dana fisik dan dana desa dilakukan melalui KPPN
daerah sebagai KPPN penyalur, dari yang sebelumnya melalui KPPN Jakarta II. Khusus untuk
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (41%). dana desa, tidak semua kabupaten penyalurannya bisa dilaksanakan pada bulan April 2017. Hal
Hal ini menunjukkan banyaknya masyarakat yang memerlukan ini disebabkan terdapat kabupaten/ kota yang belum mendapatkan rekomendasi untuk penyaluran
pelayanan kesehatan tingkat lanjut.” tahap I yang dilaksanakan pada bulan April. Bahkan terdapat kabupaten kota yang penyalurannya
dilaksanakan pada bulan juni, diantaranya adalah Kab. Nias, Kabupaten Nias Barat dan Kab.
Humbang Hasundutan.

3. Pendapatan Hibah
Hingga triwulan II tahun 2017 tidak ada pendapatn hibah di Prov. Sumatera Utara

7 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 8
Penyaluran DAK Fisik tahap Grafik 12 : Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Grafik dibawah menunjukkan Sektor usaha yang dibiaya oleh KUR. Sektor Perdagangan
Lingkup Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017
II dan Dana Desa triwulan II pada besar dan Eceran mendominasi penyaluran KUR sebesar 53,78%, diikuti oleh sektor Pertanian,
tahun ini berdarakan progress Perburuhan dan Kehutanan sebesar dan Kehutanan sebesar 30,17%. Hal ini menunjukkan bahwa
penyerapan anggaran dan capaian sektor usaha yang dominan menyerap KUR adalah Sektor Perdagangan besar dan Eceran,
output. Keterlambatan penyerapan dan sedangkan sektor Pertanian, Perburuhan dan Kehutanan yang merupakan salah satu penyumbang
penggunannya akan mempengaruhi perekonomian Sumatera Utara belum maksimal tergarap. Sektor kreatif yaitu Jasa Kemasyarakatan,
penyaluran tahap/ triwulan berikutnya. Sosial Budaya, dan Hiburan juga belum optimal dikembangkan. Hal ini terlihat dari penyaluran KUR
Apabila terdapat DAK Fisik dan Dana pada sektor yang hanya 5,01%.
Desa yang tidak tersalurkan, maka akan
Grafik 14 :
membebani APBN daerah bersangkutan.
Realisasi Penyaluran KUR Per sektor usaha

Sumber : SPAN, (diolah)

3. Manajemen Investasi Pusat


Investasi pemerintah Pusat yang dilaksanakan di daerah
adalah penerusan pinjaman kepada pemerintah daerah dan BUMD
“Besarnya serta penyaluran Kredit Usaha Rakyat melalui perbankan. Penerusan
tunggakan non pinjaman kepada pemerintah daerah/ BUMD yang ada saat ini
pokok disebabkan merupakan penerusan pinjaman pada periode yang lalu kepada 18
debitur dan 41 perjanjian. Saat ini tidak ada penerusan pinjaman yang
oleh besarnya baru karena Penerusan pinjaman baru dilaksanakan secara sangat
denda akibat selektif
keterlambatan Jumlah total tunggakan pemerintah semester I 2017 adalah
sebesar Rp. 355,4 miliar yang terdiri dari tunggakan pokok sebesar Rp.
pembayaran oleh 108 miliar (30%) dan tunggakan non pokok sebesar Rp. 247,4 miliar
debitur.” (70%). Besarnya tunggakan non pokok disebabkan oleh besarnya
denda akibat keterlambatan pembayaran oleh debitur.
Grafik 13 :
Komposisi Penyaluran KUR berdasarkan Skema Keterlibatan pemerintah dalam
penyaluran Kredit usaha Rakyat adalah
adanya subsidi selisih bunga atas KUR
kepada bank penyalur, hingga saat ini,
Jumlah penyaluran KUR di Provinsi
Sumatera Utara hingga semester 1
sebesar Rp. 1,16 triliun. Dari jumlah
tersebut, komposisi terbesar adalah
KUR Ritel yang mencapai 53,54%
dengan jumlah debitur sebesar 4.683 Sumber : SPAN, (diolah)
diikuti oleh KUR Mikro sebesar 46,
46% dengan jumlah debitur sebanyak C. Prognosis Realisasi APBN
31.713. Perbandingan terbalik antara
Diperkirakan realisasi APBN tahun 2017 ini berada pada kisaran 90%. Hal ini didasari
Sumber : Aplikasi SLIM, (diolah)
pertumbuhan ekonomi yang berjalan melambat, yang memicu kekhawatiran terhadap terjadinya short
jumlah dana yang tersalurkan dengan jumlah menunjukkan jumlah potensi UMKP yang dapat fall penerimaan pajak. Di sisi realisasi anggaran diperkirakan triwulan III baru terjadi peningkatan
dikembangkan, namun belum ada langkah nyata yang keberpihakan kepada pelaku UMKM yang pengeluaran anggaran seiring dengan proses kegiatan pembangunan fisik proyek-proyek yang
rata-rata mengambil KUR Mikro. dibiayai oleh APBN.
Apabila ditinjau dari sebaran wilayah penyaluran KUR, Kota medan dan Kab. Deli Serdang
berada di posisi pertama dan kedua dengan tingkat persentase penyaluran 15% dan 11 % dari
seluruh KUR yang disalurkan.
“Perbandingan terbalik antara jumlah dana yang tersalurkan
dengan jumlah menunjukkan jumlah potensi UMKP yang dapat
dikembangkan, namun belum ada langkah nyata yang keberpihakan
kepada pelaku UMKM yang rata-rata mengambil KUR Mikro.”

