ABSTRACT
Construction of social welfare agencies, which is deemed capable of supporting the
empowerment of communities to overcome poverty is in the form of formal social gatherings,
non-profit, individual membership system, open to all layers, are managed according to the
principles of modern organization. Society was organized two main activities of mutual support,
namely: (a) economic service activities and (b) social service activities. Economic activities is
referred to savings and loans. This activity is key, must be done, as a means to an end. Its
function is not just as a source of potential exploration but also to be the contain elements of
education and behavior change. Social activities covers broad areas as agreed, among other
things: (a) conducting education members. (b) carry out social assistance, (c) provide referral
and linking people with resources.
Keywords: empowerment, social welfare institutions, poverty
ABSTRAK
Konstruksi lembaga kesejahteran sosial (LKS) yang dipandang mampu menopang
keberdayaan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan adalah dalam bentuk perkumpulan
sosial formal, nonprofit, dengan sistem keanggotaan perorangan, terbuka bagi semua lapisan,
dikelola sesuai azas-azas organisasi modern. Perkumpulan tersebut menyelenggarakan dua
kegiatan pokok yang saling menunjang, yaitu: (a) kegiatan pelayanan ekonomi dan (b)
kegiatan pelayanan sosial. Kegiatan ekonomi dimaksud adalah usaha simpan dan pinjam.
Kegiatan ini bersifat kunci, wajib dilakukan, merupakan alat untuk mencapai tujuan. Fungsinya
bukan sekedar penggalian potensi menjadi sumber tetapi mengandung unsur edukasi dan
perubahan perilaku. Kegiatan sosial dimaksud meliputi bidang luas sesuai kesepakatan, antara
lain: (a) menyelenggarakan pendidikan anggota. (b) menyelenggarakan bantuan sosial, (c)
menyelenggarakan rujukan dan mengkaitkan orang dengan sumber - sumber daya.
Kata - Kata-kata kunci: pemberdayaan, lembaga kesejahteraan sosial, kemiskinan
I. PENDAHULUAN
menyelenggarakan pembangunan kesejahteraan
Kementerian Sosial (Kemensos) RI. sosial (Kessos) menyadari bahwa
Sebagai lembaga pemerintah yang bertugas penyelenggaraan kessos yang dilakukan
* Diangkat dari penelitian Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembentukan Lembaga Kesejahteraan Sosial yang dilakukan
oleh Puslitbang Kessos, 2010, dibiayai APBN melalui Program Insentif Peneliti dan Perekayasa Kementerian Riset dan
Tehnologi. Tim peneliti: terdiri dari: Anwar Sitepu (ketua), Setyo Sumarno, Agus Budi Purwanto, Togiaratua Nainggolan
dan Irmayani (anggota).
** Anwar Sitepu, lahir di Sumatera Utara, 4 September 1958, memperoleh gelar magister profesional bidang pengembangan
masyarakat dari Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, peneliti pada Puslitbang Kessos, Badiklit, Kementerian Sosial.
1
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
selama ini masih jauh dari ideal. Dalam Renstra Salah satu cara mewujudkan masyarakat seperti
2010-2014 dinyatakan “kondisi itu dapat dilakukan dengan mengorganisasikan
penyelenggaraan kessos yang diselenggarakan masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan
oleh Kemensos. selama tahun 2004-2009, yang dipandang strategis. Kegiatan yang apabila
secara umum masih sangat jauh dari ideal”. dilakukan dapat mengatasi akar sejumlah
Perlu digaris bawahi “masih sangat jauh dari masalah sekaligus.
ideal”. Kesadaran yang diungkapkan secara
Organisasi masyarakat yang dibentuk
terbuka ini merupakan modal sangat penting
tersebut disebut lembaga kesejahteraan sosial
dan patut dihargai. Hal tersebut mengandung
(disingkat LKS) seperti tercantum dalam
makna Kemensos mengundang partisipasi
Undang-Undang No. 11/2009. Dalam UU
semua pihak untuk ikut memberi kontribusi
tersebut dikemukakan bahwa masyarakat dapat
sehingga di masa depan penyelenggaraan
berpartisipasi melalui berbagai bentuk wadah,
kessos menjadi lebih ideal. Hal yang sama
salah satunya adalah melalui LKS. Disebutkan
mengandung makna bahwa sangat mendesak
bahwa LKS merupakan suatu perkumpulan
dirumuskan strategi baru penyelenggaraan
sosial. Namun, sampai sejauh ini belum
kessos, termasuk penanganan kemiskinan.
dirumuskan bentuk atau konsep atau konstruksi
Terkait pemberdayaan sosial, Renstra 2010- LKS secara rinci. Oleh karena itu masih
2014 antara lain menyatakan “.....diarahkan terbuka peluang merumuskan bentuk atau
agar seluruh sumber dan potensi konsep atau konstruksi LKS sesuai kebutuhan
kesejahteraan sosial yang ada pada dan tantangan aktual pembangunan kessos.
masyarakat secara individu, keluarga,
Menyadari kelemahan pembangunan
kelompok atau komunitas dapat digali dan
kessos, filosofi dasar penyelenggaraan kessos
akhirnya menjadi sumber kesejahteraan
dan harapan-harapan yang terkandung dalam
sosial yang dapat didayagunakan untuk
Renstra seperti diuraikan di atas, maka
meningkatkan kesejahteraan sosial
dibutuhkan LKS yang berfungsi sebagai tiang
masyarakat secara mandiri dan
penopang pertumbuhan dan perkembangan
berkelanjutan”. Kebijakan ini sangat strategis,
masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
sehingga amat penting dijabarkan dalam kebijakan
Lembaga kessos yang menjawab
teknis yang tepat. Berbagai bentuk penggalian
permasalahan kesejahteraan utama
potensi yang sudah ada selama ini seperti
masyarakat, yaitu kemiskinan, disamping dapat
“tanggung jawab sosial dunia usaha”, “bapak
merubah potensi menjadi sumber kessos.
angkat” dan sejenisnya kiranya sudah baik namun
Melalui LKS demikian, diharapkan masyarakat
masih jauh dari memadai. Model seperti itu belum
tidak hanya mampu mengatasi masalah
cukup menggali potensi masyarakat secara luas,
kemiskinan warganya tetapi juga mampu
sistematis dan berkelanjutan, kekuatan bersama
menopang dinamika perkembangan warganya
masyarakat kurang dibangun.
secara mandiri, tidak tergantung pada bantuan
Sesuai filosofi dasar pekerjaan sosial, to pihak lain. Melalui pemberdayaan sosial
help people to help themself, pembangunan masyarakat demikian diharapkan pembangunan
kessos semestinya diarahkan pada kessos tidak hanya semakin terintegrasi dengan
pengembangan keberdayaan masyarakat pembangunan sektor lain tetapi secara langsung
sehingga mampu menolong dirinya sendiri. memberi kontribusi mendukung pembangunan
Mampu menolong dirinya sendiri mengandung sektor-sektor lain.
makna bukan sebatas mampu mengatasi
Untuk maksud seperti diuraian di atas,
permasalahannya, tetapi mampu bertumbuh dan
Puslitbang Kessos, pada tahun 2010, telah
berkembang secara mandiri dan berkelanjutan.
2
Konstruksi Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Anwar Sitepu
melaksanakan suatu penelitian. Pertanyaannya Inggris, yang kerap digunakan pada metodologi
adalah: “Bagaimana konstruksi lembaga penelitian. Konstr uksi atau construct
kesejahteran sosial (LKS) yang mampu merupakan salah satu dari dua jenis “konsep”,
menopang keberdayaan masyarakat untuk sehingga secara sederhana istilah konstruksi
menanggulangi kemiskinan?” Tujuan akhir dapat saja diganti dengan istilah konsep.
penelitian tersebut adalah merumuskan suatu Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk
konstruksi lembaga kesejahteraan sosial untuk oleh generalisasi dari sejumlah observasi.
meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam Misalnya: kursi, meja, kelompok, organisasi,
menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan peran, norma, dll. Dalam penelitian “konsep”
berkelanjutan. sangat penting, bertujuan untuk memberikan
Penelitian dilakukan di sebuah desa yang pengertian yang sama kepada semua orang.
terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Untuk itu, biasanya konsep dinyatakan dengan
Banten. Berdasarkan hasil diskusi dengan suatu defenisi (Lexy J, Moloeng, 2002).
Dinsosnakertrans setempat, disepakati kegiatan
Perbedaan “konstruksi” dengan “konsep”
difokuskan di Desa Pasir Karag, Kecamatan
adalah pada derajat abstraksinya. Konstruksi
Kroncong. Penelitian dilakukan dengan teknik
aksi (action research). Suatu teknik penelitian merupakan konsep yang derajat abstraksinya
yang bukan sekedar melakukan pengumpulan lebih tinggi (sehingga lebih abstr ak),
data, melainkan sekaligus sebagai praktek atau hubungannya dengan realitas atau fakta yang
tindakan pemecahan masalah, dalam hal ini diwakili lebih kabur. Contohnya: struktur sosial,
tindakan pemberdayaan masyarakat. Proses status sosial, otonomi, modal sosial, dlsb.
pemberdayaan dilakukan melalui tahap Sedangkan konsep dalam pengertian sederhana
identifikasi masalah, identifikasi potensi, adalah abstraksi yang jelas hubungannya
identifikasi alternatif dan penetapan solusi, dengan realitas/fakta yang diwakili. Contohnya:
perumusan rincian rencana pelaksanaan, kursi, meja, dlsb.
aplikasi rencana, monitoring dan evaluasi.
B. Lembaga Kesejahteraan Sosial
Sebagai kegiatan pemberdayaan sosial,
seluruh tahapan dilakukan oleh masyarakat, LKS yang dimaksud disini merupakan
sementara peneliti sebagai fasilitator. organisasi sosial seperti dimaksud dalam
Masyarakat yang dimaksud diwakili oleh Undang-Undang RI. Nomor 11 tahun 2009
sebanyak 30 orang, yang sengaja dipilih dari tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam UU
seluruh wilayah Rukun Tetangga (RT), terdiri tersebut dinyatakan “Lembaga Kesejahteraan
dari laki-laki dan perempuan, bervariasi menurut Sosial adalah organisasi sosial atau
usia dan status sosial ekonomi. Pemilihan perkumpulan sosial yang melaksanakan
peserta dilakukan peneliti berdasarkan penyelenggaraan kesejahteraan sosial
informasi yang diperoleh dari Kepala Desa dan yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
aparatnya. Kecuali aplikasi rencana, seluruh berbadan hukum maupun yang tidak
tahapan pemberdayaan dilakukan melalui berbadan hukum”.
proses diskusi. Aplikasi rencana dilakukan
Organisasi sosial seperti dimaksud pada
dalam arti aksi yang sebenarnya.
UU No.11/2009 tersebut mengandung makna
sepesifik kessos, sehingga lebih merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA istilah teknis. Pengertian demikian berbeda
A. Konstruksi dengan makna “organisasi sosial” dalam arti
umum seperti digunakan dalam sosiologi dan
Istilah “konstruksi” yang dimaksud adalah ilmu administrasi. Dalam sosiologi, organisasi
sebagai padanan dari “construct” dalam bahasa sosial meliputi seluruh bentuk kerjasama antar
3
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
dua atau lebih manusia, sehingga meliputi 2) Tpe B / berkembang, yang telah memenuhi
organisasi yang paling sederhana sampai yang sebagian besar standar kelembagaan dan
paling kompleks yang bergerak dalam semua pelayanan, memiliki potensi untuk
bidang kehidupan manusia. dikembangkan.
Menurut tujuan dan pendanaannya, 3) Tipe C / tumbuh, yang telah memenuhi
Mashum (2006), seperti dikutip Gunawan dkk sebagian standar kelembagaan dan
(2010), membagi organisasi sosial (dalam arti pelayanan, masih perlu pendampingan untuk
luas) menjadi empat tipe, yaitu: pengembangannya.
1) Pure-profit organization, menyediakan 4) Tipe D / emberio, belum memenuhi standar
atau menjual barang dan atau jasa dengan kelembagaan dan pelayanan, masih perlu
maksud untuk memperoleh laba sebanyak- bantuan untuk memenuhi standar minimal.
banyaknya sehingga bisa dinikmati oleh para Kemensosial juga mengklasifikasikan
pemilik. Sumber pendanaan berasal dari organisasi sosial (orsos) menurut wilayah
investor dan kreditor. kerjanya menjadi enam tipe, yaitu: (1) orsos
2) Quasi profit organization, menyediakan tingkat desa, (2) orsos tingkat kecamatan, (3)
atau menjual barang dan atau jasa dengan orsos tingkat kabupaten, (4) orsos tingkat
maksud untuk memperoleh laba dan provinsi, (5) orsos tingkat regional dan (6) orsos
mencapai sasaran dan tujuan lain sebagai tingkat nasional.
dikehendaki pemilik. Sumber dana berasal Allen Pincus & Anne Minahan (1973)
dari investor swasta, pemerintah, kreditor mengklasifikasikan lembaga sosial masyarakat
dan anggota. sebagai sumber kesejahteraan menjadi tiga
3) Quasi nonprofit organization, menyediakan jenis, yaitu:
atau menjual barang dan atau jasa dengan 1) Sistem sumber alamiah atau informil;
maksud untuk melayani masyarakat dan meliputi keluarga dan kerabat. Bantuan yang
memperoleh laba. Sumber dana berasal dari diperoleh orang dari sistem sumber ini dapat
investor pemerintah, swasta atau kreditor. berupa dukungan emosionil, kasih sayang,
4) Pure nonprofit organization, menyediakan nasihat, informasi, serta pelayanan-
atau menjual barang dan atau jasa dengan pelayanan yang sifatnya lebih nyata dari
maksud untuk melayani dan meningkatkan keluarga, kerabat, rekan atau lingkungan
kesejahteraan masyarakat. Sumber dana tetangga. Sistem sumber ini juga dapat
berasal dari pajak, retribusi, utang, obligasi, digunakan untuk merintis jalan bagi
laba BUMN/BUMD, penjualan asset penggunaan kedua sistem sumber lainnya.
Negara dan sebagainya. 2) Sistem sumber formil; yaitu keanggotaan
dalam organisasi tertentu yang sifatnya
Menurut perkembangannya, Kemensosial
formil dan bertujuan untuk meningkatkan
(Pedoman Klasifikasi Orsos, 2004)
minat-minat anggotanya. Sistem ini dapat
mengklasifikasikan organisasi sosial (dalam arti
spesifik kesejahteraan sosial) ke dalam empat menyediakan sumber-sumber bagi
tipe, yaitu: anggotanya untuk menggunakan sistem
sumber yang lain. Contoh. serikat buruh,
1) Tipe A / mandiri, yang telah memenuhi perkumpulan orangtua murid, dll.
standar kelembagaan dan pelayanan, tidak 3) Sistem sumber kemasyarakatan, yaitu
tergantung pada bantuan pemerintah, dapat lembaga-lembaga yang didirikan oleh
dijadikan contoh. pemerntah atau swasta yang memberikan
4
Konstruksi Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Anwar Sitepu
pelayanan kepada semua orang. Misalnya: Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
sekolah, rumah sakit,LBH, badan-badan (Dinsosnakertrans). Kepada Kepala dan
sosial lainnya. pejabat Dinsosnakertrans dijelaskan: tujuan,
Kesejahteraan sosial adalah kondisi manfaat, proses penelitian dan peran yang
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan diharapkan dari Pemda Kabupaten Pandeglang.
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan Kepada pejabat tersebut juga dijelaskan kriteria
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat desa yang diperlukan menjadi lokasi penelitian,
melaksanakan fungsi sosialnya (UU No.11/ yaitu: (1) Terdapat masalah sosial kemiskinan,
2009). Sementara penyelenggaraan kessos (2) Memiliki potensi untuk berkembang secara
adalah upaya yang terarah, terpadu, dan sosial ekonomi, (3) Mudah dijangkau dari kota
berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, kabupaten dan provinsi, (4) Belum memiliki
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam lembaga kesejahteraan sosial, (5) Aparat dan
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi warga masyarakat bersedia bekerjasama.
kebutuhan dasar setiap warga negara, yang Kepala Dinas menyambut baik rencana
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, penelitian dan menyampaikan rasa terimakasih
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. atas pemilihan wilayahnya menjadi lokasi
Penelitian ini bermaksud merancang penelitian. Tentang desa yang menjadi lokasi
konstruksi LKS yang dipandang ideal penelitian, Kepala Dinas mengarahkan agar
melaksanakan penyelenggar aan kessos. dipilih dari salah satu dari 14 desa yang telah
Konstruksi dimaksud meliputi berbagai aspek ditetapkan Bupati Kabupaten Pandeglang
organisasional, yaitu: Identitas, bentuk badan sebagai prioritas pembangunan pada tahun
hukum, tujuan, sumber pendanaan, wilayah 2011. Namun disepakati bahwa keputusan final
kerja, struktur organisasi, waktu, kegiatan, azas- diserahkan kepada peneliti setelah memperoleh
azas, dan keanggotaan. Mengacu kepada informasi langsung dari kunjungan lapangan.
hakekat LKS sebagai organisasi sosial yang Sebagai alternatif, kunjungan dilakukan ke desa
berfungsi sebagai sarana partisipasi Bangkonol dan Desa Pasir Karag di Kecamatan
masyarakat dalam penyelenggaraan kessos Koroncong.
maka LKS praktis bersifat pure nonprofit, Berdasarkan karakteristik permasalahan
namun sumber utama pendanaannya dan kebutuhan masyarakat, diper oleh
direncanakan berasal dar i kemampuan kesepakatan dengan Dinsosnakertrans
swadaya masyarakat. Jika ditilik dari klasifikasi setempat, Desa Pasir Karag ditetapkan sebagai
perkembangannya maka kiranya akan seperti lokasi penelitian. Beberapa pertimbangan yang
orsos lain akan merangkak dari emberio, muncul adalah a) persentase penduduk miskin
tumbuh dan seterusnya. Menurut luas di Desa Pasir Karag lebih tinggi dibanding
wilayahnya akan ditentukan di lapangan. dengan Desa Bangkonol; b) Desa ini
Sementara ditilik dari klasifikasi Allen Pincus merupakan salah satu dari 14 desa prioritas
& Anne Minahan (1973) maka LKS akan pembangunan pada Pemerintah Kabupaten
merupakan system sumber formil. tahun 2011;dan c) Desa ini merupakan bekas
desa Inpres Desa Tertinggal (IDT).
III. PROSES PEMBERDAYAAN Selanjutnya tim peneliti melakukan
A. Persiapan orientasi (pengenalan) awal wilayah dan
personil. Orientasi wilayah dilakukan untuk
Desa Pasir Karag dipilih sebagai lokasi mengenal secara umum wilayah Desa Pasir
penelitian dengan prosedur sbb: Koordinasi Karag sebagai lokasi penelitian. Sedangkan
dengan Pemerintah Kabupaten Pandeglang cq
5
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
orientasi personil dilakukan untuk mengenal Pada kesempatan ini, kepada hadirin
secara umum beberapa tokoh berpengaruh peneliti menjelaskan bentuk, hakekat, dan
untuk dijadikan mitra kerja bagi peneliti. Tokoh proses kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
berpengaruh tersebut berasal dari berbagai Juga dijelaskan peran peneliti dan peran
golongan dan akan diposisikan sebagai aktor masyarakat. Sebagai penelitian aksi, peneliti
penggerak dalam pr oses pemberdayaan tidak sekedar mengumpulkan data tetapi lebih
masyarakat. memfasilitasi masyarakat berdiskusi
mengidentifikasi permasalahan dan menemukan
Dilanjutkan dengan menyusun persiapan
jalan keluar, memutuskan dan melakukan
pelaksanaan kegiatan, meliputi; pemilihan peserta,
proses pemecahannya. Peneliti menegaskan
jadwal dan lokasi pertemuan. Hasilnya: Pertama,
bahwa aktor utama kegiatan ini adalah
jadwal kegiatan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat, dan bukan peneliti. Jadi sebagai
(penelitian); Kedua, ditetapkan sebanyak 30 orang
tim peneliti dari Kemensos, tim ini tidak
tokoh masyarakat sebagai mitra kerja peneliti.
menyediakan bantuan sosial berupa materi.
Selain faktor ketokohan, kriteria lain bagi warga
yang dipilih adalah: a) bisa membaca dan menulis Penegasan awal ini dilakukan agar
dengan lancar; b) mengenal luas warga masyarakat tidak salah persepsi. Hal ini sejalan
sekitarnya; c) memiliki kepedulian atas dengan filosofi pemberdayaan yang akan
permasalahan masyarakat. Mereka dipilih dari dikembangkan tim peneliti dalam kegiatan ini.
seluruh wilayah dengan perbandingan Tim peneliti tidak akan memberikan “ikan”
proporsional laki-laki dan perempuan, bidang maupun “pancing” kepada masyarakat, akan
pekerjaan, kelas sosial ekonomi. tetapi membangun kesadaran masyarakat
bahwa mereka perlu memiliki “pancing”, jikalau
B. Pembukaan Kegiatan mau makan ikan. Kesadaran merupakan
Proses pembentukan LKS merupakan pondasi untuk dapat dilanjutkan kepada tahap
rangkaian panjang yang harus dilalui dengan berikutnya, mengajari masyarakat membuat
selalu menempatkan masyarakat sebagai pancing sendiri, hingga masyarakat mau dan
subjek. Peneliti dengan penuh kesadaran pada mampu menggunakannya mencari ikan dengan
seluruh rangkaian kegiatan memposisikan diri memancing”.
sebagai CD worker yang bertugas Seraya menekankan kembali filosofi
memfasilitasi warga. Proses berlangsung dalam proses pemberdayaan yang dikemukakan di
pertemuan masyarakat selama tiga hari di Balai atas, kepada warga kembali dijelaskan bahwa
Desa setempat. Seluruh pertemuan meliputi 5 kegiatan ini tidak menyediakan bantuan materi.
sesi pokok, yaitu; a) pembukaan pertemuan, b) Namun kegiatan ini memerlukan waktu, pikiran
identifikasi masalah, c) pemeringkatan keluarga, dan tenaga. Untuk melihat motivasi, komitmen,
d) belajar dari program pembangunan yang dan daya juang peserta, kepada mereka
sudah dan sedang berlangsung di desa ini, dan ditanyakan: “Apakah kegiatan ini mau diterima
e) diskusi mencari pemecahan masalah. warga (peserta) atau tidak perlu dilakukan?.
Pembukaan pertemuan masyarakat dilakukan Disaksikan perwakilan kecamatan dan
oleh Sekretaris Kecamatan Koroncong dan perwakilan Dinsosnakertrans, seluruh peserta
dihadiri oleh aparat desa, perwakilan menyatakan menerima dan siap melaksanakan
Dinsosnakertrans dan tim peneliti. Semua pihak kegiatan. Setelah itu kepada peserta dijelaskan
menyampaikan kata sambutan, intinya harapan, pokok-pokok kegiatan berikutnya dan peran
kiranya kegiatan ini menghasilkan suatu mereka. (catatan: dalam praktek pekerjaan
trobosan untuk meningkatkan kualitas sosial tahap ini disebut tahap kontrak, dimana
kesejahteraan warga. pekerja sosial dan klien telah mencapai
6
Konstruksi Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Anwar Sitepu
kesepakatan bekerja bersama untuk mencapai bahwa mereka yang lebih tahu tentang
suatu tujuan, perubahan sosial berencana) sesamanya sementara peneliti belajar dari
mereka.
C. Identifikasi Masalah
Kegiatan dilakukan dengan tahapan
Identifikasi masalah dilakukan dengan sebagai berikut : peserta dibagi dalam 4
meminta warga peserta FGD mendaftarkan kelompok berdasarkan tempat tinggal masing-
semua permasalahan kessos yang dirasakan masing sesuai dengan jumlah RW di Desa Pasir
oleh masyarakat setempat. Masing-masing Karag. Masing-masing RW diwakili 6 sampai
peserta diminta menulis pada sepotong kertas 7 orang. Selanjutnya, masing-masing kelompok:
satu permasalahan yang dirasakan atau dilihat.
Selanjutnya sejumlah permasalahan tersebut 1) Membuat peta yang memuat semua tempat
dikelompokkan. Masalah yang teridentifikasi tinggal warga dan objek penting lainnya yang
adalah: a) kemiskinan, 70 persen lebih terjebak ada. Peta yang digambar di atas kertas lebar
rentenir, b) anak cacat, c) anak terlantar, d) berfungsi sebagai alat membantu identifikasi
lanjut usia terlantar, e) keluarga dengan rumah seluruh keluarga dan potensi wilayah.
tidak layak huni, f) anak kurang gizi, dan g) 2) Mendaftarkan semua keluarga pada form
anak putus sekolah. Kemudian dilakukan diskusi yang telah disiapkan, diikuti dengan
tentang akar atau penyebab masalah. Dalam pembuatan kartu keluarga (KK) yang
diskusi tersebut warga berkesimpulan bahwa memuat nama dan nomor urut.
masalah utama adalah kemiskinan. Kemiskinan 3) Diskusi tentang pengertian atau batasan
merupakan faktor dominan yang menimbulkan konsep miskin, sangat miskin, tidak miskin.
berbagai jenis masalah sosial lain. Karena itu Diskusi ini bukan sekedar merumuskan
lebih jauh dilontarkan sejumlah pertanyaan
pengertian konsep, tetapi sekaligus
yang dimaksudkan menggali informasi atau
membangun kesadaran semua peserta akan
pendapat tentang penyebab kemiskinan.
masalah kemiskinan yang terdapat di
Pertanyaan juga sekaligus dimaksud untuk
desanya, sebagai langkah awal membangun
mendorong mer eka memahami ber sama
semangat kolektif mengatasi masalahnya.
mengapa banyak warganya hidup miskin.
4) Melakukan pemisahan (shorting) KK
D. Identifikasi / Pemeringkatan menurut peringkat kondisi sosial ekonomi.
Keluarga Sorting pada masing-masing kelompok
Pemeringkatan keluarga dilakukan dengan dilakukan dua kali oleh tim penilai yang
teknik Participatory Wealth Ranking (PWR), berbeda. Masing-masing tim penilai
suatu teknik pemeringkatan keluarga yang beranggota 3 atau 4 orang. Tim penilai
dilakukan oleh war ga setempat dengan pertama langsung memilah kartu menurut
menggunakan kriteria mereka sendiri melalui kelas sosial ekonomi keluarga. Setelah
proses diskusi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk semua kartu terbagi ke dalam 4 atau 5
mengidentifikasi seluruh keluarga setempat peringkat, urutan peringkat tersebut
menurut kondisi social ekonominya. Kegiatan langsung dicatat pada form yang telah
ini juga berguna untuk membangun pemahaman disiapkan. Selanjutnya harus diisi kolom
bersama par a peser ta atas kemiskinan alasan yang memuat informasi mengapa
warganya sebagai landasan membangun suatu keluarga ditempatkan pada peringkat
semangat kebersamaan untuk mengatasinya. tertentu. Berikutnya kartu diserahkan
Oleh karena itu sepanjang kegiatan ini, peserta kepada tim penilai kedua untuk melakukan
selalu diposisikan sebagai subjek. Dikemukakan hal yang sama. Dalam hal ini kelompok
penilai kedua kembali melakukan shorting
7
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
yang dilandasi argumentasi yang mengacu ”Hari ini bisa beli beras, besok mikir lagi”.
pada indikator yang sama. Untuk lauk makan: “paling sohor makan
Hasil proses tersebut adalah teridentifikasi sama ikan asin, biasanya terasi digoreng,
sebanyak 226 kepala keluarga (KK), menurut atau menggoreng garam”. Walaupun uang
kondisi sosial ekonominya, terdiri dari: (1) sekolah gratis, keluarga yang termasuk sangat
sangat miskin sebanyak 39 KK, (2) miskin miskin ini, hanya mampu menyekolahkan anak
sebanyak 100 KK, (3) hampir miskin sebanyak maksimal sampai SD. Rumah tempat tinggal
59 KK dan (4) tidak miskin sebanyak 28 KK. sangat sederhana, umumnya numpang,
Wujud lain kemiskinan ditemui dalam bentuk dibangun diatas tanah orang lain, dengan dinding
keluarga dengan rumah tidak layak dan wanita bambu, lantai tanah, atap kiray. Mereka sama
rawan sosial ekonomi, anak terlantar, anak sekali tidak punya lahan (sawah atau pun
kurang gizi, anak putus sekolah, dan lanjut usia kebun) termasuk sekedar untuk mendirikan
terlantar. rumah. Sebagian dari mereka sudah berusia
lanjut dan tidak mampu bekerja keras.
Sementara itu, profil keluarga miskin,
Piramida Keluarga Penduduk Desa Pasir Karag peringkat kedua termiskin di Desa Pasir Karag
Menurut Peringkat Kondisi Sosial Ekonomi ini juga tidak berbeda jauh. Mereka juga
menghadapi masalah dalam memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari. Makan harus
diatur sedemikian rupa agar cukup untuk
makan 2 kali sehari, biasanya dengan lauk ikan
asin, atau tahu / tempe. Untuk memenuhi
kebutuhan makan, sering kali harus tutup
lobang gali lobang, pinjam dulu bayar dengan
nyangkul. Kemampuan menyekolahkan anak
sampai SMP, namun ijazah tidak tertebus.
Rumah milik sendiri, umumnya berbentuk
panggung, dengan atap genteng dan dinding dari
bilik. Mereka juga tidak memiliki lahan pertanian,
Sumber; Data primer (Hasil Pendataan Warga sehingga pekerjaan utama mereka adalah
Miskin Desa Pasir Karag)
sebagai buruh tani atau buruh bangunan
tergantung pekerjaan yang ada.
Proses pemiskinan mayoritas penduduk di
Profil keluarga sangat miskin, atau
desa Pasir Karag terjadi sejak generasi
peringkat paling bawah adalah sebagai berikut:
sebelumnya. Dari berbagai informasi diketahui
Mata pencaharian tidak jelas, biasanya sebagai
bahwa pola pemiskinan penduduk terjadi
buruh tani, tetapi tidak selalu bekerja, tergantung
sebagai berikut: Pertama, pada masa lalu
dari ada tidaknya yang menyuruh. Oleh sebab
masyarakat desa ini hidup dari hasil pertanian,
itu penghasilan mereka juga tidak tentu.
berupa buah kelapa, durian, melinjo dan padi.
Menurut perkiraan peserta, jika dirata-ratakan
Dalam perkembangannya penghasilan yang
keluarga dalam katergori ini berpenghasilan
diperoleh dari pertanian tersebut dirasakan tidak
kurang dari Rp 15.000,-/hari. Akibatnya
cukup untuk memenuhi aneka kebutuhan
kebutuhan pokok keluarga cenderung kurang
keluarga. Kedua, dalam situasi demikian para
terpenuhi dengan layak. Mereka
petani tergoda menjual pohonnya, pohon kelapa,
menggambarkannya dengan mengatakan:
pohon durian dan melinjo dijual dan ditebang.
8
Konstruksi Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Anwar Sitepu
Ketiga, ketika kebutuhan semakin banyak taraf hidupnya. Kedua program fokus pada
sementara penghasilan dari hasil pertanian peningkatan ekonomi, menyediakan pinjaman
dirasa tidak mencukupi, lahan sempit yang untuk modal usaha. Menurut warga, kendalanya
dimiliki pun dijual sekalian. Itulah sebabnya kini adalah:
sekitar 70 persen penduduk setempat tidak
1) Kesempatan memperoleh pinjaman
memiliki lahan petanian .
terbatas, hanya orang dengan syarat
Sampai saat ini proses pemiskinan pada tertentu, itu pun tidak dapat meliputi semua
mayoritas penduduk tetap berlangsung, karena orang yang memenuhi syarat, karena
mereka tidak memiliki “modal” sebagai sumber alokasi dana terbatas;
penghasilan selain tenaga, sementara sebagai 2) Kebutuhan warga tidak hanya untuk modal
SDM tenaga mereka dihargai sangat murah. usaha, tetapi juga untuk tujuan lain yang
Seorang peserta berkisah: “sakit pak, saya mendesak, kesehatan, pendidikan, dan
bekerja seperti sapi, tenaga saya tidak konsumsi.
dihargain” Dalam situasi sulit ada kebiasaan
penduduk memenuhi kebutuhan dengan jalan 3) Dari segi waktu, pinjaman dapat diperoleh
pintas, menjual tanah bagi yang masih punya, hanya sekali setahun menunggu dana turun,
meminjam uang dari “bank keliling” atau dengan kata lain tidak dapat diandalkan pada
membeli bar ang dengan sistem kr edit saat mendesak.
(mengambil barang kreditan). Persoalannya 4) Masyarakat tidak memiliki kekuasaan apa
alternatif meminjam tidak tersedia selain bank pun atas penyelenggaraan kedua program,
keliling dengan bunga sangat tinggi, 30 persen sepenuhnya dikelola oleh pihak luar.
dalam waktu 40 hari. Demikian juga membeli 5) Sama sekali tidak membangun kemampuan
barang dengan sistem kredit juga berarti swadaya masyarakat setempat sebagai
membayar lebih mahal sekitar 50 sampai 100 suatu kesatuan sosial, masyarakat sebatas
persen. mengajukan, menerima, dan mencicil
Menilik situasi ini maka diperlukan sebuah pinjaman.
upaya serius dan berkelanjutan untuk
merubahnya, yang mustahil dilakukan oleh Kondisi demikian mengandung makna
pihak lain dari luar, sehingga masyarakat desa bahwa kedua program belum cukup menjawab
itu sendiri yang harus bisa melakukannya. kebutuhan masyarakat desa setempat untuk
berkembang, termasuk mengatasi masalah
E. Evaluasi Program Pengembangan kemiskinan, atas kemampuannya sendiri serta
Masyarakat Desa berkelanjutan.
Pada kesempatan ini peserta diminta
menyebutkan kegiatan pembangunan yang F. Indentifikasi Solusi Masalah
pernah atau sedang berlangsung di desanya. Masing-masing peserta diminta
Peserta menyebutkan dua kegiatan utama, menyampaikan pendapatnya secara lisan.
yaitu: PNPM Mandiri dan Desa Mandiri Terdapat tiga bentuk usulan yang paling
Pangan. Lebih jauh kepada mereka ditanya kencang disuarakan, yaitu: bantuan modal
kegiatan yang dilakukan melalui kedua program usaha, kursus keterampiln, perluasan lapangan
serta apa hasilnya. Peserta diajak menilai kerja. Selanjutnya masing-masing alternatif
apakah kegiatan yang sudah ada, cukup untuk tersebut dibahas kekurangan dan kelebihannya.
mengatasi kemiskinan. Peserta diskusi Tentang kursus keterampilan, disepakati, akan
menyimpulkan bahwa kedua program belum diajukan kepada Dinas Sosial dan Nakertrans
cukup membantu masyarakat meningkatkan setempat. Tentang kesempatan kerja,
9
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
10
Konstruksi Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Anwar Sitepu
11
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
12
Konstruksi Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Anwar Sitepu
13
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01, Tahun 2011
14
Konstruksi Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Pemberdayaan Masyarakat Anwar Sitepu
BIBLIOGRAFI
Allen Pincus & Anne Minahan. 1973, Social work: Model and Methode; F.E.Peacock
Publishers,Inc., Illionis, saduran Drs. Soetarso; 1977, Praktek Pekerjaan Sosial,
Jilid I; STKS Bandung.
Fakih, 1996, Modern Social Work Theory, Second Ed, London, MacMillan Press.
Gunawan dkk, 2004. Evaluasi Model Pemberdayaan Remaja melalui Karang Taruna, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan
Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI, Jakarta.
Moh, Nasir, PhD ,1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Cetakan ke-4.
Mohammad, Mashum, 2006., Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE, Yogyakarta, Cetakan 1.
Lexy J, Moloeng, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif; Penerbut PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, Cetakan ke-17..
Selo, Soemardjan, 1997, Kemiskinan Pandangan Sosiologi, Jakarta, Jurnal Sosiologi edisi
September
Sumardjo dan Saharudin, 2003, Metode-Metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat;
Program kerjasama Pendidikan Pascasarjana Bidang Profesional Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi, Fak Pertanian, IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB.
Soetomo, 2009, Pembangunan Masyarakat, Merangkai Sebuah Kerangka, Pustaka Pelajar
Yogyakarta, cet 1.
Kebijakan:
Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
Renstra Kementerian Sosial 2010-2014, Kementerian Sosial, Jakarta, 2010
................; 2007, Pola Pemberdayaan Perempuan dalam Penanggulangan Kemiskinan,
Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta.
.................: Peraturan Pemerintah No.42 tahun 1981
Pelaksanaan Pendataan Rumahtangga Miskin, 2005, Badan Pusat Statistik(Katlog BPS 2334
………… : Pedoman Klasifikasi Orsos/LSM, 2004, Jakarta, Direktorat PPKSMK
15