Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MUTU SABUN MANDI CAIR MEREK “X”

Makalah Praktikum Kimia Terpadu Tahun Ajaran 2019/2020

Oleh Kelompok PKT 20, Kelas XIII-3:

Ayuliani Alifah 16.62.08317


Fajar Danu Saputro 16.62.08348
Muhammad Firmansyah 16.62.08438
Regita Nurfadilah Pramesti 16.62.08490

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Industri

Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK

Bogor

2019
Abstrak

Sabun mandi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari manusia.


Permintaan akan sabun mandi meningkat, khususnya sabun mandi
dalam sediaan cair. Banyak perusahaan memproduksi sabun mandi
cair dalam berbagai macam, hal ini perlu disertai dengan pengawasan
sabun mandi cair yang ketat. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
mutu untuk mengetahui kelayakan sabun mandi cair dengan cara
dibandingkan dengan suatu standar baku yang berlaku. Penelitian ini
dilakukan dalam upaya untuk memastikan bahwa sabun mandi cair
yang kerap digunakan oleh masyarakat telah memenuhi baku mutu
dan aman untuk digunakan.

Analisis dilakukan terhadap sampel sabun mandi cair merek X


yang banyak beredar dipasaran. Pengujian ini dilakukan sesuai Standar
Nasional Indonesia nomor 4085 tahun 2017 tentang persyaratan mutu
sabun mandi cair.

Hasil pengujian menunjukan pada metode analisis uji kimia pH


secara potensiometri didapatkan hasil 7,3, penetapan kadar total
bahan aktif secara gravimetri didapatkan kadar sebesar 20,21%,
penetapan kadar asam lemak bebas secara volumetri didapatkan
kadar sebesar 1,15%, uji mikrobiologi untuk angka lempeng total
didapatkan hasil < 1x103 koloni/g, perhitungan jumlah kapang dan
kamir didapatkan hasil < 1x103 koloni/g,uji bakteri patogen
(Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus) diperoleh hasil
negatif, dan uji cendawan patogen (Candida albinacs) diperoleh hasil
negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa sabun mandi merek X layak
untuk dipasarkan dan aman untuk digunakan.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mandi merupakan bagian penting dalam rutinitas menjaga kesehatan.


Terutama setelah terpapar oleh kuman yang dapat menempel padap kulit
bersama dengan debu dan kotoran. Karena itu, disarankan untuk memilih sabun
mandi yang mampu melawan bakteri sekaligus membersihkan kotoran seperti
bakteri, debu, sisa metabolisme atau keringat dan menjaga kesehatan kulit.
Seperti sudah kita ketahui, manfaat mandi adalah untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan kulit serta rambut. Namun selain itu, mandi juga dapat
menigkatkan metabolisme.

Sabun sudah menjadi keperluan sehari-hari bagi sebagian besar manusia


baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari bayi hingga lanjut usia. Berbagai
macam produk sabun beredar di pasaran ditujukan untuk keperluan yang
berbeda-beda. Terdapat begitu banyak pilihan sabun yan tersedia di pasaran,
dan tidak semua sabun memiliki kandungan dan manfaat yang sama. Sabun
mandi sendiri ini tersedia dalam bentuk batangan dan juga cair. Keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing di mata konsumen.

Pada analisis mutu kali ini kami mengambil sediaan sabun mandi
berbentuk cair sebagai sampel. Hal ini dikarenakan sabun mandi cair lebih
banyak dipilih oleh konsumen muda dan perempuan. Survei yang dilakukan
perusahaan riset pasar Mintel menemukan bahwa terjadi penurunan minat
menggunakan sabun batangan. Penurunan ini disebabkan adanya kekhawatiran
generasi milenial terhadap kuman di sabun batang. Perpindahan kecenderungan
ini menyebabkan penjualan sabun batangan di Amerika Serikat turun sebesar
2,2% dari 2014 ke 2015, meski pasar untuk produk mandi naik 2,7%.

Banyak merek sabun mandi cair yang beredar saat ini dengan harga yang
cukup bervariatif, membuat masyarakat bebas memilih merek sabun mandi yang
mereka kehendaki. Konsumen cenderung memilih sabun mandi yang tepat,
sesuai dengan kebutuhan khusus kulit. Hal ini dikarenakan jenis kulit dan
aktivitas yang berbeda-beda, serta kesukaan yang berbeda-beda. Pemilihan
sabun mandi yang salah dapat menyebabkan iritasi pada kulit bagi sebagian
konsumen yang memiliki kulit sensitif. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis mutu
untuk produk sabun mandi cair yang telah beredar di pasaran agar dapat
diketahui mutu sabun mandi tersebut apakah benar sudah sesuai ketentuan
yang berlaku atau tidak.