9 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 10
Tabel Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sumatera Utara
Danau Toba, Sumatera Utara s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2016 dan Tahun 2017
dalam miliar Rp

Tahun 2016 Tahun 2017


Uraian
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Dana Alokasi Khusus 4,910.0 1,916.0 4,460.0 2,061.0
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 7,450.0 1,766.0 1,583.0 899.0
Dana Otonomi Khusus 6,816.0 1,567.0 886.0 318.0
Dana Penyesuaian 1,131.0 1,138.0 520.0
Transfer Pemerintah Provinsi 56,710.0 14,413.0 51,039.0 17,252.7
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 44,326.0 16,588.0 42,462.0 9,345.0
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 19,065.0 6,291.0 28,647.0 6,268.0
Transfer Bantuan Keuangan 8,739.0 5,503.0 723.0 1,844.0
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Prov./ 0,7 0,07 254.0 0,5
Kabupaten/Kota Lainnya
Lain-lain pendapatan daerah yang sah 2,2 1,4 2.0 2.0
Pendapatan Hibah 3,350.0 1,151.0 345.0 132.0
Pendapatan Dana Darurat 115.0 253.0 100.0 32.0
Pendapatan Lainnya 3,776.0 130.0 1,495.0 344.0
III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD JUMLAH PENDAPATAN 9,207.0 3,260.0 10,773.0 716.0
BELANJA 74.0 10,69 123.0 7.0
Belanja Pegawai 6.298 6.090 1.436

Sampai dengan semester I TA 2017, Pemerintah Daerah (Pemda) yang sudah menyampaikan Belanja Barang - -
laporan keuangan sebanyak 34 (tiga puluh empat) di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Belanja Bunga 2,587.0 - 2,599.0 222.0
APBD lingkup Provinsi Sumatera Utara pada TA 2017 meningkat sebesar Rp. 42,46 triliun atau lebih Belanja Subsidi 375.0 - 389.0 -
rendah 4 % dari Tahun 2016.Alokasi dana tersebut diharapkan dapat meningkatkan perputaran Belanja Hibah 1,549.0 - 1,551.0 607.0
ekonomi di Sumatera Utara. Belanja Bantuan Sosial 142.0 - 148.0 21.0
APBD tersebut diharapkan dapat menjadi faktor yang vital dalam mencapai keberhasilan Belanja Bantuan Keuangan 927.0 - 950.0 188.0
program prioritas tersebut.
Belanja Modal 448.0 - 453.0 398.0
Belanja Tidak Terduga 50,354.0 16,588.0 48,552.0 10,781.0
TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 6,356.0 (2,175.0) 2,487.0 6,471.7
Tabel 2 : Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sumatera Utara Transfer/Bagi Hasil ke Desa - -
s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2016 dan Tahun 2017 Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 2.587 - 2.599 222
dalam miliar Rp Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 375 - 389 -
Tahun 2016 Tahun 2017 Transfer Bantuan Keuangan 1.549 - 1.551 607
Uraian Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah 142 - 148 21
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Daerah Lainnya
PENDAPATAN
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 927 - 950 188
PAD 8,999.0 2,187.0 8,961.0 2,203.0 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 448 - 453 398
Pajak Daerah 6,534.0 1,607.0 6,938.0 1,833.0 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 50.626 16,588.0 55.059 10.781
Retribusi Daerah 705.0 156.0 759,5 189,4 SURPLUS/DEFISIT 6,356.0 (2,175.0) 2,487.0 6,471.7
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 474.0 112.0 508.0 102.0
Dipisahkan Sumber : DPKAD

