Anda di halaman 1dari 17

Makalah Profesi Kependidikan

“PROFESIONALISASI GURU”

Dosen Pengampu :

Drs. Demmu Karo-Karo, M.Pd.

Disusun Oleh :

Pendidikan Matematika-A 2018

Windy Putri Maslita Sitanggang ( 4183311010 )

Putri Zamsari ( 4183311006 )

Elly Nafsiah ( 4183111091 )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah profesi kependidikan Bapak
Drs. Demmu Karo-Karo, M.Pd. yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah ini dengan baik dan benar.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi kependidikan.
Makalah ini berisi tentang Profesionalisasi Guru, semoga melalui makalah ini penulis dan
pembaca mengetahui tentang Profesionalisasi Guru.

Penulis sadar jika dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan bahkan jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................... ii

Abstrak....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1-2


2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3

1. Pengertian Profesionalisasi............................................................................
2. Profesionalisasi Jabatan Guru........................................................................
3. Pengembangan Kinerja Guru.........................................................................
4. Faktor Penentuan dan Penilaian Kinerja Guru...............................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................

1. Kesimpulan....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
ABSTRAK

Menjadi seorang guru diperlukan syarat-syarat khusus dan kompetensi tertentu


apalagi sebagai guru yang profesional, ia harus menguasai seluk beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Guru merupakan jabatan profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagaimana halnya dokter, apoteker, pengacara, dan lain lain.
Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekwensi jabatan tersebut terhadap
tugas dan tanggung jawabnya. Ciri-ciri pokok pekerjaan yang bersifat profesional, yakni:

(1) dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara formal

(2) mendapat pengakuan dari masyarakat

(3) adanya organisasi profesi dan

(4) mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas

Banyak guru yang tidak memahami hakekat profesinya sehingga ia tidak bertindak
profesional dalam mengemban tugasnya. Kenyataan dilapangan mengindika-sikan bahwa
jabatan guru masih jauh dari hakekat profesi keguruan, sehingga kurang mendapat
penghargaan dan pengakuan di mata masyarakat. Intervensi penyelenggara pendidikan dan
bahkan masyarakat terhadap pekerjaan guru semakin menurunkan derajat profesionalisme
guru.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Hampir semua golongan masyarakat masih cenderung memandang bahwa guru


merupakan pekerjaan profesi yang tingkatannya paling rendah dibanding profesi lain. Tidak
seperti halnya dokter yang dipandang oleh masyarakat sebagai pekerjaan profesi yang
derajatnya paling tinggi. Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa
siapa pun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan. Kekurangan tenaga guru di daerah
terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai
kewenangan profesional. Faktor kedua adalah pandangan guru itu sendiri terhadap profesinya.
Banyak guru yang tidak menghargai profesi yang disandangnya, dan tidak berusaha untuk
mengembangkan profesi tersebut. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan
profesi untuk kepuasaan dan kepentingan dirinya, ketidakmampuan guru melaksanakan tugas
profesinya, komersialisasi mengajar, dan lain-lain, sering menyebabkan pudarnya wibawa
guru sehingga pengakuan profesi guru semakin merosot. Itulah sebabnya pengakuan dan
usaha menegakkan profesi guru harus dimulai dari guru itu sendiri. Usaha yang dapat
dilakukan harus dimulai dari pengakuan secara sadar akan makna profesi, menghargai dan
mencintai tugas profesinya, serta berusaha untuk mengembangkan profesi yang
disandangnya.
Di lain pihak, dapat dikatakan bahwa guru merupakan faktor penentu keberhasilan
pendidikan, sebab guru memegang peranan utama dalam proses mengajar belajar yang
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Proses mengajar belajar
merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal-balik yang berlangsung secara edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan
ini tidak dapat dilakukan tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi guru,
diperlukan syarat-syarat khusus dan kompetensi tertentu, apalagi sebagai guru yang
profesional, ia harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya. Ilmu pengetahuan tersebut perlu dibina dan dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Jabatan guru memiliki tugas yang cukup banyak, baik yang terikat oleh dinas maupun di
luar dinas. Pengelompokan tugas-tugas guru terdiri dari tiga jenis, yaitu: (1) tugas dalam bidang
profesi, (2) tugas kemanusiaan, dan (3) tugas dalam bidang kemasyarakatan. Salah satu di
antara ketiga tugas guru tersebut (yakni tugas dalam bidang profesi yang meliputi: mendidik,
mengajar, dan melatih) akan dibahas secara singkat dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian profesionalisasi ?
2) Apa saja profesionalisasi jabatan guru ?
3) Bagaimana pengembangan kinerja guru ?
4) Apa saja yang menjadi faktor penentuan dan penilaian kinerja guru ?

3. Tujuan Penulisan
1) Memenuhi tugas mata kuliah profesi kependidikan.
2) Mengetahui pengertian profesionalisasi.
3) Mengetahui apa saja profesionalisasi jabatan guru.
4) Mengetahui bagaimana pengembangan kinerja guru.
5) Mengetahui faktor penentuan dan penilaian kinerja guru.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESIONALISASI

Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing
mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata Profesionalisme dan Guru. Ditinjau dari segi
bahasa (etimologi), istilah profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profession yang
berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian[1], sebagai mana
disebutkan oleh S. Wojowasito. Selain itu, Drs. Petersalim dalam kamus bahasa kontemporer
mengartikan kata profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
tertentu[2].

Dengan demikian kata profesi secara harfiah dapat diartikan dengan suatu pekerjaan
yang memerlukan keahlian dan ketrampilan tertentu, dimana keahlian dan ketrampilan
tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus.

Adapun pengertian profesi secara therminologi atau istilah, sesuai apa yang
diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut: Roestiyah yang mengutip pendapat
Blackington mengartikan bahwa pofesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang terorganisir
yang tidak mengandung keraguaan tetapi murni diterapkan untuk jabatan atau pekerjaan
fungsional[3]. Dr. Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat Muchtar Lutfi mengatakan profesi
harus mengandung keahlian. Artinya suatu program harus ditandai dengan suatu keahlian
yang khusus untuk profesi itu[4]. Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa professional
mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu
profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya.[5] Syafrudin, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indanesia istilah
professional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.[6]

Dari semua pendapat para ahli diatas, menunjukkan bahwa professional secara istilah
dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan atau
dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat imbalan atau hasil
berupa upah atau uang karena melaksanakan pekerjaan tersebut.
Kemudian kata profesi tersebut mendapat akhiran isme, yang dalam bahasa Indonesia
menjadi berarti sifat. Sehingga istilah Profesionalisme berarti sifat yang harus dimiliki oleh
setiap profesional dalam menjalankan pekerjannya sehingga pekerjaan tersebut dapat
terlaksana atau dijalankan dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab terhadap apa yang
telah dikerjakannya dengan dilandasi pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya.

Sedangkan pengertian profesional itu sendiri berarti orang yang melakukan pekerjaan
yang sudah dikuasai atau yang telah dibandingkan baik secara konsepsional, secara teknik
ataulatihan[7].

Dari rumusan pengertian diatas ini mengambarkan bahwa tidak semua profesi atau
pekerjaan bisa dikatakan profesional karena dalam tugas profesional itu sendiri terdapat
beberapa ciri-ciri dan syarat-syarat sebagaimana yang dikemukakan oleh Robert W. Riche,
yaitu:

 Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan


kepentingan pribadi.
 Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep- konsep serta prinsip- prinsip pengetahuan khusus yang
mendukung keahliannya.
 Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti
perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
 Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
 Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam
profesi , serta kesejahteraan anggotanya.
 Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian.
Memandang profesi sebgai suatru karier hidup (a live career) dan menjadi seorang
anggota permanen[8].

Sedangkan pengertian guru seperi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut; Drs. Petersalim dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan guru
adalah orang yang pekerjaanya mendidik, mengajar, dan mengasihi, sehingga seorang guru
harus bersifat mendidik[9]. Ahmad D. Marimba, menyatakan bahwa guru adalah orang yang
mempunyai tanggung jawab untuk mendidik[10]. Amien Daiem Indrakusuma menyatakan
bahwa guru adalah pihak atau subyek yang melakukan pekerjaan mendidik[11].
M. Athiyah Al Abrasyi menyatakan bahwa guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi
seorang murid, memberi santapan jiwa, pendidikan akhlak dan membenarkannya,
meghormati guru itulah mereka hidup dan berkembang[12].

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan, diatas maka secara
umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun
potensi psikomotor. Dari pengertian atau definisi “profesionalisme” dan “guru” diatas dapat
ditarik suatu pengertian bahwa profesionalisme guru mempunyai pengertian suatu sifat yang
harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat
menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk
mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut.
B. PROFESIONALISASI JABATAN GURU

1. Eksistensi dan Proteksi Jabatan Guru

Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut departemen pendidikan dan kebudayaan, guru
adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak
didik, sehingga menunjang hubungan sebaik – baiknya dengan anak didik, sehingga
menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama,
kebudayaan, keilmuan. Menurut kamus besar bahasa indonesia, guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.Bardasarkan sejumlah sumber
dapat disimpulkan bahwa seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan
kepada murid – muridnyadi depan kelas. Akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang
dapat menjadikan murid – muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan
masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah bercita – cita tinggi,
berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta barperikemanusiaan yang mendalam.
Disamping mengajarkan ilmu pengetahuan, guru juga harus mampu membentuk pribadi
peserta didik.Pada pasal 27 dan 28 Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional mengakui
eksistensi guru sebagai profesi serta sekaligus melakukan proteksi dan pengakuan yang lebih
pasti terhadap jabatan guru.

2. Syarat – syarat profesi jabatan guru

a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan


pribadi.
b. Seorang pekerja prifesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep – konsep serta prisip – prinsip pengetahuan khusus yang mendukung
keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti
perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan suatu kagiatan intelektual yang tinggi.

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi,
serta kesejahteraan anggotanya.

g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.


h. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota yang
permanen.

3. Makna Jabatan Guru Sebagai Jabatan fungsional

Pengakuan jabatan guru merupakan pengakuan resmi pemerintah. Di negara kita


status itu bukan lagi rekomendasi melainkan telah ditegaskan secara yuridis melalui undang –
Undang . Segi lainnya adalah perlindungan hukum bagi guru dalam menjalankan tugasnya.
Hal ini dijamin dalam pasal 30 UU SPN mengenai hak – hak mengenai tenaga pendidikan.
Dalam ayat 3 dikemukakan bahwa tenaga pendidik berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam menjalankan tugasnya. Menutut Undang – Undang Nomor 8/1974 tentang pokok
kepegawaian, ada dua jenis pegawai negeri sipil, yakni jabatan struktural dan jabatan
fungsional,. Jabatan struktural dan jabatan fungsional manajer yang disusun pada struktur
organisasi serta dibawahi oleh satu jabatan atasan dan membawahi beberapa struktur
bawahan. Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan profesi yang disusun untuk
menerapkan fungsi tertentu suatu organisasi, yang didasarkan pada tingkat keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi dan profesinya.

4. Kriteria khusus jabatan untuk guru

a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi
kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya – upaya yang bersipat sangat didominasi
kegiatan intelektual. oleh sebab itu mengajar seringkali di sebut sebagai ibu dari segala
profesi.

b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. Semua jabatan mempunyai
monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam , dan
memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatanya. Anggota – anggota suatu
profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi
masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang
ingin mencari keuntungan. Namun belum ada kesepakatan tenteng bidang ilmu khusus yang
melatari pendidikan atau keguruan.

c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan


pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).Yang membedakan jabatan profesional
dengan non profesional antara lain adalah dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum
yaitu ada yang di atur universitas / institut atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan
atau campuran pemagangan dan kuliah.

d. Jabatan yang memerlukan “latihan dalam jabatan” yang berkesinambungan


Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional , sebab
hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional ,baik yang
mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.

e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen


Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar
, setelah itu mereka pindah kerja kebidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang
lebih tinggi.

f. Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri.Baku jabatan guru masih sangat banyak
diatur oleh pihak pemerintah , atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti
yayasan pendidikan swasta.
g. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. Jabatan mengajar adalah
jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi , tidak perlu di ragukan lagi. Guru yang baik
akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara
masa depan.

h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.Semua profesi
yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan
bersama dan melindungi anggotanya.

C. PENGEMBANGAN KINERJA GURU

Menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Berkaitan erat dengan kinerja guru di dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari sehingga dalam melaksanakan tugasnya guru perlu memiliki tiga
kemampuan dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:

1.kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang, suara, mata atau
pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal yang bersifat psikis seperti humor,
ramah, intelek, sabar, sopan, rajin, kreatif, kepercayaan diri, optimis, kritis, obyektif, dan
rasional;
2. kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi, tanggung
jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil, pemaaf, jujur, demokratis,
dan cinta anak didik;
3.kemampuan profesional sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi 10 kemampuan
profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai
bahan pendalaman/aplikasi bidang studi, mengelola program belajar mengajar, mengelola
kelas, menggunakan media dan sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan,
mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan,
mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah, memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
guna keperluan mengajar menurut.
Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan
kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama dan prakarsa. Kompensasi yang
diberikan kepada guru sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja, motivasi kerja, dan
hasil kerja. Apabila kompensasi yang diberikan dengan mempertimbangkan standar
kehidupan normal dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan guru maka dengan sendirinya
akan mempengaruhi semangat kerjanya, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas
setiap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini karena tujuan bekerja guru banyak dipengaruhi oleh
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan minimal kehidupan guru dan keluarganya. Dengan
demikian dampaknya adalah meningkatnya perhatian guru secara penuh terhadap profesi dan
pekerjaanya. Jika kompensasi yang diberikan semakin besar sehingga kepuasan kerjanya
semakin baik.
D. FAKTOR PENENTUAN DAN PENILAIAN KINERJA GURU

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat pendidikan guru,


supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi
fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan,
kemampuan manajerial kepala sekolah dan lain-lain.

Pertama, tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja
guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena melalui
pendidikan itulah seseorang mengalami proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
bisa menjadi bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak
masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola
berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka
makin banyak pengetahuan serta ketrampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar
kemungkinan kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan pengetahuan
yang diperolehnya.

Kedua, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi pengajaran yaitu
serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya. Kepala
sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penelitian pada masalah-
masalah yang berhubungan dengan pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan
kegiatan belajar mengajar. Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar yang
memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.

Ketiga, kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk
memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang
memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk
kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara
penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu
mengikuti program-program penataran.

Keempat, iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada kinerja guru, di
antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk pada pengaturan orang (siswa),
maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan, tempat duduk, dan media pengajaran).
Selain itu hubungan antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa dan
karyawan sekolah akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah satu
sumber semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh kondisi fisik
dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula
kondisi mental guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.

Keenam, tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-
benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat
pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan
pangkat/gaji berkala, asuransi kesehatan dan lain-lain.
Ketujuh, peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap terbuka,
kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja yang demikian ditentukan
oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara kepala sekolah melaksanakan
kepemimpinan di sekolahnya.

Kedelapan, kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan dalam


meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan suatu
pola kerjasama antara manusia yang saling melibatkan diri dalam satu unit kerja
(kelembagaan). Dalam proses mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari dari
kegiatan administrasi.

Kegiatan adminstrasi sekolah mencakup pengaturan proses belajar mengajar,


kesiswaan , personalia, peralatan pengajaran, gedung, perlengkapan, keuangan serta
hubungan masyarakat. Dalam proses administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi
kemampuan membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Bila
kepala sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka pengelolaan terhadap
komponen dan sumber daya pendidikan di sekolah akan baik, ini akan mendukung
pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kinerjanya.

Kinerja guru di dalam organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh kemampuan
dan kemauan guru dalam ikut serta mendukung proses belajar mengajar. Faktor ini
merupakan potensi guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk mendukung
kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-usaha meningkatkan
kinerja kerja adalah:

1.Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi

2.Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi

3.Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para anggota organisasi
sekolah

4. Penilaian program staf sekolah dalam rangka perbaikan dan pembinaan serta
pengembangan secara optimal

5. menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.

Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


kinerja kerja adalah:

1. Imbalan finansial yang memadai

2. Kondisi fisik yang baik

3. Keamanan

4. Hubungan antar pribadi

5. Pengakuan atas status dan kehormatannya


6. Kepuasan kerja.

Untuk mendukung keberhasilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya maka


A.Tabrani Rusyan, dkk. mengemukakan bahwa: “Keberhasilan kinerja guru didukung oleh
beberapa faktor yakni: (1) Motivasi kinerja; (2) Etos kinerja; (3) Lingkungan kinerja; (4)
Tugas dan tanggung jawab serta (5) Optimalisasi kinerja.”

1. Motivasi Kinerja Guru

Kinerja kita berhasil apabila ada motivasi yang akan menggerakkan kita untuk bekerja
lebih bersemangat. Dalam hal ini Sardiman AM. berpendapat bahwa:

a. Motivasi dari dasar pembentukannya

b. Menurut pembagian dari Woord Worth dan Marquis

c. Motivasi jasmani dan rohani

d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Sedangkan menurut A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: “Motivasi terbagi dua


yakni intrinsik dan ekstrinsik.” Dengan ketekunan keyakinan dan usaha yang sungguh-
sungguh serta adanya motivasi yang kuat, maka guru akan dapat mengemban tugasnya
dengan sebaik-baiknya dan berusaha meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun
banyak rintangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas.

2. Etos Kinerja Guru

Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik, karena etos kerja
memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan kinerja. Soebagio Admodiwirio
mengemukakan pengertian etos kerja sebagai berikut: “Etos kerja adalah landasan untuk
meningkatkan kinerja pegawai.” Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: “Etos
kerja guru merupakan etika kerja yang terdapat dalam diri guru untuk berbuat yang tertuju
pada suatu tujuan pendidikan.”Setiap guru memiliki etos kerja yang berbeda-beda. Guru yang
tidak memiliki etos kerja akan bekerja asal-asalan, sedangkan guru yang memiliki etos kerja
yang baik akan bekerja penuh tanggung jawab dan pengabdian, karena pelaksanaan etos kerja
merupakan upaya produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja.

3. Lingkungan Kinerja Guru

Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman dan kerasan
dalam bekerja. Moekijat mengatakan bahwa: “Faktor penting dari kondisi kerja fisik dalam
kebanyakan kantor adalah penerangan, warna, musik, udara dan suara.” Sedangkan
A.Tabrani Rusyan mengatakan bahwa: “Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru
dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan sosial psikologis dan
lingkungan fisik.”Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja
para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja lebih baik dan prestise
sekolah bertambah baik yang selanjutnya menarik pelanggan datang ke sekolah. Sedangkan
lingkungan kotor, kacau, hiruk pikuk dan bising dapat menimbulkan ketegangan, malas dan
tidak konsentrasi bekerja.
4. Tugas Dan Tanggung Jawab

Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan di sekolah.
Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. Karena dengan adanya
peran serta dari guru maka kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar.

5. Optimalisasi Kelompok Kerja Guru

Guru melakukan pembentukan kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya, karena


dengan adanya pembentukan kelompok maka guru dapat melaksanakan kegiatan sekolah
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Dirawat, Busra Lamberi dan Sukarto
Indrafachrudi membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori
yakni: “Faktor internal dan faktor eksternal”. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang
yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Begitu juga dengan guru yang dapat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar dan masyarakat khususnya orang tua siswa lainnya dalam meningkatkan
kinerjanya agar kegiatan sekolah dapat tercapai dengan baik.
BAB III

PENUTUP

1) Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi itu pada hakikatnya
merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa
sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya. Di dalam
suatu profesi juga terdapat jabatan. Jabatan guru terdiri empat bentuk aktifitas, yakni
pedidikan, proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan, pengembangan profesi, dan
penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.

Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya
secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya
dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar),
cepat (produktif), tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip
pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis,
kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif. Pengembangan
wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya
pengembangan dan belajar secara mandiri.

Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus terus meningkatkan profesionalismenya
melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola
pembelajaran maupun kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki
keterampilan belajar, mencakup keterampilan dalam memperoleh pengetahuan (learning to
know), keterampilan dalam pengembangan jati diri (learning to be), keterampilan dalam
pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup
berdampingan dengan sesama secara harmonis (learning to live together).
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Ondi Saondi, dkk, 2009. Etika Profesi Keguruan. Jakarta : Refika Aditama.

Sucipto dan Faffi Kosasih. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : Rhineka Cipta

Udin Syafruddin, Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta.

Zainal Aqib dan Elham Rohmanto. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas

Sekolah. Bandung : CV.YRAMA WIDYA.

Anda mungkin juga menyukai