Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSELING INDIVIDUAL
Dosen Pengampuh : Miswanto, S.Pd.,M.Pd
Di Susun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulias sehingga penulis bisa berhasil menyelesaikan critical book
review ini yang Alhamdulillah puji Tuhan tepat pada waktunya yang berkaitan dengan
pendidikan seumur hidup.critical book review ini membahas tentang Bimbingan konseling
Individual Dan juga tidak lupa penulis mengucapkan terimakasi kepada bapak Miswanto.,
S.Pd.,M.Pd. Konseling soal selaku dosen mata kuliah terkait dan juga warga kelas yang selalu
mendukung pelaksanaan tugas ini .penulis menyadari bahwa critical book review ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan critical book review ini.Akhir kata,
saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan critical book review ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai dan memberkati segala usaha kita semua.amin.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................
Dafatar Isi...............................................................................................................................
Identitas Buku.........................................................................................................................
BAB I Pendauluhan.................................................................................................................
Latar Belakang.............................................................................................................
Tujuan..........................................................................................................................
Manfaat........................................................................................................................
BAB II Ringkasan.................................................................................................................
Keunggulan Buku........................................................................................................
Kelemahan Buku..........................................................................................................
Keterkaitan Buku…………………………………………………………...………
BAB IV Penutup......................................................................................................................
Kesimpulan....................................................................................................................
Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan tentang pembuatan Book Report ini ada dalam buku “Konseling Individual Teori
dan Praktek” karangan Prof. DR. Sofyan S.Willis akan membahas tentang Sejarah Bimbingan
Konseling, Hubungan dan Proses Konseling, Pendekatan-Pendekatan Konseling, Kualitas dan
Pendidikan Konselor, Karakteristik Klien, Perilaku Nonverbal, Kreativitas Konselor Dalam Mengambil
Keputusan, Teknik-Teknik Konseling, Manual dan Prosedur Microtraining, Analisis Proses Konseling
Dalam Studi Kasus, Praktek Profesional dan Etika Konseling, dan Praktek Konseling di Sekolah.
Pembahasan diatas akan dipaparkan dalam Book Report ini
Tujuan dari pembuatan Book Report ini adalah untuk memahami tahapan atau teknik dari
proses konseling, serta memperdalam pemahaman mengenai keterampilan konseling.
BAB II
IDENTITAS BUKU
Buku Utama :
buku KE 2:
Judul :MICRO TEACHING ( Teori & Praktik Pengajaran yang Efektif & Kreatif )
Editor : Andin
Proofreader : M. Faiz
Desain cover : Anto
Desai nisi : Amin
Penerbit :
AR-RUZZ MEDIA
ISBN:
978-602-313-037-5
Cetakan 1, 2015
BAB III
ISI BUKU
BAB 1 : PENDAHULUAN
(2) SK pengangkatan
(2) Jika sekiranya klien memiliki masalah/kelemahan atau kesulitan, biarlah klien
yang mengungkapkannya berkat dorongan dari konselor. Kemudian konselor
berupaya membantu agar klien mampu mengatasi masalahnya.
(6) Konselor dituntut agar dapat membaca balhasa tubuh yang berkaitan dengan lisan
klien atau bahasa tubuh yang memberikan isyarat tertentu yang mengandung arti
tertentu.
Untuk mencapai tujuan konseling dengan efektif scoran konselor harus mampu:
(1) Menangkap isu sentral atau pesan utama klien. isu utama (masalsh) Konselor
seharusnya segera dapat menangkapi klien. Bila klien datang kepada konselor, ia akan
bercerita mengenai din dan masalahnya Seperti bagaimana ia dapat menjadikan
dirinya seorang penerbang yang handal, apa yang mungkin dikembangkan dari dirin
sehingga dia menjadi orang yang berguna dan populer. bagaimana perasaan rendah
dirinya dapat teratasi, ada apa dengan hubungan sosal klien dengan orang lain, ada
sesuatu kesalahan dalam upaya belajarnya sehingga prestasi tidak menguntungkan,
dan banyak lagi. Dari isu-isu tersebut konselor harus mampu menangkap isu utama
yang menjadi masalah penting klien.
(2) Utamakan tujuan klien-tujuan konseling. Dalam proses konseling jangan terjadi
konselor mengutamakan tujuannya sendiri sedangkan tujuan klien diabaikan.
Tanggung jawab utama konselor adalah mendorong klien untuk mengembangkan
potensi, kekuatan, otonomi, dan kemampuan mengatur/mengarahkan nasibnya
sendiri. Dengan kata lain tujuan klien adalah tujuan konseling itu sendiri. Secara
umum dikatakan bahwa tujuan konseling haruslah mencapai:
(1) Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien harus dapat
menjalani kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna untuk diri,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan Tuhannya;
(2) Relationship with other, artinya klien mampu menjalin hubungan yang harmonis
dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor masyarakat, dan sebagainya.
. Upaya Melibatkan Klien Yang paling penting dalam hubungan konseling adalah
agar konselor mampu melibatkan klien secara klien sudah terlibat dalam proses
konseling, maka ia akan terbuka dan jujur (disclosed), sehingga dengan mudah
menyatakan penuh (dengan jiwanya). Kalau perasaan, pengalaman dan idenya. Untuk
melibatkan klien sehingga ia terbuka, diperlukan beberapa yaitu, kepribadian dalam
konselor berkomunikasi, syarat pengetahuan/wawasan tentang klien dan keterampilan
atau teknik konseling yang bervariasi. (1) Kepribadian konselor Seorang konselor
yang efektif memiliki karakteristik kepribadian sebagai berikut: Empati, artinya dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain.
-Asli/jujur, yaitu perilaku dan kata-kata konselor tidak dibuat-buat akan tetapi asli dan
jujur sesuai dengan keadaannya. - Memahami keadaan klien, mampu memahami
kekuatan dan kelemahannya - Menghargai martabat klien secara Menerima klien
walau dalam keadaan bagaimanapun. Tidak menilai atau membanding-bandingkan
klien Mengetahui keterbatasan diri (ilmu, wawasan, teknik) konselor. Pemahaman
keadaan sosiai-budaya dan ekonomi klien. (2) Ilmu dan wawasan positif tanpa syarat
Ilmu konseling amat banyak didukung oleh ilmu-ilmu tentang manusia seperti filsafat
manusia, agama, psikologi, antropologt, sosiologi dan seni peran. Hal ini diperlukan
karena manusia itu mempunyai banyak segi terselubung dan merupakan teka-teki
(human enigma) Sehingga diperlukan ilmu yang banyak dan keterampilan beragam
untuk mendekatinya. (3) Penguasaan keterampilan konseling. Pada setiap tahap
konseling (tahap 1, 2, 3) terdapat teknik-teknik konseling yang harus dikuasai
konselor. Paiing tidak ada 20 teknik konseling Penggunaan teknik-teknik konseling
yang bervariasi dan berganda, amat penting. Mengenai hal ini akan dijelaskan pada
Bab VIII E. Konseling Pengembangan dan Islam Konseling sebagai proses membantu
individu agar berkembang memiliki beberapa prinsip yang penting yaitu :
1. Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup. Upaya Melibatkan Klien Yang
paling penting dalam hubungan konseling adalah agar konselor mampu melibatkan
klien secara klien sudah terlibat dalam proses konseling, maka ia akan terbuka dan
jujur (disclosed), sehingga dengan mudah menyatakan penuh (dengan jiwanya). Kalau
perasaan, pengalaman dan idenya. Untuk melibatkan klien sehingga ia terbuka,
diperlukan beberapa yaitu, kepribadian dalam konselor berkomunikasi, syarat
pengetahuan/wawasan tentang klien dan keterampilan atau teknik konseling yang
bervariasi. (1) Kepribadian konselor Seorang konselor yang efektif memiliki
karakteristik kepribadian sebagai berikut: Empati, artinya dapat merasakan apa yang
dirasakan orang lain.
-Asli/jujur, yaitu perilaku dan kata-kata konselor tidak dibuat-buat akan tetapi asli dan
jujur sesuai dengan keadaannya. - Memahami keadaan klien, mampu memahami
kekuatan dan kelemahannya - Menghargai martabat klien secara Menerima klien
walau dalam keadaan bagaimanapun. Tidak menilai atau membanding-bandingkan
klien Mengetahui keterbatasan diri (ilmu, wawasan, teknik) konselor. Pemahaman
keadaan sosiai-budaya dan ekonomi klien. (2) Ilmu dan wawasan positif tanpa syarat
Ilmu konseling amat banyak didukung oleh ilmu-ilmu tentang manusia seperti filsafat
manusia, agama, psikologi, antropologt, sosiologi dan seni peran. Hal ini diperlukan
karena manusia itu mempunyai banyak segi terselubung dan merupakan teka-teki
(human enigma) Sehingga diperlukan ilmu yang banyak dan keterampilan beragam
untuk mendekatinya. (3) Penguasaan keterampilan konseling. Pada setiap tahap
konseling (tahap 1, 2, 3) terdapat teknik-teknik konseling yang harus dikuasai
konselor. Paiing tidak ada 20 teknik konseling Penggunaan teknik-teknik konseling
yang bervariasi dan berganda, amat penting. Mengenai hal ini akan dijelaskan pada
Bab VIII E. Konseling Pengembangan dan Islam Konseling sebagai proses membantu
individu agar berkembang memiliki beberapa prinsip yang penting yaitu :
1. Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup. Upaya Melibatkan Klien Yang
paling penting dalam hubungan konseling adalah agar konselor mampu melibatkan
klien secara klien sudah terlibat dalam proses konseling, maka ia akan terbuka dan
jujur (disclosed), sehingga dengan mudah menyatakan penuh (dengan jiwanya).
Kalau perasaan, pengalaman dan idenya. Untuk melibatkan klien sehingga ia terbuka,
diperlukan beberapa yaitu, kepribadian dalam konselor berkomunikasi, syarat
pengetahuan/wawasan tentang klien dan keterampilan atau teknik konseling yang
bervariasi.
-Asli/jujur, yaitu perilaku dan kata-kata konselor tidak dibuat-buat akan tetapi asli dan
jujur sesuai dengan keadaannya.
- Memahami keadaan klien, mampu memahami kekuatan dan kelemahannya
(2) Ilmu dan wawasan positif tanpa syarat Ilmu konseling amat banyak didukung oleh
ilmu-ilmu tentang manusia seperti filsafat manusia, agama, psikologi, antropologt,
sosiologi dan seni peran. Hal ini diperlukan karena manusia itu mempunyai banyak
segi terselubung dan merupakan teka-teki (human enigma) Sehingga diperlukan ilmu
yang banyak dan keterampilan beragam untuk mendekatinya.
Dalam bab ini dijelaskan mengenai pendekatan-pendekatan dalam konseling, namun terdapat
beberapa kekurangan dari pendekatan itu. Salah satu contohnya, seperti pendekatan
Psikoanalisa. Dalam pendekatan ini seharusnya terdapat 3 hal yaitu: stuktur, dinamika, dan
perkembangan kepribadian. Namun di dalam buku ini struktur dimasukkan ke dalam
pembahasan dinamika, seharunya dibahas dalam strukturnya bukan dalam dinamika. Begitu
pun dengan perkembangan kepribadian yang lagi-lagi dimasukkan ke dalam pembahasan
dinamika, seharusnya pembahasan terpisah sesuai dengan topiknya. Selain itu, terdapat
kekurangan dalam pendekatan Gestalt, seharusnya terdapat teknik-teknik konseling Gestalt
seperti:
1. Permainan Dialog
3. Bermain Proyeksi
4. Teknik Pembalikan
Dalam bab ini dijelaskan tentang kualitas dan pendidikan konselor. Dimana kualitas
konselor sangat diperhatikan dimulai dari kepribadian, pengetahuan, wawasan, keterampilan
dan nilai-nilai yang dimilikinya dalam menjalankan proses konseling dengan mencapai tujuan
yang efektif. Sudah jelas sekali bahwasannya bahwa kualitas konselor adalah keunggulan
yang dilihat dalam proses konseling, untuk itu sikap konselor sebaiknya ramah, sopan,
berwawan luas untuk memberikan informasi kepada kliennya, selalu senyum ketika
menghadapi klien dengan berbagai permasalahannya dan mampu memberikan bantuan serta
arahan dalam mengatasi masalah kliennya. Namun dalam bab ini juga terdapat kekurangan
mengenai pendidikan konselor yang tidak dijelaskan secara rinci, bagaimana jika ada
konselor yang membuka praktek sendiri namun dilihat secara akademik belum memenuhi
kriteria-kriteria tertentu.
Dalam pembahasan ini mengenai karakteristik klien, disini dijelaskan secara rinci mulai
dari keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu:
Kelebihan dari bab ini adalah dijelaskan seluruh bagian dari masing-masing
pembahasan, sehingga dapat dipahami dengan jelas apa saja yang termasuk dalam
karakteristik klien itu sendiri. Dari yang sebelumnya tidak tahu tentang Peranan Negosiasi
dalam Konseling menjadi tahu bahwa negosiasi adalah upaya untuk “membujuk” agar klien
merasa aman, senang, dan mau diajak bicara mengenai dirinya. Sehingga diperlukan konselor
yang mampu dalam menangani berbagai macam karakteristik klien dengan mempelajari
berbagai karakteristik klien.
Dalam bab ini dijelaskan mengenai Perilaku Nonverbal, yaitu sebagai gerakan bahasa
tubuh, gerak isyarat. Perilaku Nonverbal sangat diperlukan oleh konselor untuk memahami
makna bahasa tubuh/ lisan yang diucapkan dari seorang klien. Dengan memahami perilaku
nonverbal, diharapkan konselor mampu mengetahui permasalahan apa yang sedang klien
hadapi, dan bisa membantu dalam memecahkan masalah tersebut. Dalam bab ini terdapat
kekurangan, mengenai penulisan judul bab yang seharusnya Perilaku Nonverbal dan yang
tertuang dalam buku ini adalah penulisan Bab III Pendekatan-Pendekatan Konseling. Dalam
hal ini kurangnya ketelitian dalam menulis buku ini, diharapkan mampu diperbaiki dengan
baik, agar yang membaca tidak bingung.
Dalam pembahasan bab ini adalah Kreativitas Konselor Dalam Mengambil Keputusan.
Kreativitas itu kemampuan untuk memunculkan hal-hal yang baru dalam kondisi yang lama
dan bersifat spontan. Disini seorang konselor diperlukan memiliki kreativitas dalam
mengambil keputusan. Misalnya terdapat klien yang memiliki masalah yang begitu rumit,
disini konselor harus mendengarkan apa yang disampaikan klien dengan aktif dan
memperhatikan setiap kata-kata yang keluar pada pembicaraan klien. Setelah klien
menyampaikan berbagai informasi yang disampaikan kepada konselor, kemudian konselor
memunculkan alternatif-alternatif untuk membangkitkan dan membantu klien menghilangkan
pola lama yang tidak baik untuk dikonsumsi terlalu lama, dan memudahkan terjadinya proses
pengambilan keputusan, dan menemukan solusi yang mengarah guna untuk memecahkan
masalah. Konselor harus mampu berkreativitas dalam mengambil keputusan secara spontan
yang sedang dialami klien, tidak terlalu lama mengambil keputusan karena bisa menyebabkan
klien merasa jenuh.
Dalam bab ini sangat diperlukan mengenai teknik-teknik Konseling, karena dengan
menguasai teknik-teknik konseling individual akan lebih mudah menjalankan proses
bimbingan dan konseling. Terdapat beberapa kelebihan pada bab ini, diantaranya:
Dalam bab ini dijelaskan tentang Manual dan Prosedur Microtraining, yang merupakan
latihan sistematik. Digunakan dalam teknik konseling dengan diberikan manual dan prosedur
latihannya. Dimana peran konselor dalam melakukan attending mampu meningkatkan harga
diri klien, menciptakan suasana aman bagi klien, memberikan keyakinan kepada klien bahwa
konselorlah tempat untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya. Sehingga klien
terbuka dalam menceritakan permasalahan kepada konselor, dimana perilaku attending dari
konselor pun tentunya harus diperhatikan perilaku non verbal seperti kontak mata, bahasa
lisan dan gerak tubuh.
A Pengantar Praktik
konseling adalah pekerjaan profesional. Karena itu bagi seorang konselor dituntut
pemahaman secara menyeluruh tentang tujuan, struktur, dan proses konseling. Terutama yang
harus dikuasai oleh konselor adalah:
(3) Kemampuan melibatkan klien dalam pembicaraan yang mana klien cukup terbuka dan
jujur (4) Kemampuan membuka awal konseling yang dapat mengungkap permasalahan atau
isu pokok dari klien
(6) Mengakhiri proses konseling yang bermakna, yakni menurunnya kecemasan klien dan
adanya rencana hidup klien selanjutnya. Dengan kata lain tujuan konseling adalah tujuan
klien. Dalam praktik konseling selama ini tercermin masih banyaknya konselor yang belum
mencapai tujuan sebagaimana diharapkan klien, karena lemahnya kemampuan teori dan
keterampilan. Khusus kelemahan dibidang keterampilan konseling, terlihat dalam respon
konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal.
Dalam pembahasan bab ini adalah Analisis Proses Konseling Dalam Studi Kasus.
Dijelaskan bahwa tujuan dari bab ini yaitu untuk memberikan analisis kasus yang ditangani
calon konselor dan konselor khususnya di sekolah dan di luar sekolah. Jadi tujuan ini
diharapkan para calon konselor dan konselor mampu menganalisis studi kasus yang ada di
sekolah dengan cara wawancara konseling, catatan yang dibuat, baik dengan analisis refleksi,
empati dan sebagainya. Agar upaya konselor untuk mendekati klien untuk mencapai rapport
(hubungan akrab antara konselor-klien).
BAB 11 PRAKTEK PROFESIONAL DAN ETIKA KONSELING
A Profesionalisasi Konseling
1. Sejarah Singkat Konseling adalah profesi abad ke-20 (Blocher, 1987). Ungkapan ersebut
telah menjadi kenyataan di AS. Untuk menjadikan konseling suatu profesi. harus melalui
proses yang panjang dan berliku. Artinya diperlukan kerja keras agar memenuhi persyaratan
untuk organisasi, hadan akreditasi, badan yang menguji calon konselor, serta memenuhi etika
dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Setelah perang Dunia II selesai, banyak sekali anak
muda eks milisi pulang kampung. Mereka memerlukan pekerjaan dan selanjutnya
berkeluarga. Mereka membutuhkan uang untuk membiayai diri dan keluarga. Masyarakat
mengeritik bertubi-tubi pemerintah negara bagian dan federal agar mencarikan solusi
terhadap para penganggur muda
Dalam bab ini dijelaskan tentang Praktek Profesional dan Etika Konseling.
Perkembangan profesi konseling diantaranya konseling yang mampu mengembangkan
potensi klien, dimana kita ketahui bahwa sebenarnya potensi klien ada dalam diri klien itu
sendiri dan kita membantu untuk mengambangkan potensi yang ada dalam diri klien. Sebagai
konselor sudah seharusnya menghargai klien demi mencapai kemandirian, kembangkan
kreatif dalam diri klien, melakukan hal yang produktif, itu semua dilakukan oleh diri klien
sendiri guna dapat memecahkan masalahnya sendiri dan merasa senang. Selain itu hubungan
antara konselor dan klien harus dibatasi dengan adanya etika susila. Menjadi point penting
dengan dijelaskannya kode etik konseling menjadi kelebihan dari bab ini, sehingga para
pembaca mengetahui kode etik hubungan konselor dan klien.
Hasil dari study Dani (1984) dan Ineu Meryati (1996) mahasiswa jurusan PPB-IKIP
Bandung, atas bimbingan penulis, meneliti mengenai kemampuan guru-guru pembimbing
SMA di Jawa Barat dalam memberikan konseling terhadap para siswa telah membuktikan
hal-hal berikut ini.
A. Praktek Konseling
Praktek konseling adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan keterampilan
konseling kepada para calon konselor agar terampil memberikan bantuan terhadap
kliennya, sehingga klien tersebut berkembang dan punya rencana masalahnya, dan
mampu menyesuaikan diri. hidup, mandiri, mampu mengatasi.
(3) Pelatihan:
BAB 1
KONSEP DASAR MICROTEACHING
A.Pengertian Microteaching
Microteaching berasal dari dua kata, micro dan teaching. Micro berarti kecil, terbatas,
sempit, dan sedikit. Teaching berarti mengajar. Dengan demikian, microteaching adalah
kegiatan mengajar dengan segala aspek pengajarannya di perkecil atau disederhanakan
sehingga tidak serumit kegiatan mengajar biasa.
Dari pandangan beberapa ahli juga dapat disimpulkan bahwa microteaching dapat
diartikan sebagai model pelatihan guru/calon guru untuk menguasai keterampilan mengajar
tertentu melalui proses pengajaran yang sederhana.
B.Karakteristik Microteaching
1. Microteaching is real teaching
2. Microteaching lessons the complexities of normal classroom teaching
3. Microteaching focuses on training for the accomplishment of specific tasks
4. Microteaching allows for the increased control of practice
5. Microteaching greatly expands the normal knowledge of results or feedback dimension in
teaching
C.Fungsi Microteaching
• Memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar
• Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke
lapangan
• Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam
keterampilan dasar mengajar
D.Tujuan Microteaching
E.Manfaat Microteaching
BAB II
PELAKSANAAN MICRO TEACHING
B.Komponen Microteaching
• Teacher trainee
• Observer
• Student
• Supervisor
Prasyarat yang utama yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksaan microteaching adalah
laboratorium. Laboratorium sangat penting sebagai tempat percobaan, pelatihan, dan
penilaian ilmiah. Selain itu, prasyarat yang lain adalah ruang observasi, ruang operator, dan
ruang proyeksi.
(1) Fase akuisisi pengetahuan; (2) fase akuisisi keterampilan; (3) fase transfer
LCMT merupakan singkatan dari learner-centered micro teaching. Model LCMT adalah
model pelaksanaan microteaching yang berpusat pada pembelajar. Model ini menghendaki
microteaching melibatkan peran aktif teacher trainee mulai dari proses berpikir, membuat
keputusan, melakukan aktivitas, sampai dengan evaluasi mengajar.
BAB III
SIKLUS MICROTEACHING
Meliputi :
PLAN->TEACH->FEEDBACK->RE-PLAN->RE-TEACH->RE-FEEDBACK
BAB IV
PENILAIAN MICROTEACHING
A.Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil prestasi belajar.
B.Tujuan Penilaian Microteaching
1. Menentukan tingkat pencapaian kemampuan dasar
2. Menilai peningkatan dan perkembangan kemampuan siswa
3. Mendiagnosis kesuitan belajar
4. Mendorong mahasiswa belajar mengembangkan rencana pembelajaran
5. Mendorong dosen agar lebih meningkatkan pembimbing yang baik
6. Memberikan informasi kepada UPPL seabagai masukan dalam menentukan kebijakan
pelaksanaan praktik mengajar mikri di sekolah/lembaga
C.Prinsip Penilaian Microteaching
• Valid dan reliable
• Objektif
• Adil
• Terbuka
• Bermakna
• Edukatif
• Berkesinambungan
D.Komponen dan Teknik Penilaian
- Komponennya meliputi : orientasi dan observasi, rencana pembelajaran, dan praktik
microteaching
- Tekniknya meliputi : teknik tes dan teknik notes
BAB V
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Keterampilan dasar mengajar antara lain :
1. Membuka dan menutup pelajaran
2. Menjelaskan
3. Mengadakan variasi
4. Memberikan penguatan
5. Bertanya
6. Mengelola kelas
7. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
8. Membimbing diskusi kelompok kecil
BAB VI
PENGELOLAAN BELAJAR DALAN MACROTEACHING
A.Pesan Guru dalam Pengajaran
- Guru sebagai demonstrator
- Guru sebagai fasilitator
- Guru sebagai motivator
- Guru sebagai pemacu belajar
- Guru sebagai perekayasa pembelajaran
- Guru sebagai pemberi insprasi
B.Pengelolaan Siswa
1.Mengenal keragaman karakteristik siswa yang meliputi: kecakapan siswa, gaya belajar, dan
kepribadian siswa
2. Belajar secara klasikal, kelompok, dan individual
3.Mengaktifkan siswa
Pengelolaan waktu mengajar harus dikaitkan dengan banyaknya kompetensi yang harus
dikuasai siswa dan kerumitan kemampuan siswa yang akan dikembangkan. Pengelolaan
waktu belajar dirancangdalam bentuk kalender pendidikan. Kalender pendidikan merupakan
pengaturan waktu pembelajaran selama satu tahun pelajaran.
PEMBAHASAN
KEKURANGAN BUKU
kekurangan pun kelak ada berdampingan. Adapun kekurangan yang terdapat buku ini adalah
dibuku ini membahas bahwa kondisi di Indonesia itu menerapkan mengenai humanistik-religius,
yang membahas bahwa bimbingan dan konseling itu menjurus kepada pengembangan potensi dan
penyerahan diri kepada Allah SWT. Namun, pembahasan proses Konseling Islami jarang disinggung
lagi dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya. Tatanan praktis yang ada dalam buku ini menjadi
kurang lengkap rasanya. Terlebih lagi khususnya bagi kami sebagai mahasiswa jurusan Bimbingan
dan Konseling Islam
KELEBIHAN BUKU
Kelebihan yang terdapat dalam buku ini ialah pembahasan konseling individual yang
dibahas secara praktis dan memiliki cakupan yang luas. Karena didalamnya dibahas
keseluruhan bagaimana kegiatan proses konseling baik konseling dalam pendidikan, dsb.
Kepraktisan buku ini dapat dilihat juga dengan banyaknya contoh dan studi kasus pada setiap
pembahasan bagaimana proses konseling itu berlangsung, hingga sampai si pembaca dapat
melihat langsung contoh analisis proses kegiatan konseling. Setiap akhir dari pembahasan
dibuat contoh beserta penjelasannya itu seperti apa. Dalam buku ini pula tidak begitu banyak
memaparkan teori-teori, namun ranah praktis inilah yang ditonjolkan. Hal ini memberikan
kemudahan bagi kita untuk memahami proses konseling yang sebenarnya itu seperti apa dan
tidak lagi membingungkan kita bagaimana praktek konseling itu seharusnya berlangsung
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bukunya bahwa menurut Prof. Sofyan S.
Willis dengan adanya buku ini baik bagi seorang konselor pendidikan maupun konselor
umum/masyarakat dapat diterapkan dibidangnya masing-masing. Dan bahkan ada sifat dan
cara menangani “klien” sesuai bidang pekerjaan seperti kedokteran, dunia usaha, dan
pendidikan. Jika dibaca buku ini, berarti semua orang perlu karena harus berinteraksi dan
membantu orang lain. Cara penulis menyampaikan pesan ini secara umum bahwa buku ini
diperuntukkan bagi siapa saja yang melakukan komunikasi dan interaksi antar manusia, dan
penyampaian materi yang dipaparkan dalm buku “Konseling Individual” ini cukup terperinci.
Selain itu, penulisan buku ini juga senantiasa disesuaikan dengan kondisi di Indonesia seperti
apa dan bagaimana. Sehingga gagasan yang disampaikan lebih riil dan mudah dipahami
apalagi untuk para calon konselor.
Buku ini berjudul “Konseling Individual”, yang mengadung makna bagaimana seseorang
berbicara dengan orang lain dengan tujuan untuk membantu agar terjadi perubahan perilaku
positif dari orang yang dibantu (klien). Dalam konseling individual, baik klien maupun
konselor harus bekerjasama agar klien dapat memahami diri dan permasalahannya serta
mampu mengembangkan potensi positif dalam dirinya. Selanjutnya konselor harus memiliki
keterampilan konseling, dan memahami betul struktur proses tahapan dalam konseling.
DAFTAR PUSTAKA