Lain-Lain PAD yang Sah 1,286.0 312.0 1,515.0 268.0


Pendapatan Transfer 47,711.0 12,226.0 42,078.0 15,049.7
Transfer Pemerintah Pusat - Dana 35,206.0 9,330.0 35,038.0 13,005.0
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak 1,801.0 5,888.0 793.0
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 7,012.0 7,767.0 99.0
Dana Alokasi Umum 21,483.0 7,414.0 16,923.0 10,052.0

11 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 12
A. Pendapatan Daerah b) Penerimaan Retribusi Daerah
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penerimaan retribusi daerah lingkup Provinsi se Sumatera Utara per Kabupaten/Kota (10 terbesar)
Merupakan data target serta realisasi PAD dari seluruh Pemda di Sumatera Utara baik berupa pajak adalah sebagai berikut:
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.
Grafik 16 : Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota
a) Penerimaan Pajak Daerah Lingkup Provinsi Sumatera Utara Triwulan II Tahun 2017 (10 terbesar)
Penerimaan pajak daerah lingkup Provinsi Sumatera Utara yakni sebesar Rp1.8 milyar dengan
grafik 10 (sepuluh) terbesar sebagai berikut: dalam miliar Rp

Grafik 15 : Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota


Lingkup Provinsi Sumatera Utara Triwulan II Tahun 2017 (dibawah 3 terbesar)
dalam miliar Rp
60

50

40

30

20

10

0
T.Tinggi P.Siantar Lab. Batu Binjai Sergei Labura

Pagu Pajak Daerah


Sumber : DPKAD, diolah
Sumber : DPKAD, diolah
Penerimaan retribusi untuk Pemda Medan, Deli Serdang, dan Tapanuli Utara berasal dari....,
Uraian: Di Provinsi Sumatra Utara, pendapatan terbesar terdapat pada Pemprov Sumatra Utara, sedangkan penerimaan retribusi Sumatera Utara hanya sebesar 4% dari keseluruhan penerimaan
Kota Medan, dan Deli Serdang. Sedangkan 7 pemda lainnya, seperti grafik diatas. Ketiga pemda retribusi Sumatera Utara, sedangkan 7 pemda lainnya penerimaan retribusinya hampir merata.
penerima pajak terbesar tidak dimasukkan dalam grafik agar tidak terdapat perbandingan yang Penerimaan retribusi di Sumatera Utara utamanya berasal dari parkir dan iklan.
ekstrem dengan 7 pemda lainnya.

Diluar Pemprov Sumut dan Kota Medan, Pemda Deli Serdang merupakan pemda yang
paling tinggi pajak daerahnya, pendapatan ini berasal dari beberapa kawasan industri di sekitar
medan yang berada di wilayah Kab. Deli Serdang.

13 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 14
c) Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan lingkup Provinsi se Sumatera Utara per Grafik 19 : Realisasi Belanja Modal
Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: Lingkup Provinsi Sumatera Utara s.d. triwulan II Tahun 2017 (10 terbesar)
dalam miliar Rp
Grafik 17 : Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Lingkup Provinsi Sumatera Utara Triwulan II Tahun 2017 (10 terbesar)
dalam miliar Rp

Sumber : DPKAD, diolah


Sumber : DPKAD, diolah Belanja modal terbesar terdapat pada kabupaten Deli Serdang sebesar 21%, selain itu
Penerimaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang terbesar adalah yakni di Pemda Deli Tapanuli Tengah dan Langkat berada pada posisi yang sama yaitu sebesar 15%. Belanja modal
Serdang, sedangkan pemda yang lain merata. Penerimaan kekayaan daerah yang dipisahkan Kota Medan berada pada posisi ketiga yaitu sebesar 12%. Sedangkan Pemprov lain tidak lebih dari
utamanya berasal dari kekayaan.. 10% seperti tampak pada grafik.
B. Belanja Daerah C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2017
1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal Bagian ini mengulas mengenai perkiraan pendapatan daerah dan belanja daerah sampai
dengan akhir tahun 2017 dalam lingkup Provinsi Sumatera Utara. Metodologi yang digunaan yakni
Grafik 18 : Realisasi Belanja Operasional dengan melihat realisasi tahun yang lalu.
Lingkup Provinsi Sumatera Utara s.d. Triwulan II Tahun 2017 (10 terbesar)
dalam miliar Rp
Grafik 20 : Perbandingan Pagu dan Pajak Daerah