B. Tujuan

Analisis ini bertujuan untuk menentukan mutu kelayakan suatu produk


sabun mandi cair bermerek X dibandingkan dengan standar yang digunakan
yaitu Standar Nasional Indonesia Nomor 4085 tahun 2017.

II. METODE ANALISIS

Analisis Kimia, analisis pH dengan dasar mengukur pH berdasarkan ion


hidrogen secara potensiometri dengan menggunakan pH meter.

Penetapan Kadar Total Bahan Aktif dengan prinsip bahan yang larut dalam
etanol dikurangi dengan bahan yang larut dalam petroleum eter/heksan. Bahan
aktif (surfaktan anionik, noionik, kationik dan amfoterik) maupun bahan selain
bahan aktif (bahan organik yang tidak bereaksi, parfum, lemak alkanolamida,
asam lemak bebas dan wax) dapat terlarut dalam etanol. Bahan selain bahan
aktif dapat terlarut juga dalam petroleum eter/heksan.

Penetapan Kadar Alkali Bebas atau Asam Lemak Bebas dengan prinsip filtrat
hasil penyaringan sabun dengan etanol netral dititrasi dengan larutan standar
asam jika dengan indiktor fenolftalein ternyata larutan bersifat alkali atau dititrasi
dengan larutan standar alkali jika dengan indikator fenolftalein ternyata bersifat
asam.

Analisis Mikrobiologi, Angka Lempeng Total dengan prinsip menghitung


jumlah bakteri cara tuang dengan pengenceran 10-1 sampai 10-3, dimana contoh
dari tiap pengenceran dipipet ke petri steril lalu media agar 45 oC dituang ke petri
tersebut dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Perhitungan Jumlah Kapang dan Kamir, dengan prinsip menghitung jumlah


kapang dan kamir cara tuang dengan pengenceran 10-1 sampai 10-3, dimana
contoh dari tiap pengenceran dipipet ke petri steril lalu media agar 45 oC dituang
ke petri tersebut dan diinkubasi pada suhu 28oC selama 3-5 hari.
Uji Bakteri Patogen (Pseudomonas aeruginosa dan Staphyloccus aureus)
dengan prinsip bakteri patogen dapat tumbuh dalam media selektif sehingga
dapat diidentifikasi setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Uji Cendawan Patogen (Candida albicans) dengan prinsip cendawan patogen


dapat tumbuh dalam media selektif untuk pertumbuhan jamur sehingga dapat
diidentifikasi setelah diinkubasi pada suhu 28oC selama 3-5 hari.

III. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan SNI
Nomor 4085:2017 tentang Sabun Mandi Cair dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:

Hasil
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Analisis
1 pH - 4,0 – 10,0 7,3
2 Total Bahan Aktif % fraksi massa Min. 15,0 20,21
3 Asam Lemak Bebas (dihitung % fraksi massa Maks. 4
1,15
sebagai asam oleat)
4 Cemaran Mikroba:
4.1 Angka Lempeng Total (ALT) Koloni/g atau Koloni/mL Maks. 1x103 < 1x103
3
4.2 Angka Kapang dan Kamir Koloni/g atau Koloni/mL Maks. 1x10 < 1x103
4.3 Pseudomonas aeruginosa per 0,1g atau per 0,1mL Negatif Negatif
4.4 Staphylococcus aureus per 0,1g atau per 0,1mL Negatif Negatif
4.5 Candida albicans per 0,1g atau per 0,1mL Negatif Negatif

B. Pembahasan

Sabun yang dianalisis adalah sabun mandi cair merek X dengan


parameter yang diujikan terdiri dari analisis kimia (pH, Total Bahan Aktif, dan
Alkali Bebas atau Asam Lemak Bebas) dan analisis mikrobiologi (perhitungan
jumlah angka lempeng total, perhitungan jumlah kapang dan kamir, pemeriksaan
bakteri patogen, dan cendawan patogen). Banyaknya sabun mandi cair yang
beredar di masyarakat dan permintaan akan sabun mandi cair yang terus
meningkat menjadikan anlisis uji kelayakan ini sangat penting untuk dilakukan.

Analisis pH dilakukan dengan melarutkan sampel dengan akuades bebas


CO2 secara terukur, lalu dihomogenkan. Kemudian diukur menggunakan pH
meter pada suhu ruang (25±2,0)oC. Pada praktikum yang dilakukan, didapatkan
hasil pH sebesar 7,3. Berdasarkan standar SNI hasil tersebut telah memenuhi
sebesar 4,0 – 10,0.

Penetapan kadar total bahan aktif dilakukan dengan metode gravimetri.


Bahan aktif maupun selain bahan aktif akan larut dalam etanol. Filtrat hasil
pemanasan diencerkan secara terukur, kemudian dipipet ke dalam piala gelas
yang sudah diketahui bobot kosongnya. Setelah itu, filtrat tersebut dipanaskan di
atas pemanas listrik untuk menghilangkan etanolnya. Piala gelas dikeringkan di
dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator sampai
bobot tetap lalu ditimbanng. Didapatkan bobot bahan yang larut dalam etanol.

Larutan contoh degan campuran air-etanol dalam suasana basa


diekstraksi dengan petroleum eter/heksan sebanyak tiga kali dengan masing-
masing 50 mL petroleum eter/heksan. Pada proses ekstraksi larutan teremulsi,
ditambahkan sedikit etanol untuk menghilangkannya. Lapisan petroleum
eter/heksan dicuci tiga kali dengan masing-masing 30 mL larutan campuran air-
etanol, dan cuci dua kali dengan masing-masing 30 mL air suling. Proses
pencucian ini untuk memstikan tidak ada bahan aktif maupun bukan bahan aktif.
Larutan disaring menggunakan natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan
lapisan air dalam larutan. Kemudian dimasukan ke dalam Erlenmeyer yang telah
diketahui bobot kosongnya. Larutan dipanaskan di atas pemanas listrik untuk
menguapkan petroleum eter/heksan. Erlenmeyer dikeringkan di dalam oven pada
suhu 105oC sampai bau petroleum eter/heksan hilang. Didinginkan dalam
desikator sampai bobot tetap lalu ditimbanng. Didapatkan bobot bahan yang larut
dalam petroleum eter/heksan.

Kadar total bahan aktif didapatkan dari kadar bahan yag larut dalam
etanol (% fraksi massa) dikurangi kadar bahan yag larut dalam petroleum
eter/heksan (% fraksi massa). Pada praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil
pH sebesar 20,21%. Berdasarkan standar SNI hasil tersebut telah memenuhi
syarat dengan minimal 15,0%.

Penetapan kadar alkali bebas atau asam lemak bebas dilakukan dengan
metode volumetri. Sampel dilarutkan dengan etanol netral yang dipanaskan di
atas penangas air. Larutan disaring menggunakan kertas saring, pada proses
penyaringan lindungi larutan dari gas karbiondioksida dan asap asam agar tidak
memengaruhi pH larutan. Cuci residu menggunakan etanol netral. Kemudan
filtrat dipanaskan sampai hampir mendidih ditambahkan beberapa tetes indikator
fenolftalein 1%, setelah penambahan indikator larutan tetap tidak berwarna.
Maka dititrasi dengan larutan KOH-alkohol yang sudah distandarisasi sampai
timbul warna merah muda yang stabil. Pada praktikum yang dilakukan,
didapatkan kadar asam lemak bebas sebesar 1,15%. Berdasarkan standar SNI
hasil tersebut telah memenuhi syarat dengan maksimal 4%.

Untuk analisis mikrobiologi dilakukan 4 pengamtan, yaitu perhitungan


jumlah bakteri cara tuang, perhitungan jumlah kapang dan kamir, pemeriksaan
bakteri patogen, dan pemeriksaan cendawan patogen. Untuk hasil perhitungan
jumlah baktei cara tuang didapatkan hasil <1x103 koloni/g. Untuk perhitungan
jumlah kapang dan kamir didapatkan hasil <1x103 koloni/g, untuk pemeriksaan
bakteri patogen (Pseudomonas aeruginosa dam Staphylococcus aureus)
didapatkan hasil negatif, dan untuk pemeriksaan cendawa patogen didapatkan
hasil negatif. Dengan uji sterilitas dan efektifitas yang berhasil. Berdasarkan
standar SNI hasil analisis yang dilakukan tersebut memenuhi syarat.

IV. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, semua hasil analisa parameter


yang telah diuji memenuhi Standar Nasional Indonesia nomor 4085 tahun 2017.
Maka dapat disimpulkan bahwa sabun mandi merek X layak untuk dipasarkan
dan aman untuk digunakan.

V. Daftar Pustaka

Alodokter. (2020, Maret 18). Jangan Salah Pilih Sabun Mandi Agar Kulit Tetap Sehat.
Retrieved from Alodokter: https://www.alodokter.com/jangan-salah-pilih-
sabun-mandi-agar-kulit-tetap-sehat

Priherdityo, E. (2016, Agust 29). Generasi Milenial "Alergi" Pakai Sabun Batangan.
Retrieved from CNNIndonesia: https://m.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20160829132402-255-1544501/generasi-milenial-alergi-pakai-sabun-
batangan

Rika Sri Agustina, N. M. (2019). MIKROBIOLOGI. Bogor: SMK-SMAK Bogor.

SNI-4085. (2017). Sabun Mandi Cair. Standar Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai