Anda di halaman 1dari 34

PENGELOLAAN SUMBER

DAYA HUTAN

Oleh

Drs. I Ketut Sundra, M.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang aha Esa , Ida Sanghyang Widhi Wasa
karena berkatNyalah peper yang berjudul Pengelolaan sumber Daya Hutan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Peper ini merupakan prasyarat untuk memenuhi
kredit poin untuk mengajukan laporan Beban Kinerja Dosen (BKD) tahun 2017.
Hutan merupakan sumbedaya alam merupakan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui (renewable resources ) merupakan ekosistem alam yang dapat melakukan
melakukan keseimbangan secara alami antara produsen, konsumen dan decompocer,
sehingga ekosistem hutan dapat bersifat homeostattis. Akan tetapi dengan kemajuan
teknologi dan pertambahan pendududk secara tidak terkontrol sehingga ekosistem hutan
banyak mengalami gangguan. Dengan demikian perlu upaya pengelplaam hutan secara
berkesinambungan.
Dengan selesainya peper ini kami selaku penulis menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak dengan suatu harapan agar semua pembaca ikut membantu
menyempurnakan tulisan ini semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, Januari 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
No Teks Hal

JUDUL ……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….. 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 4
2.1 Permasalahan Hutan ………………………………………….. 4
2.2 Kondisi hutan …………………………………………………. 5
2.2.1 Luas Hutan ……………………………………………… 5
2.2.2 Fungsi Hutan ……………………………………………. 9
2.2.3 Jenis Jenis Hutan dan Fungsinya …………………… . 9
2.2.3.1 Hutan Lindung ………………………………… 10
2.2.3.2 Hutan Produksi ………………………………… 11
2.2.2.3 Hutan Konservasi ……………………………….. 12
2.2.3.4 Taman Hutan Raya (TAHURA ) ……………….. 13
2.2.4 Tata Batas Kawasan hutan ……………………………... 14
2.2.5 Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Non Kehutanana …. 14
BAB III METODOLOGI …………………………………………………… 21
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………… 22
4.1 Mencegah Deforestasi ………………………………………… 22
4.2 Peningkatan Perlindungan Hutan .......................................... 24
4.3 Peningkatan Efisiensi Hutan ...................................................... 26
4.4 Perencanaan …………………………………………………… 27
BAB V KESIMPULAN ……………………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 30

iii
DAFTAR TABEL

No Teks Hal
1 Fugsi utan di Bali ……………………………………………. 5
2 Luas Hutan dan Presentase pada masing masing
Kabupaten/Kota di Bali …………………………………….. 6
3 Luas hutan lindung dan Prosentase untuk masing masing
Kabupaten/Kota di Bali …………………………………….. 10
4 Luas Hutan Produksi dan Prosentase untuk masing masing
Kabupaten/Kota di Bali ……………………………………. 12

iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbahaui artinya hutan
tergolong sumberdaya alam yang selalu berkembang atau tidak pernah habis
(Renewable resources). Hutan merupakan ekosistem yang bersifat setabil yaitu terjadi
keseimbangan antara komponen Produsen (Tumbuhan Hijau), Konsumen (Hewan baik
herbivore dan karnivora) dan Dekomposer/pengurai). Apabila ketiga komponen
ekosistem ini tidak terganggu maka ekosistem hutan akan terus bersifat setabil.
Sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, sehingga hutan memiliki
potensi untuk menyediakan sumberdaya alam yang tidak terbatas, sehingga mampu
memberikan daya dukung lingkungan yang memadai, maka pengelolaan dan
pemanfaatan hutan harus dilaksanakan secara optimal dan lestari. Pengelolaan yang
demikian akan menjamin keberadaan peranan dan fungsi sumberdaya hutan.. Jika
dikaitkan dengan potensi dan kondisi hutan Propinsi Bali yang luasnya 130.673,98 Ha ,
terdiri dari kawasan hutan darat seluas 127.258,98 Ha dan kawasan perairan seluas
3.415 Ha, belum menunjukkan fungsinya secara optimal. Menurut Undang-Undang
No. 41 Tahun 1999 pasal 18 menyatakan bahwa untuk memenuhi target kawasan hutan
seluas 30 % dari luas daratan Pulau Bali ( 563.286,00 Ha) maka seharusnya luas hutan
di Bali minimal mencapai 168.985,8 Ha, sehingga kekurangan lagi 41.726,8 Ha perlu
menjadi pertimbangan dan pengertian serius tentang cara-cara pengelolaannya.
Menurut WHO (1996) bahwa Indonesia sebagai Negara terbesar ketiga memilki hutan
terluas di dunia sehingga dijuluki sebagai Negara Megabiodiversity. Menurut Undang
Undang Kehutanan No 41 tahun 1990 bahwa luas Hutan di suatu wlayah mencapai
harus mencapai 30 % dari luas daratan, sedangkan untuk Indonesia bahwa tingkat
kehutananannya sampai saat ini baru mencapai 28 %, sehingga dalam hal ini untuk
mencapai standar target kehutanan Indonesia kurang lagi 12 % .
Disamping kekurangan luas hutan, juga terdapat lahan kritis (aktual dan
potensial kritis) seluas + 107.442 Ha, dengan rincian sangat kritis 3.728,00 Ha, kritis
5.900 Ha dan potensial kritis seluas 53.613 Ha. Tingkat kekeritisan hutan ini terjadi

1
akibat adanya tekanan dampak negatif prilaku masyarakat terhadap hutan atau akibat
gangguan fisik habitat secara alami. Hutan sebagai kawasan yang memiliki multi
fungsi sangat penting sebagai sektor hulu pembangunan. Pemanfaatan hutan tersebut
lebih diarahkan terhadap jasa lingkungan (penyimpan dan pemasok air), penyerap
polutan di udara , jasa pariwisata, dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas fauna. Dengan
kekomplekan fungsi hutan sehingga dalam memanfaatkan jasa hutan tersebut lebih
banyak mempertimbangkan aspek ekologis, ekonomis dan sosial budaya masyarakat.
Adapun kekurangan luas kehutanan di Indonesia tersebut dikarenakan
pendududuk Indoneia yang mencapai 300 Juta jiwa bahwa 60 % ( 160 juta jiwa)
mengandalkan hutan (kayu, buah, getah) sebagai sumber kebutuhan ekonomi.
Peningkatan jumlah pendududk diikuti dengan kemajuan Teknologi (penggunaan alat
alat modern untuk penebangan kayu seperti chain show, alat alat berat pengangkut
kayu. maka hal ini mempercepat proses penebangan kayu secara illegal, menyebabkan
penurunan vegetasi sebagai komponen utama dari suatu ekosistem hutan. Hal ini
berakibat sulitnya untuk melakukan pemenuhan target mencapai 30 %. Untuk itu pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan RI secara bersama sama dengan
masyarakat melakukan suatu upaya reboisasai, serta memberikan pelatihan pelatihan
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting
hutan, dan pula perlu peningkatan peraturan yang mengatur tentang kehutanan.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat secara
berkesiambungan maka kerusakan hutan dapat ditekan seminimal mungkin sehingga
mempercepat pencapaian target kehutanan mencapai 30 % dan sekaligus tercapainya
keseimbangan ekosistem hutan

1. 2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :na
a. Sejauh mana komonen komponen ekosistem berupa produsen , konsumen dan
decomposer dapat menjaga keseimbangan ekosistem hutan ?

2
b. Sejauh mana kerusakan hutan memberikan dampak ikutan terhadap penurunan
fungsi hutan terutama terhadap penurunan ketersediaan air tanah, timbulnya
pencemaran, terjadi longsoran dan banjir ?
2. 3 Tujuan
Adapun tujuan dari pengelolaan smberdaya hutan ini adalah :
a. Untuk menjaga keseimbangan komponen komponen hutan baik produsen,
konsumen dan dekomposer sehingga ekosistem hutan menjadi setabil.dan dapat
memenuhi setandar kehutanan mencapai target 30 %
b. Dapat mengurangi dampak dampak negatif ikutan akibat kerusakan hutan
terutama terhadap ketersediaan air tanah, pencemaran, longsoran dan banjir

3
BABII . TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Permasalahan Hutan


Hutan sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources).
Sebagai sumberdaya alam, hutan merupakan sumber berbagai benda baik benda hidup
(hayati) maupun benda mati (non hayati), sehingga merupakan jasa yang mempunyai
nilai strategis guna mendukung kepentingan pembangunan baik bersifat nasional,
sektoral dan daerah..
Sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, sehingga hutan memiliki
potensi untuk menyediakan sumberdaya alam yang tidak tak terbatas, sehingga mampu
memberikan daya dukung lingkungan yang memadai, maka pengelolaan dan
pemanfaatan hutan harus dilaksanakan secara optimal dan lestari. Pengelolaan yang
demikian akan menjamin keberadaan peranan dan fungsi sumberdaya hutan.. Jika
dikaitkan dengan potensi dan kondisi hutan Propinsi Bali yang luasnya 130.673,98 Ha ,
terdiri dari kawasan hutan darat seluas 127.258,98 Ha dan kawasan perairan seluas
3.415 Ha, belum menunjukkan fungsinya secara optimal. Menurut Undang-Undang
No. 41 Tahun 1999 pasal 18 menyatakan bahwa untuk memenuhi target kawasan hutan
seluas 30 % dari luas daratan Pulau Bali ( 563.286,00 Ha) maka seharusnya luas hutan
di Bali minimal mencapai 168.985,8 Ha, sehingga kekurangan lagi 41.726,8 Ha perlu
menjadi pertimbangan dan pengertian serius tentang cara-cara pengelolaannya.
Disamping kekurangan luas hutan, juga terdapat lahan kritis (aktual dan
potensial kritis) seluas + 107.442 Ha, dengan rincian sangat kritis 3.728,00 Ha, kritis
5.900 Ha dan potensial kritis seluas 53.613 Ha. Tingkat kekeritisan hutan ini terjadi
akibat adanya tekanan dampak negatif prilaku masyarakat terhadap hutan atau akibat
gangguan fisik habitat secara alami.
Kawasan hutan di Bali yang meliputi berbagai fungsi sangat penting sebagai
sektor hulu pembangunan. Pemanfaatan hutan tersebut lebih diarahkan terhadap jasa
lingkungan (penyimpan dan pemasiok air), penyerap polutan di udara , jasa pariwisata,
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas fauna. Dengan kekomplekan fungsi hutan

4
sehingga dalam memanfaatkan jasa hutan tersebut lebih banyak mempertimbangkan
aspek ekologis, ekonomis dan sosial budaya masyarakat.
Bali dipandang sebagai etalase dunia ( show window) bagi Indonesia, maka
dalam pengelolaan kawasan hutan yang berfungsi sebagai sistem penunjang kehidupan,
telah mengarah kepada komitmen Pengelolaan Hutan Lestari sebagaimana telah
dikampanyekan oleh beberapa lembaga pemerhati lingkungan. Adapun pengelolaan
hutan yang dilandasi filsafat Tri Hita karana adalah untuk menciptakan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia dan manusia dengan lingkungan. Sesuai dengan paradigma baru pembangunan
kehutanan, maka pengelolaan hutan di Bali berorientasi dari pengelolaan kayu (timber
management) menjadi pengelolaan sumberdaya (resources based management). Tetapi
dengan terbitnya Peraturan Pemertintah No. 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan
otonomi daerah, maka pengelolaan sumberdaya dari sentralistik mengarah ke
desentralistik dan berkeadilan.

2.2 . Kondisi Hutan


2.2.1. Luas Hutan
Luas kawasan hutan di Bali hingga awal tahun 2000 mencapai 130.673,98 Ha atau
23,20 % dari luas daratan, dengan fungsi seperti tercantum pada Tabel 1
Tabel 1. Fungsi dan Luas Hutan di Bali
No Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase dari
luas total (%)
1 Hutan Lindung 95.766,06 75,25
2 Hutan Produksi Tetap 1.907,10 1,50
3 Hutan Produksi terbatas 6.719,26 5,27
4 Taman Wisata Alam (TWA) 4.154,40 3,26
5 Taman Hutan Raya (TAHURA) 1.361,47 1,08
6 Taman Nasional Bali Barat 19.002,90 14,54
7 Cagar Alam (CA) 1.762,82 1,39
Jumlah 130.673,98 100.00
Sumber : Statistik Kehutanan Dan Perkebunan Propinsi Bali 1999

5
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN) tahun 1998 (Tabel SD-IA dan SD-IC) dinyatakan luas hutan di Bali seluas
1.251,49 km2 atau 22,22 % dari luas total lahan Pulau Bali (5.632,86 km2 ). Kemudian
Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan SK No. 433/Kpts-II/1999 menetapkan
tentang penambahan kawasan hutan seluas 34,15 km2 yang terletak di perairan (taman
laut) Taman Nasional Bali Barat. Dengan penetapan ini sehingga pengawasan dan
manajemen pengelolaannnya sepenuhnya dilakukan oleh Kanwil Dephutbun Propinsi
Bali. Secara rinci luas hutan dan prosentase pada masing-masing Kabupaten/ Kodya di
Bali seperti tercantum pada Tabel 2
Tabel 2. Luas Hutan dan prosentase pada masing-masing Kabupaten/Kota di Bali

No. Wilayah DATI II Luas Hutan Prosentase dari luas


(Km2 ) total hutan ( % )
1 Jembrana 424,94 33,95
2 Tabanan 97,69 7,80
3 Badung 41,19 3,29
4 Denpasar 6,29 0,50
5 Gianyar 1,71 0,13
6 Klungkung 1,99 0,16
7 Bangli 77,36 6,18
8 Karangasem 85,65 6,84
9 Buleleng 514,67 41,12
Jumlah 1.251,49 100,00
Sumber : Tabel SD-IA
Dari tabel tersebut menunjukkan, Kabupaten Buleleng adalah memiliki lus hutan
tertinggi (514,67 km2 ) atau 41,12 dari luas total hutan yang ada di Bali. Hal ini
ditunjang karena luas wilayah ini merupakan wilayah terluas dari kabupaten-kabupaten
lainnya di Bali (1.365,86 km2 ). Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, luas hutan
di Kabupaten Buleleng hanya mencapai 37,68 %. Sedangkan Kabupaten Jembrana
merupakan wilayah yang memiliki luas hutan terluas kedua di Bali yaitu 424,94 km 2
atau 39,95 % dari luas total hutan di Bali. Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya
maka Kabupaten jembrana merupakan wilayah yang memiliki prosentase luas hutan
tertinggi di Bali (50,47 %). Disamping Jembrana ini memiliki hutan darat, juga

6
memiliki Taman Laut seluas 34,15 km2 , terletak di kawasan TNBB, yang telah
ditetapkan sebagai kawasan hutan berdasarkan SK Menhutbun No. 433/Kpts-II/1999.
Sedangkan untuk dua kabupaten yaitu Gianyar dan Klungkung merupakan wilayah yang
memiliki wilayah hutan sempit, masing-masing 1,71 km2 (0,13 %) dan 1,99 km2
(0,16 %).
Secara umum untuk Daerah Bali selama satu tahun (1977-1998) tidak ada
perubahan luas areal hutan (Tabel SD-IB, Buku III). Pergeseran perubahan lahan hutan
pada masing-masing Kabupaten/Kotamadya mungkin saja terjadi, tetapi perubahan ini
(bertambah atau berkurang) tidak terlalu besar. Adapun penambahan luas areal hutan
tersebut dapat terjadi karena :
a. Pengembalian fungsi hutan atau penataan kembali, akibat terjadinya penyerobotan
lahan hutan oleh masyarakat untuk kepentingan lain.
b. Penanaman pohon pada tanah-tanah negara yang kososng, seperti : sempadan jurang,
sungai, mata air, DAS, pantai dan Danau yang berfungsi sebagai kawasan hutan.
c. Pembuatan hutan kota atau taman desa yang berfungsi sebagai kawasan hutan.
Sedangkan pengurangan luas lahan hutan dapat terjadi akibat :
a. Perambahan fungsi hutan untuk kegiatan diluar fungsi hutan umumnya.
b. Perambahan fungsi hutan untuk kepentingan pembangunan, seperti: untuk pemba-
ngunan waduk/dam, saluran irigasi, penampung air bersih.
Hutan di Bali dengan luas areal 1.251.49 km2 atau 22,22 % dari luas wilayah
Bali, merupakan luas hutan yang belum memenuhi luas hutan standar yaitu 30 % dari
luas daratan (UU Kehutanan No 41 tahun 1999). Berdasarkan Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK) bahwa target 30 % yang harus dipenuhi, maka luas hutan di Bali
harus mencapai 1.689,88 km2. Untuk mencapai target minimal, maka Bali harus
menambah 438,39 km2 luas hutan. Tercapainya atau tidak tercapainya target tersebut
adalah sangat tergantung dari manajemen pengelolaan hutan serta konsequensinya
dalam menerapkan Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan tersebut.
Secara kenyataan, untuk Bali yang semakin tahun semakin meningkat jumlah
penduduknya, sehingga sangat potensi untuk terjadinya penyerobotan-penyerobotan

7
tanah kehutanan untuk dikonversi menjadi lahan pemukiman atau pula terjadinya
peningkatan enclave-enclave di wilayah kawasan hutan. Tetapi dalam rangka
menyambut otonomi daerah, maka dalam REPELITA VII tahun 1999/2000 -2003/2004
bahwa Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Bali akan melaksanakan 16 program
pembangunan kehutanan yang terdiri dari 6 program pokok dan 10 program penunjang.
Program pokok merupakan program-program yang tercakup dalam sub sektor
kehutanan dan lingkungan hidup, meliputi program :
a. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
b. Perlindungan hutan
c. Peningkatan sumberdaya hutan dan penyelamatan ekosistemnya
d. Pemantapan dan penataan kawasan hutan
e. Peningkatan produktivitas dan mutu hutan, dan
f. Pembinaan masyarakat desa hutan
Sedangkan 10 program penunjang yaitu : (1) penataan ruang dan pertanahan, (2) Inven-
tarisasi dan evaluasi sumberdaya alam dan lingkungan, (3) pembinaan daerah pantai dan
perairan, (4) pengembangan usaha pengelolaan, pemasaran hasil hutan dan industri hasil
hutan, (5) peningkatan produksi dan usaha non kayu, (6) pendidikan, pelatihan dan
penyuluhan kehutanan, (7) peningkatan sarana, prasarana dan efisiemsi serta
pendayagunaan sistem dan pelaksanaan pengawasan aparatur, (8) pembinaan dan
pengembangan pemuda (9) pengembangan peranan wanita dan (10) program penelitian
dan pengembangan kehutanan
Dari 6 program pokok yang akan dicanangkan Dinas Kehutanan Propinsi Bali
tersebut maka kekurangan target luas hutan di Bali lagi 438,39 km2 akan mudah
teratasi. Misalnya melalui pemantapan dan penataan kawasan hutan, akan dapat menata
kembali seperti hutan produksi rakyat maupun hutan perkebunan daerah, merupakan
lahan yang tidak dibebani hak milik maupun hak pengelolaan, sehingga lahan ini bisa
dikembalikan menjadi kawasan hutan.

8
2.2.2 Fungsi Hutan
Pulau Bali merupakan pulau yang terletak di daerah tropis, sehingga tipe
vegetasi hutan yang hidup merupakan tipe hutan hujan tropis, yang dicirikan dengan
tingginya tingkat keanekaragaman hayati, khususnya vegetasi, baik golongan herba,
semak maupun pohon. Dengan keanekaragaman jenis vegetasi ini akan memberikan
kontribusi besar fungsi hutan terhadap lingkungannya baik lingkungan biotik (mahluk
hidup) maupun non biotik (tanah, air, udara, iklim).
Secara umum fungsi hutan di Bali adalah sama halnya dengan fungsi-fungsi
hutan tropis lainnya, yaitu:
a Sebagai konservasi dan perlidungan terhadap tata air untuk daerah di sekitarnya
maupun daerah di bagian bawahnya.
b. Sebagai sumber penghasil oksigen (O2) yang dihasilkan dari proses fotosintesis,
yang sangat diperlukan untuk respirasi.
c. Sebagai penyerap CO2 yang berlebihan di atmosfeer
d. Sebagai habitat untuk perlindungan terhadap plasma nutfah (genetik asli) baik untuk
tumbuhan maupun hewan, sehingga dapat menekan tingkat kepunahan suatu jenis.
d. Berkaitan dengan ekonomi, yaitu untuk pemanfaatan produksi kayu maupun non
kayu, meliputi: getah, damar, terpentin, kulit kayu, buah dan lain-lain.
e. Sebagai habitat berbagai satwa liar, terutama satwa langka yang dilindungi Undang-
Undang.
f. Sebagai tempat atau sarana rekreasi alam, penelitian, pendidikan, dan sebagainya.

2.2.3 Jenis-Jenis Hutan dan Fungsinya


Ditinjau dari jenis dan fungsinya maka hutan di Bali dapat dibedakan menjadi 6
jenis yaitu:
a. Hutan Lindung,
b. Hutan Produksi, terdiri dari Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas.
c, Hutan Suaka Alam, terdiri dari Suaka Marga Satwa dan Cagar Alam
d. Taman Nasional

9
e. Taman Wisata
f. Taman Hutan Raya (TAHURA)
Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999, berdasarkan atas fungsinya
bahwa hutan dibedakan menjadi tiga macam yaitu Hutan Konservasi, Hutan Lindung
dan Hutan Produksi. Adapun Hutan Konservasi terdiri dari beberapa bagin yaitu: Suaka
Alam (Suaka Margasatwa, Cagar Alam), Taman Nasional, Taman Wisata dan Taman
Hutan Raya (TAHURA). Hanya saja untuk hutan di Bali tidak ada yang berfungsi
sebagai Suaka Margasatwa. Sedangkan Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi
Tetap dan Hutan Produksi terbatas.

2.2.3.1 Hutan Lindung


Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, merupakan kawasan hutan terluas
diantara jenis-jenis hutan lainnya. Seperti halnya hutan di Bali luas dan prosentase
Hutan Lindung yang tersebar di masing-masing Kabupaten/Kota di Bali secara rinci
seperti tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas Hutan Lindung dan Prosentasenya untuk masing-masing


Kabupaten/Kota di Bali

No. Kabupaten/Kodya Luas Hutan Lindung Prosentase


(Km 2) (%)
1 Jembrana 329,74 34,43
2 Tabanan 86,68 9,05
3 Badung 11,26 1,17
4 Denpasar - -
5 Gianyar - -
6 Klungkung 8,04 0,84
7 Bangli 62,39 6,51
8 Karangasem 140,16 14,63
9 Buleleng 319,36 33,34

Jumlah 957,66 100,00

10
Dari Tabel 3 dapat dinyatakan bahwa hutan lindung yang ada di Bali pada akhir
tahun 1998 dengan luas 957,66 km2 . Hutan ini tersebar pada kelompok hutan dan
tercatat luasnya pada Register Tanah Kehutanan (RTK ). Hutan Lindung yang tersebar
dalam 7 Kabupaten, hanya dua kabupaten yang memiliki hutan lindung luas yaitu
Kabupaten Jembrana dengan luas 329,74 km2 atau 34,43 % dari luas total, dan
Kabupaten Buleleng dengan luas 319,36 km2 atau 33,34 % dari luas total (Tabel 5.15)
Keberadaan Hutan Lindung di Kabupeten Jembrana terdapat pada RTK 19
Klompok Hutan Bali Barat yaitu RPH Candi Kusuma (66,98 km2 ), RPH
Tegalcangkring (77,41 km2 ), RPH Yehembang (38,52 km2 ) dan RTK 12 Klompok
Hutan Yeh Leh-Yeh Lebah pada RPH Pekutatan seluas 28,13 km2 . Sedangkan
Hutan Lindung di Kabupaten Buleleng tersebar di RTK 19 Bali Barat yaitu RPH
Sumberkima (48,22 km2), RPH Grokgak (67 km2), RPH Seririt (55,80 km2), RTK 12
Yeh Leh-Yeh Lebah pada RPH Dapdap Putih ( 0,98 km2) , RPH Banjar pada RTK 4
Gunung Batukau (11,43 km2) dan RTK 2 Gunung Mungsu (0,68 km2), RPH Sukasada
meliputi RTK 4 Gunung Batukau ( 2,30 km2), RTK 1 Puncak landep (5,90 km2), RTK 2
Gunung Mungsu (10,65 km2) dan RTK 3 Gunung Silangjana (0,11 km2). RPH
Kubutambahan terdapat pada RTK 4 (25,90 km2) dan RTK 3 (4,03 km2), dan RPH
Tejakula RTK 20 Penulisan Kintamani (14,44 km2).
2.2.3 2 Hutan Produksi
Hutan Produksi merupakan kawasan hutan diperuntukkan guna produksi hasil
hutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti kayu, dan hasil hutan lainnya.
Hutan produksi dibedakan menjadi dua macama yaiti
a. Hutan Produksi Tetap yaitu hutan produksi yang karena perkembangan kebutuhan
ekonomi masyarakat dan dinyatakan dalam kawasan hutan optimal.
b. Hutan Produksi terbatas, yaitu hutan produksi yang dapat dieksploitasi dengan cara
tebang pilih. Luas kawasan hutan produksi di Bali yang tercatat pada akhir tahun
1998 mencapai 86,26km2 atau 6,77 % dari luas total hutan. (Tabel SD-3A Buku III).
Luas Hutan Produksi ini terdiri dari Hutan Produksi Tetap (19,07 km2) dan Hutan

11
Produksi Terbatas ( 67,19 km2) (Tabel 5.14). Luas Hutan Produksi pada masing-
masing kabupaten/Kodya di Bali secara rindi tercantum pada Tabel 4

Tabel 4. Luas Hutan Produksi dan Prosentasenya untuk masing-masing


Kabupaten/Kotadi Bali

No. Kabupaten/Kota Luas Hutan Produksi Prosentase


HP. Tetap HP. Terbatas ( %)
(Km2) ( Km2 )
1 Jembrana 3,83 26,10 31,41
2 Tabanan - - -
3 Badung - - -
4 Denpasar - - -
5 Gianyar - - -
6 Klungkung - 2,44 2,82
7 Bangli - 4,53 5,25
8 Karangasem - 2,04 2,36
9 Buleleng 15,24 32,07 54,78
Jumlah 19,07 67,19 100,00

Dari Tabel 4 ditunjukkan bahwa pada akhir tahun 1998 lus hutan produksi di
Bali seluas 86, 26 km2 yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap (19,07 km 2) dan Hutan
Produksi Terbatas seluas 67,19 km2 . Dari data tersebut ternyata Kabupaten Buleleng
memiliki Hutan Produksi terluas (HP. Tetap dan HP Terbatas) di Bali yaitu seluas
47,331 km2 atau 54,78 % dari luas total. Sedangkan Kabupaten Jembrana memiliki
luas Hutan Produksi (HP. Tetap dan HP Terbatas) terluas kedua dengan luas 29,93 km2
atau 31,41 %. Sedangkan Kabupaten Bangli, Klungkung dan Karangasem hanya
memiliki Hutan Produksi yang tergolong HP. Terbatas, dengan luas masing-masing
4,53 km2 (5,25 %), 2,44 km2 (2,82 %) dan 2,04 km2 (2,36 %) (Tabel 4).

2.2.3.3 Hutan Konservasi


Hutan Konservasi merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
dalam pengawasan keanekaragaman tumbuhan dan satwa (hewan) serta ekosistemnya.

12
Berdasarkan atas fungsinya bahwa Hutan konservasi dibedakan menjadi 4 golongan
yaitu : Kawasan hutan Suaka Alam (Suaka Margasatwa dan Cagar Alam), Taman
Nasional , Taman Wisata dan Taman Hutan Raya (TAHURA).
a. Hutan Suaka Alam
Hutan suaka alam merupakan hutan konservasi yang dibedakan menjadi Suaka
magasatwa dan Cagar alam yang keduanya fungsinya diperuntukkan sebagai tempat
pengembangan tumbuhan maupun satwa yang berlangsung di alam bebas

b Taman Nasional
Taman Nasional merupakan kawasan hutan konservasi, untuk di Provinsi Bali
bahawa taman nasional dengan wilayah penyebaran hanya ada di RTK 19 Bali Barat,
sehingga di kenal dengan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) seluas 155,87 km2 atau
12,24 % dari luas hutan seluruhnya. Ditinjau dari daerah administrasinya, TNBB ini
terletak pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Jembrana (53,39 km2 atau 2,45 %) dan
Kabupaten Bulelelng (102,48 km2 atau 8.05 %).

c. Taman Wisata
Taman Wisata termasuk kawasan Hutan Konservasi yang memiliki fungsi pokok
sebagai tempat wisata alam, rekreasi. Luas kawasan Taman Wisata pada akhir tahun
1998 seluas 41,54 km2. Untuk di Bali bahwa Taman Wisata ini tersebar dalam 4
Kabupaten yaitu : Kabupaten Bangli dengan Taman Wisata terluas ( 26,49 km2 atau
2,08 %), Kabupaten Buleleng seluas 9,48 km2 (0,74 %0, Kabupaten Tabanan seluas
5,42 km2 (0,42 %) dan Kabupaten Badung seluas 0,13 km2 (0,01 %).

2.2.3.4 Taman Hutan Raya (TAHURA)


Luas Taman Hutan raya pada akhir tahun 1998 seluas 13,73 km2 (1,07 %).
Tahura ini tersebar dalam dua kabupaten /kodya yaitu Kabupaten Badung seluas 6,39
km2 (0,50%) dan Kodya Denpasar seluas 7,34 km2 (0,57 %). Taman Hutan Raya ini
hanya terletak pada RTK 10 kelompok hutan Prapat Benoa.

13
2.2.4 Tata Batas Kawasan Hutan
Seluruh kawasan hutan di Bali telah ditata batas (temu gelang), kecuali batas
zonasi dan bloking di kawasan konservasi. Adapun panjang batas luar kawasan adalah
1.825,77 km, dengan rincian sebagai berikut: hutan lindung 1.200,53 km, hutan
KPA/KSA 286,19 km dan hutan produksi sepanjang 339,05 km.

2.2.3 Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Non Kehutanan


Kondisi pinjam pakai kawasan tanah kawasan hutan untuk kepentingan non
kehutanan, adalah sebagai berikut:
• RTK 10 TAHURA Ngurah Rai sebanyak 15 pemakai dengan luas 176,76 Ha
• RTK 19 Bali Barat sebanyak 11 pemakai seluas 67,387 Ha
• RTK 12 Yeh Leh Yeh Lebah sebanayk 2 pemalai seluas 0,28 Ha
• RTK 4 Gunung Batukau sebanyak 5 pemakai seluas 183,06 Ha
• RTK 20 Penulisan Kintamani sebanyak 3 pemakai seluas 1,18 Ha
• RTK 7 Gunung Batur Bukit Payang sebanyak 1 pemakai seluas 2,005 Ha
Dari permasalahan yang ada di Bali menyangkut masalah hutan, maka dalam
penyusunan rencana program Agenda 21 untuk Propinsi Bali dalam bidang kehutanan
dikaji berdasarkan prioritas kondisi hutan baik yang berada di dalam kawasan hutan
(hutan negara) maupun di luar kawasan hutan (hutan rakyat). Program jangka
menengah maupun jangka panjang Agenda 21 ini akan mengacu pada salah satu dari
tujuh bab hasil KTT Bumi di Rio De Janeiro, 1992, yaitu
a. mencegah deforestasi.
b. Peningkatan perlindungan, pengelolaan terlanjutkan dan konservasi semua tipe hutan
c. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengkajian atas nilai barang dan jasa yang
diberikan oleh hutan, tanah hutan dan kawasan bervegetasi.

1. Mencegah Deforestasi.
Prioritas yang paling utama yang dialami oleh pihak kehutanan yang menjadi
beban utama umat manusia yang berada di Bali khususnya dan secara umum akan
14
sangat mempengaruhi wilayah nasional Indonesia dan internasional. Tidak sedikit
kawasan hutan yang telah terdeforestasi baik akibat ulah manusia (di hutan Bali Barat
dan TNBB) serta akibat secara alami (kebakaran hutan di musim kemarau) perlu
penanganan yang serius sehingga khasus-khasus yang ada di lapangan dapat segera
terselesaikan.
Tujuan program deforestasi ini adalah:
• Melestarikan peran dan fungsi ganda semua tipe hutan dan kawasan bervegetasi,
dengan tujuan adalah:
• Memperkuat institusi-institusi di tingkat nasional, propinsi, kabupaten dalam
rangka menyikapi otonomi daerah
• Meningkatkan efektifitas kegiatan pengelolaan, konservasi dan pembangunan
hutan terlanjutkan
• Meningkatkan kemampuan dan keperluan institusi nasional, propinsi dan
kabupaten
• Menjamin terselenggaranya pemanfaatan dan produksi hasil hutan secara lestari
selama pelaksanaan otonomi daerah.
Aktivitas yang dilakukan dalam deforestasi adalah :
a. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen, meliputi:
• Rasionalisasi dan memperkuat struktur administrasi dan mekanisme kerjanya.
• Mengkaji ulang dan merevisi langkah-langkah dan program-program yang
berhubungan dengan semua tipe hutan dan vegetasi serta mengkaitkannya
dengan penggunaan lahan hutan untuk pembangunan sektor lain serta
perkembangan kebijaksanaan dan peraturan perundangan.
• Mengembangkan dan menerapkan rencana dan program termasuk menetapkan
rencana dan program termasuk menetapkan tujuan-tujuan pembangunan
program-program dan kriteria pelaksanaannya.
• Membangun, mengembangkan dan memelihara kesinambungan sistem yang
efektif untuk penyuluhan kehutanan dan pendidikan masyarakat.

15
• Membangun dan atau memperkuat institusi pendidikan dan pelatihan
kehutanan.
• Membangun dan memperkuat kemampuan penelitian yang berhubungan
dengan aspek-aspek hutan dan hasil hutan seta mengembangkan teknologi
tepat guna .
• Meningkatkan partisipasi sektor swasta, serikat pekerja, koperasi desa,
masyarakat setempat, pemuda, wanita dan LSM.
b. Data dan informasi, meliputi :
• Pengumpulan, penyusunan dan secara reguler memutahirkan dan
mendistribusikan informasi tentang klasifikasi dan tata guna lahan serta secara
periodik melakukan analisis-analisis program kehutanan.
• Membangun jaringan komunikasi dan sistem-sistem data dan sumber data
lainnya untuk mendukung pengelolaan, konservasi dan pembangunan
kehutanan misalnya pembangunan sistem informasi geografis.
• Menciptakan mekanisme yang menjamin akses masyarakat kepada informasi
yang berhubungan dengan hutan.
c. Kerjasama dan informasi internasional dan regional.
• Pemerintah dan lembaga-lembaga perlu kerjasama dalam hal penyediaan
tenaga ahli dan dukungan lain serta meningkatkan upaya-upaya penelitian di
daerah tingkat I (Provinsi), tingkat II Kabupaten/Kota, Tingkat regional dan
internasional dalam rangka alih teknologi.
2. Peningkatan perlindungan, pengelolaan terlanjutkan dan konservasi
semua tipe hutan.
Melalui rehabilitasi hutan, penghijauan, reboisasi dan upaya rehabilitasi lainnya.
Terutama tipe hutan di kawasan pesisir dan laut (mangrove) dan tipe hutan
musim kering (di hutan Bali Barat dan TNBB) serta tipe hutan di daratan
tinggi/pegunungan yang ada di Bali.

16
Tujuan untuk peningkatan perlindungan, pengelolaan terlanjutkan dan konservasi
semua tipe hutan diatas adalah untuk :
• Memelihara hutan yang ada melalui pengelolaan dan usaha konservasi serta
memperluas areal yang bervegetasi (baik di negara berkembang maupun di
negara maju).
• Menyiapkan dan menerapkan program pengelolaan hutan, konservasi dan
pembangunan hutan terlanjutkan.
• Memastikan tercapainya pengelolaan hutan terlanjutkan dan mengadakan usaha
konservasi atas hutan terlanjutkan dan mengadakan usaha konservasi atas hutan
yang ada maupun hutan yang akan dibangun.
• Memelihara dan meningkatkan manfaat ekologi, biologi, klimatik, sosial budaya
dan ekonomi hutan.
• Mendukung terlaksananya prinsip-prinsip kehutanan dalam pengelolaan,
konservasi dan pembangunan hutan terlanjutkan.
Aktivitas/ Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen pembangunan kehutanan .
• Menjamin pengelolaan terlanjutkan ( sustainable) terhadap ekosistem semua
hutan dan kawasan berhutan, melalui penyempurnaan perencanaan yang
memadai, pengelolaan dan pelaksanaan operasi silvikultur yang tepat waktu,
inventarisasi dan penelitian, rehabilitasi kawasan hutan yang rusak,
memperhatikan kebutuhan manusia terhadap ekonomi dan jasa ekologi, energi
kayu, agroforestry, hasil hutan non kayu dan jasa, perlindungan DAS dan tanah,
pengelolaan satwa liar, dan sumber flasma nutfah.
• Membangun, memperluas dan mengelola sistem perlindungan kawasan.
• Melaksanakan dan meningkatkan pengelolaan zona penyangga dan transisi.
• Penanaman kawasan pegunungan, daratan tinggi, lahan kosong, lahan pertanian
yang rusak, lahan-lahan kering dan semi arid serta kawasan-kawasan pantai.

17
b. Data dan Informasi yang harus tersedia
• Melaksanakan survey dan mengembangkan serta melaksanakan rencana-rencana
tata guna lahan.
• Pemantapan dan pemutahiran tata guna lahan dan inventarisasi hutan.
• Melaksanakan survey dan penelitian terhadap pengetahuan lokal mengenai
pohon dan hutan serta kegunaannya untuk memperbaiki perencanaan dan
pelaksanaan pengelolaan hutan terlanjutkan.
• Penyusunan dan analisis data penelitian mengenai jenis-jenis yang digunakan
pada hutan tanaman dan mengkaji dampak potensial terhadap perubahan iklim.
• Mengembangkan dan mengintensifkan penelitian untuk menyempurnakan
pengetahuan dan pemahaman mengenasi permasalahan dan mekanisme alami
yang berhubungan dengan pengelolaan dan rehabilitasi hutan.
c. Kerjasama dan koordinasi internasional dan regional.
• Meningkatkan kegiatan bersama untuk mengurangi dampak polusi yang mem-
pengaruhi kesehatan pohon dan hutan konservasi sebagai perwakilan ekosistem.
• Koordinasi penelitian mengenai karbon dan polusi udara dan isu-isu lingkungan
lainnya.
• Dokumentasi dan pertukaran informasi/pengalaman untuk keuntungan negara-
negara yang mempunyai masalah dan prospek yang sama.
3. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengkajian atas nilai barang dan
jasa yang diberikan oleh hutan, tanah hutan dan kawasan bervegetasi.
Program ini adalah bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesadaran atas nilai sosial ekonomi dan ekologi hutan,.
b. Meningkatkan metode dan sistem akuntansi ekonomi nasional dengan
memasukkan nilai ekonomi, sosial dan ekologi pohon dan kawasan hutan.
c. Meningkatkan pemanfaatan semua tipe hutan secara efisien, rasional dan lestari.
d. Meningkatkan efisiensi dalam perencanaan dan pengelolaan hutan.

18
e. Meningkatkan pemanfaatan yang lebih baik atas kawasan hutan dan
sumbangannya di bidang ekonomi melalui peningkatan kegiatan ekoturisme.
Aktivitas/ Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen, meliputi:
• Melaksanakan studi investasi yang rinci, harmonisasi supply-demand dan
Amdal.
• Memformulasikan kriteria dan pedoman ilmiah untuk pengelolaan, konservasi
dan pembangunan terlanjutkan.
• Penyempurnaan metode dan praktik ilmiah pemanenan hutan yang layak secara
ekonomi dan ekologi.
• Peningkatan pembangunan hutan alam, tanama, dan kawasan berhutan.
• Meningkatkan dan mendukung industri hilir hasil hutan.
• Mempromosikan hasil hutan non kayu dan bentuk-bentuk lain dari sumberdaya
hutan.
• Peningkatan efisiensi industri hasil hutan.
• Mendukung pengelolaan satwa liar termasuk ekoturisme dan pertanian.
• Meningkatan perusahaan kecil hasil hutan untuk pengusaha lokal.
• Harmonisasi pembangunan hutan terlanjutkan.
• Meningkatkan neraca ekonomi dan non ekonomi sumberdaya hutan.
b. Data dan Informasi.
• Melaksanakan analisis supply-demand untuk hasil hutan dan jasa
• Melaksanakan analisis investasi dan studi kelayakan.
• Melaksanakan penelitian terhadap jenis-jenis yang belum termanfaatkan.
• Mendukung survei pasar hasil hutan.
• Melengkapi informasi teknologi.
c. Kerjasama dan koordinasi internasional dan regional.
Memperkuat koordinasi dengan organisasi dan masyarakat internasional dalam
hal transformasi teknologi dan perlakuan perdagangan secara adil.

19
4 Meningkatkan kemampuan dalam perencanaan, pengkajian dan pengamatan
sistematis terhadap hutan dan program-program pembangunan kehutanan, proyek
dan kegiatan yang terkait, termasuk perdagangan kormesial dan proses-prosesnya.
Adapun tujuan dari program ini adalah :
a. Membangun sistem pengkajian dan latihan yang sistematis terhadap hutan dan
lahan hutan.
b. Menyediakan informasi mutahir tentang hutan dan sumberdaya kawasan hutan.
Aktivitas/ Kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan informasi mutahir tentang
hutan serta sumberdaya hutan diatas adalah :
a. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen.
• Pengkajian dan pelaksanaan observasi sistematik terhadap perubahan-
perubahan penutupan hutan.
• Membangun sistem pengkajian nasional
• Membuat prakiraan dampak kegiatan terhadap pembangunan kehutanan.
• Mengembangkan sistem nasional untuk mengkaji dan mengevaluasi
sumberdaya hutan.
• Membangun keterkaitan antar sektor dan program.
b. Data dan informasi
• Pembangunan. Pemantapan dan pertukaran informasi serta membangun pusat
informasi.
• Harminisasi metodologi program-program.
• Melaksanakan survei-survei khusus, kesesuaian dan kemampuan lahan untuk
penghijauan.
• Menyempurnakan unsur penunjang penelitian .
c. Kerjasama dan koordinasi internasional dan regional.
• Membangun kerangka konsepsi sistematik untuk pengkajian sumberdaya hutan.
• Membangun mekanisme koordinasi institusi nasional

20
III. METODOLOGI

Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah dilakukan dengan metode
Studi Pustaka yaitu dengan menggali dan mengumpulkan data data sekunder melalui
pustaka, jurnal-jurnal yang terbaru yang terkait dengan sumberdaya hutan .
Data data yang diperoleh selanjutnya dievaluasi dan dianalisis untuk mengetahui
kondisi kehutanan tertama luas tutupan hutan masing masing daerah baik di tingkat
Provinsi Bali maupun kehutanan secara nasional sesuai dengan persyaratan yang
diharapkan sesuai dengan Undang Undang No 41 tentang kehutanan bisa memenuhi
standar suatu kawasan mencapai 30 % dari luas wilayah.

21
IV. PEMBAHASAN

4.1. Mencegah Deforestasi.


Prioritas yang paling utama yang dialami oleh pihak kehutanan yang menjadi
beban utama umat manusia yang berada di Bali khususnya dan secara umum akan
sangat mempengaruhi wilayah nasional Indonesia dan internasional. Tidak sedikit
kawasan hutan yang telah terdeforestasi baik akibat ulah manusia (di hutan B.B dan
TNBB) serta akibat secara alami (kebakaran hutan di musim kemarau) perlu
penanganan yang serius sehingga khasus-khasus yang ada di lapangan dapat segera
4.1.1 Tujuan program deforestasi ini adalah:
• Melestarikan peran dan fungsi ganda semua tipe hutan dan kawasan
bervegetasi, dengan tujuan adalah:
• Memperkuat institusi-institusi di tingkat nasional, propinsi, kabupaten
dalam rangka menyikapi otonomi daerah
• Meningkatkan efektifitas kegiatan pengelolaan, konservasi dan
pembangunan hutan terlanjutkan
• Meningkatkan kemampuan dan keperluan institusi nasional, propinsi dan
kabupaten
• Menjamin terselenggaranya pemanfaatan dan produksi hasil hutan secara
lestari selama pelaksanaan otonomi daerah.

4.1.2 Aktivitas yang dilakukan dalam deforestasi :


a. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen, meliputi:
• Rasionalisasi dan memperkuat struktur administrasi dan mekanisme
kerjanya.
• Mengkaji ulang dan merevisi langkah-langkah dan program-program
yang berhubungan dengan semua tipe hutan dan vegetasi serta
mengkaitkannya dengan penggunaan lahan hutan untuk pembangunan

22
sektor lain serta perkembangan kebijaksanaan dan peraturan
perundangan.
• Mengembangkan dan menerapkan rencana dan program termasuk
menetapkan rencana dan program termasuk menetapkan tujuan-tujuan
pembangunan program-program dan kriteria pelaksanaannya.
• Membangun, mengembangkan dan memelihara kesinambungan sistem
yang efektif untuk penyuluhan kehutanan dan pendidikan masyarakat.
• Membangun dan atau memperkuat institusi pendidikan dan pelatihan
kehutanan.
• Membangun dan memperkuat kemampuan penelitian yang berhubungan
dengan aspek-aspek hutan dan hasil hutan.
• Meningkatkan partisipasi sektor swasta, serikat pekerja, koperasi desa,
masyarakat setempat, pemuda, wanita dan LSM.
b. Data dan informasi, meliputi :
• Pengumpulan, penyusunan dan secara reguler memutahirkan dan
mendistribusikan informasi tentang klasifikasi dan tata guna lahan serta
secara periodik melakukan analisis-analisis program kehutanan.
• Membangun jaringan komunikasi dan sistem-sistem data dan sumber
data lainnya untuk mendukung pengelolaan, konservasi dan
pembangunan kehutanan misalnya pembangunan sistem informasi
geografis.
• Menciptakan mekanisme yang menjamin akses masyarakat kepada
informasi yang berhubungan dengan hutan.
c. Kerjasama dan informasi internasional dan regional.
• Pemerintah dan lembaga-lembaga perlu kerjasama dalam hal penyediaan
tenaga ahli dan dukungan lain serta meningkatkan upaya-upaya penelitian
di daerah tingkat I,II, regional dan internasional dalam rangka alih
teknologi.

23
4. 2 Peningkatan Perlindungan Hutan
. Peningkatan perlindungan, pengelolaan terlanjutkan dan konservasi semua tipe
hutan melalui rehabilitasi hutan, penghijauan, reboisasi dan upaya rehabilitasi
lainnya. Terutama tipe hutan di kawasan pesisir dan laut (mangrove) dan tipe
hutan musim kering (di hutan Bali Barat dan TNBB) serta tipe hutan di daratan
tinggi/pegunungan yang ada di Bali.
4.2.1 Tujuan Perlindu ngan hutan
• Memelihara hutan yang ada melalui pengelolaan dan usaha konservasi serta
memperluas areal yang bervegetasi (baik di negara berkembang maupun di
negara maju).
• Menyiapkan dan menerapkan program pengelolaan hutan, konservasi dan
pembangunan hutan terlanjutkan.
• Memastikan tercapainya pengelolaan hutan terlanjutkan dan mengadakan
usaha konservasi atas hutan terlanjutkan dan mengadakan usaha konservasi
atas hutan yang ada maupun hutan yang akan dibangun.
• Memelihara dan meningkatkan manfaat ekologi, biologi, klimatik, sosial
budaya dan ekonomi hutan.
• Mendukung terlaksananya prinsip-prinsip kehutanan dalam pengelolaan,
konservasi dan pembangunan hutan terlanjutkan.
4.2.2 Aktivitas/ Kegiatan yang dilakukan adalah :
4.2.2.1. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen.
• Menjamin pengelolaan terlanjutkan terhadap ekosistem semua hutan dan
kawasan berhutan, melalui penyempurnaan perencanaan yang memadai,
pengelolaan dan pelaksanaan operasi silvikultur yang tepat waktu,
inventarisasi dan penelitian, rehabilitasi kawasan hutan yang rusak,
memperhatikan kebutuhan manusia terhadap ekonomi dan jasa ekologi,
energi kayu, agroforestry, hasil hutan non kayu dan jasa, perlindungan
DAS dan tanah, pengelolaan satwa liar, dan sumber flasma nutfah.
• Membangun, memperluas dan mengelola sistem perlindungan kawasan.
24
• Melaksanakan dan meningkatkan pengelolaan zona penyangga dan
transisi.
• Penanaman kawasan pegunungan, daratan tinggi, lahan kosong, lahan
pertanian yang rusak, lahan-lahan kering dan semi arid serta kawasan-
kawasan pantai.
4.2.2.2. Data dan Informasi
• Melaksanakan survey dan mengembangkan serta melaksanakan
rencana-rencana tata guna lahan.
• Pemantapan dan pemutahiran tata guna lahan dan inventarisasi hutan.
• Melaksanakan survey dan penelitian terhadap pengetahuan lokal
mengenai pohon dan hutan serta kegunaannya untuk memperbaiki
perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan hutan terlanjutkan.
• Penyusunan dan analisis data penelitian mengenai jenis-jenis yang
digunakan pada hutan tanaman dan mengkaji dampak potensial
terhadap perubahan iklim.
• Mengembangkan dan mengintensifkan penelitian untuk
menyempurnakan pengetahuan dan pemahaman mengenasi
permasalahan dan mekanisme alami yang berhubungan dengan
pengelolaan dan rehabilitasi hutan.
4.2.2.3. Kerjasama dan koordinasi internasional dan regional.
• Meningkatkan kegiatan bersama untuk mengurangi dampak polusi yang
mem-pengaruhi kesehatan pohon dan hutan konservasi sebagai
perwakilan ekosistem.
• Koordinasi penelitian mengenai karbon dan polusi udara dan isu-isu
lingkungan lainnya.
• Dokumentasi dan pertukaran informasi/pengalaman untuk keuntungan
negara-negara yang mempunyai masalah dan prospek yang sama.

25
4.3. Peningkatan Efisiensi Hutan
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengkajian atas nilai barang dan jasa
yang diberikan oleh hutan, tanah hutan dan kawasan bervegetasi adalah bertujuan
untuk :
a. Meningkatkan kesadaran atas nilai sosial ekonomi dan ekologi hutan,.
b. Meningkatkan metode dan sistem akuntansi ekonomi nasional dengan
memasukkan nilai ekonomi, sosial dan ekologi pohon dan kawasan hutan.
c. Meningkatkan pemanfaatan semua tipe hutan secara efisien, rasional dan lestari.
d. Meningkatkan efisiensi dalam perencanaan dan pengelolaan hutan.
e. Meningkatkan pemanfaatan yang lebih baik atas kawasan hutan dan
sumbangannya di bidang ekonomi melalui peningkatan kegiatan ekoturisme.
Sedangkan aktivitas/ kegiatan yang perlu dilakukan dalam usaha melakukan efisiensi
terhadap hutan adalah perlu dilakukan :
a. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen, meliputi:
• Melaksanakan studi investasi yang rinci, harmonisasi supply-demand dan
Amdal.
• Memformulasikan kriteria dan pedoman ilmiah untuk pengelolaan, konservasi
dan pembangunan terlanjutkan.
• Penyempurnaan metode dan praktik ilmiah pemanenan hutan yang layak secara
ekonomi dan ekologi.
• Peningkatan pembangunan hutan alam, tanama, dan kawasan berhutan.
• Meningkatkan dan mendukung industri hilir hasil hutan.
• Mempromosikan hasil hutan non kayu dan bentuk-bentuk lain dari sumberdaya
hutan.
• Peningkatan efisiensi industri hasil hutan.
• Mendukung pengelolaan satwa liar termasuk ekoturisme dan pertanian.
• Meningkatan perusahaan kecil hasil hutan untuk pengusaha lokal.
• Harmonisasi pembangunan hutan terlanjutkan.
• Meningkatkan neraca ekonomi dan non ekonomi sumberdaya hutan.
26
b. Data dan Informasi.
• Melaksanakan analisis supply-demand untuk hasil hutan dan jasa
• Melaksanakan analisis investasi dan studi kelayakan.
• Melaksanakan penelitian terhadap jenis-jenis yang belum termanfaatkan.
• Mendukung survei pasar hasil hutan.
• Melengkapi informasi teknologi.
c. Kerjasama dan koordinasi internasional dan regional.
Memperkuat koordinasi dengan organisasi dan masyarakat internasional dalam hal
transformasi teknologi dan perlakuan perdagangan secara adil.

4.4 Perencanaan
Meningkatkan kemampuan dalam perencanaan, pengkajian dan pengamatan
sistematis terhadap hutan dan program-program pembangunan kehutanan, proyek
dan kegiatan yang terkait, termasuk perdagangan kormesial dan proses-prosesnya.
Tujuan dari perencanaan ini adalah:
a. Membangun sistem pengkajian dan latihan yang sistematis terhadap hutan dan
lahan hutan.
b. Menyediakan informasi mutahir tentang hutan dan sumberdaya kawasan hutan.

Aktivitas/ Kegiatan yang dilakukan dari perencanaan kehutanan adalah :


a. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen.
• Pengkajian dan pelaksanaan observasi sistematik terhadap perubahan-
perubahan penutupan hutan.
• Membangun sistem pengkajian nasional
• Membuat prakiraan dampak kegiatan terhadap pembangunan kehutanan.
• Mengembangkan sistem nasional untuk mengkaji dan mengevaluasi
sumberdaya hutan.
• Membangun keterkaitan antar sektor dan program.

27
d. Data dan informasi
• Pembangunan. Pemantapan dan pertukaran informasi serta membangun pusat
informasi.
• Harminisasi metodologi program-program.
• Melaksanakan survei-survei khusus, kesesuaian dan kemampuan lahan untuk
penghijauan.
• Menyempurnakan unsur penunjang penelitian .
e. Kerjasama dan koordinasi internasional dan regional.
• Membangun kerangka konsepsi sistematik untuk pengkajian sumberdaya hutan.
• Membangun mekanisme koordinasi institusi nasional
• Memperkuat kemampuan untuk kinerja organisasi internasional yang ada.

28
IV. KESIMPULAN

Dari beberapa hal yang disampaikan tentang pengelolaan sumberdaya hutan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal :
1. Upaya pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia masih sangat perlu dilakukan
untuk menunjang tercapainya target 30 % melalui reboisasai rutin dan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan illegal logging.
2. Kerusakan ekosistem hutan akan berpengaruh banyak terhadap dampak ikutan
terutama terhadap terjadinya pencemaran, penurunan sumber air tanah.

29
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Sekretariat Jenderal
Departemen Kehutanan dan Perkebunana, Jakarta.

Staistik Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Bali 1999; Deartemen Kehutanana dan
Perkebunan Kantor Wilayah Provinsi Bali.

Peraturan Pemerintah RI. No. 7 Tahun 1999. Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
satwa. Dep. Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kanwil Prop. Bali. 2000. Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar yang Dilindungi Undang-Undang serta Informasi Kawasan
Konservasi di Propinsi Bali.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kanwil Prop. Bali. 1998. Eksistensi Flora dan
Fauna di Bali serta Upaya Pelestariannya dan Permasalahanya
Arinasa, I.B.k. Kontribusi Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Melestarikan Flora
Langka yang ada di Bali Beserta Permasalahhnya
Odum, E. T. 1999. Fundamentals of Ecology. Wb. Saunders, Philadelpia Mexico.
Anonim. 1997. Rencana Dua Puluh Lima Tahun Taman Nasional Bali Barat. Proyek
Pengembangan Taman Nasional Bali Barat Tahun Anggaran 1998/1997.
Departemen Kehutanan Ditjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Taman
Nasional Bali Barat. Bali.

30

Anda mungkin juga menyukai