60

50

40

30

20

10

0
T.Tinggi P.Siantar Lab. Batu Binjai Sergei Labura

Pagu Pajak Daerah


Sumber : DPKAD, diolah

Belanja Daerah paling besar terdapat pada pemda Kota Medan, sedangkan Pemprov Sumut Sumber : DPKAD, diolah
hanya berada pada posisi keempat, 2 pemda lainnya yaitu Tapanuli Tengah dan Deli Serdang berada
pada posisi kedua dan ketiga.

15 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 16
Seperti tampak pada grafik, perbandingan pagu dan pajak daerah Kabupaten Labuhan Batu
terlihat buruk karena realisasi anggaran pada Kabupaten ini masih kurang baik. Hal yang sama juga Tangkahan, Kab. Langkat
terjadi pada Kabupaten Labuhan Batu Utara. Sedangkan pada kabupaten lainnya jika dilihat pada
grafik, pagu dan realisasi berjalan seimbang.

Grafik 21 : Perbandingan Pagu dan Belanja Operasional

1800
1600
1400
1200
1000
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN
800 IV
ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
600
400
200 A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
0 Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun
Tapteng Simalungun Labatu Binjai Asahan Nias Selatan Sergei berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. Pada tingkat wilayah, Kanwil Ditjen
Pagu Belanja Operasional Perbendaharaan menyusun LKPK Tingkat Wilayah yang mengonsolidasikan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian di
Sumber : DPKAD, diolah wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
Tabel 4 : Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian
Tabel 3 : Realisasi Belanja Modal Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Utara s.d. Triwulan II Tahun 2017
Lingkup Provinsi Sumatera Utara s.d. triwulan II Tahun 2017 (10 terbesar) (dalam Juta Rupiah)
2017 2016
Perkiraan Realisasi Uraian
Realisasi s.d. Triwulan II Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
s.d. Triwulan IV
Uraian Pagu Pendapatan Negara 10.303.940 29.632.982 13.255.591 4,21% 12.720.188
% Realisasi Terhadap % Perkiraan Realisasi
Rp Rp Pendapatan
Pagu Terhadap Pagu 9.438.795 1.825.432 11.264.227 7,91% 10.438.678
Perpajakan
Pendapatan Daerah 51.829 17.442 34% 51.000 98%
Pendapatan Bukan
Belanja Daerah 55.059 10.781 20% 55.000 99% 865.145 1.041.498 1.906.643 23,53% 1.543.510
Pajak
Surplus/Defisit -3.230 6.660 -206% -4.000 123%
Hibah 0 84.721 84.721 -87,88% 699.214
Sumber : DPKAD, diolah Transfer 0 26.681.331 0 -100,00% 38.786
Belanja Negara 6.709.092 9.019.343 15.728.436 -29,13% 22.193.480
Belanja Pemerintah 6.709.092 9.019.343 15.728.436 -29,13% 22.193.480
Transfer 26.681.331 418.934 418.934 0,00% 0
Surplus/(Defisit) (23.086.483) 20.194.704 (2.891.779) -69,47% (9.473.292)
Pembiayaan 0 2.122.436 2.122.436 114,12% 991.231
Penerimaan
0 2.169.273 2.169.273 74,48% 1.243.252
Pembiayaan Daerah
Pengeluaran
0 46.837 46.837 -81,42% 252.021
Pembiayaan Daerah
Sisa Lebih (Kurang)
Pembiayaan (23.086.483) .317.140 (769.343) -90,93% (8.482.061)
Anggaran

Catatan:
*) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer
Pemerintah Daerah

