Latar Belakang
Carl Ransom Rogers lahir pada 8 Januari 1902 di Oak Park,Ilinois,
anak keempat dari dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan
Julia Cushing Rogers. Carl lebih dekat dengan ibunya dari pada ayahnya,
karena kesibukan pekerjaan ayahnya. Rogers menyukai pertanian ketimbang
sastra dan arsitektur. Namun setelah bosan bergelut dibidang pertanian,
Rogers beralih kepada agama. Perjalanan untuk menghadiri konferensi-
konferensi keagamaan mengubahnya menjadi seorang pemikir yang liberal
dan mendorongnya menjadi independensi dari dari pandangan-pandangan
keagamaan orang tuanya.
Kebutuhan akan anggapan positif dari orang lain adalah sebuah kebutuhan
yang dipelajari dan di kembangkan di masa bayi awal. Anggapan positif
disini berarti persepsi mengalami diri sendiri menciptakan perbedaan positif
di medan eksperimental orang lain. Dalam banyak kesempatan, ada banyak
kecenderungan bahwa perilaku orang-orang muda mengalami (experiecing)
pengalaman mereka bertepatan dengan anggapan positif dari orang lain dan
oleh sebab itu memenuhi kebutuhan mereka akan anggapan positif. Misalnya,
tersenyum kepada orang tua mungkin merefleksikan pengalaman yang
menyenangkan dan sekaligus menghasilkan anggapan positif.
Akan tetapi, pada kesempatan lain, orang-orang muda mungkin merasa
bahwa experiecing mereka bertentangan akan kebutuhan anggapan positif
dari significant others. Rogers memberikan contoh anak yang merasa puas
dengan memukul adiknya, tetapi mendapatkan kata-kata dan tindakan orang
tuanya mengatakan “kamu jahat”, perilakumu buruk, dan kau tidak dicintai
kalau berperilaku seperti itu.” Hasilnya adalah bahwa anak itu tidak
mengakui nilai menyenangkan dari memukul adiknya yang berasal dari
pengalamannya sendiri, tetapi kemudian melekatkan nilai negatif pada
oangalaman itu pada sikap orang tuanya dan kebutuhannya akan anggapan
positif.
Kehidupan Keluarga
Maintenance (pemeliharaan)
Pemprosesan Pengalaman
Pentingnya Self-concept
5. Klien menjadi lebih fleksibel dalam persepsinya dan tidak lagi keras
diri sendiri.
9. Klien jadi lebih sanggup menerima keberadaan orang lain apa adanya.
10. Klien jadi lebih terbuka kepada bukti entah dari luar atau didalam
dirinya.
Peran konselor dalam teori person centered ini adalah konselor sebagai
fasilitator dan reflector. Disebut fasilitator karena konselor memfasilitasi atau
mengakomodasi konseli mencapai pemahaman diri. Disebut reflector karena
konselor mengklarifikasi dan memantulkan kembali kepada klien perasaan
dan sikap dan diekpresikannya terhadap konselor sebagai ekspresi orang lain.
Dititik ini konelor client-centered tidak berusaha mengarah mengarah kepada
pemediasian ‘dunia batin’ konseli meainkan lebih focus kepenyediaan sebuah
iklim yang didalamnya konseli dimampukan membewa perubahan dalam
dirinya.
Tahap-Tahap Konseling
g. Wawasan ini, yaitu tentang pemahaman tentang diri dan penerimaan diri
menyediakan dasar di mana individu dapat melanjutkan ke tingkat integrasi
yang baru.
k. Ada tindakan positif yang semakin terintegrasi pada diri konseli dan lebih
percaya diri.
Tahap keenam : Pada tahap ini konseli dapat terlibat pada setiap
experience moment dalam pertemuan konseling dan mengungkapkan
bagaimana perasaannya dalam cara yang non-defensive. Ada kebebasan
yang lebih besar dalam apa yang dieksplorasi. Kini konseli dapat
sepenuhnya memiliki pengalamannya. Oleh karena itu, apa yang
pernah incongruence menjadi congruence. Sebuah konsep diri yang baru
mulai muncul.
Tahap ketujuh : Pada tahap tujuh konseli secara alami tidak lagi tunduk
pada proses penolakan atau distorsi. Ada kelonggaran dalam perasaan di
mana konseli dapat menerimanya setiap saat. Konseli mengambil
tanggung jawab pribadi secara penuh untuk pengalamannya. Konseli
sepenuhnya mampu menerima dirinya sepenuhnya dalam setiap saat.
a. Congruence
BAB III
PENUTUP
Simpulan