Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

OBESITAS PADA ANAK


DOSEN: dr. KARTINI, Sp.A

DISUSUN OLEH:

RIRI NIRMALA SARON

04.2019.082

Kelas C

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun

makalah ini tepat pada waktunya Makalah ini membahas Obesitas pada

Anak.

Pada dasarnya makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan

pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang Obesitas pada

Anak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

sekalian.

Palopo, 1 November 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 

           Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup

sebagai tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk

menandakan seseorang hidup berkecukupn. Namun sekarang obesitas telah

menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnya berbagai komplikasi

penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian

khusus badan kesehatan dunia

Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi

juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh

pada pria dan wanita cenderung berbeda.Wanita cenderung menimbun

lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti

buah pir.Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut,

sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Masalah ini yang

menjadikan bahasan dalam asuhan keperawatan dengan obesitas menjadi

sangat menarik untuk di angkat dan di pelajari kelompok kami, semoga apa

yang kami tulis dalam karya kami dapat menjadi sesuatu yang berguba bagi

kami mahasiswa keperawatan khususnya dan khalayak ramai  pada umunya.

2. Rumusan Masalah 

Apa yang dimaksud dengan Obesitas?

Faktor apa saja yang bisa menyebabkan Obesitas ?

Bagaimana cara penanganan anak yang Obesitas?


3. Tujuan Penulisan 

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, yaitu:

Memahami konsep dan karakterisitik Obesitas

Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Obesitas

Mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan agar pertumbuhan

anak bisa berkembang dengan baik dan sehat.


BAB II

ISI

A.    PENGERTIAN OBESITAS DAN PENYEBABNYA


Obesitas atau kegemukan yang berlebih dimaknai berbeda bagi setiap

orang. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan berdasarkan beberapa

pengukuran tertentu. Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak

yang ditandai dengan barat badan di atas rata-rata dari Indeks Massa

Tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal. Indeks Massa

Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian

dibagi dengan kuadrat dari besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT

di atas 25 kg/m2, maka anak tersebut menderita obesitas.

Obesitas pada anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT.

Terkadang seseorang anak terlihat gemuk, namun belum tentu disebut

obesitas. Beberapa metode dan teknik diagnosis dapat dilakukan untuk

menilai apakah anak gemuk sudah memasuki tahap obesitas atau

hanya over weight.
Patokan BMI untuk obesitas pada anak bervariasi sesuai jenis kelamin

dan usia. Ketika anak mencapai usia dewasa, patokan BMI

untuk overweight dan obesitas adalah 25 dan 30.

·       Underweight: BMI kurang dari persentil 5 untuk jenis kelamin dan usia

·       Berat badan normal: BMI antara persentil 5-85 untuk jenis kelamin dan usia

·       Overweight: BMI antara persentil 85 dan 95 untuk jenis kelamin dan usia

·       Obesitas: BMI persentil 95 atau lebih untuk jenis kelamin dan usia

·       Sangat obesitas: BMI lebih dari persentil 99 untuk jenis kelamin dan usia

(Barlow Se, 2007), (Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010).

Anak yang memiliki masalah dengan berat badan disebabkan oleh

beberapa faktor obesitas. Faktor obesitas ialah faktor yang menjadi penentu

atau faktor risiko bagi seorang anak untuk bisa terkena obesitas. Semua

anak yang nafsu makannya lebih banyak ternyata tidak semua menjadi

gemuk dan mengalami obesitas. Masing-masing anak mengalami sistem

metabolisme yang berbeda satu sama lain. Anak yang memiliki kecepatan

metabolisme lebih lambat memiliki risiko lebih besar menderita obesitas.

Beberapa penyebab obesitas pada anak adalah:

1)   Faktor genetik

Merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Bila ayah

atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anak.

2)   Makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan

Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-

anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau  fast food bahkan

banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi apabila

makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti ini umumnya

mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang

tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis

dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan

gizinya buruk untuk anak.


