Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASETIKA III


“ SUSPENSI ANTASIDA“

Praktikum Ke : 1
Judul Materi Pratikum : Suspensi
Tanggal Praktikum : Jumat, 13 Maret 2020
Kelompok Praktikum : 5
Anggota Kelompok : 1. Widi Nova Kartika (2018130079)
2. Netty Fetriyani (2018130083)
3. Anisa Suhartati (2018130071)
4. Rafi Khulsum (2018130084)
5. Muhammad Arif (2018130004)
6. Ida ayu Km. Putri (2018130082)

Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
Jakarta 2020
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan suspensi
2. Mengetahui dan mengamati pengaruh Gliserin sebagai pembasah dan cara
pengembanga HPMC sebagai pesuspensi yang digunakan

II. TEORI DASAR


Suspensi adalah sediaan cair yang mengadung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri atas
dua fasa. Fase luar yang juga dinyatakan sebagai fase kontinu ( atau medium
dispersi ), biasanya suatu cairan (misalnya suspensi cair) atau semisolida (missal
gel) ; dan fase internal atau fase terdispersi yang berupa bahan berbentuk partikular
yang praktis tidk larut pada fase luar (eksternal). Sebagian besar suspensi f
armasetik terdiri atas medium air, dalam beberapa hal digunakan pula sebagai ase
luar minyak/cairan berminyak atau bahan organik lainnya. Hampir semua suspensi
harus dikocok sebelum digunakan karena obat cenderung mengendap. Suspensi
mempunyai keuntungan dibanding bentuk sediaan padat karena obat masuk
kedalam tubuh sebagai butir-butir halus dan siap untuk memasuki proses melarut
segera setelah pemberian.
Kesulitan yang banyak ditemui, yang merupakan factor yang amat penting
dalam fformulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh medium suspensi.
Ada zat padat yang mudah dibasahi dengan cairan da nada pula yang tidak Dalam
batasan suspensi cair, zat padat dikatakan hidrofilik ( hidrofilik/suka pelarut,
kadang-kadang disebut liotropik) atau hidrofobik (liofobik). Zat-zat hidrofilik
dibasahi dengan mudah oleh air atau cairan-cairan polar lainnya; zat-zat ini
hidrofilik bisa meningkatkan viskositas suspensi-suspensi air yang besar. Zat-zat
hidrofobik menolak air . Tetapi biasanya dapat dibasahi oleh cairan-cairan non
polar.
Bergantung pada cara/rute pemberian, suspensi dapat diklasifikasikan dalam
3 kelompok, yaitu suspensi oral, suspensi aplikasi eksternal, seperti losion, dan
suspensi sediaan injeksi. Suspensi juga tersedia dalam bentuk erosol yang dapat
diaplikasikan secara topical pada kulit atau secara internal melalui rute pulmonal.
Suspensi antasida digunakan untuk menetralkan asam lambung. Jika asam
lambung terlampau asam atau pH ssangat rendah dapat menyebabkan ulcer atau
luka sehingga pH tidak boleh terlalu rendah. Ada dua jenis suspensi antasida, yaitu :
Antasida dan clay atau lempung berfungsu untuk ,mengadsorpsi dan untuk obat
diare. Tie-tipe suspensi antasida, yaitu : Single strength suspension, Double strength
suspension, Antasid mengandung antiflatulen/anti kembung, Floating antacid
suspension. Yang banyak digunakan sebagai antasida dalam campuran adalah AlOH
dan MgOH karena AlOH memiliki efek konstipasi sedangkan MgOH memiliki efek
laksan. Suspensi akan stabil jika pH diatur atau dikontrol dan ukuran partikelnya.
Untuk perbandingan yang baik akan diperoleh kurang lebih pH 4-5. Jika
ditambahkan buffer fosfat maka pH akan menjadi 5. Tetapi efisiensi tidak baik
sehingga formulasi dan harga dapat dioptimasi. Formula umum suspensi adalah zat
aktif, bahan tambahan, suspending agent, wetting agent, pewarna, pengawet,
pewarna, pelarut.
III. DATA PREFORMULASI
A. Zat Aktif
1. AlOH
Daftar Pustaka : ( FI III Farmakologi Terapi halaman 523, OOP VI hal
911)
Berat Molekul : 78,0
Pemerian : Serbuk amorf, putih ; tidak berbau ; tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol ; larut dalam
asam encer.
Khasiat : Antasida
Dosis : Tiap kali 0,5 – 1 g
pH : 5,5 – 8,0
Bentuk Sediaan : Suspensi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada waktu tidak lebih
dari 25 ℃

2. MgOH
Daftar Pustaka : ( FI IV hal. 513, Farmakologi Terapi ed. V halaman
521, OOP VI hal 270).
Berat Molekul : 58,32
Pemerian : Serbuk ; putih ; ruah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol ; larut dalam
asam encer.
Khasiat : Antasida
Dosis : 1-4 dd 500-750 mg
Bentuk Sediaan : Suspensi susu magnesium 7- 8 %
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada waktu tidak lebih
dari 25 ℃.

B. Zat Tambahan Eksipien)


1. HPMC (Martindale 36 hal. 2144, Hanbook of Pharmaceutical Excipien 6
hal. 306,hal. 223)
Pemerian : Serbuk/granul berwarna putih/ putih kekuningan,
praktis tidak berbau, higroskopis.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, PPG, praktis tidak larut dalam
air panas
Stabilitas : Stabil pada suhu kamar , ph 3-11 pada larutan air dan
punya pH
Khasiat : Penguat viskositas
OTT : Derivat fenol,seperti meat paraben & propil paraben
Konsentrasi : 0,25 – 5 %
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2. Essence Strawbery (Hanbook of Pharmaceutical Excipien 6 hal. 421)
Pemerian : Kristal padat putih, wangi, rasa spt. Caramel dalam
larutan memiliki rasa,
Kelarutan : Larut dalam 21 bagian etanol 95 % dalam 30 bagian
gliserin, 28 bagian PEG.
Stabilitas : Dapat disimpan dalam gelas plastik
Khasiat : Flavouring Agent
Konsentrasi : <1%
pH : 5,3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. Natrium Benzoat ( Farmakope Indonesi Ed. V ,892)


Pemerian : Granul/ serbuk hablur, putih tidak berbau, stabil di
udara
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,
dan lebih larut dalam etanol 95 %
Stabilitas : Wadah tertutup rapat
Khasiat : Pegawet / antimikroba
Konsentrasi : 0,02 – 0,5 % (HOPE VI hal. 627)
Inkompatibilitas : Dengan sampuran kuartener , gelatin, garam steril,
garam kalium
Bobot Jenis : 1,47 – 1,527 g/ml
Bobot Molekul : 144,11
Rumus Molekul : C7H5N2O2
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. Gliserin (HOPE VI hal. 283)


Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarnaa, tidak
berbau manis dan hangat
Kelarutan : Bercampur dengan air dan etanol
Stabilitas : Bersifat higroskopis, dapat terurai dengan pemanasan
Khasiat : Zat pembasah
Konsentrasi : < 50 %
Inkompatibilitas : Dapat meledak jika berx dengan pengoksida
Bobot Jenis : 1,269 cm
Bobot Molekul : 2,6
Rumus Moleku : C3H803
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

5. Aquadest ( FI III hal. 96 dan HOPE VI HAL. 766)


Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa
Kelarutan : Bercampur dengan pelarut polar
Stabilitas : Secara kimiawi stabil pada semua suasana
Khasiat : Pelarut
Konsentrasi : Hingga 100 %
Inkompatibilitas : Bereaksi pada semua zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

IV. FORMULA

Bahan Formula
AlOH 1 gram
MgOH 1 gram
HPMC 1%
Gliserin 10 %
Natrium Benzoat 0,1 %
Ess. Strawbery 0,02 %
Aquadest

V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


1. Perhitungan
Formula
 AlOH : 1 gram
 MgOH : 1 gram
 HPMC : 1% X 300 : 3 gram
Air untuk HPMC : 20 X 300 : 60 ml
 Gliserin : 10 % X 300 : 30 gram
 Natrium Benzoat : 0,1% X 300 : 0,3 gram
 Ess. Strawbery : 0.01% X 300 : 0,03 gram
 Aquadest : 300 – ( 1g + 1g + 3g + 60 +
 0,3g + 0,03g + 30 g : 304, 67 ml

2. Penimbangan

Bahan Formula
Teoritis Praktikum
AlOH 1 gram
MgOH 1 gram
HPMC 3 gram
Gliserin 30 gram
Na. Benzoat 0,3 gram
Ess . Strawbery 0,03 gram
Aquadest 204,67 ml

VI. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Mortir stamper - Sudip
- Gelas ukur - Perbaner
- Pipet tetes - Beaker gelas
- Sendok pengaduk - Tabung sedimentasi
- Spatula - Vimoster

b. Bahan
- AlOH - Natrium Benzoat
- MgOH - Ess. Strawbery
- HPMC - Aquadest
- Gliserin

VII. PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang bahan - bahan , dikalibrasi botol 60 ml
3. HPMC Dikembangin Dengan Air 24 Jam
4. AlOH + MgOH + Gliserin dimasukkan kedalam lumping digerus ad. halus
( M1)
5. (M1) ditambahkan ke HPMC yang telah dikembangkan sedikit demi sedikit
digerus ad. halus dan terdispersi
6. Natrium benzoat yang dilarutkan dengan air dimasukkan kedalam suspensi yang
telah terbentuk lalu dihomogenkan
7. Dimasukkan sisa aquadest aduk ad. homogen
8. Dimasukkan secukupnya Ess. Strawbery ad. homogeny , lalu dilakukan uji
evaluasi ( Organoleptik, Volume Sedimentasi, UjiBobot jenis, Uji pH,
Viskositas dan Sifat Alir )
9. Dimasukkan kedalam botol 60 ml, diberi label dan etiket, lalu dimasukkan ke
kemasan.

VIII.EVALUASI DAN TABULASI DATA


1. Organoleptik ( Drug Stability volume 17 hal. 263 )

Organoleptik Formula
Warna Putih keruh
Bau Bau Ess. Strawbery
Bentuk Cairan kental
Cara : Diamati Suspensi dari warna, baud an bentuk
Alat : Alat Indra

2. Uji Volume Sedimentasi ( Martin Farmasi Fisika hal. 631)


Cara :
1. Dimasukkan sediaan suspensi kedalam tabung sedimentasi sebanyak 25 ml
2. Amati volume sedimentasi pada waktu 15, 30, 45, 60, 90 menit setara 24
jam yang dilarutkan keesokan harinya hingga 4 hari.
Perhitungan F :Vu/Vo
Keterangan : F : Derajat Sedimentasi Vo : Volume Awal
Vu : Volume Sedimentasi
Alat : Tabung Sedimentasi

Waktu Formula
Vu 25
15 Menit Vo 25
F 1
Vu 25
30 Menit Vo 24
F 0,96
Vu 25
45 Menit Vo 25
F 1
Vu 25
60 Menit Vo 24
F 1
Vu
1 Hari Vo
F

3. Uji Viskositas dan Sifat ALir ( Martin Farmasi Fisika hal. 206 )
Alat : Viskometer Brookfield

Cara :
1. Dimasukkan suspensi kedalam gelas viscometer
2. Dilakukan Uji Viskositas
3. Dipasang spindel dari nomor terkecil
4. Kemudian spindel ditentukan sampai batas
5. Nyalakan dan biarkan spindel berputar 3 X
6. Dibaca skala Kv : 673,7 dyne/cm2
Viskosita : Faktor X Skala
Gaya : Skala X Kv

No. spindel RPM Skala Faktor Viskositas Gaya


4. Uji Bobot Jenis ( Farmakope Indonesia V hal. 158 )
Cara :
1. Digunakan Parameter bersih, kering dengan tekan untuk menetapkan
bobot piknometer dengan bobot air yang baru didihkan pada suhu 25℃
diatas hingga suhu uju 20℃.
2. Dimasukkan dalam piknometer
3. Suhu piknometer diukur yang telah diteliti hingga 25 ℃ , buang
kelebihan zat uji dan ditimbang
4. Bobot pikno dikurang dari bobot uji yang telah diujikan
5. Bobot jenis suatu zat akan diperoleh dengan dibagi bobot zat dengan
bobot air didalam piknometer.
Bobot Jenis : (Pikno + Zat) – (Pikno Kosong)
(Pikno + Air) – )Pikno Kosong)
: 84,89 g – 31,39 g = 52,96 g = 1,039
82,86 g – 31,39 g = 50,93 g

Formula Bobot Pikno Bobot Pikno Bobot BJ g/mg


Kosong + Air Pikno + Zat
31,93 g 82,86 g 84,89 g 1,03 g/mg

5. Uji pH ( Derajat Keasaman )


Alat : pH meter ( FI III Halaman 1039 – 1040 )
Cara : pH meter dicelupkan kedalam sediaan , kemudian dilihat pHnya.

Formula pH
1 6
IX. PEMBAHASAN
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan secara visual untuk mengetahui kestabilan fisik
suatu suspensi dilihat dari warna, bau, dan bentuk. Berdasarkan formula
warnanya putih keruh, bau Ess. Strawbery dan bentuk yaitu cairan kental.

2. Volume Sedimentasi
Uji volume sedimentasi dilakukan untuk mengetahui rasio pengendapan yang
terjadi selama penyimpanan pada waktu tertentu. Dalam formula waktu 15
menit derajat sedimentasi : 1, waktu 30 menit derajat sedimentasi : 1, waktu 45
menit derajat sedimentasi : 1, waktu 60 menit derajat sedimentasi : 0,96 dan
saat waktu 1 hari tidak dilakukan uji evaluasi yang berarti formula ini dalam
waktu semakin lama maka derajat sedimentasi semakin kecil.

3. Uji Viskositas dan Sifat Alir


Uji viskositas dan sifat alir merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecepaan pengendapaan sediaan suspensi , uji ini dilakukan dengan alat
viskosimeter Brookfield adalah viscometer banyak titik dimana dapat
dilakukan pengukurann pada beberapa harga kecepatan geser sehingga
diperoleh rheogram yang sempurna. Dalam formula ini, tidak bisa melakukan
uji viskositas dan sifat alir dikarenakan alat viscometer brookfield tidak
mendeteksi hasil sediaan dan sediaan kurang kental dikarenakan kurangnya
wetting agent dan suspending agent sebagai meningkatkan viskositas.

4. Uji Bobot Jenis


Uji bobot jenis digunakan untuk cairan, didasarkan pada perbandingan bobot
zat di udara pada suhu 25℃ terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Dalam formula bobot pikno + zat yaitu 84,89 g, bobot pikno + air yaitu
82,86 g, bobot pikno kosong yaitu 31,93 g sehingga bobot jenis dalam formula
yaitu 1,039 g/mg.

5. Uji pH
Pengukuran suspensi harus dilakukan pada temperature tertentu dan dilakukan
hanya sesudah tercapai kesetimbangan untuk meminimalkan penyimpanan Ph
dan penyalutan permukaan elektroda dengan partikel tersuspensi. Dalam
formula pH nya 6 yang berarti bersifat asam.
Nama: Netty Fetriyani

NPM: 2018130083

PEMBAHASAN SUSPENSI

1. Pasa praktikum kali ini, zat aktif alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida
dibuat suspensi karena kedua zat tersebut sukar larut dalam air. Sehingga, keduanya
dilarutkan dengan suspending agent.
2. Pada praktikum kali ini, digunakan Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) sebagai
suspending agent fungsinya adalah untuk mendispersikan pertikel tidak larut dalam
pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi
diperlambat.
3. Pada praktikum kali ini digunakan natrium benzoat sebagai pengawet yang
fungsinya adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba karena air adalah media
yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.
4. Pada praktikum kali ini digunakan gliserin sebagai wetting agent yang fungsinya
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut.
5. Pada uji organoleptik terhadap formula didapatkan bau strawberry, warna putih
keruh dan berbentuk cairan kental.
6. Pada uji sedimentasi pada formula dengan selang waktu 15,30 dan 45 tidak terjadi
pemisahan fase, volume tetap 25 ml. Lalu pada menit ke-60 didapatkan hasil
penurunan volume menjadi 24 ml sehingga didapat nilai f= 0,96 yang berati tidak
stabil.
7. Pada uji evaluasi viskositas dan sifat alir di praktikum kali ini tidak di uji.
8. Pada uji evaluasi bobot jenis pada formula didapatkan hasil bobot jenis sebesar
1,039 g/mg. Larutan yang baik adalah yang mendekati bobot jenis air yakni 1 g/mg.
Dengan demikian, formula tersebut merupakan formula dengan bobot jenis terbaik
karena mempunyai bobot jenis yang mendekati 1,0 g/mg.
9. Pada uji Ph, didapatkan pH formula adalah 6. Dimana pH ini masuk ke dalam range
zat aktif yakni 5,5-8,0 yang artinya zat aktif tidak terjadi hidrolisis dan sesuai untuk
sediaan suspensi ini.
Nama : Ida Ayu Komang Putri
Kelas : A
NPM : 2018130082
I. PEMBAHASAN SUSPENSI
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan secara visual untuk mengetahui kestabilan fisik suatu
suspensi dilihat dari warna, bau, dan bentuk. Berdasarkan formula warnanya
putih keruh, bau Ess. Strawbery dan bentuk yaitu cairan kental.

2. Volume Sedimentasi
Uji volume sedimentasi dilakuka untuk mengetahui rasio pengendapan yangt
terjadi selama penyimpanan pada waktu tertentu. Dalam formula dalam waktu
15 menit derajat sedimentasi : 1, waktu 30 menit derajat sedimentasi : 1, waktu
45 menit derajat sedimentasi : 1, waktu 60 menit derajat sedimentasi : 0,96. dan
saat waktu 1 hari tidak dilakukan uji evaluasi, Maka formula ini, semakin lama
waktu sehingga derajat sedimentasi makin kecil.

3. Uji Viskositas dan Sifat Alir


Uji viskositas dan sifat alir merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecepaan pengendapaan sediaan suspensi , uji ini dilakukan dengan alat
viskosimeter Brookfield adalah viscometer banyak titik dimana dapat dilakukan
pengukurann pada beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram
yang sempurna. Uji viskositas dan sifat alir dilakukan untuk menguji
kekentalan. Dalam formula ini, tidak bisa melakukan uji viskositas dan sifat alir
dikarenakan alat viskometer brookfield tidak mendeteksi hasil sediaan dan
sediaan kurang kental dikarenakan kurangnya suspending agent sebagai
peningkat viskositas sehingga sediaan ini tidak dapat mengurangi kecepatan
pengendapan partikel yang terdispersi. Namun sediaan tidak boleh terlalu kental
sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari wadah.

4. Uji Bobot Jenis


Uji bobot jenis digunakan untuk cairan, didasarkan pada perbandingan bobot zat
di udara pada suhu 25℃ terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Penurunan bobot jenis sering merupakan indikasi keberadaan udara
(gelembung) yang terperangkap dalam struktur suspensi. Dalam formula bobot
pikno + zat yaitu 84,89 g, bobot pikno + air yaitu 82,86 g, bobot pikno kosong
yaitu 31,93 g sehingga bobot jenis dalam formula yaitu 1,039 g/mg yang berarti
suspensi bercampur dengan baik dan uniform.

5. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan. Pengukuran suspensi
harus dilakukan pada temperature tertentu dan dilakukan hanya sesudah tercapai
kesetimbangan untuk meminimalkan penyimpanan pH dan penyalutan
permukaan elektroda dengan partikel tersuspensi. Dalam formula ini diuji pH
mengunakan indikator universal dan dicelupkan ke sediaan yang menghasilkan
pH 6 yang berarti bersifat asam. Namun dalam lambung zat yang bereaksi
dengan asam di lambung dan ideal dengan pH antara 4-5, yang berarti pH
formula ini tidak memenuhi syarat apabila bereaksi dengan asam lambung.

6. Bahan yang digunakan dalam pembuatan eliksir, antara lain :


a. AlOH sebagai zat aktif yang berkhasiat untuk antasida dengan efek
konstipasi
b. MgOH sebagai zat aktif yang berkhasiat untuk antasida dengan efek laksan
c. HPMC sebagai zat tambahan yang berkhasiat untuk suspending agent
(penguat viskositas )
d. Gliserin sebagai zat tambahan yang berkhasiat untuk wetting agent
e. Natrium benzoate sebagai zat tambahan yang berkhasiat untuk pengawet
f. Essence Strawbery sebagai zat tambahan yang berkhasiat untuk Flavoring
agent
g. Aquadest sebagai zat tambahan yang berkhasiat untuk pelarut
h. Alasan pemilihan zak aktif AlOH dan MgOH adalah menghasilkan suspensi
yan stabil jika pH diatur/dikontrol dan ukuran partikelnya stabil. Untuk
perbandingan yang baik diperoleh kurang lebih pH 4 – 5.
Nama : Widi Nova Kartika Rinjani
NPM : 2018130079
Suspensi
Bahan yang digunakan pada sediaan suspensi :
1. Al(OH)₃ dan Mg(OH)₂ sebagai zat aktif yang memiliki khasiat sebagai antasida
yang bersifat praktis tidak larut dalam air, namun di kehendaki bentuk sediaan cair.
Al(OH)₃ akan menimbulkan efek konstipasi oleh karena itu untuk mengurangi efek
konstipasi sering dikombinasikan dengan Mg(OH)₂;
2. HPMC sebagai suspending agent berguna untuk meningkatkan viskositas agar;
3. Gliserin sebagai wetting agent atau zat pembasah;
4. Na. Benzoat sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba pada
sediaan;
1. Essense strawberry sebagai Favouring agent untuk memberikan aroma/
menyamarkan bau;
5. Aquadest sebagai pelarut.

Uji Evaluasi sediaan Suspensi


1. Uji Organoleptik dilakukan secara visual untuk mengetahui kestabilan fisik sediaan
suspensi, menggunakan alat indera manusia. Dilihat dari warna, bentuk, dan bau,
berdasarkan pengamatan didapatkan warna putih keruh seperti susu, bau strawberry
dan bentuk cairan kental.
2. Uji Viskositas dan Sifat Alir dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan pada
sediaan, dilakukan dengan alat viskometer. Berdasarkan percobaan tidak dapat
dilakukan uji ini dikarenakan alat viskometer tidak mendeteksi sediaan tersebut
dikarenakan kurangnya suspending agent yang digunakan untuk meningkatkan
viskositas.
3. Uji Sedimentasi digunakan untuk mengetahui rasio pengendapan sediaan pada
penyimpanan waktu tertentu. Berdasarkan pengamatan formula tersebut pada waktu
15 menit derajat sedimentasinya 1, pada waktu 30 menit derajat sedimentasinya 1,
pada waktu 45 menit derajat sedminetasinya 1 dan pada waktu 60 menit derajat
sedimentasinya 0,96 terjadi penurunan derajat sedimentasi karena adanya
pengendapan pada sediaan.
4. Uji Bobot Jenis untuk mengetahui bobot jenis sediaan suspensi, menggunakan alat
piknometer. Berdasarkan percobaan formula tersebut didapatkan bobot piknometer
kosong yaitu 31,93 gram, bobot piknometer + air yaitu 82,86 gram, dan bobot
piknometer + suspensi yaitu 84,89 gram sehingga didapatkan bobot jenis formula
yaitu 1,039 g/mg.
5. Uji pH untuk mengetahui stabilitas sediaan, dilakukan dengan menggunakan
indikator universal. Berdasarkan percobaan didapatkan pH 6 yang berati bersifat
asam. Dalam lambung zat yang ideal bereaksi dengan asam lambung yaitu pH
antara 4-5 jadi formula ini tidak memenuhi syarat untuk bereaksi dengan asam
lambung.
Nama : Rafi Khulsum

NPM : 2018130084

1. Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan sediaan suspensi antasida. Antasida


digunakan untuk menetralkan asam lambung. PH tidak boleh terlalu rendah, jika
asam lambung terlalu asam dan pH rendah maka akan menyebkan ulcer. Zat yang
berearksi di dalam lambung dan ideal sekali dapat menarik pH isi antara 4– 5.
2. Pada evaluasi pertama hasil yang didapat untuk uji organoleptis yaitu warna putih
keruh, bau strawberry, dan bentuk cairan kental.
3. Lalu untuk pemeriksaan pH yang didapat pH 6. Pada Farnakope syarat pH 5,5 – 8,0
jadi pH tersebut memenuhi syarat dan bisa menetralkan asam lambung .
4. Lalu pemeriksaan BJ yang didapat 1,03 g/ml hasil ini memenuhi syarat karena
sediaan suspensi harus melebihi bobot jenis air.
5. Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik tidak stabil, bila di diamkan
dalam waktu yanglama partikel-partikel mengalami agregasi dan
pengendapan yang kadang-kadang bisamenimbulkan caking. Caking merupakan
salah satu masalah sangat sulit yang harus diatasi padasaat formulasi sediaan
suspensi. Caking tidak dapat diatasi hanya dengan pengecilan ukuranpartikel dan
peningkatan viskositas medium, caking dapat diatasi dengan flokulasi yaitu
apabilapartikel bergabung dengan ikatan yang lemah.
6. Pada dasarnya obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat
mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika
berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul ada juga
dalam sediaan emulsi. Semua sediaan diformulasikan khusus demi tercapainya
efek terapi yang diinginkan. Ada beberapa alasan pembuatan suspensi. Alasan
bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat
mempunyai kelarutan yang kecil atau tidaklarut dalam air, tetapi diperlukan
dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami
kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit
atau aroma yang tidak enak pada bahan obat. Dalam hal seperti ini suspensi
menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak
pasien bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk padat (tabel atau kapsul dari obat
yang sama), karena mudahnya menelan cairan, pemberian lebih mudah serta lebih
mudah untuk pemberian dosis yang relatifsangat besar, aman, mudah diberikan
untuk anak-anak, juga mudah diatur dosisnya untuk anak.Secara umum sulit untuk
membuat sediaan suspensi yang baik (aman, stabil).
7. Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain sifat
partikel terdispersi(derajat pembasahan partikel), zat pembasah, medium
pendispersi serta komponen-komponen formulasi seperti pewarna, pemberi rasa dan
pengawet yang digunakan.
8. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang sesuai sehingga dapat dikocok dan
mudah dituang. Kestabilan suatu suspensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
viskositas medium dispersi, mengecilkan ukuran partikel terdispersi, dan
mengurangi perbedaan berat jenis partikeldan medium dispersi dapat dilakukan
dengan meningkatkan densitas cairan.
Nama : Muhammad Arif Elsan Ramadhan
Npm : 2018130004

PEMBAHASAN

Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak
boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi
kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang. Suspensi terdiri dari
suspensi oral, suspensi topikal, suspensi optalmik, suspensi tetes telinga, dan suspensi
untuk injeksi.
Sebelum memulai membuat suspensi hal pertama yang harus dilakukan adalah
siapkan segala alat dan bahan. Dalam pembuatannya harus memerhatikan prosedur yang
telah dijelaskan diatas. Gunakan mortir ukuran besar agar mudah dalam menggerusnya,
serta usahakan stabil ketika menggerus agar tidak terjadi cacking atau penggumapalan.
Namun ada kekurangan dalam pembuatan supensi ini, yaitu hasilnya menjadi terlalu
cair. Hal tersebut karena perbandingan antara zat cair dengan zat padat tidak sebanding,
dimana zat cair lebih dominan dibandingkan dengan zat padat. Menurut syarat pembuatan
suspensi yang baik adalah tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair.
Nama : Anisa Suhartati

NPM : 2018130071

SUSPENSI

1. Uji organoleptik, pada sediaan suspensi rekonstitusi merupakan cara pengujian


dengan menggunakK;[]\an indera manusia. Pada saat pengamatan didapatkan
hasil, yaitu bentuknya cairan kental, bau stroberi, dan warna putih keruh.

2. Uji bobot jenis digunakan untuk cairan berdasarkan pada perbandingan bobot
zat di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Pada
formula bobot pikno ditambah zat didapatkan bobot 84,89 g, bobot pikno
dengan air didapat 82,86 g, bobot pikno kosong didapat 31,39 g sehingga bobot
jenis dalam formulanya yaitu 1,039.

3. Uji viskositas dan sifat alir tidak bisa dilakukan karena dalam formula ini
dihasilkan sediaan yang kental dan tidak memenuhi syarat sehingga alat
viscometer Brookfield tidak bisa mendeteksi hasil sediaan dikarenakan
kurangnya konsentrasi dari suspending agent dan pelarut yang digunakan.

4. Volume sedimentasi dilakukan untuk melihat kestabilan dari suspensi yang


dibuat dan berhubungan dengan kecepatan suspensi terdispersi kembali dan
pembentukkan caking pada sediaan suspensi. Pada formula dalam waktu 15 mnt
derajat sedimentasi nya adalah 1, kemudian dalam waktu 30 mnt derajat
sedimentasi nya adalah 1, lalu dalam waktu 45 mnt derajat sedimentasi nya
adalah 1 dan pada waktu 60 menit derajat sedimentasi nya adalah 0,96.

5. Uji pH, pada formula ini dilakukan uji pH dengan indikator universal untuk
mengetahui pH sediaan dan didapat pH 6 yang berarti bersifat asam dan
memenuhi syarat karena masuk ke dalam range 4 – 7.
X. KESIMPULAN

No. Evaluasi Cara dan Alat Hasil


1. Organoleptik Cara : Diamati Suspensi Warna : Putih keruh
dari warna, bau Bau : Bau Ess. Strawbery
dan bentuk Bentuk : Cairan kental
Alat : Alat Indra

2. Uji Volume Sedimentasi Cara : Waktu :


1. Dimasukkan 15 menit : Vo : 25, Vu : 25,
sediaan suspensi F:1
kedalam tabung 30 menit : Vo : 25, Vu : 25,
sedimentasi F:1
sebanyak 25 ml 45 menit : Vo : 25, Vu : 25,
2. Amati volume F:1
sedimentasi pada 60 menit : Vo : 25, Vu : 24,
waktu 15, 30, 45, F : 0,96
60, 90 menit Tidak melakukan uji pada
setara 24 jam waktu 1 hari.
yang dilarutkan
keesokan harinya
hingga 4 hari.
Alat : Tabung
sedimentasi

3. Uji Viskositas dan Sifat Alat : Viskometer Tidak bisa melakukan uji
Alir Brookfield viskositas dan sifat alir
Cara : dikarenakan alat viskometer
1. Dimasukkan brookfield tidak mendeteksi
suspensi kedalam hasil sediaan dan sediaan
gelas viscometer kurang kental dikarenakan
2. Dilakukan Uji kurangnya suspending agent
Viskositas sebagai peningkat viskositas
3. Dipasang spindel sehingga sediaan ini tidak dapat
dari nomor mengurangi kecepatan
terkecil pengendapan partikel yang
4. Kemudian spindel terdispersi.
ditentukan sampai
batas
5. Nyalakan dan
biarkan spindel
berputar 3 X
6. Dibaca skala
4. Uji Bobot Jenis Cara : Bobot Jenis :
1. Digunakan (Pikno + Zat) - (Pikno Kosong)
Parameter bersih, (Pikno + Air) – (Pikno Kosong)
kering dengan : 84,89 g + 31,39 g = 52,96 g
tekan untuk 82,86 g – 31,39 g = 50,93 g
menetapkan : 1,039 g/mg
bobot piknometer
dengan bobot air
yang baru
didihkan pada
suhu 25℃ diatas
hingga suhu uju
20℃.
2. Dimasukkan
dalam piknometer
3. Suhu piknometer
diukur yang telah
diteliti hingga 25
℃ , buang
kelebihan zat uji
dan ditimbang
4. Bobot pikno
dikurang dari
bobot uji yang
telah diujikan
5. Bobot jenis suatu
zat akan diperoleh
dengan dibagi
bobot zat dengan
bobot air didalam
piknometer.

5. Uji pH Alat : pH meter/ kertas pH 6


Indikator universal
XI.
XII. KEMASAN, BROSUR, DAN ETIKET
A. Etiket

Cara Pemakaian :
Komposisi :
MAGNIUM ® Dikonsumsi Air,
1 Alumunium
jam sebelumHidroksida,
®
makan atauMagnesium
2 jam MAGNIUM
Hidroksida,
setelah dan Natrium
SUSPENSI ANTASIDA Benzoat.
makan dan menjelang tidur

Komposisi : Penyimpanan : SUSPENSI ANTASIDA


Indikasi :
Air, Alumunium Hidroksida, Magnesium Hidroksida, dan Natrium Benzoat Simpan padaDyspepsia
tempat sejuk
. dan
kering, serta terlindung dari
cahaya. Kontraindikasi :
Indikasi:  Hiperfosfatemia, Porfiria.
Dispepsia.
KOCOK DAHULU
Efek samping :
Kontraindikasi:  Mual dan muntah, gangguan absorpsi
Hipofosfatemia, porfiria.
No. Reg : DBL 2076807833A1
Netto : 60 mL
No. Batch : 02C1234
Farmakologi Mfg. DateLENGKAP
: Diproduksi
Maret 2020 oleh:
KETERANGAN LEBIH
Berpusat pada kemampuan obat ini menetralkan asam lambung.
LIHATExp. DatePT.
DI BROSUR : Maret
LEBAH2020FARMA
Jakarta-Indonesia
Farmakodinamik
Yaitu absorbable sedikit berbeda dengan yang non-absorbable.
Antasida absorbable  dinetralkan secara langsung oleh asam lambung. Ciri
khasnya adalah onset kerja obat yang cepat guna memberikan efek
terapeutik yang diharapkan.

Farmakokinetik
Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida diabsorpsi yaitu secara
proporsional terhadap dosis. Distribusi yaitu dapat ditemukan sekitar 50-60
% pada tulang. Eliminasi akan diekskresikan di urin.

Cara Pemakaian :
Dikonsumsi 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan menjelang
tidur .
B. Brosur
Peringatan :
Hindari mata dan bibir, apabila terjadi iritasi segera hubungi dokter. Jauhkan
dari jangkauan anak-anak.

Kegunaan :
Mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung
gastritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari, dengan gejala seperti mual,
nyeri lambung, nyeri pada ulu hati.

Efek samping :
Mual dan muntah, gangguan absorpsi

Penyimpanan :
Simpan pada tempat sejuk dan kering, serta terlindung dari cahaya.

Wadah : Botol 60 ml

KOCOK DAHULU

No. Reg : DBL2076807833A1

Diproduksi Oleh :
PT. LEBAH FARMA
Jakarta-Indonesia
C. Kemasan

Komposisi :
Kegunaan :
Air, Alumunium
MAGNIUM®
Mengurangi gejala
berhubungan dengan kelebihan
yang
MAGNIUM ® Hidroksida, Magnesium
asam lambung gastritis, tukak Hidroksida, dan Natrium
lambung, tukak usus 12 jari, Benzoat.
SUSPENSI dengan gejala seperti mual, nyeri SUSPENSI
ANTASIDA lambung, nyeri pada ulu hati. ANTASIDA Cara Pemakaian :
Penyimpanan : Dikonsumsi 1 jam sebelum
Simpan pada tempat sejuk dan makan atau 2 jam setelah
kering, serta terlindung dari
makan dan menjelang tidur.
cahaya.

Peringatan :
Tidak dianjurkan untuk
digunakan terus menerus
selama lebih dari dua
minggu kecuali atas
Netto : 60 mL No. Reg : DBL2076807833A1
Netto : 60 mL petunjuk dokter.
No. Batch: 02C1234
Diproduksi oleh: Mfg. Date: Maret 2020 Diproduksi oleh:
Exp. Date : Maret 2020
PT. LEBAH FARMA PT. LEBAH FARMA
Jakarta-Indonesia Jakarta-Indonesia
XIII.DAFTAR PUSTAKA
1. Teori Analisis, Sediaan Farmasi Solida, Semi Solida, 1701.
2. Goeswin Agoes, Sediaan Farmasi Likuida – Semisolida, Institusi Teknologi
Bandung , 1920.
3. Wade A, Nelle, PJ. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th Edition
London : The Pharmaceutical press
4. Kethy Lituah. Drug Information nalysis 88. AHFS.
XIV. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai