memanggilku dengan sebutan Lia. Aku sekarang berada dibangku kuliah semester 4. Aku punya tiga saudara diantaranya kakakku laki-laki yang sejak SMA pergi mencari hidup ditanah rantau, kakakku perempuan yang mengalami cacat mental dari sejak ia lahir. Kakakku yang cacat sejak lahir itu sekarang sudah tidak ada lagi alias telah dipanggil pulang oleh yang maha kuasa sejak aku SMP, dan adikku laki-laki yang sekarang baru menyelesaikan studinya dibangku SMA, dan yang terakhir adik perempuanku yang sejak kecil kedua orang tuaku telah memberikan dia kepada saudara laki-laki dari eyangku untuk dipelihara menjadi anak mereka.
Ketika aku SD, aku kadang berpikir kedua
orangtuaku memberikan kasih sayang mereka tidak adil, karena menurutku mereka lebih menyayangi adikku yang bungsu dari pada aku. Ketika aku SMP, waktu dimana aku dimarahi oleh orangtuaku kadang aku berpikir aku bukan anak mereka dan menduga-duga kalau aku itu anak angkat mereka. Kadang aku mengeluarkan kata kotor kepada mereka tetapi tidak aku keluarkan tetapi aku simpan dalam hati. Sering aku berpikir untuk keluar dari rumah tetapi aku takut karena aku tidak punya tempat yang aman untuk aku tinggal. Sewaktu aku di SMP kelas 3 atau kelas ujian disitu aku melihat teman-teman sekelasku berpacaran alias jatuh cinta. Dari situ aku mulai ingin mencari tau apa itu cinta, aku mulai memperhatikan teman-teman ku yang sedang dimabuk asmara. Aku mulai ingin merasakan apa itu cinta sampai ada teman sekelasku punya kenalan yang adalah adik kelasku, dia suka sama aku dan aku dipaksa untuk menjalin hubungan cinta alias pacaran dengan adik kelas itu. Ketika aku memutuskan untuk berpacaran dengan dia aku meberikan peringatakan kepada dia bahwa jangan ada orang yang tau kalau aku berpacaran dengannya. Dari situ aku pikir semua akan baik- baik saja, tapi ternyata tidak. Setelah lewat 1 hari dan tiba pada hari yang ke 2 setelah aku pulang sekolah diperjalanan pulang, aku diejek sama temannya pacar aku. Dari situ aku mulai benci sama dia dan hari ke 3 aku memutuskan untuk tidak berpacaran dengan dia lagi alias PUTUS.
Ketika aku SMA, aku anaknya malas kerja dan
hampir setiap hari mamaku dan papaku menjadi alarm untukku, baik itu alarm untuk ke sekolah maupun alarm untuk belajar dan bekerja. Aku anaknnya sangat mudah tersinggung dan mudah menangis apalagi kalau aku dibentak itu sangat mengundang air mataku. Ketika aku tidak kerja di rumah aku di marahi sama mama ataupun papa. Tetapi kadang-kadang aku juga bersyukur punya orangtua sama seperti mereka, karena semakin lama semaki aku dewasa orangtuaku mulai takut kehilanganku sampai-sampai orangtuaku sangat takut dan sangat berhati-hati memberikan izin kepadaku ketika aku meminta izin menginap dirumah keluarga atau temanku. Dan yang lebih parahnya lagi, saking sayangnya mereka sampai waktu dimana aku tidak ada dirumah mereka berusaha mencariku dan setiap malam sebelum mama dan papa tidur, kamarku harus di cek terlebih dahulu oleh merka. Jika pintu kamarku sudah tertutup barulah mereka tidur tetapi selagi pintukamarku belum tertutup papaku atau mamaku menunggu sampai aku pulang barulah mereka bisa tidur dengan nyenyak. Mereka mencoba menjagaku sekuat tenaga mereka. Ketika aku SMA kelas 1 aku mengenal seorang pria, dan ketika berkenalan dengan dia aku berpecaran dengan dia dan dia cinta pertamaku. Awalnya aku tidak menyangka akan berpacaran dengan dia karena awal aku bertemu dia di tempa ibadah dan aku juga tidak menyangka akan berpacaran dengan dia. Pada tanggal 09-April- 2016 aku dan dia resmi berpacaran, kami menjalani hubungan itu dengan baik dan berusaha mempertahankan hubungan itu. Ketika aku SMA kelas 2 hubungan kami hancur dan dia berpacaran dengan teman kelasku tetapi aku berusaha terlihat baik-baik saja. Hubungan mereka tidak berlangsung lama mereka akhirnya putus dan kami berdua memutuskan untuk melanjutkan hubungan itu laggi, ketika dia duduk di kelas 3 SMA kami memingikuti kegiatan formal gereka (getsasi) dan selama perjalanan sekolah dan studi formal gereja kami berdua putus alias tidak berpacaran lagi, karena aku telah mengkhianati dia dengna cara berpacaran dengan seorang pria asal dari daerah kami. Aku memutuskan untuk berpacaran dengan pria itu karena dukungan dari tetangga maupun kaka-kakakku di kompleks tempat aku tinggal. Aku sangat sayang kepada pria itu tetapi dia hanya menganggapku tidak lebih dari orang yang sangat penting baginya. Tetapi aku tidak pernah sadar bahwa pria itu hanya mempermainkanku saja, aku sangat menyayangi pria itu tapi balasan yang aku dapat hanyalah luka dan air mata akibat dari tidak pernah dihargainya diriku dan pengorbananku pada pria itu. Waktu pun berlalu aku berusaha bertahan dengan pria itu tetapi tuhan memberikan pelajaran serta karma kepadaku karena telah mempermainkan hati pria yang dalah cinta pertamaku. Aku hampir menodai diriku sendiri dengan ulah yang aku buat sendiri akibat laki-laki itu, sejak malam itu aku sangat membenci pria itu dan aku memberanikan diriku untuk memutuskan hubungannku dengan pria itu dan aku kembali memberikan sebuah harapan yang baru dan kembali menjalani hubungan dengan cinta pertamaku tetapi setelah itu kami berdua putus sebelum tiba saatnya untuk kami akan menyelesaikan studi formal gereja (getsasi). Aku pun heran karena kami menyelasaikan studi formal kami itu (sidi) tepat ditangal dimana kami berdua jadian yaitu 09- April-2018. Dan disitu pertama kalinya aku diundang oleh dia untuk kerumahnya menikmati berkat serta mensyukuri atas pengangkatan anggota sidi gereja yang baru dan disitu pertama kalinya aku bertemu dengan orangtuanya. Disitu juga aku tidak berencana dan tidak berharap mendapatkan kesan yang baik dari kedua orangtuanya tetapi malah mereka menilai bahwa aku anak yang baik dan mereka senang denganku. Dan itu merupakan sebuah kebanggaan buatku. Setelah itu dia menyelesakan studinya di bangku SMA dan dia pergi merantau kekota untuk berkuliah. Dan aku pun melanjutkan studiku di bangku SMA yaitu di kelas 3.
Hari berganti hari,minggu berganti minggu.
Waktupun kian berlalu dan aku menjalani hidupku dengan normal kembali tanpa ada satupun yang kurang dalam hidupku.
Pada suatu hari ketika aku pulang sekolah, aku
tidak sengaja berpapasan dengan seorang pria berbaju kaos merah yang sedang naik sepeda. Dalam pikiranku, aku penasaran dengan pria itu tetapi hatiku tidak ingin mengenal ataupun mencari tau siapa pria itu. Aku hanya sekedar ingin tahu tetapi tidak ingin berusaha mencari tahu. Dan ketika waktu berlalu aku punya seorang teman perempuan di kompleks tempat aku tinggal, kami cukup akrab dari kecil dan aku senang bermain dengan dia walaupun hanya sekedar cerita-cerita ataupun mendengar dia curhat tentang pacarnya. Dan suatu malam ketika kami berdua sedang duduk di depan rumahnya tiba-tiba pacar teman aku datang dengan temannya. Aku sempat kaget atas kedatangan mereka berdua yang tiba-tiba tetapi aku tidak menyadari bahwa pria yang datang bersama dengan pacar teman aku itu adalah pria berkaos merah itu. Aku tidak sadar akan hal itu dan membuat aku bersikap biasa-biasa saja dan tidak mengenal lebih jauh tentang mereka. Kami berempat duduk bercerita-cerita dan mereka pun pulang dan aku juga kembali kerumahku. Besoknya setelah pulang sekolah temanku mengirim pesan di ponselku dia memberi tahu ku bahwa pria yang datang bersama pacarnya malam itu meminta nomor Hpku. Dan lebih parahnya lagi temanku sebelum dia memberi tahu aku bahwa laki-laki itu meminta nomor Hpku dia sudah memberikan nomorku terlebih dahulu sebelum memberi tahuku.
