Anda di halaman 1dari 12

GEOLOGI DAERAH JATIAYU DAN SEKITARNYA

KECAMATAN KARANGMOJO KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Ivan Satria Wicaksana 1), Akhmad Syafuan 2), Iit Adhitia 3)

ABSTRAK
Tujuan penelitian geologi daerah Jatiayu dan Sekitarnya, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta adalah untuk mengetahui tatanan geologi daerah tersebut yang mencakup
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah geologi. Metodologi penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi literatur, penelitian lapangan, analisa laboratorium dan studio yang
keseluruhan dituangkan dalam sebuah laporan tugas akhir. Hal yang dicapai dalam penelitian geologi
daerah Jatiayu dan Sekitarnya, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta adalah
sebagai berikut: Geomorfologi daerah penelitian secara morfogenesa dapat dibagi menjadi 2 (dua)
satuan geomorfologi, yaitu: Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat-Patahan yang berstadia dewasa, dan
Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial yang berstadia muda. Pola aliran sungai yang berkembang adalah
trellis dan tingkat jentera geomorfik berada pada tahapan dewasa. Tatanan batuan yang terdapat di
daerah penelitian dari tua ke muda adalah: Satuan Batuan Batupasir Tufan Selang-Seling Tuff (Formasi
Semilir) berumur N5-N6 atau Miosen Awal diendapkan pada lingkungan laut dalam, Satuan Batuan
Batugamping Tufan (Formasi oyo) berumur N9-N13 atau Miosen Tengah dan diendapkan pada
lingkungan laut dangkal, Satuan Batuan Batugamping (Formasi Wonosari-Punung) berumur N9-N18
atau Miosen Tengah–Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal, dan Satuan Endapan
Aluvial berumur Holosen. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah lipatan
(Antiklin Karangmojo) dan patahan (Sesar Mendatar Watujungkruk) dengan arah tegasan utama
timurlaut-baratdaya yaitu N250E N2050E.
Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Sejarah Geologi.
I. PENDAHULUAN Gunung Kidul, Yogyakarta, dimana penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui dan memastikan
1.1 Latar Belakang
posisi stratigrafi antara formasi-formasi yang ada
Penelitian geologi di Zona Pegunungan
serta umur dari batuan-batuan yang terdapat di
Selatan telah banyak dilakukan oleh para peneliti,
daerah penelitian.
antara lain Bothe (1929); Van Bemmelen (1949);
Sumarso dan Ismoyowati (1975); dan Surono 1.2 Maksud dan Tujuan
Dkk (1992). Secara stratigrafi, tatanan batuan Penelitian geologi daerah Jatiayu dan
yang terdapat di Zona Pegunungan Selatan Sekitarnya, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten
Bagian Barat dari yang tertua hingga termuda Gunung Kidul, Yogyakarta dimaksudkan untuk
adalah: Formasi Gamping-Wungkal, Formasi memenuhi salah satu persyaratan dalam
Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi menyelesaikan studi Sarjana Strata Satu (S-1)
Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Formasi Wonosari-Punung, dan Formasi Kepek. Teknik, Universitas Pakuan Bogor.
Hasil penelitian dari ke-empat peneliti tersebut Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk
diatas masih terdapat ketidaksepakatan terutama mengetahui keadaan geologi daerah penelitian
mengenai umur dan hubungan stratigrafi dari yang mencakup geomorfologi, stratigrafi,
setiap formasi yang terdapat di Zona Pegunungan struktur geologi, serta proses-proses geologi
Selatan Bagian Barat. yang masih berkembang sampai sekarang.
Berdasarkan adanya perbedaan hubungan 1.3 Letak, Luas dan Kesampaian Daerah
stratigrafi dan umur formasi yang terdapat di Letak geografis daerah penelitian dibatasi
Zona Pegunungan Selatan Bagian Barat tersebut, oleh batas-batas lintang dan bujur yaitu pada
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian 466000 – 472000 BT dan 9124000 – 9130000 LS.
dan pemetaan geologi di daerah Jatiayu dan Luas wilayah penelitian adalah 7 km x 7 km atau
sekitarnya, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten 49 km2.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 1


Secara Administrasi desa desa yang terdapat dan selatan. Satuan geomorfologi satuan ini
di penelitian adalah Desa Kebondalem di bagian menempati 90% dari luas daerah penelitian dan
utara, di bagian timur dibatasi dengan Desa pada peta geomorfologi diberi warna ungu.
Semin, Desa Kalitekuk, Desa Umbulrejo, Desa
Sawahan, Desa Kemejing, Desa Pundungsari, Satuan batuan yang menempati satuan
Desa Katongan, Desa Kedungpoh, Desa geomorfologi ini adalah satuan batuan batupasir
Watusigar dan Desa Jatiayu. tufan selang-seling tuff, satuan batuan
Berdasarkan Peta Geologi Regional wilayah batugamping tufan, satuan batuan batugamping.
penelitian termasuk ke dalam Peta Geologi Secara morfometri satuan ini berada pada
Lembar Surakarta dan Giritontro tahun 1992 ketinggian 150 - 550 mdpl dengan kelerengan
dengan skala peta 1 : 100.000, (Pusat Penelitian
berkisar antara 12ᵒ - 35ᵒ. Hasil dari proses-proses
dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi
eksogen yang teramati adalah pelapukan batuan
dan Sumber Daya Mineral, Bandung). dan Peta
Rupa bumi Indonesia lembar Karangmojo No. berupa tanah dengan ketebalan berkisar 15 cm
1408-312 dengan skala peta 1 : 25.000, (Badan hingga 2 m.
Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini
Cibinong, Bogor). Kesampaian daerah penelitian
termasuk ke dalam tahapan dewasa, dimana
dari dari Kota Bogor menuju Yogyakarta
dicirikannya oleh bentuknya yang sudah
menggunakan bus antar kota dengan waktu
tempuh ± 12 jam. Dari Yogyakarta ke daerah mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Jatiayu menggunakan kendaraan roda 4 dapat
ditempuh dengan waktu ± 2 jam. TG BL
II. TATANAN GEOLOGI
2.1 Geomorfologi
Van Bammelen (1949) telah membagi
pulau Jawa menjadi 7 Zona Fisiografi.
Berdasarkan ciri-ciri fisografi Jawa Tengah
dan melihat bentangalam yang terdapat di
daerah penelitian, dimana umumnya terdiri dari
perbukitan memanjang hampir barat-timur
kurang lebih 50 km dan ke arah utara-selatan Gambar 1. Foto satuan geomorfologi
mempunyai lebar kurang lebih 40 km. Maka perbukitan lipat patahan, foto
penulis menyimpulkan bahwa daerah penelitian diambil dari jalan raya ponjong.
termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan. 2.1.2 Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
Berdasarkan klasifikasi Lobeck (1939) Genetika satuan geomorfologi ini
dan Konsep W. M. Davis (1954) yang meliputi
terbentuk sebagai hasil pengendapan sungai yang
struktur, proses, dan tahapan maka geomorfologi
daerah penelitian dikelompokkan menjadi 2 (dua) tersusun oleh material-material lepas berukuran
Satuan Geomorfologi, yaitu: Satuan lempung hingga bongkah.
Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, dan Satuan geomorfologi dataran aluvial yang
Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. terdapat di daerah penelitian dijumpai
2.1.1 Satuan Geomorfologi Perbukitan disepanjang Sungai Oyo bagian utara lembar peta
Lipat-Patahan dengan luas mencapai 10% dari luas daerah
penelitian.
Genetika pembentukan Satuan
Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan di lokasi Morfometri satuan ini dicirikan oleh
penelitian tejadi karena erosi dan di kontrol oleh bentuk bentangalam berupa dataran dengan
struktur geologi berupa lipatan dan patahan yang ketinggian 50 mdpl dan kelerengan berkisar
memiliki jurus perlapisan berarah relatif barat- antara 0ᵒ - 3ᵒ.
timur dan kemiringan lapisan batuan ke arah utara

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2


Proses geomorfologi yang teramati berupa Stadia erosi sungai muda dicirikan oleh
material-material hasil dari proses pelapukan dan proses erosi yang intensif kearah vertikal
erosi batuan yang berasal dari hulu sungai yang dibandingkan erosi kearah lateral sehingga
kemudian mengalami transportasi oleh media air menghasilkan profil lembah sungai yang
sungai dan terendapkan di daerah sekitar sungai menyerupai huruf “V“, dan umumnya aliran
sungainya deras dan sering dijumpai adanya air
dengan energi yang rendah, sehingga
terjun serta pola sungai berpola lurus. Di
terbentuklah morfologi khas endapan aluvial daerah penelitian, stadia erosi sungai muda
seperti dataran banjir dan gosong-gosong pasir. dijumpai antara lain di Sungai Plalar.
Prosesnya terus berlangsung hingga saat Stadia erosi sungai dewasa dicirikan oleh
ini sehingga jentera geomorfik satuan erosi kearah vertikal dan kearah lateral sudah
geomorfologi dataran aluvial berada pada seimbang, sehingga menghasilkan profil
tahapan muda. lembah sungai berbentuk menyerupai huruf
“U“. Stadia erosi sungai dewasa dicirikan oleh
pola sungai sudah mulai bermeander dan sudah
BD TL mulai terbentuk gosong pasir dan point-bar. Di
daerah penelitian, stadia erosi sungai dewasa
dijumpai antara lain di Sungai Oyo.

2.2 Stratigrafi
Stratigrafi regional zona pegunungan
selatan telah banyak ditulis oleh peneliti
terdahulu. Menurut Surono dkk (1992), tatanan
batuan zona pegunungan selatan disusun oleh
urutan batuan yang berumur Tersier hingga
Kuarter (Lampiran 3).
Gambar 2. Foto satuan geomorfologi dataran Tabel 1. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
aluvial yang memperlihatkan dataran (Tanpa Skala)
banjir dan gosong pasir, foto diambil
di sungai oyo.

2.1.3 Pola Aliran Sungai


Pengelompokan pola aliran sungai
yang terdapat di daerah penelitian didasarkan
atas klasifikasi pola aliran sungai dari
Thornbury (1969), dimana pola aliran
dipengaruh oleh beberapa faktor, antara lain:
struktur, kekerasan batuan, sudut lereng,
sejarah geologi serta geomorfologinya.
Berdasarkan hasil analisis peta topografi
dan pengamatan lapangan terhadap pola aliran
sungai yang ada di daerah penelitian, dapat
disimpulkan bahwa pola aliran yang
berkembang di daerah penelitian berpola trellis.
Pola aliran sungai trellis adalah merupakan pola
aliran sungai yang berbentuk pagar dan dikontrol
struktur geologi berupa perlipatan antiklin.

2.1.4 Stadia Erosi Sungai Berdasarkan hasil pengamatan,


Berdasarkan pengamatan lapangan pengukuran dan pemerian batuan-batuan yang
serta data geomorfologi dan peta topografi, tersingkap di daerah penelitian dan hasil dari
tahapan erosi yang terjadi di daerah penelitian analisis labolatorium, maka dapat disimpulkan
berada pada tahapan muda dan dewasa. bahwa tatanan stratigrafi yang ada di daerah

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3


penelitian dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan debu (ash), bentuk butir membundar, terpilah
batuan, dengan urutan batuan dari yang tertua baik, kemas tertutup, sementasi tidak karbonatan.
hingga termuda adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisa petrografi pada sayatan
tipis tuff yang diambil pada LP 34,
2.2.1 Satuan Batuan Batupasir Tufan memperlihatkan tuff dengan jenis Tuff Gelas
Selang-Seling Tuff (Pettijohn,1956)
Penamaan satuan ini didasarkan pada
singkapan-singkapan batuan disepanjang lintasan
pemetaan berupa perselingan batupasir dan tuff.
Satuan batuan ini dijumpai di bagian
timur lembar peta, dengan pelamparan batuan
berarah barat-timur dengan penyebaran sekitar
50 % dari luas daerah penelitian dan pada peta
geologi diwarnai dengan warna coklat.
Kedudukan jurus perlapisan batuannya
berkisar antara N 93° E – N 122° E dengan
kemiringan 13° – 30° dan N 252° E – N 285° E
dengan kemiringan 12° – 25°. Berdasarkan data
kedudukan dan arah kemiringan batuan yang
saling berlawanan dapat disimpulkan bahwa Gambar 3. Foto singkapan batupasir tufan selang-
satuan batuan ini membentuk struktur lipatan seling tuff, foto diambil disungai Oyo Lp 22
antiklin, ketebalan satuan batuan ini 748 m
berdasarkan pengukuran penampang geologi.
Satuan Batuan Batupasir Tufan Selang-
Seling Tuff pada umumnya tersingkap dalam
kondisi segar sampai lapuk. Bentuk perlapisan
Satuan ini pada bagian bawah dicirikan oleh
adanya singkapan perselingan batupasir dan tuff
dengan ketebalan batupasir berkisar 5 cm - 15 cm
dan tuff 3 – 5 cm. Bagian tengah satuan dicirikan
batupasir dengan ketebalan 7 – 20 cm dan tuff 5 -
10 cm. Bagian atas satuan dicirikan batupasir
dengan ketebalan 10 – 60 cm dan tuff 5 – 30cm.
Pemerian batuan yang terdapat disatuan batuan Gambar 4. Foto singkapan batupasir tufan selang-
ini adalah sebagai berikut : seling tuff, foto diambil di Umbulrejo Lp 44

a) Batupasir Tufan Penentuan umur pada Satuan Batuan


Pemerian petrologi secara megaskopis dari Batupasir Tufan Selang-Seling Tuff didasarkan
batupasir tufan berwarna putih keabu-abuan, pada kehadiran foraminifera planktonik yang
ukuran butir pasir halus, bentuk butir terkandung dalam conto batuan yang diambil
membundar, terpilah baik, kemas tertutup, pada Lp 34.
sementasi tidak karbonatan. Berdasarkan hasil
analisa petrografi pada sayatan tipis batupasir Berdasarkan persebaran foraminifera
yang diambil pada LP 34, memperlihatkan planktonik didapat kisaran umur N5-N6, kisaran
batupasir dengan jenis Batupasir Chiefly umur ini ditentukan dengan munculnya fosil
Volcanic Wacke (Gilbert,1953) Globigerina venezuelana, Globoquadrina
altispira pada N5 dan punahnya fosil
b) Tuff Globigerinoides primordius pada N6.
Pemerian petrologi secara megaskopis dari Berdasarkan data-data tersebut maka dapat
tuf berwarna putih keabu-abuan, ukuran butir disimpulkan bahwa Satuan Batuan Batupasir

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 4


Tufan Selang-Seling Tuff yang terdapat di daerah antiklin, ketebalan satuan batuan ini 347 m
penelitian adalah N5–N6 atau Miosen Awal. berdasarkan pengukuran penampang geologi.
Lingkungan pengendapan Satuan Batuan Satuan Batuan Batugamping Tufan pada
Batupasir Tufan Selang-Seling Tuff ditentukan umumnya tersingkap dalam kondisi segar sampai
berdasarkan kandungan foraminifera bentonik lapuk dan menunjukan bentuk perlapisan namun
pada satuan ini, hasil analisa kandungan di beberapa tempat tidak menunjukan perlapisan.
foraminifera bentonik diambil pada Lp 34. Pada bagian bawah dicirikan oleh batugamping
berlapis dengan ketebalan batugamping berkisar
Berdasarkan sebaran kisaran kedalaman
5 cm - 15 cm. Bagian tengah satuan dicirikan
foraminifera bentonik menunjukan adanya fosil
batugamping berlapis dengan ketebalan 3 – 20
indeks Amphistegyna quoyi, maka bathimetri
cm. Bagian atas satuan dicirikan batugamping
Satuan Batuan Batupasir Tufan Selang-Seling
berlapus dengan ketebalan 10 – 60 cm dan tuff 5
Tuff diendapkan pada lingkungan Bathial Atas
– 50 cm. Pemerian batuan yang terdapat disatuan
dengan kedalaman 200 meter – 500 meter.
batuan ini adalah sebagai berikut :
Hubungan stratigrafi Satuan Batuan
Batupasir Tufan Selang-Seling Tuff dengan a) Batugamping Tufan
satuan batuan dibawahnya tidak dijumpai karena Pemerian petrologi secara megaskopis dari
merupakan satuan batuan tertua didaerah batugamping tufan berwarna putih keabu-abuan,
penelitian, sedangkan hubungan stratigrafi satuan konstituen utama bioklastik, ukuran butir pasir
batuan ini dengan satuan diatasnya yaitu satuan halus, bentuk butir membundar, keadaan butir
batuan batugamping tufan tidak selaras yang utuh, terpilah baik, kemas tertutup, sementasi
berjenis disconformity, yaitu hubungan antara karbonatan. Berdasarkan hasil analisa petrografi
lapisan batuan dengan lapisan batuan lainnya dengan menggunakan Klasifikasi Dunham
dibatasi oleh suatu rumpang waktu tertentu. (1962), batugamping yang diambil di LP 09
Sungai Oyo diperoleh nama batuan Batugamping
Berdasarkan ciri fisik litologinya, satuan Packsotone.
batuan yang tersingkap di daerah penelitian
tersusun dari litologi batupasir tufan dan tuff yang
dapat disebandingkan dengan Formasi Semilir.
Dengan demikian satuan batuan batupasir tufan
selang seling tuff yang terdapat di daerah
penelitian sebanding dengan Formasi Semilir.

2.2.2 Satuan Batuan Batugamping Tufan


Penamaan satuan ini didasarkan pada
singkapan-singkapan batuan disepanjang lintasan
pemetaan berupa batugamping tufan.
Satuan batuan ini dijumpai di bagian barat
Gambar 5. Foto singkapan batugamping tufan, foto
lembar peta, dengan pelamparan batuan berarah
diambil disungai Oyo Lp 10
barat-timur dengan penyebaran sekitar 30 % dari
luas daerah penelitian dan pada peta geologi
diwarnai dengan warna krem.
Kedudukan jurus perlapisan batuannya
berkisar antara N 105° E – N 120° E dengan
kemiringan 20° – 24° dan N 265° E – N 285° E
dengan kemiringan 3° – 10°. Berdasarkan data
kedudukan dan arah kemiringan batuan yang
saling berlawanan dapat disimpulkan bahwa
satuan batuan ini membentuk struktur lipatan

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 5


Berdasarkan ciri-ciri fisik litologi dimana
satuan batuan ini tersusun dari batugamping tufan
maka satuan ini dapat disebandingkan dengan
Formasi Oyo. Dengan demikian satuan batuan
batugamping tufan yang terdapat di daerah
penelitian sebanding dengan Formasi Oyo.

2.2.3 Satuan Batuan Batugamping


Penamaan satuan ini didasarkan pada
singkapan-singkapan batuan disepanjang lintasan
pemetaan berupa batugamping terumbu.
Gambar 6. Foto singkapan batugamping tufan, foto Satuan batuan ini dijumpai di bagian
diambil di sungai gesing Lp 61 selatan lembar peta, di daerah penelitian satuan
batuan ini tersingkap disekitar sungai Plalar
Penentuan umur pada Satuan Batuan
daerah Sawahan dengan penyebaran sekitar 15 %
Batugamping Tufan didasarkan pada kehadiran
dari luas daerah penelitian dan pada peta geologi
foraminifera planktonik yang terkandung dalam
diwarnai dengan warna biru.
conto batuan yang diambil pada Lp 9.
Ketebalan satuan batuan batugamping
Berdasarkan persebaran foraminifera
terumbu berdasarkan hasil pengukuran
planktonik didapat kisaran umur N9-N13,
penampang geologi memiliki ketebalan 487
Kisaran umur ini ditentukan dengan munculnya
meter, sedangkan menurut Surono, dkk. (1992),
fosil indeks Globorotalia mayeri yang memiliki
ketebalan Formasi Wonosari – Punung sekitar >
kisaran hidup N9 – N13. Berdasarkan data-data
800 meter.
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa satuan
batuan batugamping tufan yang terdapat di Satuan Batuan Batugamping pada
daerah penelitian berumur N9 – N13 atau Miosen umumnya tersingkap dalam kondisi segar sampai
Tengah. agak lapuk. Satuan batuan ini dicirikan oleh
batugamping terumbu sudah mengalami
Lingkungan pengendapan Satuan Batuan
pelarutan. Pemerian batuan yang terdapat
Batugamping Tufan didasarkan kandungan
disatuan batuan ini adalah sebagai berikut :
foraminifera bentonik pada satuan ini, hasil
analisa kandungan foraminifera bentonik diambil a) Batugamping
pada Lp 9. Pemerian petrologi secara megaskopis
batugamping terumbu memiliki warna putih,
Hasil analisa foraminifera benthonik konstituen utama terumbu, ukuran butir pasir
yang didapatkan dari lokasi conto pada LP-34 halus, bentuk butir membundar, keadaan butir
diperoleh sebaran fosil foraminifera benthonik utuh, kemas tertutup. Berdasarkan hasil analisa
berupa Amphicoryna scalaris, Bolivina sp., petrografi dengan menggunakan Klasifikasi
Textularia sp,. Yang menunjukan kisaran Dunham (1962), batugamping yang diambil di
kedalaman 20 – 50 meter atau Neritik Tengah sungai Plalar LP 46 diperoleh nama batuan
didasarkan hadirnya fosil Amphicoryna scalaris, Batugamping Wackestone.
Bolivina sp., dan matinya fosil Textularia sp,
Kedudukan stratigrafi antara
batugamping tufan dengan satuan batuan
dibawahnya yaitu batupasir tufan selang seling
tuff tidak selaras (disconformity), sedangkan
hubungan stratigrafi satuan batuan batugamping
tufan dengan satuan batuan diatasnya yaitu satuan
batuan batugamping adalah menjemari karena
memiliki umur yang sama.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 6


sedangkan hubungan stratigrafi satuan batuan
batugamping terumbu dengan satuan batuan
diatasnya yaitu endapan aluvial adalah tidak
selaras karena dibatasi oleh bidang erosi.
Berdasarkan ciri-ciri fisik litologi dimana
satuan batuan ini tersusun dari batugamping
terumbu maka satuan ini dapat disebandingkan
dengan Formasi Wonosari – Punung. Dengan
demikian satuan batuan batugamping terumbu
yang terdapat di daerah penelitian sebanding
Gambar 7. Foto singkapan batugamping terumbu, dengan Formasi Wonosari - Punung.
foto diambil disungai Plalar Lp 47
2.2.4 Satuan Dataran Aluvial
Penamaan satuan ini didasarkan pada
material aluvial sungai yang berukuran lempung
hingga bongkah yang bersifat lepas sebagai
penyusun satuan ini.

Satuan ini menempati sekitar ± 5 % luas


daerah penelitian dan diberi warna abu-abu pada
peta geologi. Satuan endapan aluvial ini
umumnya tersebar disepanjang sungai besar
yaitu sungai Oyo, tersebar di utara daerah
penelitian.

Gambar 8. Foto singkapan batugamping terumbu,


foto diambil di sungai Plalar Lp 48

Penentuan umur pada Satuan Batuan


Batugamping didasarkan pada kehadiran foram
besar yang terkandung dalam conto batuan yang
diambil pada Lp 46.
Berdasarkan sebaran fosil foram besar
pada sayatan tipis, maka dapat ditafsirkan bahwa
umur satuan batugamping terumbu ini adalah N9
– N18 atau Kala Miosen Tengah – Miosen Akhir. Gambar 9. Foto endapan aluvial di Sungai Oyo
Berdasarkan proses pengendapan yang
Lingkungan pengendapan Satuan Batuan
masih berlangsung hingga sekarang umur satuan
Batugamping didasarkan kandungan foram besar
ini adalah holosen. Berdasarkan ciri satuan
pada satuan ini, hasil analisa kandungan foram
endapan aluvial yang merupakan material lepas
besar diambil pada Lp 46.
produk sungai, maka satuan ini di endapkan di
Hasil analisa foram besar yang darat.
didapatkan dari lokasi conto pada LP- 46
Satuan endapan aluvial merupakan
diperoleh fosil foram besar berupa lepidocyclina
satuan termuda yang ada di daerah penelitian.
rutteni. Yang menunjukan kisaran kedalaman 20
Hubungan stratigrafi satuan endapan aluvial
– 60 meter atau Neritik Tengah.
dengan satuan batuan yang lebih tua dibawahnya
Kedudukan stratigrafi antara dibatasi oleh bidang erosi.
batugamping terumbu dengan satuan batuan
dibawahnya yaitu batugamping tufan adalah
menjemari karena memiliki umur yang sama,

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 7


2.3 Struktur Geologi Batuan Batugamping Tufan dan Satuan
Batugamping dengan panjang sumbu ± 6.9 km.
Menurut Pulunggono dan Martodjojo
(1949), di Pulau Jawa dikenal ada tiga pola Struktur Antiklin Karangmojo ini
struktur dominan, ketiga pola tersebut terbentuk dibuktikan dengan adanya pembalikan arah
pada waktu yang berbeda dan menghasilkan kemiringan lapisan batuannya, dimana arah
kondisi tektonik yang berbeda pula, antara lain : kedudukan lapisan batuan sayap bagian utara
dengan arah jurus N 252°E – N285°E dan
1. Pola Meratus terbentuk pada Zaman Kapur
kemiringan 12°- 25° Sedangkan sayap bagian
Akhir – Eosen Awal dan berarah Timurlaut
selatan dengan arah jurus N 93° E - N 122° E dan
– Baratdaya.
kemiringan 13°- 30°. Berdasarkan besar
2. Pola Sunda terbentuk pada kala Eosen – kemiringan kedua sayapnya, maka antiklin
Oligosen berupa struktur regangan yang karangmojo merupakan antiklin yang simetris.
berarah Utara – Selatan.
2.3.2 Struktur Patahan Sesar Mendatar
3. Pola Jawa terbentuk pada kala Oligosen Watujungkruk
akhir – sekarang dan berarah Timur – Barat. Penamaan Sesar Mendatar
Watujungkruk dikarenakan indikasi sesar ini
diperoleh disekitar Sungai Watujungkruk, Desa
Pundungsari. Pada peta geologi, sesar ini terletak
dibagian timurlaut lembar peta yang memanjang
dari timurlaut-baratdaya dengan panjang sesar
diperkirakan 3 km melalui Daerah Semin. Gejala
struktur geologi yang mengindikasikan Sesar
Mendatar Watujungkruk di lapangan adalah:

1) Off-set batuan yang terdapat di Sungai


Gambar 10. Pola Umum Struktur Regional Pulau Watujungkruk, Desa Pundungsari pada lokasi
Jawa (Soedjono Martodjojo dan Pulunggono, 1994) pengamatan LP – 34 dengan arah sesar N220°E
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, (Foto 4.1)
pengukuran unsur-unsur struktur geologi berupa 2) Pembelokan sungai yang tiba-tiba di
kedudukan saling berpunggungan, Off-set Sungai Watujungkruk tepat ditemukannya bukti
batuan, dan didukung oleh penafsiran peta sesar tersebut.
topografi berupa kelokan sungai, maka struktur
geologi yang terdapat di daerah penelitian adalah: Berdasarkan dari data di atas, analisis
(1). Struktur Lipatan dan (2). Struktur Sesar. peta topografi dan adanya Off-set pada batuan
yang menunjukkan arah pergerakan kearah kiri,
Untuk mempermudah dalam pengenalan dapat disimpulkan bahwa Sesar Mendatar
dari setiap struktur-struktur geologi yang Watujungkruk dengan arah timurlaut-baratdaya
berkembang pada daerah penelitian, maka mempunyai pergerakan mengiri.
penamaannya disesuaikan dengan nama lokasi
geografis setempat.

2.3.1 Struktur Lipatan Antiklin


Karangmojo
Penamaan Antiklin Karangmojo
didasarkan pada sumbu antiklin yang melewati
daerah Karangmojo yang terdapat di bagian
tengah daerah penelitian. Arah sumbu lipatan
relatif barat – timur yang melipat Satuan Batuan
Batupasir Tufan Selang Seling Tuff, Satuan

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 8


maka pola struktur yang terjadi di daerah
penelitian berpola Barat - Timur atau Pola Jawa.
2.4 Sejarah Geologi
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai
pada kala Miosen Awal (N5) diendapkan Satuan
Batuan Batupasir Tufan Selang Seling Tuff
(Formasi Semilir) dan berakhir pada Miosen
Awal (N6), yang merupakan Satuan Batuan yang
tertua didaerah ini. Satuan Batuan ini diendapkan
pada lingkungan Bathial Atas (200 – 500m)
Gambar 11. Foto Off-set batuan pada LP 36
dijumpai di sungai Watujungkruk Kemudian pada kala Miosen Awal (N7)
sampai (N8) daerah penelitian mengalami
2.3.3 Mekanisme Pembentukan Struktur orogenesa (tektonik) yang mengakibatkan satuan
Geologi Daerah Penelitian batuan batupasir tufan selang – seling tuff terlipat
Berdasarkan data dan pengamatan terangkat dan kemudian terpatahkan membentuk
dilapangan dan dipadukan dengan konsep sesar – sesar di daerah penelitian.
pembentukan struktur dari Moody and Hill Pada kala Miosen Tengah (N9)
(1956), maka arah gaya utama yang bekerja di diendapakan Satuan Batuan Batugamping Tufan
daerah penelitian mempunyai arah N25°E dan (Formasi Oyo) berakhir di Miosen Tengah (N13),
N205°E atau relatif Timurlaut-Baratdaya pada satuan tersebut diendapkan dilingkungan Neritik
kala Miosen Awal dan Plio-Plistosen. Tengah (20 – 50m) dimana satuan tersebut
Struktur geologi yang terdapat didaerah menjemari dengan Satuan Batuan Batugamping
penelitian yaitu struktur lipatan yang berarah Terumbu (Formasi Wonosari – Punung) pada
barat – timur dan struktur sesar mendatar berarah kala Miosen Tengah (N9) yang berakhir pada
timur laut – barat daya. Mekanisme pembetukan Miosen Akhir (N18) satuan tersebut diendapkan
struktur geologi didaerah penelitian dimulai pada dilingkungan Neritik Tengah (20 – 60m).
kala Miosen Awal dan Plio-Plistosen terjadinya Kemudian pada Kala Plio-Plistosen daerah
orogenesa (tektonik). Pembentukan struktur penelitian mengalami orogenesa (tektonik) yang
geologi diawali pada kala Miosen Awal dengan mengaktifkan kembali struktur geologi tersebut
terbentuknya perlipatan pada satuan batuan mengakibatkan satuan batuan batupasir tufan
batupasir tufan selang – seling tuff (Formasi selang – seling tuff, satuan batuan batugamping
Semilir) yang menyebabkan satuan batuan tufan dan satuan batuan batugamping terlipat dan
tersebut terlipat membentuk struktur lipatan terangkat.
antiklin Karangmojo, gaya tektonik ini terus
Pada Kala Holosen diperkirakan daerah
berlanjut yang menyebabkan terjadinya sesar
penelitian sudah mengalami proses – proses
mendatar di Sungai Watujungkruk di daerah
eksogenik seperti pelapukan, erosi/denudasi, dan
penelitian. Kemudian pada kala Plio-Plistosen
sedimentasi mulai berlangsung. Hasil pelapukan
teraktifkan kembali struktur geologi tersebut
dan erosi kemudian masuk kedalam system
dengan terbentuknya perlipatan pada satuan
sungai yang ada di daerah penelitian dan
batuan batupasir tufan selang – seling tuff
diendapkan sebagai endapan aluvial. Endapan
(Formasi Semilir), satuan batuan batugamping
aluvial dengan satuan batuan dibawahnya
tufan (Formasi Oyo) dan satuan batuan
dibatasi oleh bidang erosi.
batugamping (Formasi Wonosari – Punung).
Apabila dikaitkan dengan pola struktur
yang terjadi selama zaman Tersier menurut
Soejono Martodjojo dan Pulunggono (1994),

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 9


III. KESIMPULAN geologi yang ada di daerah penelitian
Dari semua rangkaian penelitian yang telah terjadi dalam dua periode orogenesa yaitu
dilakukan, berupa pemetaan geologi permukaan pada kala Miosen Awal dan Plio-Plistosen
di daerah Jatiayu dan sekitarnya, Kecamatan dengan arah gaya utama N 250 E dan N
Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, 2050 E atau relatif timurlaut – baratdaya.
Yogyakarta, yang berkaitan dengan DAFTAR PUSTAKA
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, maka
Bakosurtanal, 2010, Peta Rupabumi Digital
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Indonesia Lembar Karangmojo
1. Bentangalam yang terdapat di daerah No. 1408-312 dengan skala
penelitian secara morfogenesa dapat dibagi 1:25.000, Badan Koordinasi
menjadi 2 (dua) satuan geomorfologi, Survey dan Pemetaan Nasional
yaitu: (1). satuan geomorfologi perbukitan (Bakosurtanal), Edisi : 1 – 1998,
Cibinong, Bogor
lipat patahan yang berstadia dewasa dan
(2). satuan geomorfologi dataran aluvial Bemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of
yang berstadia muda. Pola aliran sungai Indonesia, The Hague Martinus
yang terdapat di daerah penelitian Nijhoff, Vol. 1A, Netherlands
dikontrol oleh struktur perlipatan antiklin Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. “Range
sehingga membentuk pola aliran sungai Chart, Late Miosen to Recent
trellis. Stadia erosi sungai muda umumnya Planktonic Foraminifera
dijumpai pada sungai-sungai yang ada di Biostratigraphy”, Proceeding of
bagian hulu atau lereng bukit sedangkan The First.
sungai-sungai berstadia dewasa dijumpai Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology : An
pada morfologi yang landai hingga datar. Introduction to the Study of
Landscapes, Mc.Graw-Hill
2. Satuan batuan yang terdapat di daerah Book Company, New York.
penelitian berdasarkan ciri fisik litologinya
Martodjojo, Soejono, dan A. Pulunggono, 1994.
dari tua ke muda dapat dibagi menjadi 4
Geotektonik Pulau Jawa Sejak
(empat) satuan batuan, yaitu: Satuan Akhir Mesozoik Hingga
Batuan Batupasir Tufan Selang Seling Tuff Kuarter, Makalah Seminar
(Formasi Semilir) berumur Miosen Awal Geologi, Jurusan Teknik,
(N5 – N6) yang diendapkan pada Universitas Gajah Mada,
lingkungan laut dalam. Satuan Batuan Yogyakarta.
Batugamping Tufan (Formasi Oyo) yang
Noor, Djauhari, 2014, Geomorfologi, Penerbit
berumur Miosen Tengah (N9 – N13) Deepublish (CV. Budi Utama),
diendapkan pada lingkungan laut dangkal Jl. Kaliurang KM 9,3 Yogyakarta
Neritik Tengah dan menjemari dengan 55581, 326hal., ISBN
Satuan Batuan Batugamping (Formasi 602280242-6.
Wonosari - Punung) berumur Miosen
Noor, Djauhari, 2014, Pengantar Geologi,
Tengah - Miosen Ahkir (N9 – N18) pada Penerbit Deepublish (CV. Budi
lingkungan laut dangkal Neritik Tengah. Utama), Jl. Kaliurang KM 9,3
Satuan endapan aluvial tersusun dari Yogyakarta 55581, 609hal.,
material lepas berukuran lempung hingga ISBN 602280256-3.
bongkah merupakan satuan termuda
Noor, Djauhari, 2016, Geologi Dinamis,
berumur Holosen. Penerbit Khalifah Mediatama,
3. Struktur geologi yang dijumpai di daerah Komplek Pamulang elok, Blok
K1A, No.20, Pondok Petir,
penelitian berupa struktur lipatan berupa
Bojongsari, Depok, Jawa Barat,
antiklin berarah barat – timur; dan struktur
h.129. ISBN 978-602-7854-42-0
sesar berupa sesar mendatar sungai
Watujungkruk. Keseluruhan struktur

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 10


Noor, Djauhari, 2016, Prinsip Prinsip Thornbury, William D.,1967, Principles of
Stratigrafi, Penerbit Khalifah Geomorphology, Second
Mediatama, Komplek Pamulang Edition, John Willey and Sons
elok, Blok K1A, No.20, Pondok Inc., New York, London,
Petir, Bojongsari, Depok, Jawa Sydney, Toronto, 594 p.
Barat, h.133. ISBN 978-602-
7854-43-7 PENULIS
Pheleger, F.B., 1951, Ecology of Foraminifera, 1. Ivan Satria Wicaksana, S.T. Alumni
Nortwest Gulf of Mexico, GSA
(2019) Program Studi Teknik Geologi,
Memoir 46.
Fakultas Teknik-Universitas Pakuan. (E-
Surono B Toha dan Sudarno, 1992, Geologi mail : ivanwicaksana8821@gmail.com)
Lembar Surakarta - 2. Ir. Akhmad Syafuan, M.T. Staf Dosen
Giritontro, Jawa Tengah, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Skala 1:100.000, Pusat Teknik-Universitas Pakuan.
Penelitian dan Pengembangan 3. Iit Adhitia, S.T., M.T. Staf Dosen
Geologi (P3G), Bandung. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Teknik-Universitas Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 11


Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 12

Anda mungkin juga menyukai