Hal tersebut
didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan
dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Menurut bank sentral, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat terus
merosot. Akibatnya standar hidup masyarakat turun dan menjadikan semua orang, terutama
orang miskin, bertambah miskin. Tak hanya itu, inflasi yang tidak stabil menciptakan
ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Sejarah memperlihatkan
bahwa inflasi yang tak terkendali menyulitkan keputusan masyarakat dalam menentukan
konsumsi, investasi, dan produksi. Ujungnya, pertumbuhan ekonomi bisa terpangkas.
Untuk itu, Bank Indonesia merancang kebijakan moneter untuk mengelola tekanan harga
yang berasal dari sisi permintaan aggregat relatif terhadap kondisi sisi penawaran. Langkah
ini untuk merespons kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan
sementara atau temporer yang akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya
waktu.
Sementara inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran
ataupun yang bersifat kejutan (shocks) seperti kenaikan harga minyak dunia dan adanya
gangguan panen atau banjir. Dari bobot dalam keranjang IHK, inflasi yang dipengaruhi oleh
faktor kejutan diwakili oleh kelompok volatile food dan administered prices yang mencakup
kurang lebih 40 % dari bobot IHK. Dengan demikian, kemampuan Bank Indonesia untuk
mengendalikan inflasi sangat terbatas apabila terdapat kejutan (shocks) yang sangat besar.
Hal ini terlihat, misalnya, ketika terjadi kenaikan harga BBM pada 2005 dan 2008 yang
cukup tinggi sehingga menyebabkan adanya lonjakan inflasi. Lantaran laju inflasi juga
dipengaruhi oleh faktor yang bersifat kejutan tersebut, bank sentral menekankan perlunya
pencapaian sasaran inflasi melalui kerja sama serta koordinasi antara pemerintah dan BI.
Langkah ini meliputi kebijakan makroekonomi yang terintegrasi dari kebijakan fiskal,
moneter, maupun sektoral. Upaya ini penting mengingat karakteristik inflasi Indonesia cukup
rentan terhadap kejutan-kejutan dari sisi penawaran.
Seperti dipaparkan dalam laman BI, kolaborasi antara pemerintah dan bank sentral terwujud
melalui Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di
tingkat pusat sejak 2005. Anggota TPI terdiri dari Bank Indonesia dan kementerian teknis.
Mereka yang dari eksekutif seperti Kementerian Keuangan, Perdagangan, Pertanian,
Perhubungan, Tenaga Kerja, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Tiga tahun
kemudian, pembentukan TPI diperluas hingga ke daerah.
Untuk menjaga tingkat kestabilan tadi, pemerintah dan Bank Indonesia menetapkan
target inflasi. Ini merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai. Adapun penetapan
target inflasi dilakukan oleh Pemerintah.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah di bidang
moneter (keuangan) yang tujuannya untuk menjaga kestabilan moneter agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan moneter meliputi.
Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan
menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan persediaan uang kas pada bank-
bank. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
b. Kebijakan Diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara
meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk
menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang
sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah
surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat
mengurangi tingkat inflasi.
2. Kebijakan Fiskal
Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan
akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk
rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat
konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.
3. Kebijakan Lainnya
Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat
berakibat terjadi pasar gelap (black market).
Sumber :
https://katadata.co.id/berita/2019/09/02/inflasi-dan-upaya-penting-stabilitas-ekonomi
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-3-cara-mengatasi-inflasi-dengan-kebijakan-yang-tepat/