17 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 18
B. Pendapatan Konsolidasian Grafik 23 : Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap
Penerimaan Konsolidasian Provinsi Sumatera Utara s.d. Triwulan I Tahun 2017
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau Pendapatan
Konsolidasian Tingkat Wilayah semester I tahun 2017 sebesar Rp. 13,25 triliun dengan komposisi
84,98% berasal dari penerimaan perpajakan dan diikuti selanjutnya oleh PNBP sebesar 14,38%.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan


Pendapatan pajak masih merupakan porsi terbesar dari pendapatan di Provinsi Sumatera
Utara dengan porsi sebesar 84,98%, meningkat 2,92% apabila dibandingkan dengan semester I
tahun 2016. Begitu juga dengan komposisi PNBP mengalami kenaikan yang tidak jauh berbeda.
Penerimaan hibah pada semeter satu mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini disebabkan
penerimaan hibah pada pemerintah daerah lebih terkait dengan kegiatan pilkada serentak di
beberapa daerah. Pada tahun ini, hanya beberapa daerah yang terdapat kegiatan tersebut, sehingga
jumlahnya mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Pendapatan transfer hanya terjadi di pemerintah daerah, yaitu penerimaan dana transfer
daerah (DAU, DAK, DBH dan dana desa). Laporan konsolidasian, transfer daerah berada di
sisi pendapatan, sedangkan di pemerintah pusat dicatat pada belanja tranfer. Pada tahun 2017,
Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa dilakukan melalui KPPN daerah

Sumber : LKPK Kanwil DJPB (diolah)


Grafik 22 : Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Sumatera Utaras.d. Triwulan I Tahun 2017 dan Tahun 2016 Pendapatan perpajakan masih didominasi oleh pajak-pajak pemerintah pusat. Sedangkan
pajak daerah sebagai pendapatan asli daerah. Hal menunjukkan bahwa pajak asli daerah masih bisa
ditingkatkan. Begitu juga halnya dengan juga dengan PNBP. Penerimaan transfer masih merupakan
sumber pendapatan utama bagi daerah karena pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil masih
belum bisa menunjang kemandirian fiskal pemda.

2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan


Konsolidasian

Pengeluaran pemerintah, baik APBN maupun APBD merupakan salah satu parameter dalam
pengukuran PDRB suatu daerah.

Tabel 5 : Realisasi Pendapatan Konsolidaian Pempus dan Pemda di wilayah


Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 dan 2017 (dalam rupiah)

2016 2017
Uraian Kenaikan
Realisasi Realisasi
Penerimaan Perpajakan 10,438,677,646,756 11,264,226,841,526 7.33%
PNBP 1,543,509,623,855 1,906,643,425,051 19.05%
Total 11,982,187,270,611 13,170,870,266,578 9.03%
PDRB (Juta Rp)* 227,832,233 238,757,311 4.58%
Sumber : LKPK Kanwil DJPB (diolah)
Sumber : LKPK Kanwil DJPB (diolah), BPS Prov. Sumut
Penerimaan perpajakan masih merupakan kontributor utama pendapatan negara. Sedangkan
untuk PNBP masih terdapat banyak potensi yang bisa digali. Peningkatan penerimaan sebesar 9,03% berasal dari penerimaan pajak dan PNBP.
Persentase kenaikan PNBP lebih tinggi dari persentase penerimaan pajak. Sumber utama
peningkatan PNBP berasal dari biaya administrasi kendaraan bermotor (SIM, TNKB, BPKB).
PDRB Sumatera Utara semester I tercatat Rp. 238,75 triliun, meningkat 4, 58% dari
periode yang sama tahun sebelumnya. Persentase kenaikan penerimaan negara lebih tinggi dari
persentase pertumbuhan ekonomi. hal ini menunjukkan masih adanya potensi penerimaan sebagai
akibat pertumbuhan ekonomi yang belum dioptimalkan, baik oleh aparat pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Namun secara umum pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Sumatera
Utara berpengaruh positif terhadap kenaikan pendapatan konsolidasian.