Makanan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki kandungan

gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan

cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah.

Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau

makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.

1)                             Minuman ringan

Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti

memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat

bertambah apabila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan

menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.

2)                             Kurangnya aktivitas fisik

Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak

umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari,

melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan

game elektronik, komputer, Internet, atau televisi yang cukup dilakukan

dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang

menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan

kelebihan berat badan.


B.       EPIDEMIOLOGI / PREVALENSI OBESITAS PADA ANAK

Di negara dengan keadaan ekonomi yang telah maju, obesitas

merupakan masalah gizi yang penting. Di Indonesia kasus obesitas biasanya

terdapat pada anak dari keluarga yang ekonominya tergolong mampu.

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi tersering pada

bayi, anak umur 5-6 tahun dan golongan remaja, terutama pada perempuan.

Obesitas pada anak lebih sering ditemukan pada keluarga dengan kedua

orang tua atau salah seorang (terutama ibu) yang juga menderita obesitas

Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat

dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%.

Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia

adalah 6% dan 10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4%, dan di Inggris adalah

22-31% dan 10-17%, tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi

obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi

19%.

Di Indonesia, prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS

menunjukkan peningkatan baik di perkotaan maupun perdesaan. Di

perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan.

Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk

perempuan. Prevalensi obesitas tahun 1995  di 27 propinsi adalah 4,6%.

Di DKI Jakarta, prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya

umur. Pada umur  6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak

remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%, dan pada umur 17-18 tahun 11,4%.

Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%)

dibanding lelaki (3,1%). Pada penelitian Djer 1998, prevalensi obesitas anak

di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%.  Penelitian

mutakhir yang dilakukan oleh Meilany 2002, menunjukkan prevalensi

obesitas anak di tiga SD swasta di kawasan Jakarta Timur sebesar  27,5%.

Menurut data rekam medik, kasus baru obesitas yang datang di poliklinik Gizi
Anak Bagian IKA FKUI-RSUPNCM dalam periode tahun 1995-2000 adalah

sebanyak 100 pasien, dan 35% di antaranya  adalah balita (Staf Pengajar

Ilmu Kesehatan Anak, 1989).  

C.               ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Anak yang obesitas, terutama apabila pembentukan jaringan

lemaknya (the adiposity rebound) terjadi sebelum periode usia 5-7 tahun,

memiliki kecenderungan berat badan berlebih saat tumbuh dewasa. Sama

seperti orang dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena

ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar, terlalu

banyak makan, atau terlalu sedikit beraktivitas, ataupun keduanya. Akan

tetapi berbeda dengan orang dewasa, berat badan anak pada kasus

obesitas tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus

menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Laju

pertumbuhan berat badan sebaiknya dihentikan atau diperlambat sampai

proporsi berat terhadap tinggi badan mencapai normal. Perlambatan ini

dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak

olahraga.

Kepada anak yang rakus makan dan terlanjur gemuk, bukan berarti

dunia sudah kiamat. Kuncinya ada pada keluarga. Ada banyak cara untuk

mengendalikan kegemukannya.

1.  Berilah susunan makanan yang sehat secara seimbang, awasi kebiasaan

makannya, jangan berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi seperti

gorengan. Pilihlah daging yang tidak berlemak, misalnya sebelum dimasak

dan disajikan; Buanglah lemak (visible fat) dan kulit pada daging ayam.

2.  Berikan banyak sayuran dan buah setiap makan. Jangan banyak diberikan

masakan yang memakai banyak lemak (misalnya bersantan kental).

3.  Upayakan banyak kesempatan beraktivitas fisik, terutama kegiatan di luar

ruangan (outdoor) seperti berlari, berenang, atau bermain bersama teman,


bermain bola, dan lain-lain. Kurangi jam untuk menonton TV. Jangan berikan

banyak makanan dan minuman manis, karena ini adalah sumber kalori yang

dapat meningkatkan berat badan.

Seandainya upaya di atas tidak berhasil, konsultasikan dengan dokter

atau ahli gizi bagaimana solusinya yang terbaik. Hindari pemakaian pil

penurun berat badan karena ini berbahaya (IH, Nurul, 2009).

D.               PROGRAM GIZI YANG TELAH DILAKSANAKAN

Obesitas pada anak telah menjadi salah satu masalah kesehatan paling penting

di banyak Negara (AN, 2010). Dan seiring dengan meningkatnya obesitas, meningkat

pula penyakit-penyakit yang terkait dengannya. Karena itu, peran dokter dan perawat

anak dalam mendidik orang tua mengenai obesitas, mengenali obesitas dalam praktik

sehari-hari, dan menangani obesitas beserta penyakit yang seringkali menyertainya

menjadi sangat penting.

American Medical Association Health Resources and Services

Administration, and the Centers for Disease Control and Prevention in 2007

merekomendasikan penyuluhan kesehatan bagi anak dengan obesitas tentang

pentingnya pengkajian , pencegahan dan terapi anak dan remaja

dengan overweight dan obesitas. Tahun 2010 The US Preventive Service Task

Force (USPSTF) merekomendasikan skrining untuk anak-anak dan remaja (Mc

Donald. O”Brien. Mitchell.Simon : 2011). Oleh karena itu perlunya dilakukan

screening dan manajemen obesitas anak untuk menekan angka obesitas yang

sewaktu-waktu bisa meledak sehingga komplikasi akibat obesitas bisa diantisipasi

dan diminimalkan lebih awal. Screening dapat dilakukan lebih dini dengan teknologi

informasi kesehatan sehingga manajemen obesitas yang meliputi pemantauan berat

badan, pengaturan asupan makanan dan cairan serta terapi medis bisa dilakukan

secara komprehensif.

Sistem informasi kesehatan dalam screening dan manajemen obesitas dimulai

dengan pengisian grafik pertumbuhan sesuai berat badan yang akan dikonversikan
dengan bodi mass index. Ketika anak dinyatakan obesitas maka system ini akan

memberikan sinyal bahwa anak ini mengalami obesitas. Selanjutnya data hasil

laboratorium akan diakses dan ringkasan hasil visite akan diprint sebagai

dokumentasi. Semua data disimpan dalam bentuk electronic health records (EHRs).

EHRs digunakan untuk mengakses informasi kesehatan terkait dengan klien.

Kemudian klien diberikan penjelasan apa yang harus dilakukan terkait manajemen

obesitas. Penjelasan itu bisa diklik pasien atau keluarga dari manapun untuk

mengetahui pengaturan asupan makanan, cairan dan aktivitas (US Preventive

Services Task Force. 2010). Data  lain yang dapat diakses adalah pemberian terapi,

perkembangan berat badan, hasil konsultasi dengan dokter terkait terapi dan diet,

bahkan saat itu klien dan keluarga dapat berkomunikasi terkait dengan permasalahan

yang dialami klien. Selanjutnya pasien dapat mengakses penjelasan yang diberikan

dan dapat diprint out. Data ini menjadi pedoman dalam terapi serta pemantauan

obesitasnya.

Selain sebagai screening dan managemen obesitasnya, alat ini dapat mengakses

konseling pasien terkait penanganan obesitasnya. Materi konseling dapat diakses

pasien dan keluarga dari manapun juga dan dapat diprint out. Klien dapat bertanya

dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dokter anak terkait obesitas anaknya.
BAB III

PENUTUP

A.              KESIMPULAN

                        Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai

dengan barat badan di atas rata-rata dari Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass

Index) yang di atas normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara

mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari besar tinggi

anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2, maka anak tersebut

menderita obesitas. Anak yang nafsu makannya lebih banyak ternyata tidak semua

menjadi gemuk atau menjadi obesitas. System metabolism anak berbeda-beda,

anak yang kecepatan metabolismenya lambat akan lebih berisiko menjadi obesitas.

Factor-faktor obesitas di antaranya adalah Faktor genetic, makanan cepat saji dan

makanan ringan dalam kemasan, minuman cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik.

               Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga

dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Di Indonesia, prevalensi

obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di

perkotaan maupun perdesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6%

lelaki dan 5,9% perempuan. Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk

perempuan. Prevalensi obesitas tahun 1995  di 27 propinsi adalah 4,6%.

      Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukan pada anak; Berilah susunan

makanan yang sehat secara seimbang, berilah banyak buah dan sayuran setiap

makan, upayakan banyak kesempatan beraktivitas fisik terutama di luar ruangan.

            Sistem skreening dan manajemen obesitas pada anak melalui metode

komputerisasi sangat penting dilakukan untuk membantu orang tua dalam

memantau pertumbuhan berat badan, asupan makanan dan cairan serta konseling.

Orang tua menjadi faktor utama dalam pengaturan diet serta berperan sebagai

konseling bagi anaknya sendiri. Berbagai permasalahan terkait obesitas bisa

ditanyakan orang tua tanpa harus pergi ke klinik untuk konsultasi. Bahkan hasilnya

dapat diprint out.


B.               SARAN

Obesitas yang dialami oleh anak tidak hanya menimbulkan masalah dalam

segi kesehatan namun juga menjadi masalah psikis. oleh karena itu orang tua harus

memiliki kesadaran untuk menkontrol pola makan ataupun gaya hidup anak mulai

dari sejak dini, agar anak tidak mengalami gangguan secara psikisnya ataupun

fisiknya pada saat dia tumbuh dewasa. Orang tua juga harus memiliki pengetahuan

tentang gizi seimbang dengan baik.

Program screening dan manajemen obesitas pada anak melalui komputer

sangat cocok diterapkan di Indonesia karena jumlah anak dengan obesitas di

Indonesia sama tingginya dengan jumlah anak dengan gizi buruk. Penanganan

obesitas bisa lebih cepat dilakukan, serta orang tua bisa mengakses materi

konseling dan dapat diprint. Kelemahan system ini adalah terkait dengan

pembayaran jasa konsultasi dan terapi, karena semuanya bisa diakses di manapun

dan kapanpun tanpa harus datang ke klinik, puskesmas ataupun rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

AN, 2010, Meningkat.Fenomena.Anak.Obesitas, diakses tanggal 24 Maret 2012  jam 14.00

WIB dari http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/25/10374224/

Barlow Se.  2007. Expert Committee Recommendations Regarding the Prevention,

Assesment, and Treatment of Child and Adolescent overweight and Obesity:

Summary Report. US: Pediatrics

IH. Nurul, 2009, Overweight/obesitas pada Anak, diakses tanggal 24 Maret 2012 jam 14.05

WIB dari http://www.sehatgroup.web.id/?p=198

Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010. Adoption of body-mass index

guidelines for Screening and Counselingin pediatric practice.

US:Pediatrics.

Mc Donald. O”Brien. Mitchell.Simon.,2011. Health Information Technology to Guide

Pediatric Obesity Management. USA: SAGE.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak: Gizi

Obesitas, Jilid I.  Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. hal: 366-369

US Preventive Services Task Force. 2010. Screening for obesity in children

and adolescent. US Preventive Services Task Force

Recommendation statement.

Dr.Soetjiningsih,SpAk.1995. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta.EGC 

http://dieyachsyam.blogspot.com/2013/09/obesitas-pada-anak.html (di

akses pada Tanggal 6 Desember 2014)

https://echyners.wordpress.com/2013/06/22/makalah-obesitas/ (diakse

s pada Tanggal 6 Desember 2014)

NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006

Anda mungkin juga menyukai