Tidak lama lagi laki-laki itu mengirimku pesan
dan mengajakku berkenalan. Kami pun berkenalan dan saling mengenal satu sama lain. Disitu aku tidak menyadari bahwa aku memberikan kenyamanan kepada dia dan tanpa aku sadari aku jatuh cinta sama dia. Tetapi yang membuat aku ragu untuk menjalani hubungan yang serius dengan dia adalah teman-temanku memberi tahu aku bahwa pria itu sudah memiliki pasangan. Aku menjadi putus asa dan kecewa tetapi pria itu meyakinkan aku bahwa dia tidak berpacaran dengan siapa pun. Sejak saat itu aku memutuskan untuk membuka hatiku kepada pria itu dan kami pun berpacaran. Hari demi hari kami lalui bersama, suka maupun duka kami lewati bersama. Dia pria yang selalu membuat aku percaya akan diriku sendiri, dia pria yang selalu menjagaku dan selalu membawaku kedunianya, selalu melarangku melakukan hal-hal yang tidak baik, dia pria yang sangat perhatian dan sayang kepadaku, dia pria yang mau melakukan apa pun demi diriku. Dia pria yang tidak malu untuk melakukan hal yang membuat aku bahagia. Dia pria yang menganggap diriku sangat berarti dan dia adalah pria yang menganggap diriku adalah ibunya dan dia pria yang selalu terbuka kepadaku walaupun itu masalah sepenting apa pun dia tetap tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Aku semakin jatuh cinta sama dia, dia pria yang suka bekerja untuk menghasilkan uang, dia pria yang menjadikan aku tuan putri dan orang yang paling dia percaya. Namun dibalik semua itu, pria itu adalah pria yang selalu saja memarahiku tetapi tidak pernah ada niatnya untuk melukai atau menyentuhku, dia selalu memarahiku jika ada hal yang aku lakukan membuat dia tidak suka. Kadang aku berpikir kenapa tuhan memberikan dia kepada ku terlambat? Karena aku sekarang sudah mau menyelesaikan studiku di bangku SMA dan otomatis aku akan pergi merantau untuk melanjutkan studiku dan itu pun yang membuat aku terpaksa meninggalkannya. Dia beberapa kali memutuskan untuk tidak berpacaran denganku lagi tetapi setelah dirinya bertemu denganku secara langsung hatinya luluh dan kami pun kembali menjalani hubungan itu lagi. Dia pria yang paling banyak aku habiskan hari-hariku bersamanya. Teman-temanku sangat takut padanya karena wajahnya yang tidak pernah senyum ketika bertemu dengan teman-temanku. Dia pria yang hampir membuat aku terjatuh dengan motor dan ketika dia marah kepadaku jangan sekali-kali ada orang yang ikut camput masalahku dengannya, orang itu pasti akan menjadi korban. Ada saat dimana aku takut ketika dia marah tetapi aku sangat bersyukur dan sangat-sangat beruntung menjadi wanita yang sangat penting dalam hidupnya. Mau sebesar apapun amarahnya, tangannya tidak pernah memukul aku atau menyetuhku. Dia selalu mengantar jemputku ketika aku pergi dan pulang sekolah.
Kini aku sudah lulus sekolah, dan papaku
memutuskan mengirim aku ke kupang untuk melanjutkan studiku disana. Pacarku sangat takut dan tidak mau aku pergi kekupang tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku takut sama papaku dan aku pun harus mengikuti kemauan papaku. Dari situ aku dimarahi sama pacarku dia tidak memberi kabar sedikit pun ketika tahu aku akan berangkat dalam beberapa hari kedepan. Dari situ aku berusaha mempertahankan hubungan kami, aku mengirimkan pesan kepadanya tetapi tidak dibalas, nomorku juga diblokir olehnya. Aku berusaha meminta bantua teman-temanku dan teman-temannya tetapi tidak ada yang berhasil. Kini tiba saatnya besok aku akan ke pelabuhan untuk berangkat ke kupang dengan kapal laut, malamnya aku tidak menyangka dia akan datang ke rumahku dengan muka yang tidak sedikitpun senyum seperti biasanya. Dia sangat marah mungkin karena dia tidak ingin aku pergi jauh darinya. Ketika sedang berbicara adikku tiba- tiba datang dan melihat kami dia pun memberi tahu mamaku bahawa ada pacarku di depan rumah akhirnya pacarku pergi. Aku pikir dia pergi dan tidak menemuiku lagi ternyata dia mengirimku pesan bahwa aku harus menemuinya malam itu juga di tempat biasa kita bertemu yaitu di pelabuhan. Tetapi aku membalas pesannya bahwa aku tidak bisa pergi menemuinya karena aku tidak diberikan izin untuk keluar rumah. Mamaku marah kepada ku malam itu, pacarku juga sangat marah kepada ku. Dan peristiwa yang tidak pernah aku bayangkan akan terjadi dan akan dilakukan oleh dia kepadaku terjadi, peristiwa itu membuat hatiku hancur dan kecewa. Malam itu aku merasa kehilangan harga diriku sebagai perempuan, aku merasa diriku sangat rendah dan tidak berarti. Peristiwa itu membuat aku mengumpulkan tekad untuk pergi jauh dari dia. Peristiwa itu sampai kapan pun akan selalu aku ingat sampai mati. Malam itu dia mengirim pesan ke ponselku dan pesan yang dia kirim adalah pesan yang menjadi peristiwa terburuk dalam hidupku. Aku tidak menyangka pacarku yang selama ini baik dan selalu sayang kepadaku dan menjadikan aku wanita terberuntung didunia ini bisa mengeluarkan kata-kata kotor kepadaku. Hal itu membuat aku tidak berharga dan membuat aku kecewa. Sejak kejadian itu aku tidak tidur tetapi aku menangis menyesali perbuatan baikku selama ini kepadanya, aku kecewa habis-habisan padanya. Esoknya dia mengirim pesan kepadaku dan meminta maaf, awalnya aku tidak ingin memaafkannya tetapi aku berpikir aku tidak mau dendam itu menjadi penghalang buatku untuk mencapai masa depannku akhirnya aku memaafkan dirinya dan dia mengajakku bertemu di depan gereja. Aku pergi bertemunya sebelum aku berangkat ke pelabuhan. Dia meminta maaf kepadaku secara langsung dan memeberikan aku izin untuk pergi kekupang dengan satu janji yaitu selalu memberi kabar kepadanya dan aku menyetujui untuk membangun kembali hubungan dengannya. Pasti orang berpikir aku wanita bodoh yang masih mau memberikan kesempatan kepada pria yang telah menjatuhkan harga diriku tetapi aku memberikan di kesempatan karena aku percaya dia mampu memperbaiki dirinya lagi dan mampu mengendalikan emosinya dalam menghadapi sebuah masalah. Aku terlanjur sayang dan cinta kepadanya, aku sangat percaya kepada dirinya. Selama dalam perjalanan menuju pelabuhan dia mengirim pesan pesan kepadaku seolah-olah aku masih dirumah dan masih disampingnya, pesan-pesan itu sangat membuat aku terpukul dan sangat membuat aku rindu akan kenangan-kenangan aku bersamanya. Ketika aku tiba di pelabuhan aku langsung langsung menelfon dia tetapi aku tidak menyangka air matanya akan jatuh karena diriku, hari itu aku sangat-sangat terpukul dengan kejadian itu. aku merasa harus pergi tetapi hatiku ingin untuk tetap tinggal bersamanya, aku tidak menyanka dia akan menangis demi diriku. Dan yang paling parah lagi ketika kami berangkat signal di daerahku mengalami gangguan dan satu-satunya tempat yang mendapat signal hanya di pelabuhan. Setiap malam dia pergi ke pelabuhan hanya untuk menelfon diriku, dari setiap perbincangan kita tidak pernh terlewatkan untuk mengucapkan kata rindu dan tuhan mendengarkan doa kami berdua. Aku tidak lulus di kampus tempat aku tes di kupang dan papaku memutuskan untuk mengikuti keinginanku untuk kuliah di tempat yang aku mau, akhirnya aku dan mamaku pulang ke daerahku kembali sebelum ke tempat kuliah yang aku ingin. Aku tidak memberitahu pacarku bahwa aku akan pulang. Kami naik kapal dan pulang. Setibanya di pelabuhan aku tidak memberikan kabar kepada pacarku ketika sampai di rumah, aku langsung mandi dan mencuci rambutku. Aku diajak keluar oleh kakak kompleksku untuk ke toko. Ketika lewat depat toko tempat nongkrong pacarku dia melihat aku dan terkejut dan dia pung langsung mengirim pesan kepadaku dan memarahi aku karena dia orang terakhir yang tahu aku pulang dari kupang. Malamnya aku langsung bertemu dia dan dia marah kepadaku tetapi hanya sesaat saja. Dan kami pung melanjutkan hidup kami dengan semestinya.
Lewat beberapa minggu, waktunya untuk aku
pergi melanjutkan studiku di tempat di mana aku ingin menggapai masa depanku. Pacarku mulai takut aku pergi dan rasa takut itu membuat dia marah kepadaku dan dia memutuskan hubungan denganku. Jujur hatiku sangat sakit dan tidak bisa menerima semua itu tapi tidak banyak yang bisa aku lakukan karena masa depanku juga penting oleh karena itu aku memutuskan untuk tetap pergi dan disaat kami dipelabuhan dan ketika aku naik ke kapal dia pergi ke pelabuhan juga tetapi di pelabuhan dia mengganggap aku seperti orang yang tidak dia kenal, hatiku hancur tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa yang aku lakukan saat itu hanyalah menatap dia dengan penuh harapan bahwa dia akan melihatku tetapi tidak sama sekali. Ketika kapal berangkat dari pelabuhan maka aku juga melepaskan harapan itu tinggal bersama dia di daerah yang pernah kita lalui semua kenangan bersama.
Ketika aku tiba di daerah yang akan aku tempati
sementara waktu untuk mencapai masa depanku, di daerah itu aku memulai hidup yang baru dan aku mendapat segala sesuatu manfaat karena baru pertama kalinya aku merasakan hidup merantau. Di daerah yang baru ini aku merasakan kerasnya kehidupan, aku merasakan betapa menyedihkannya hidup tanpa orangtua, aku merasakan betapa senagnnya ketika tiba di pagi hari namun rasa mengantuk msih menguasa diri aku masih dapat tidur sampai dimana mengatuk itu hilang barulah aku bangun tanpa ada orang yang memarahiku, hidup yang baru Dimana tidak ada yang melawan dirku dan semua terjadi sesuaikehendakku, tetapi ada saat dimana ketika aku sakit tidak ada yang mengurusku dan ketika suhu tubuh meningkat aku harus berusaha melakukan segala upaya agar aku bisa sembuh disaat-saat seperti itulah aku merindukan kedua orangtuaku yang dimana ketika ada mereka segala sesuatu yang berkaitan denganku adalah urusan mereka. Hidup merantau ada senang da nada susahnya tetapi jika dijalani dengan rasa syukur dan penuh kegembiraan segala sesuatu terasa mudah. Di daerah ini juga aku bisa melihat kemampuan diriku yang sebenarnya yang terlihat dari fisik aku bahagia tetapi dari dalam hatiku terkadang menyimpan luka. Aku hidup di daerah ini membuat aku tahu kerasnya kehidupan dan betapa daerahku di anggap remeh oleh orang- orang yang di daerah sini tetapi aku berusaha menunjukan kepada mereka bahwa kita semua sama tidak ada bedanya dan aku yakin di mata tuhan kita semua juga sama. Aku ketika pertama kali memulai hidup ku di daerah yang berbeda aku akrab lewat social media dengan kaka kelasku yang sekarang juga menuntut ilmu tetapi berbeda pulau denganku dan semakin hari semakin kami akrab dia mengatakan kepadaku bahwa dia ingin menjalin hubungan denganku dan aku memutuskan untuk setuju memulai hubungan dengannya. Awalnya hubungan kami baik-baik saja dan berjalan lancer tetapi lama kelamaan aku menjadi tahu bahwa dia adalah pria yang memiliki lebih dari satu wanita. Namun aku tidak memutuskannya aku bertahan dengan dia tetapi lama kelamaan aku menjadi tidak nyaman dengannya akhirnya dihari ulangtahunnya aku membuat sebuah keputusan yaitu memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya. Dan di saat itu juga aku berusaha melanjutkan hidupku di daerah itu. dan ketika aku tiba di bulan mei, cinta pertamaku yang telah hilang sejak aku SMA kembali dalam kehidupanku dan ketika kami saling memberi kabar kami pung memutuskan untuk menjaln kembali hubungan kami yang pernah kami bangun bersama sewaktu SMA, dengan berjalannya waktu aku mulai bosan dengan sifat kekanak-kanakannya dan akhirnya aku sendiri yang mengakhiri hubungan kami. Namun yang membuat aku merasa berdosa adalah aku yang ingin mengakhiri hubungan kami tetapi aku berusaha membuat alas an yang seolah-olah dia yang bersalah dan dia pun meminta maaf kepadaku. Ketika kami mengakhiri hubungan kami aku bergabung dengan sebuah organisasi anak rantau yang berasal dari daerah dimana aku berasal. Ketika bergabung dengan organisasi itu aku berkenalan dengan seorang yang sekabupaten denganku tetapi berbeda pulau. Kami berdua menjalin sebuah hubungan alias pacaran tetapi hubungan itu tidak berlangsung lama dan berakhir begitu saja ketika libu semester dari situ pria itu tidak pernah mengikuti organisasi kami lagi. Kemudian lewat beberapa bulan masih pada organisasi tersebut ada seorang pria yang berusaha mendekatiku dan suatu malam dia menelfonku dan mengatakan kalau dia suka kepadaku dan di saat tu aku sedang bersama dengan seorang sahabatku, sahabatku itu menyuruhku untuk menerima perasaan pria itu dengan alas an sahabatku itu tidak ingin melihat aku jomblo memang aku akui itu alas an yang konyol tetapi lebih gilanya lagi aku langsung menerima begitu saja pria tanpa ada perasaan sedikit pun aku kepada pria itu kami menjalin hubungan hampi seminggu namun aku tidak betah dengan pria itu dan aku mengakhiri hubunganku dengan pria itu tetapi dia terus mengejarku dan yang lebih parahnya lagi pria itu sudah memiliki pasangan yang menjalin hubungan dengannya selama bertahun-tahun. Tetapi yang membuat aku heran kenapa pria itu selalu mengejarku padahal dia sudah memiliki psangan. Setelah masalahku dengan pria itu selesai aku pun kembali menjalani hidupku dengan normal dan aku pun kembali menjalin hubungan dengan cinta pertamaku itu kami sempat mengalami masalah yang hampir membuat hubungan kami hancur masalah yang kami hadapi berawal dari pasangan dari pria yang selalu mengejarku itu memberitahu kepada pacarku bahwa aku merebut pacarnya padahal aku hanyalah korban yang tidak tahu apa- apa kemudian aku berusaha menjelaskan kepada pacarku tentang apa yang terjadi dan akhirnya hubungan kami kembali normal dan kami menjalin hubungan itu dengan saling percaya dan hampi satu tahun hubungan kami berjalan dengan baik tetapi aku selalu melarang melakukan hal yang dapat merugikan dirinya sendiri tetapi akhir- akhir ini dia selalu melawan dan terlihat tidak suka dengan sikap ku dan akhirnya di bulan januari dia mengakhiri hubungan kami dengan alas an dia tidak cocok denganku dan dia menyuruhku mencari pria lain yang bisa mengikuti kemauanku padahal jika dilihat semua kemauanku aku lakukan demi kebaikan dirinya tetapi apa boleh buat semua telah terjadi dan aku berusaha menerima keadaan itu dan menjalan hari-hariku seperti biasa.
Kini aku tiba di semester 2 dimana semester
yang memberikan aku pengalaman paling berharga yang akan aku kenang selama hidupku. Kami dari kampus melakukan kegiatan praktek lapangan dimana kami mahasiswa diberikan waktu turun langsung ke lapangan yaitu ke Rumah Sakit untuk melakukan praktek. Disana, di Rumah Sakit tempat aku praktek kami di berikan waktu praktek selama 2 minggu yang dimana di berikan tempat praktek bagi kami yaitu pada 2 ruangan. Minggu pertama aku di jadwalkan shift pagi, aku dan 4 orang temanku bertugas di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) hari pertama berjalan dengan baik dimana pasien pertama kami adalah orang yang aku kenal dan kami berasal dari daerah yang sama. Hari berlalu dan tiba di hari ketiga aku juga masih ada pada shift pagi ketika jam jaga kami hampir selesai ada seorang pasien yang berasal dari kampus kami, pasien itu jatuh dan bagian kepalanya terbentur oleh besi. Dari situ aku cukup kaget karena darah pasien itu sangat banyak aku sempat mundur tetapi aku berusaha memberanikan diri mendampingi suster dalam menangani pasien itu tetapi Rumah Sakit tempat aku praktek tidak bisa melanjutkan tindakan pengobatan kepada pasien itu dan pasien itu dirujuk ke Rumah Sakit umum. Kemudian hari ke empat aku juga menemukan pengalaman yang berbeda yaitu ada seorang ibu yang sudah waktunya melahirkan tetapi baru dibawa ke Rumah Sakit kami mendorong bad/ tempat tidur sang ibu menuju ruang persalinan. Dan kebetulan posisiku di bagian kaki sang ibu dan sebelum kami tiba di ruang bersalin aku melihat secara langsung anak dari sang ibu keluar dan terjatuh di kain secara perlahan-lahan.
Aku kadang berfikir aku manusia yang paling
sila karena dari aku SD samapi SMA aku tidak pernah di izinkan oleh orangtuaku untuk keluar daerah dan merasakan indahnya daerah luar, aku selalu dikurung di daerah dimana aku berasal kemudian ketika aku kuliah aku tidak d izinkan pulang berlibur bersama kedua orangtuaku dan ketika kuliah dan tiba di semester 3 aku menghadapi bencana. Daerah tempat aku tinggal untuk mencapai cita-citaku mengalami gempa yang sangat dahsyat dan itu membuatku sempat putus asa akibat perjalanan hidupku yang begitu sulit dan ketika aku semester 4 duniaku dilanda oleh wabah virus yang begitu berbahaya dan kami dilarang keluar rumah untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Kami tinggal dirumah tanpa melakukan aktivitas diluar rumah. Dunia terasa kosong karena tidak banyak orang yang melakukan aktivitas diluar rumah.
Di semester 4 ini dimana pertengahan dari
perkuliahanku, aku berhasil menjalani hidupku dengan liku-liku kehidupan yang berwarna. Di hari-hari hidupku tidak pernah tidak muncul sosok pria atau laki-laki yang mengisi hari-hariku baik itu mantan-mantanku maupun orang yang baru aku kenal.Kini disela-sela mewabahnya virus covid-19 ini aku dihadirkan kembali oleh pria yang pernah menjadi kekasihku, pria yang pernah membuat aku merasa beruntung menjadi orang yang paling penting dalam hidupnya. Pria itu kembali dan kami memjalani hubungan yang pernah kami jalani bersama sampai hari ini dimana aku menuliskan cerita ini.