19 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 20
C. Belanja Konsolidasian 2. Analisis Perubahan
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Grafik 25 : Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumatera Utara
Grafik 24 : Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan
Triwulan II Tahun 2017
Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian
pada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017

Grafik 26 : Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumatera Utara


Sumber : LKPK Kanwil DJPB (diolah) Triwulan II Tahun 2016

Komposisi pengeluaran pemerintah berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis belanja)


semester I tahun 2017 secara umum hampir sama. Hanya realisasi belanja pegawai yang lebih
besar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya
pembayaran gaji 13 dan tunjangan hari raya yang dilaksanakan pada triwulan II.
Realisasi belanja barang dan belanja modal juga berada dibawah realisasi tahun sebelumnya.
Hal ini lebih disebabkan realisasi anggaran pada pemerintah daerah yang lebih lambat jika
dibandingkan dengan realisasi anggaran pemerintah pusat. Penyebab utamanya adalah adanya
perubahan SOTK pada sebagian besar pemerintah daerah berdasarkan Perpres nomor 8 tahun
2016 yang berpengaruh pada proses administrasi pencairan anggaran di SKPD

Komposisi belanja konsolidasian triwulan II tahun 2017 didominasi oleh belanja pegawai
sebesar 56,83%, diikuti oleh belanja barang dan belanja modal .Hal ini disebabkan adanya
pembayaran gaji ke-13 dan tunjangan hari raya yang dilaksanakan pada triwulan II. Pada tahun
2016, komposisi belanja konsolidasian triwulan II hampir berimbang antara belanja pegawai dan
belanja barang

21 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 22
diperkirakan mencapai sebanyak 83.304 orang (hingga 2031). Sedangkan dampak ke perekonomian
Air Terjun Dwi Warna, Sibolangit dari pengembangan KEK Sei Mangkei diestimasikan terjadinya peningkatan output sebesar Rp92,1
Kab. Deli Serdang triliun terhadap ekonomi nasional. Hingga 2031 diestimasikan peningkatan investasi di KEK Sei
Mangkei mencapai Rp134,1 triliun yang berupa pengembangan infrastruktur kawasan senilai Rp5,1
triliun dan investasi dari investor senilai Rp129 triliun.
Percepatan yang dilakukan oleh Pemerintah saat ini banyak tersandung pada regulasi dan
kepemilikan lahan. Beberapa regulasi yang diterbitkan sering menggunakan Peraturan Presiden
(Perpres) dan tak jarang dibuat secara maladministrasi. Hal ini karena tidak sesuai dengan perintah
Pasal 29 & 31 UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
dan Pasal 66 Ayat (1 & 2) Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No. 12 Tahun 2011.
Salah satu percepatan pembangunan infrastruktur yang sedang diselesaikan secara
maraton oleh Pemerintah, adalah penyelesaian infrastruktur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei
Mangke. Saat ini di KEK Sei Mangke baru ada 1 investor yang sudah beroperasi, yaitu PT Unilever
Oleochemical Indonesia (UOI).
Usaha percepatan pengembangan KEK Sei Mangkei saat ini terlihat melamban, termasuk
optimalisasi Pelabuhan Kuala Tanjung. Beberapa infrastruktur penting belum sepenuhnya bisa
mendukung, antara lain ketersediaan listrik, jalan lingkungan, jaringan rel dari kawasan ke jaringan
rel yang sudah ada, ketersediaan gas, jalan tol menuju pelabuhan Belawan serta Kuala Tanjung dan
sebagain ya.
Kurangnya suplai listrik menjadi kendala yang paling kritikal bagi investor. Sebagai contoh,
kebutuhan listrik di PT UOI baru bisa dipenuhi oleh PLN sebesar 80 % dari kebutuhan yang
diperlukan. Interupsi 1 detik saja sudah dapat menghentikan operasi pabrik PT UOI secara total.
V BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH
Kondisi tersebut membuat operasi PT UOI belum optimal (baru sekitar 80%). Kekurangan suplai
daya di penuhi sendiri dengan penyewaan generator. Hal ini tentunya menambah biaya produksi.
Belum lagi
A. Perkembangan KEK Sei Mangkei Selain itu, PT PLN menerapkan tarif khusus (premium) kepada KEK Sei Mangke, sebesar 25% di
atas tarif resmi tanpa ada payung hukumnya. Dengan tarif khusus itu, PT PLN seharusnya dapat
Proyek pengembangan KEK Sei Mangkei sudah digulirkan kurang lebih 10 tahun yang lalu memberikan garansi bahwa listrik tidak akan pernah padam atau terinterupsi.
pada era Presiden SBY. Percepatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan saat ini merupakan Ketersediaan gas di KEK Sei Mangke juga memprihatinkan. Harga gas dari PT Pertagas Niaga yang
salah satu usaha untuk mewujudkan KEK Sei Mangkei. harus dibayar mencapai USD 12,75/mmbtu, di atas rata-rata. Harga gas ini merupakan termahal di
Pengembangan KEK Sei Mangkei diarahkan pada pusat pengembangan industri hilir kelapa sawit Indonesia, bahjan jika dibandingkan dengan harga gas industri di Medan yang berkisar USD 9,95/
dan karet dalam skala besar. KEK Sei Mangkei diharapkan dapat menjadi pusat pengolahan bahan mmbtu
baku kelapa sawit dan karet baik di tingkat nasional maupun KEK Sei Mangkei dikembangkan untuk Perlu langkah yang serius dari pemerintah untuk segera menyelesaikan segala persoalan
industri yang berbasis sawit dengan tujuan agar kebun sawit sebagai komoditi unggulan mempunyai infrastruktur di KEK Sei Mangke, khususnya yang terkait dengan logistik dan energi. Perlu adanya
nilai tambah. Selama ini sawit hanya diekspor sebagai hasil bumi non olahan yang nilai tambahnya terobosan dalam pengelolaan KEK dan koordinasi dengan stakeholders yang ada.
sangat kecil. Apabila akan ekspor sebagai industri olahan sawit terkendala industri hilir memang Di sisi lain, Pemerintah telah memutuskan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai Free Trade Zone
tidak ada. sedangkan jaraknya dengan KEK Sei Mangke hanya sekitar 40 Km, maka diperlukan insentif bagi
Harapan besar KEK dari Sei Mangkei adalah penyerapan tenaga kerja langsung yang investor di KEK Sei Mangkei. Hal ini untuk mendorong investor tersebut memilih pelabuhan Kuala
tanjung daripada Pelabuhan Belawan.
Insentif fiskal yang pernah dijanjikan bagi investor di KEK Sei Mangke yang sudah berproduksi
juga harus segera direalisasikan. Hal ini sangat penting untuk dapat menarik

23 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017 24
B. Percepatan Pembangunan Infrastruktur Oleh Pemda

Pemerintah telah menerbitkan Inpres nomor 1 tahun 2015 tentang Percepatan pelaksanaan
Pengadaan barang/ jasa pemerintah. Pada Inpres tersebut, pelelangan paling lama dilaksanakan
pada bulan Maret setiap tahun. Kenyataan di lapangan, tidak satupun pemda yang melaksanakan
pelelangan pada triwulan I. Dengan kata lain, seluruh pemda tidak mengindahkan inpres tersebut
dan gagal melakukan percepatan pembangunan infrastruktur. Tentunya hal ini tidak sejalan dengan
program pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur pemerintah sebagai salah satu
program prioritas pemerintahan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dibiayai
dari APBD tidak bisa dilaksanakan dari awal tahun anggaran. Pelelangan biasanya baru dilaksanakan
mulai bulan juni atau pekerjaan efektif dimulai bulan agustus. Akibatnya pembangunan infrastruktur
lambat dirasakan. Dampak lainnya yang dirasakan oleh pelaku usaha adalah keterbatasan waktu
pelaksanaan proyek di samping masalah cuaca dan ketersediaan material yang dibutuhkan.
Pemerintah daerah dapat mencontoh pelaksanaan Proyek Kementerian PUPR, dimana pelelangan
dini sudah dilakukan sejak Juli tahun berjalan untuk proyek tahun kedepannya.
Pelaku usaha kontruksi juga mengharapkan hadirnya bank khusus untuk mendukung
pembiayaan konstruksi dengan skema tersendiri. Saat ini tingkat bunga kredit modal kerja dari
perbankan dirasakan sangat memberatkan sehingga kapasitas pelaku usaha menjadi terbatas.
Hal ini sangat penting mengingat salah satu penentu daya saing pelaku usaha tidak semata-
mata kompetensi, namun juga permodalan. Penguatan kapasitas para kontraktor menengah ke
bawah usaha sangat memerlukan dukungan pemerintah, karena sejatinya pelaku jasa konetruksi
memegang peran penting dalam membantu mensukseskan program pembangunan infrastruktur.


KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARA
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II
GEDUNG KEUANGAN NEGARA I LANTAI III
JALAN DIPONEGORO NO. 30 A MEDAN 20152
TELP. (061) 4553253 - 4513044 FAX. (061) 4538600-4148440

25 Kajian Fiskal Regional Triwulan 2 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai