Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Schizoprenia adalah suatu deskriptif sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis

atau “deteriorating“) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh generatif, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya

ditandai oleh penyimpangan yang funda mental dan karakteristik dari pikiran dan

persepsi, serta efek yang tindak lanjut (inappropriate) or tumpul

(blupted), kesadaran yang jernih (clear consciousess) dan kemampuan

intelektual, biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu

dapat berkembang kemudian. (PPDGJ-III,2001).

Menurut Bleurer yang merupakan seorang Psychiatrist dari Swiss pada tahun

1911 mengemukakan bahwa Schizoprenia berasal dari kata Schizos yang berarti

pecah-pecah atau bercabang dan Phren yang berarti jiwa. Jadi Schizoprenia

berarti jiwa yang pecah-pecah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses

pikir, perasaan dan perbuatan.

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan penjalar penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang

6
7

tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (dr.

Rusdi Maslim, 2001 ; 46)

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai

realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self

insight) buruk (Hawari 43 : 2001)

Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-

mana sejak dulu kala (W.P. Maramis, 1998 ; 215)

Dari pengertian tersebut makan penulis mengambil kesimpulan bahwa

skizofrenia merupakan suatu bentuk penyakit ganguan jiwa dimana penderitanya

tidak mampu menilai realita yang disebabkan oleh pengaruh genetik, fisik serta

sosial budaya.

Gangguan intraksi sosial adalah keadaa dimana individu mengalami atau

beresiko mengalami respon negatif, ketidak adekuatan, ketidakpuasan dari

interaksi (Carpenito, 1997 ; 385).

Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal

yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan

prilaku mal adaptif dan menggangu fungsi seseoramg dalam berhubungansosial

(Depkes R, 2000 ; 114).

Dari kedua pengertian tersebut maka penulis mengambil kesimpulan,

kerusakan interaksi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami suatu

gangguan berhubungan akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi

bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.


8

Menarik diri merupakan suatu reaksi yang ditampilkan dapat bereaksi fisik

maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu menghindar dari sumber stressor,

sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan rasa takut dan bermusuhan

(Rasmun, S.Kp., 2001 ; 18).

Menarik diri adalah suatu prilaku yang menghindar untuk berinteraksi

dengan orang lain karena merasa kehilangan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan berbagi rasa, pikiran, prestasi atau kegagalan (Ronslin dan Evans,

1993 ; 336).

Dari kedua pengertian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa

menarik diri adlah rekasi individu yang menolak atau menghindar untuk

berhubungan dengan orang lain karena individu mereka telah gagal dan tidak

punya kesempatan untuk mencobanya kembali.

2. Psikodinamika Menarik Diri

a. Perjalanan menarik diri

Pada umumnya individu akan merasa rendah diri, tidak berharga lagi,

tidak berguna sehingga tidak merasa aman dalam membina hubungan sosial

dengan orang lain. Prilaku menarik diri biadanya berasal dari keluarga yang

penuh permasalahan, ketegangan dan kecemasan yang tidak menjamin untuk

mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang spesifik

dengan orang lain yang dapat menimbulkan rasa aman karena adanya

penghayatan diri serta mampu mempelajari cara berhubungan dengan orang


9

lain. Pada klien menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk

mecapai kepuasan dirinya dan keadaan seperti ini dipengaruhi oleh

perkembangan sebelumnya.

Klien berusaha untuk melindungi diri sehingga ia menjadi pasif dan

berkepribadian kaku, Klien tidak mau mencari penyebab dan berusaha

beradaptasi dengan kenyataan, tetapi ia mengembangkan rasionalisasi dan

mengamburkan realitas.

b. Rentang Respon Sosial

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari selalu

emmbutuhkan orang lain dan lingkunga sosial. Manusia tidak akan mampu

memmenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan

sosialnya menimbulkan respon sosial pada individu berada dalam rentang

respon adaptif dan maladaptif

RENTANG RESPON SOSIAL

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Ototnomi Menarik diri Impultif
Kebersamaan Ketergantungan Nakisisme
Saling ketergantungan
10

Respon maladiptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah

yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya lingkungan. Respon

maladaptif yang sering ditemukan adalah :

1) Manipulasi

Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai

objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan

cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, buykan pada orang

lain

2) Impulsif

Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu

belajra dari pengalaman, tidak dapat diandalkan

3) Narkisisme

Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, selain terus

menerus berusaha mendapat penghargaan dan pujian, sikap egoisme,

pencemburu, marah jika orang lain tidak mendudkung (Depkes RI, 2000)

3. Gejala Menarik Diri

Gejala yang sering ditemukan pola klien menarik diri yaitu :

a. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan dan minum berlebihan

b. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis

c. Kemunduran secara fisik

d. Tidur berlebihan
11

e. Tinggal di tempat waktu yang lama

f. Banyak tidur siang

g. Kurang bergairah

h. Tidak mempedulikan lingkungan

i. Kegiatan menurun

j. Imobilisasi

k. Mondar-mandir/sikap mematung, melakukann suara berulang

l. Keinginan seksual menurun

(Tim Direktorat Kesehatan Jiwa ; 1997)

4. Dampak menarik diri terhdap kebutuhan dasar manusia

a. Kebutuhan nutrisi

Klien dengan menarik diri biasnya akan kehilangan nafsu makan atau

sebaliknya akan menyebabkan penurunan berat badan atau sebaliknya

akhirnya menyebabakan perubahan keadaan fisiknya, gangguan intake atau

pola nutrisi

b. Kebutuhan aktivitas

Klien dengan manarik diri biasanya mengalami penurunan aktivitas,

imobilitas atau berdiam diri, gangguan mobilitas fisik

c. Kebutuhan istirahat tidur

Klien menarik diri biasanya tidak berlebihan, berdian di tempat tidur dalam

jangka waktu lama dan sering terjadi gangguan


12

d. Kebutuhan rekreasi atau hobi

Klien dengan menarik diri tidak memiliki hobi dan keterkaitan untuk

berekreasi bahkan acuh tal acuh

e. Kebutuhan seksual

Klien dengan menarik diri biasanya memiliki gangguan pemenuhan seksual

f. Kebutuhan sosial

Klien dengan menarik diri sebenarnya ingin berkomunikasi dengan orang

lain, tapi mereka takut dengan adanya perlakukan dari orang lain sehingga

klien cenderung diam

g. Kebutuhan rasa nyaman

Perasaan kesendirian, kecemasan, ketakutan akan menyebabkan kurang

terpenuhinya rasa nyaman klien

h. Harga diri

Perasaan tidak berguna akan membuat klien merasa harga dirinya berkurang

atau menurun

i. Peran

Perubahan peran pada klien menarik diri karena sering berdiam diri

B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Interaksi Sosial : Menarik Diri

Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan

kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989, dikutip oleh Keliiat, 1999)
13

Perawat memerlukan metoda ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut

yaitu proses keperawatan.

Proses keperawatan memiliki lima tahap, yaitu :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan Proses awal dari dasar proses keperawatan. Yang

bertujuan untuk mengetahui data tentang klien sehingga dapat mengidentifikasi

kesehatannya, kebutuhan kesehatannya dan masalah-masalahnya baik fisik atau

biolgis, psikologis, sosial dan spiritual dan serta lingkungan. Pada

pengelompokan data ada beberapa faktor penting yang perlu untuk diketahui

seperti :

a. Identitas

Perawat melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang pertemuan.

Topik yang akan dibicarakan nama klien, nama panggilan klien, umur,

pendidikan, agaman, pekerjaan, status, suku bangsa dan alamat.

b. Alasan Masuk atau Keluhan Utama

1) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan

hubungan sosial adalah :

a) Faktor tumbuh kembang

Pada masa tumbuh kembang seorang individu, ada perkembangn

tugas yang harus dipenuhii agar tidak terjadi gangguan dalam

hubungan sosial, tugas perkembangan ini pada masing-masing tahap


14

tumbuh kembang mempunyai spesifiksi tersendiri. Bila tugas-tigas

dalam perkembangan ini tidak terpenuhi, akan mengahambat

perkembangan selanjutnya

b) Faktor komunikasi keluarga

Gangguan komunkasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung

untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial, dimana seorang

anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam

waktu yang bersamaan seperti emosi yang tinggi dalam keluarga,

membantu untuk berhubungan di luar lingkungan keluarga

c) Faktor sosial budaya

Menarik diri atau mengasaingkan diri dari lingkungan sosial

merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

berhubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang

dianut oleh keluarga yang salah, dimana setiap anggota keluarga yang

tidak produktif diasingkan dari orang lain.

d) Faktor biologis

Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya

gangguan dalam berhubungan. Faktor keturunan dapat dilihat dari

gangguan

2) Faktor presipitasi

Tanyakan pada klien atau keluarga, apa yang menyebabkan terjadinya

akibat sakit dan apa yang dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini
15

dan apa hasilnya. Faktor presipitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal

dan eksternal dari seseorang, faktor ini di kelompokkan sebagai berikut :

a) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologik yaitu stress terjadi akibat

ansietas berkepanjangan dan terjdai bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan individu untuk mengatasinya.

b) Faktor eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang

ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain yaitu keluarga

c. Pemeriksaan Fisik

1) Sistem integumen

Pada sistem integumen ditemukan adanya gangguan kebersihan kulit,

kulit terlihat kotor dan lengket, serta dapat tercium bau badan. Gangguan

kebersihan kulit terjadi karena klien mengalami penurunan minat

terhadap kegiatan perawatan kebersihan dan karena sifat yang cenderung

menarik diri.

2) Sistem Kadriovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler biasanya tidak didapatkan adanya keluhan,

kecuali adanya gangguan cardiovaskuler sebelumnya oleh sebab lainnya,

tekanan darah, nadi dalam batas normal.


16

3) Sistem respirasi

Pada sistem respirasi umumnya tidak terdapat keluahan keculai

sebelumnya klien mengalami riwayat gangguan respirasi.

4) Sistem digastivus

Pada sistem ini terdapat data pengkajian berupa menolak makan, kurang

ataupun menurun nafsu makan .

5) Perubahan urogenetik

Pada sistem ini perkemihan biasanya ditemukan pola buang air kecil

normal dan tidak ada keluhan

6) Sistem persyarafan

Pada sistem ini untuk klien gangguan jiwa yng mendapatkan terapi obat

anti psikotik da kemungkinan mendapatkan gejala piramidal atau dengan

tindakan terapi ultra konvulsio jenis konvensional mungkin aka

ditemukan keluahan pusing dan lemah, jalan sempoyongan setelah selesai

tindakan.

7) Sistem muskuloskeletal

Pada klien gangguan jiwa dapat terlihat trumor agitasi dan kadang terlihat

kaku dan lambat pergerakannya

8) Sistem haemopoetik

Pada sistem ini mungkin didapat data seperti konjungtiva anemis, karena

prilaku menolak makan atau kurang makan dalam jangka waktu tidak

teratasi, namun pada umumnya tidak di dapat keluahan


17

9) Sistem endoktrin

Psa sistem ini tidak didapat keluhan, data yang menyimpang seperti

pemebsaran kelenjar tiroid

10) Sistem penginderaan

Pada sistem ini ditemukan adanya halusinasi dengar, penglihata dan

penciuman hal ini karena klien mengalami gangguan afektif dan kognisi

sehingga tidak mampu membedakan stimulus internal dan eksternal

akibat kecepatan yang meningkat

11) Sistem reproduksi

Pada sistem reproduksi klien tidak temukan adanya keluhan

d. Psikososial

1) Konsep diri

a) Citra diri

Pada citra diri klien manarik diri, ditanyakan mengenai persepsi klien

terhadap tubuhnya bagain tubuh yang disukai dan tidak disukai,

biasanya klien tidak mengatakan memilikinya kebanggaa atas bagin

tubuh klien, klien menatakan pada tubuhnya tidak ada yang istimewa
18

dan biasa saja. Hal ini terjadai karena klien tidak memiliki keprcayaan

diri dan minta rendah diri.

b) Identitas diri

Klien nampak tidak punya status yang dibanggakan sehingga klien

tidak berdaya dan rendah diri, klie merasa puas sebagai laki-laki atau

perempuan

c) Peran

Klien dalam masyarakat, kelompok atau keluarga hanya sebagai

orang yang tidk berharga. Kemampuan klien dalam tugas yang di

embannya lemah dan kehilangan peran

d) Ideal diri

Harapan klien terhadap tubuh, posisi, status atau peran biasanya

mengingatkan hal-hal yang lebih dari satu orang lain. Harapan klien

terhadap lingkungan baik keluarga, masyarakat atau tempat kerja

merasa ingin dihormati. Klien mengharapkan masa depannya cerah

sesuai keinginannya.

e) Harga diri

Biasanya kelebihan dan kekurangan klien diungkapkan berdasarkan

tubuhnya, klien merasa tidak berarti.

2) Hubungan sosial
19

a) Kaji orang berarti bagi klien, biasanya ibu, bapak, istri, suami, kakak

dan adik klien karena klien sudah lama kenal dan dapat mengerti

dirinya sebagai tempat mengadu, bicara, dan minta bantuan.

b) Kaji peran serta klien dalam kegiatan kelompok/ masyarakat,

biasanya pada klien menarik diri, klien senang menyendiri,

menghindar dari orang lain, menolak untuk berhubungan dengan

orang lain.

c) Kaji hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, biasanya pada

klien menarik diri klien merasa takut akan adanya penolakan.

3) Spiritual

a) Nilai dan keyakinan, klien merasa tujuan hidupnya penuh ancaman,

klien percaya adanya sakit namun klien merasa tidak mampu

mengatasinya, klien mempercayai penyembuhan penyakit melalui

agama.

b) Kegiatan ibadah, klien mengakui adanya Tuhan tetapi klien

menganggap Tuhan kurang memperhatikan dirinya sehingga klien

kurang respek, terhadap Tuhan kegiatan ibadah klien dengan depresi

biasanya terabaikan.

e. Status Mental

1) Penampilan
20

Pada klien menarik biasanya kurang mampu memperhatikan

keberhasilan dirinya sehingga penampilannya tampak kusut, tidak rapi.

2) Pembicaraan

Pada klien menarik diri biasanya pada pembicaraan sukar didapat jika

klien menolak berkomunikasi, klien hanya berbicara dengan singkat

dengan kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak tahu”.

3) Aktivitas motorik

Pada klien menarik diri, biasanya aktivitas motorik menunjukan agitasi,

kompulsif atau sikap mematung.

4) Alam perasaan

Pada klien menarik diri biasanya mengalami gangguan alam perasaan,

sedih/ efosia ini dikarenakan adanya perubahan sensor persepsi

halusinasi.

5) Afek

Pada klien menarik diri biasanya apek klien datar atau tidak ada

perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau

menyedihkan.

6) Interaksi selama wawancara

Pada klien menarik diri biasanya kontak mata kurang tidak mau menatap

lawan bicara, menunjukan sikap bermusuhan, tidak kooperatif.

7) Persepsi
21

Pada klien menarik diri mengalami perubahan sensori persepsi halusinasi

lihat, pendengaran dan penciuman.

8) Proses pikir

Pada klien menarik diri proses pikir terganggu karena biasanya klien

sulit sekali diajak bicara, klien hanya menjawab seperlunya saja.

9) Isi pikir

Pada klien menarik diri biasanya mengalami gangguan isi pikir. Selalu

curiga karena klien mempunyai keyakinan bahwa ada sesuatu yang

berusaha menyakitinya.

10) Tingkat kesadaran

Pada klien menarik diri tidak mengalami gangguan orientasi terhadap

diri sendiri, orang lain tempat atau waktu.

11) Memori

Pada klien menarik diri memori atau daya ingat masih baik dan mampu

mengingat kejadian lama ataupun kejadian yang abru saja terjadi.

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Konsentrasi klien mudah beralih, tidak mampu mempertahankan

konsentrasi lama, karena merasa takut dan curiga.

13) Kemampuan penilaian


22

Kemampuan klien dalam penilaian pengambilan keputusan tidak ada

masalah.

14) Daya tilik diri

Umumnya tidak akan mengerti penyebab dirinya masuk rumah sakit

jiwa.

f. Kebutuhan persiapan pulang

Pengkajian pada klien dan keluarga, persiapan keluarga dan lingkungan

dalam menerima kepulangan klien, untuk menjaga agar tidak kambuh lagi.

Untuk itu perlu adanya penjelasan atau peberian pengetahuan pada keluarga

tentang perawatn kliendengan gangguan jiwa disertai dengan lingkungan

yang mendukung, pengobatan secara teratur, klien dengan menarik diri perlu

adanya dukungan dan bantuan pihak keluarga dan lingkungannya, sehingga

kemungkinan klien untuk kambuh lagi dapat diminimalkan.

g. Mekanisme koping

Individu yang mempunyai respon sosial yang mal adaptip

menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas

dapat berupa mekanisme raprasi, suprasi,m atau proyaksi, tetapi klien

biasanya memendamkannya sendiri.

h. Masalah keperawatan
23

Masalah keperawatan yang sering ditemukan pada klien menarik diri

adalah (Carpenito, 1995)

1) Ansietas

2) Isolasi sosial

3) Harga diri rendah

4) Defesit perawatan diri

5) Resiko mencederai diri sendiri

6) Resiko perubahan sensori persepsi

Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat

digambarkan sebagai pohon masalah (FASIO, 1983 dan INSF, 1996). Agar

penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk

diperhatikan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah, yaitu :

Penyebab (causa), masalah utama (Core Problem) akibat (effeck). Masalah

utama adalah prioritas masalah klien dari berbagai masalah klien yang

dimiliki oleh klien yang diperoleh dari alasan masuk atau keluhan utama.

Penyebab (causa) adalah salah satu dari berbagai masalah klien yang

merupakan penyebab masalah utama, Akibat adalah salah satu dari beberapa

masalah klien yang merupakan efek dari masalah utama, Seperti pada klien

menarik diri dapat digambarkan di pohon masalah sebagai berikut :

Resiko perubahan sensori persepsi effect


24

Kerusakan Interaksi Sosial Menarik diri core problem

Harga diri rendah etiologi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual effect

potensial dari individu, keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan/

proses kehidupan, rumusan diagnosa keperawatan yaitu permasalahan (P) yang

berhubungan dengan etiologi (E), dan keduanya ada hubungan sebab akibat

secara ilmiah, diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien menarik

diri adalah :

a. Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan menarik

diri

b. Isolasi total : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Perencanaan Tindakan Keperawatan


25

Rencana tindakan keperawatan merupakan sebagai tindkan yang dapat

mencapai tiap tujuan khusus. Rencana tidakan keperawatan terdiri dari tiga spek,

yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan.

Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa

tertentu. Tujuan umum dapat tercapai jika serangkaian tuyjuan khusus sudah

tercapai. Tujuan khsus berfokus pada tujuan penyelesaian etiologi dari diagnosa

tertentu dicapai untuk dimiliki klien. Adapaun rencana tindakan keperawatan di

sesuaikan dengan masalah yang dihadapi klien dengan kerusakan interaksi

sosial : menarik diri sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan I : resiko perubahan sensori persepsi berhubungan

dengan menarik diri

Tujuan umum (TUM) : tidak terjadai perubahan sensori persepsi

Tujuan khusus (TUK) : klien dapat :

a. Membina hubungan saling percaya

b. Menyebutkan penyebab menarik diri

c. Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

d. Rencanakan hubungan sehat secara bertahap : klien  perawat, klien

 perawat  klien lain, klien  keompok/keluarga

e. Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan oranglain

f. Memperdayakan faktor pendukung

g. Menggunakan obat dengan benar dan tepat


26

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUK 1 : Membina hubungan saling percaya

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan

diri, jelaskan maksud da tujuan interaksi, ciptakan lingkungan

yang tenang, buat kontak yang jelas pada tiap pertemuan,

topik yang akan dibicarakan, tempat, waktu berbicara.

b. Beri perhatian dan penghargaan

c. Dengarkan klien dengan empati : beri kesempatan bicara,

tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien

TUK 2 : Menyebutkan penuebab menarik diri

a. Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan

orang lain

b. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri

TUK 3 : Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

a. Diskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain

b. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki

klien untuk bergaul

TUK 4 : Melakukan hubungan bertahap : klien – perawat, klien – perawat –

klien lain – klien – kelompok/keluarga

a. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien


27

b. Motivasi dan temani klien untuk berinteraksi atau berkenalan

dengan klien lain, perawat lain.

c. Tingkatkan interaksi klien secara bertahap

d. Libatkan klien dalam therapi aktivitas kelompok : sosialisasi

e. Bantu klien melaksnakan aktivitas hidup sehari-hari sengan

interaksi

f. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secar terapeutik

TUK 5 : Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain

a. Diskusikan dengan klien setiap seusai inteaksi

b. Beri pujian akan keberhasilan klien

TUK 6 : Memberdayakan sistem pendukung

Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui

petemuan individu secara rutin

TUK 7 : Menggunakan obat dengan benar dan tepat

a. bantu klien menggunakan oabat dengan pronsip 5 benar

(benar obat, dosis, cara, waktu dan klein)

b. Anjurkanklien untuk membicarakan efek apa yang dirasakan


28

Hasil akhir yang diharapkan pada klien :

a. Tidak terjadi perubahan sensori persepsi

b. Klien mengtehaui penyebab menarik diri

c. Klien mengetahui keuntungan berinteraksi

d. Klein mampu berinteraksi dengan orang lain

Hasil akhir diharapkan pada keluarga :

a. Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik

b. Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri

4. Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dnegan rencana tindakan

keperawatan, sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat

perlu memvalisasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai denagn

kondisi klien saat ini.tindakan masih sesuai denagn kondisi klien saat ini.

Perawat juga menilai dirinya sendiri apakah mempunyaiumkemampuan

intrapersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan

dilaksanakan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan klien, Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terahdap
29

tindakan kepearwatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua, yaitu :

evaluasi proses atau formtif dilakukan setelah selesai melaksanakan tindakan dan

evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon mklien

pada tujuan khusus dan umum yang telah di tentukan. Evaluasi dapat dilakuakn

dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.

a. Subyektif : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan.

b. Objek : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan.

c. Analisa : Analisa terhadap data subjektif dan objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih ada atau telah

teratasi atau muncul masalah baru.

d. Paliasif : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon

klien.

Anda mungkin juga menyukai