Anda di halaman 1dari 17

2

lingkungan. Setiap orang merupakan sistem satu kesatuan biopsikososial dalam

interaksi konstan dengan lingkungan yang terus berubah. juga tuntutan stimuli

lingkungan terlalu besar atau mekanisme adaptif individu terlalu rendah, maka respon

perilaku orang tersebut tidak efektif untuk mengatasi stresor.

1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana filosofi keperawatan menurut S. Calista Roy ?

2. Bagaimana kerangka konseptual dalam teori S. Calista Roy ?

3. Bagaimana aplikasi teori S. Calista Roy dalam asuhan keperawatan komunitas?

1.2 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah mendapatkan materi ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan

mampu mengaplikasikan teori S. Callista Roy dalam asuhan keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan filosofi manusia menurut S. Calista Roy.

2. Menjelaskan filosofi keperawatan menurut S. Calista Roy.

3. Menjelaskan filosofi konsep sehat menurut S. Calista Roy.

4. Menjelaskan filosofi konsep lingkungan menurut S. Calista Roy.

5. Menjelaskan kerangka konseptul dalam teori S. Calista Roy.

6. Menjelaskan aplikasi teori S. Calista Roy dalam asuhan keperawatan

komunitas.
3

1.3 Manfaat

Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu mengaplikasikan teori

S. Callista Roy dan dapat mengembangkan, guna kemajuan dalam dunia keperawatan

khusunya dalam penerapan asuhan keperawatan kepada pasie


5

a. Input (Stimulus)

Pada Manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri yaitu

dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri

individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang masuk

dimana feedbacknya dapat berlawananan atau responnya yang berubah-ubah

dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat

adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi

oleh manusia.

Terdapat 3 tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy

diantaranya:

1. Stimulus Fokal

Yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit

dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh: Kuman penyebab

terjadinya infeksi.

2. Stimulus Kontektual

Yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor

presipitasi) seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung

pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak

sehat.

3. Stimulus residual

Yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat

mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor


6

Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya: Persepsi pasien

tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

a. Proses Control

Proses control adalah Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan

cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah

sistem yang dapat menyesuaikan diri dengan aktivitas kognator dan regulator

untuk mempertahankan adaptasi dalam 4 cara penyesuaian yaitu: Fungsi

Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.

Mekanisme Koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan

stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme

pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart, Sundeen; 1995).

Manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme

koping, yang dibedakan menjadi 2, yaitu Mekanisme koping bawaan dan

dipelajari.

Mekanisme Koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki,

umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa

dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang

dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melalui pembelajaran atau

pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan

berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus

yang dihadapi.
7

Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu: Sub Sistem

Regulator dan Sub Sistem Kognator. Regulator dan Kognator adalah

digambarkan sebagai aksi dan hubungan terhadap empat efektor atau cara

penyesuaian diri yaitu: Fungsi Psikologis, Konsep Diri, Fungsi Peran, dan

Interdependensi. Empat fungsi model yang dikembangkan oleh Roy tersebut

terdiri dari:

1) Fisologis

a) Oksigenasi : menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan

dengan respirasi dan sirkulasi.

b) Nutrisi : menggambarkan pola penggunan nutrient untuk memperbaiki

kondisi tubuh dan perkembangan.

c) Eliminasi : menggambarkan pola eliminasi.

d) Aktivitas dan Istirahat : menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat

dan tidur.

e) Integritas Kulit : menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.

f) Rasa/ senses : menggambarkan fungsi sensori perceptual berhungan

dengan panca indra.

g) Cairan dan elektrolit : menggambarkan pola fisiologis penggunaan

cairan dan elektrolit.

h) Fungsi neurologis : menggambarkan pola control neurologis,

penmgaturan dan intelektual.


8

i) Fungsi endokrin : menggambarkan pola control dan pengaturan

termasuk respon strees dan sistem reproduksi.

2) Konsep Diri ( psikis)

Pada konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang

berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan

keadaan doiri sendiri tentang fisik, individual dan moral-etik.

3) Fungsi Peran (sosial)

Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang

berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.

4) Interdependen

Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta

dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap

individu maupun kelompok.

1. Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan

kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang

mengalami gangguan fisik,psikis,dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan

yang optimal.

Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon

adaptasi berhubungan dengan 4 mode respon adaptasi. Perubahan internal dan

eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu.

2. Konsep Sehat
9

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu kontinum dari meninggal sampai

tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan

proses dalam upaya dan menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan. Integritas

adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan

mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap

rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat

individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi

(koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan

mempersepsikan sehat – sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya

dan lain-lain.

3. Konsep Lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari

internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari

perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,

ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.

Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu

(berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stressor

biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari tubuh individu. Manifestasi yang

tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respon. Dengan

pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam


10

meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan

sekitar.

2.1.2 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Model Teori Keperawatan Komunitas Menurut


S.Calista Roy (Sumber: Aziz. A. 200
12

3.1 Aplikasi

3.1.3 Pengkajian

1. Data Keluarga

a. Identitas Keluarga

Nama KK : Tn.S

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 56 tahun

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. Bendul No.13

Susunan anggota keluarga

N Nama Hubungan Jenis Umur Pendidikan Agama Ket.

O kelamin
1. Tn.S Suami L 56 th SMK Islam
2. Ny.T Istri P 54 th SLTP Islam
3. Nn.A Anak kandung P 19 th SLTA Islam
4. An.T Anak kandung L 14 th SLTP Islam

2. Pengkajian tahap pertama

Pengumpulan data yang mencakup :

a. Kondisi fisiologi :
13

1. Oksigenasi: Ny.M mengatakan masalah dengan pernafasannya,

RR:20X/menit.

2. Nutrisi: Makan 3X sehari (nasi 1 piring, lauk tempe,telur,tahu dan sedikit

sayuran. Sebelum sakit Ny.M menyukai makanan manis

3. Eliminasi: Ny.M BAK 5-7X/hari, BAB 1-2X/hari.

4. Aktivitas dan Istirahat: Karena ada luka di kaki kirinya aktivitas sedikit

terganggu.

5. Integritas Kulit: Ny.M mengatakan ada luka di kaki kirinya karena terjepit

pintu 3 bulan yang lalu dan sekarang mengeluarkan bau busuk dan pus..

6. Rasa dan Senses: Ny. M mengatakan tidak merasakan nyeri.

7. Cairan dan Elektrolit: Ny. M mengatakan sering merasa haus, minum 6-8

gelas/hari (2000 cc).

8. Fungsi Neurologis: Ny.M mengatakan tidak mempunyai kesulitan dalam

beraktivitas.

9. Fungsi Endokrin: Ny.M mengatakan tidak mempunyai riwayat diabetes

dikeluarganya.

b. Konsep Diri

Tn.S dan keluarga merasa cemas karena luka di kaki kiri Ny.M tidak sembuh-

sembuh. Ny M merasa tidk percaya diri krena luka di kaki kirinya mulai

mengeluarkan bau.

c. Fungi Peran (social)


14

Tn.S mengatakan bahwa dia sebagai suami dan kepala keluarga dan Ny.M

sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya serta Nn.A dan An.T sebagai anak dari

Ny.M.

d. Interdependen

Tn.S dan Ny.M mengatakan bahwa seharihari bersosialisasi dengan

tetangganya dan mereka berdua saling membantu satu sama lain dalam

mengerjakan sesuatu didalam rumah.

3. Pengakajian tahap kedua

a. Stimulus fokal

Ny.M mengatakan tidak tahu bagaimana merawat kakinya yang luka. Tn.S

dan anaknya mengatakan kecemasan karena kaki Ny.M yang semakin paran dan

tidak sembuh-sembuh.

b. Stimulus kontekstual

Pada Ny.M terdapat luka akibat terjepit pintu yang mulai mengeluarkan bau

dan pus. Luka berdiameter ± 3 cm

c. Stimulus residual

Ny. M mengatakan penyakit diabetesnya didapat dari pola makan yang suka

mengkonsumsi makanan dan minuman manis.

3.1.4 Diagnosa

1. Kerusakan integritas kulit pada kaki kiri Ny.M keluarga Tn.S b/d kurang

pengetahuan keluarga tentang perawatan lukadiabetes mellitus.


15

2. Ansietas pada keluarga Tn.S b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit

diabetes melitus.

3.1.5 Intervensi

Kerusakan integritas kulit pada kaki kiri Ny.M keluarga Tn.S b/d

kurang pengetahuan keluarga tentang perawatan lukadiabetes mellitus.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

luka kaki kiri Ny.M membaik dengan kriteria hasil:

a. Luka tidak ada pus.

b. Diameter luka mengecil.

c. Keluarga mampu mengetahui tentang cara perawatan luka diabetes.

d. Keluarga memahami tanda-tanda timbulnya luka.

e. Pasien mengetahui cara peningkatan perawatan kaki yang ditunjukkan

dengan rutinitas untuk melakukan senam diabetik dan potong kuku benar.

Intervensi:

a. Berikan penyuluhan kepada keluarga apabila terdapat kemerahan,

peningkatan suhu pada daerah luka pasien.

b. Observasi kulit secara menyeluruh tentang adanya edema, kalus, eritema,

bekas luka.

c. Ajarkan pasien cara melakukan pencegahan luka diabetik dengan

demonstrasi (senam kaki diabetik).


16

d. Diskusikan dengan pasien tentang kebiasaan rutin merawat kaki dan

menjaga agar kaki tidak luka.

e. Diskusikan dengan keluarga apabila terjadi perluasan luka, seperti cara

memotong kuku secara hati-hati agar tidak menyebabkan timbulnya luka.

1. Ansietas pada keluarga Tn.S b/d kurangnya pengetahuan tentang

penyakit diabetes melitus.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

kelurga tidak cemas apabila terjadi luka dengan kriteria hasil:

a. Keluarga mengetahui tentang penyakit diabetes (definisi, penyebab,

tanda gejala dan penanganan).

b. Keluarga mengetahui faktor-faktor pencetus diabetes mellitus.

c. Keluarga melakukan pengecekan kadar gula darah secara rutin.

Intervensi:

a. Berikan pengetahuan dan pertimbangan kepada keluarga dalam memilih

faktor-faktor pencetus kambunya penyakit tersebut.

b. Berikan penyuluhan kepada keluarga dan pasien tentang mengurangi

awitan komplikasi.

c. Anjurkan pemeriksaan glukosa setiap harinya memungkinkan

meningkatkan kontrol gula darah dan dapat mencegah komplikasi jangka

panjang.

d. Berikan penyuluhan tentang penyakit diabetes (definisi, penyebab,

tanda & gejala serta penanganan)


17

2.2.4 Implementasi

1. Kerusakan integritas kulit pada kaki kiri Ny.M keluarga Tn.S b/d

kurang pengetahuan keluarga tentang perawatan lukadiabetes mellitus.

Implementasi:

a. Memberikan penyuluhan kepada keluarga apabila terdapat kemerahan,

peningkatan suhu pada daerah luka pasien.

b. Mengobservasi kulit secara menyeluruh tentang adanya edema, kalus,

eritema, bekas luka.

c. Mengajarkan pasien cara melakukan pencegahan luka diabetik dengan

demonstrasi (senam kaki diabetik).

d. Mendiskusikan dengan pasien tentang kebiasaan rutin merawat kaki dan

menjaga agar kaki tidak luka.

e. Mendiskusikan dengan keluarga apabila terjadi perluasan luka, seperti

cara memotong kuku secara hati-hati agar tidak menyebabkan timbulnya luka.

2. Ansietas pada keluarga Tn.S b/d kurangnya pengetahuan tentang

penyakit diabetes melitus.

Implementasi:

a. Memberikan pengetahuan dan pertimbangan kepada keluarga dalam

memilih faktor-faktor pencetus kambunya penyakit tersebut.

b. Memberikan penyuluhan kepada keluarga dan pasien tentang mengurangi

awitan komplikasi.
18

c. Menganjurkan pemeriksaan glukosa setiap harinya memungkinkan

meningkatkan kontrol gula darah dan dapat mencegah komplikasi jangka

panjang.

d. Memberikan penyuluhan tentang penyakit diabetes (definisi, penyebab,

tanda & gejala serta penanganan)

2.2.5 Evaluasi

a. Kerusakan integritas kulit pada kaki kiri Ny.M keluarga Tn.S b/d kurang

pengetahuan keluarga tentang perawatan lukadiabetes mellitus.

Evaluasi: Keluarga Tn.S mengetahui dan mempraktikkan kembali perawatan

luka diabetik.

b. Ansietas pada keluarga Tn.S b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit

diabetes melitus.

Evaluasi: Keluarga Tn.S mengetahui dan dapat menjelaskan kembali tentang

penyakit diabetes mellitus


20

4.1 Saran

Secara umum diharapkan untuk mahasiswa keperawatan maupun perawat yang

telah bekerja di RS dalam mengaplikasikan teori Roy kedalam asuhan keperawatan.

Kelebihan dari teori Roy yaitu teori dan model konseptualnya terletak pada teori

praktik dan model adaptasi yang di kemukakan oleh Roy sehingga perawat bisa

mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis,

konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. Selain itu perawat juga

dapat mengkaji stresor yang dihadapi pasien yaitu stimulus fokal, kontekstual dan

residual, sehingga diagnosa yang diambil perawat bisa lebih lengkap dan akurat.

Akan tetapi kekurangan dari model adaptasi Roy adalah sasarannya. Model adaptasi

Roy hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan memecahkan masalah dengan

menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat yang tidak memiliki

sikap care akan menjadi stresor bagi pasien.


21

DAFTAR PUSTAKA

Aziz A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi 2. Jakarta: Salemba

Medika

George B. 2011. Nursing Theories: The Base For Profesional Nursing Practice, Six

Edition. USA: Appleton & Lange

Dermawan Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen

Publishing

Iqbal Wahid. 2005.

Anda mungkin juga menyukai