Anda di halaman 1dari 59

HAKIKAT BELAJAR

A. Pengertian Hakikat Belajar

Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan,
belajar merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi
tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak
(dtindak lanjuti). Menurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang
yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat
(W. Gulo, 2002: 23).

Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah
proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia
komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide
dan pengertian. belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi
siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan
mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar sebagai perwujudan
emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar

1
siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa
tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak
pengajaran.

1. Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli


 Belajar menurut Skinner
Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
 Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar,
 Respons si pembelajar, dan
 Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat
terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai
ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah.
Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan
hukuman. (Mudjiono, 2002:9)
 Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara
“keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.
Prses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri
dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat
kognitif.
Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta memprsentasikan konsep dan
lambang
Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut.
 Belajar Menurut Pandangan Piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu.
Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut.
(i) Sensori motor (0-2 tahun),
(ii) pra operasional (2-7 tahun),
(iii) operasional konkret (7-11 tahun), dan
(iv) operai formal (11-ke atas).
Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah :
 Eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan
 Pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya
dengan Gejala
 Aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih
lanjut.
Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut:
 Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
 Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.
 Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan
pertanyaan menunjang proses pemecahan masalah.
 Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan
melakukan revisi.
 Belajar Menurut Rogers
Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan.
Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu
dilakukan oleh guru. Pembelajaran meliputi hal berikut:
 Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara
terstruktur.
 Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
 Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan
(discovery learning).
 Guru menggunakan metode simulasi.
 Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati
perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain
 Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
B. Tujuan Hakikat Belajar

Tujuan Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang.
Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar,
sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 26-28) bahwa
tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu :

a. Untuk mendapatkan pengetahuan


Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara kemampuan berpikir dan
pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir tidak dapat
dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan


Penanaman konsep memerlukan keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun
keterampilan rohani.Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat diamati
sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan penampilan atau gerak dari
seseorang yang sedang belajar termasuk dalam hal ini adalah masalah teknik atau
pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit,karena lebih abstrak,
menyangkut persoalan penghayatan,keterampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikandan merumuskan suatu konsep.
c. Pembentukan sikap
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal
penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan dapat menumbuhkan
kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah
dipelajarinya. Taxonomy Bloom dan Simpson (Nana Syaodih, 2007:180 –182)
menyusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seseorang yang belajar,
sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan terjadi pada 3 ranah yaitu :
1. Ranah Kognitif, tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan
kemahiran intelektual. Terdiri dari:
 Pengetahuan
 Pemahaman
 Penerapan
 Analisa
 sintesa dan
 evaluasi.

2. Ranah Afektif, tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan sikap,
minat, dan nilai. Terdiri dari :
 Penerimaan
 Partisipasi
 Penilaian
 organisasipembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotorik, tentang kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan


syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Terdiri dari:
 Persepsi
 Kesiapan
 gerakan terbimbing
 gerakan yang terbiasa
 gerakan yang komplek dan
 kreativitas.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil
belajar yang diharapkan terjadi,dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dirumuskan
dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yangdiharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

C. Ciri-ciri hakikat belajar

Ciri-ciri belajar menurut Djamarah (2002:15-16) terdapat 5 poin sebagai berikut dan
saya sedikit memberi contoh dari ciri-ciri tersebut :

 Ada perubahan yang terjadi secara sadar oleh individu, Individu yang belajar
akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurangkurangnya individu
merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
-contoh: siswa yang belum bisa mengaji, kemudian setelah diajari oleh guru,
ternyata dia bisa mengaji
 Perubahan dalam belajar bersifat fungsionalSebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri indiviu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
 Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktifDalam perbuatan belajar,
perubahan selalu bertambah dan tertuju memperoleh suatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh.
-contoh: anak perempuan yang belajar memasak, seperti belajar menggoreng
telur, yang awalnya belum bisa memecah telur, lalu kulit telur ikut tergoreng,
minyak terlalu panas yang menyebabkan telur menjadi lengket di wajan, gagal
membalikkan telur, semua hal tersebut merupakan proses dan menjadi
pengalaman untuk bisa menggoreng telur dengan baik, sehingga ketika dia terus
belajar dan latihan maka akan
terjadi perubahan dari yang awalnya belum bisa menggoreng telur jadi bisa
menggoreng telur.
 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementaraerubahan terjadi karena
proses belajar bersifat menetap atau permanen.
-contoh: siswa yang awalnya tidak bisa bersepeda pancal, kemudian dia belajar
bersepeda dengan bantuan orangtua, kemudian latihan bersepeda sendiri, dan
akhirnya terjadi perubahan pada siswa tersebut dan perubahannya bersifat
permanen, yaitu bisa bersepeda pancal :)
 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah lakuPerubahan yang diperoleh
individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan
keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasil ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan.
-contoh: siswa yang belajar menggunakan mikroskop, pada awalnya membawa
mikroskop dengan posisi yang salah, kemudian setelah belajar siswa tersebut
akan membawa mikroskop dengan benar, kemudian juga yang awalnya belum
bisa mengatur fokus menjadi bisa dan terampil menggunakan mikroskop.
D. Komponen Hakikat Belajar

Sebagai suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen


yang meliputi : tujuan, peserta didik, pendidik, bahan pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.

a. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal
yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita- cita yang bernilai normatif.
Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada
anak didik.
Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan
dibawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan
diatasnya juga tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan
diatasnya sebagai pedoman. Ini berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar
memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan alam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya
seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat
evaluasi. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akhirnya, guru
tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran.
b. Peserta Didik
Dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 anak didik disebut peserta didik. Pserta
didik merupakan seseorang yang harus mengembangkan diri. Pada sisi lain peserta didik
memperoleh pengaruh, bantuan yang memungkinkan peserta didik mampu berdiri sendiri
atau bertanggung jawab sendiri.
c. Pendidik
Pendidik adalah orang yang diserahi tanggung jawab mendidik. Guru di sekolah
memperoleh tanggungjawab mendidik dari pemerintah atau lembaga pendidikan lainnya
yang juga punya tanggungjawab.
d. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Ada dua
persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok
dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang
menyangkut bidng studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin
keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan
pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat
menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut
sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran. (Sudirman, N.K., 1991:203). Maslow berkeyakinan bahwa minat seseorang akan
muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. (Sadirman,A.M., 1998:81). Jadi, bahan
pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam
jangka waktu tertentu.
Biasanya aktivitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan
tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan
prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korelasi, dan lain-lain. Dengan dmikian,
bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan
dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan
disampaikan kepada anak didik.
e. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajr mengajar, guru dan anak didik terlibat da;am sebuah interaksi dengn bahan pelajaran
sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru
hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah sistem pengajaran yang dikehendaki
dalam pengajaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam pendidikan
modern. Kegiatan belajar mengajar pendekatan CBSA menghendaki aktivitas anak didik
seoptimal mungkin.
Dalam kegiatan belajar mengajarm guru sebaiknya memperhatikan perbedaan
individual anak didik yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Pemahaman
terhdap ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga
memudahkan melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar. Mastery learning
adalah salah satu strategi belajr mengajar pendekatan individual. (Drs. Muhammad Ali,
1992:94). Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan, yaitu program
pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto, 1998:31).
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimanapun, juga ditentukan
dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan; dan akan berpengaruh
terhadap tjuan yang akan dicapai.
f. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan
satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang
bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak
didik.
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed, mengemukakan lima macam faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut :
 Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.
 Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.
 Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
 Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya.
 Pribadi guru serta kemampauan profesionalnya yang berbeda-beda.
g. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran.
Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya.
Sedangkan alat bantu pengajaaran adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur,
gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan
pengajaran menjadi alat material dan non material. Alat material termasuk alat bantu
audiovisual di dalamnya.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual)
mempunyai sifat sebagai berikut:
 Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.
 Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.
 Kemampuan untuk meningkatkan transper (pengalihan) belajar.
 Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil
yang dicapai.
 Kemampauan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
h. Sumber Pelajaran
Sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang (Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 1991:165).
Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu
pengetahuan yng mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Drs. Sudirman N, dkk. ( 1991: 203 ) mengemukakan macam – macam sumber
belajar sebagai berikut :
 Manusia (people)
 Bahan (materials)
 Lingkungan (setting)
 Alat dan perlengkapan (tool and equipment)
 Aktivitas (activities)
 Pengajaran berprogram

i. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Menurut Wand dan
Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L.
Pasaribu dan Simanjuntak menegaskan bahwa :
1. Tujuan umum dari evaluasi adalah :
 Mengumpulkan data-data yang membuktikn taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
 Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
 Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
2. Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
 Merangsng kegiatan siswa.
 Menemukan sebab-sebab kegagalan atau kemajuan.
 Memberikan bimbingaan yaang sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
 Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang
diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
 Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cra belajar dan metode mengajar (Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:189).

Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada
evaluasi proses dan evaluasi produk (W.S. Winkel, 1989:318). Evaluasi proses dimaksud,
adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar
mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala,
dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam
satuan pengajaran.
Evaluasi produk dimaksud, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada
bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan siswa, dan bagaimana penguasaan siswa
terhadap bahan /materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
 Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengjar, serta mengadakan perbaikan
program bagi murid.
 Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar
dari setiap murid. Anatara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan
kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta
penentuan lulus tidaknya seorang murid.
 Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat kemampauan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki
oleh murid.
Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang
mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam
pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
1991:189).
PENDEKATAN BELAJAR

A. Pendekatan

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya
adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning
something „cara memulai sesuatu‟. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara
memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi
mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang
sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan
ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teorItis tertentu.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

 Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student


centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran,
 Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama
dalam proses pembelajaran.
B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran

Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :

 Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode


pembelajaran yang akan digunakan.
 Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
 Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
 Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
 Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

C. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran

A. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan

Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini
siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka
pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan
siswa akan berusaha untuk menggapinya. Pendekatan konstektual merupakan pendekatan
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen
komponen pembelajaran
yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang


penting, yaitu :

1. Mengaitkan.
strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan
strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
2. Mengalami.
belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru
dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih
cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan.
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
4. Kerjasama.
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi
masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya
membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer.
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hapalan

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan Kontekstual

Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan dalam
penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :

 Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam penerapan
dan pendekatan.
 Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi
pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
 Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini adalah bagaimana
seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih konkret, yang
menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
 Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda nyata,
alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar
lebih bermakna.
 Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan
perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan pelatihan
perlu disediakan.
 Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa yang
bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari pembelajaran
kontekstual.
 Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang diinginkan.
6. Penilaian
Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran ini menuntut
pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara- cara yang tepat dan variatif, tidak hanya
dengan pensil atau paper test.

7. Suasana.

Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat berpengaruh karena


dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan siswa.

Karakteristik Pembelajaran CTL

a. Kerjasama.
b. Saling menunjang.
c. Menyenangkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber.
g. Siswa aktif.
h. Sharing dengan teman.
i. Siswa kritis guru kreatif.
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual


Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :

 Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.


 Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
 Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa.
 Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan materi
pelajaran.
 Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
 Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.

Kelebihan pendekatan Kontekstual

Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan
mudah dilupakan.

Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada


siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang
siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan Pendekatan Kontekstual


Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi
siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar
seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ”
yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan


sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan
pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
B. Pendekatan Kontruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih


menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam
lingkungan masyarakat.

Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran.

Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang


pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.
Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa
pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik
dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan
konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang
lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).

1. Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan,
konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual.
Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana
seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya

2. Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara
sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat
secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme

Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta


didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan
langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman
dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.

 Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan


pengalaman yang ada dalam diri siswa.
 Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari.
 Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep
apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari

Prinsip Pendekatan konstruktivisme

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konstruktivime akan mengaktifkan


siswa secara aktif sehingga pembelajaran yang didapat oleh siswa lebih didasarkan pada
proses pencapaian pengetahuan itu bukan pada hasilnya.

Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran.


Menurut Suparno (1999:73) ada beberapa prinsip dari konstruktivisme antara lain:

 Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif .


 Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
 Mengajar adalah membantu siswa belajar.
 Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir .
 Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.
 Guru adalah fasilitator.

Sedangkan menurut Brooks & Brooks (dalam Subana, 2001:47)”prinsip


konstruktivisme yaitu:

 Ajukan masalah yang relevan dengan siswa,


 Struktur pembelajaran pada konsep-konsep eensial,
 Usahakan menemukan dan menilai pandangan siswa,
 Adaptasikan kurikulum, dan
 Ukur belajar siswa dalam konteks belajar.

Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme

Adapun karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Driver (dalam Paul, 1996:69)


bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme adalah:

 Orientasi ialah siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam


mempelajari suatu topik
 Elicitasi ialah membantu siswa untuk mengungkapkan idenya secara jelas
 Retrukturisasi ide terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru, mengevaluasi
ide baru dengan eksperimen
 Penggunaan ide dalam banyak situasi
 Review adalah bagaimana ide itu berubah.
 Sedangkan menurut Smorgansbord (1997:54)) menyatakan beberapa
karakteristik tentang konstruktivisme yaitu :
 Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada
sebelumnya
 Belajar merupakan penasiran personal tentang dunia
 Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna diembangkan berdasarkan
pengalaman
 Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna melalui berbagai informasi
atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksiBelajar harus disituasikan
dalam kehidupan yang nyata.

Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme

Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, menurut Nurhadi (2003:39)


bahwa penerapan konstruktivisme muncul dengan lima langkah pembelajaran yaitu sebagai
berikut:

 Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada


 Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan menjadi dasar awal untuk
mempelajari informasi baru. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara pemberian
pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas.
 Pemerolehan pengetahuan baru
 Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam paket
yang terpisah-pisah.
 Pemahaman pengetahuan
 Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari
pengetahuan baru siswa.
 Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
 Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus stuktur
pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang di temui.
 Melakukan refleksi.
 Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas, maka
pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.

Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme

Dalam penerapannya, pendekatan konstruktivisme memiliki kelebihan dan kekurangan.


Menurut Ella (2004:55) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivisme membantu siswa
menguasai tiga hal , yaitu:

 Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalamannya yang


berbeda.
 Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
 Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan mengetahui bagaimana
menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme memiliki
berbagai kelebihan antara lain:
 Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa akan aktif dalam
pembelajaran
 Menjadikan proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan lebih bermakna bagi
siswa
 Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan
pengetahuannya
 Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas
kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar
 Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa ada
penilaiannya
 Memupuk kerjasama dalam kelompok.
 Dengan adanya kelebihan pada pendekatan konstruktivisme ini maka siswa di
harapkan dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, jadi peserta
didik akan terlatih untuk dapat menerapkannya dengan situasi yang berbeda atau
baru.

Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme

Selain memiliki kelebihan pendekatan konstruktivisme juga memiliki


kekurangan. Namun kekurangan ini dapat kita atasi seperti:

 Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya


 Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
 Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti temannya yang belum
selesai.
 Dari uraian tadi dapat disimpulkan kelemahan pendekatan konstruktivisme dapat
ditolerir, maka guru hendaknya dapat membimbing siswa agar dapat menemukan
jawabannya, kemudian guru menambah waktu belajar bagi siswa yang lemah dalam
proses pembelajaran, serta memberikan nasehat agar menghargai teman dalam
belajar Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pendekatan Deduktif

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran


tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam
bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan
kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan
pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka.
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi
atau pengetahuan.

Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses


berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.” Sedangkan menurut Yamin (2008:89)
menyatakan bahwa “Pendekatan deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-
prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya.

Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan deduktif
adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.

1. Penggunaan Pendekatan Deduktif

Menurut Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat dipergunakan


bila:

 Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,


 Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berfikir kritis,
 Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik
dan pembicaraan yang baik,
 Waktu yang tersedia sedikit.
2. Langkah-langkah Pendekatan Deduktif

Menurut Sgala (2010 : 76) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam


pendekatan deduktif adalah :

 Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan


pendekatan deduktif,
 Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi
dan contoh-contohnya,
 Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun
hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
 Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan
bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
3. Kelebihan Pendekatan Deduktif

Adapun kelebihan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain


adalah :

 Tidak memerlukan banyak waktu.


 Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-
soal atau masalah yang konkrit.
4. Kelemahan Pendekatan Deduktif
 Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep
setelah disajikan berbagai contoh.
 Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa
menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.
 Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa
ada kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.
 Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

D. Pendekatan Induktif

Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal


yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan
sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang
khusus.Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses
penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.

Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif


dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu
konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan,
menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.Mengajar dengan
pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara
penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan
menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah
pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus
kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan.

1. Penggunaan Pendekatan Induktif

Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat digunakan manakala:

 Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan


dengan mata pelajaran tersebut,
 Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan,
dan pengambilan keputusan,
 Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan
terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
 Waktu yang tersedia cukup panjang.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Induktif

Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model


pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:

 Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip
dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan.
 Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum itu
sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang
bersifat umum.
 Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan
membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
 Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan umum
yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru
atau oleh siswa.
3. Kelebihan Pendekatan Induktif

Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan pendekatan antara lain
adalah :

 Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan


sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
 Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi
keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
 Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
4. Kelemahan Pendekatan Induktif
 Memerlukan banyak waktu.
 Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
 Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk
memahaminya.
 Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan
pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.
E. Pendekatan Konsep
1. Ciri-ciri suatu konsep adalah
 Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
 Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
 Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
 Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalaman
 Konsep yang benar membentuk pengertian
 Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
2. Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,

 Tahap Enaktik
 Tahap Simbolik
 Tahap Ikonik
F. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan


kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu
konsep sebagai suatu keterampilan proses.Pendekatan proses adalah pendekatan yang
berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan
benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau
mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam
pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan
dan bahkan melakukan percobaan.

1. Kelebihan Pendekatan Proses


 Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting
untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
 Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan
keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.
2. Kelemahan Pendekatan Proses
 Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan
pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
 Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya.
 Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan
untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak
semua siswa mampu melaksanakannya.
G. Pendekatan Open - Ended

Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki


multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended
problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended problem, tujuan
utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan
atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.

Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin
untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan
pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan
yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada
jawaban (hasil) akhir.

1. Kelebihan pendekatan Open–Ended.


 Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta
memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
 Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta
keterampilan matematika secara komprehensif.
 Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara
mereka sendiri.
 Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban
yang mereka berikan.
 Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri
maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.
2. Kelemahan Pendekatan Open–Ended.
 Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna
bagi siswa.
 Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan.
 Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa
merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
 Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

H. Pendekatan Saintific

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan


dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran
berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik tahu tentang „mengapa‟.

Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu tentang „bagaimana‟. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „apa‟.Hasil akhirnya adalah peningkatan
dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
1. Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific
 untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
 untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik
 terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
 diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
 untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah
 Untuk mengembangkan karakter siswa
2. Prinsip Pendekatan Saintific

Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara lain :

 pembelajaran berpusat pada siswa


 pembelajaran membentuk students‟ self concept
 pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari,
mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip.
 pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
 Pembelajaran meningkatkan motivasI
3. Langkah-langkah Pendekatan Saintific
 Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau
dengan alat)
 Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik)
 Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan
 Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta
didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari.
 Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan), Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya.
I. .Pendekatan Realistik

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal di


Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik
tolak dari hal-hal yang „real‟ bagi siswa, menekankan ketrampilan
„proses of doing mathematics‟, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman
sekelas sehinggga mereka dapat menemukan sendiri („student inventing‟ sebagai kebalikan
dari „teacher telling‟) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan
masalah baik secara individu maupun secara kelompok. (Zulkardi, 2009)”.

Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam
belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di
Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika
merupakan aktifitas manusia.

Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik


tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan proses,
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat
menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi(Teaching
Telling) dan pada akhirnya murid menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan
masalah baik secara individual ataupun kelompok.

Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran
yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika.
(Yuwono: 2001)

Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan Realistik
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari sebagai
sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut
atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata
atau real bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.

1. Tujuan Pendekatan Realistik (RME)


 Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu
formal dan tidak terlalu abstrak
 Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
 Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
 Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan
penyelesaian yang baku.
 Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
2. Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME)
 Menggunakan konsep atau situasi.
 Menggunakan model : "model of" dan "model for"
 Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
3. Karakteristik Pendekatan Realistik (RME)

Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran


matematika realistik, yaitu sebagai berikut:

 Menggunakan masalah kontekstual


Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari
mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah
matematika itu muncul(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
 Menggunakan model atau jembatan
 Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan simbolisasi
dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan
media pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang
pembelajaran aritmatika sosial.
 Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan dari
konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke
arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari diharapkan
siswa dapat membedakan pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual
beli. Contohnya: harga baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak
didiskon.
STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala asfek sebelum sedang dann sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta
segala pasilitas yang terkait yang digunakan secara lansung atau tidak langsung dalam
proses belajar mengajar.Jadi, sebenarmnya model pembelajaran memiliki arti yang sama
dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai macam metode pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang
agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajarn yang tepat bagi peserta
didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran serta sumber-sumber belajar yang
ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan
menunjang keberhasilan belajar siswa.

Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para
pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat
menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses
pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan materi
kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif.Berikut macam – macam strategi
pembelajaran:
1. Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan


kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran


yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang
peranan yang sangat penting atau dominan.Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk
yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal
menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.Metode pembelajaran yang tepat
menggambarkan strategi ini, diantaranya:

a. Metode ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan


pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar.Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud
dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau
satu arah.

b. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan


atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru
memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada siswanya.
c. Metode sosiodrama

Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya


dengan masalah sosial.Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan
mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh kepada siswa.

2. Strategi Inquiry

Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.Ada beberapa hal
yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:

 Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan


menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek
belajar.
 Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang
sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
 Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
 Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan
dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan
kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
 Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
oleh guru.
 Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual
anak.Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu
maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.Strategi ini
menggunakan beberapa metode yang relevan, diantaranya :

a. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi
melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka. Disini siswa melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh
guru, sehingga siswa menjadi aktif.

b. Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui
penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas
kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.

c. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa


melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Jadi metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk
melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.

d. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi
pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial

Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar


yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.Strategi ini menggunakan beberapa metode
pembelajaran yang relevan, diantaranya :

a. Metode eksperimen

Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu


yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba
mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

b. Metode tugas atau resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna
menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.

c. Metode latihan

Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan
lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.

d. Metode karya wisata

Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar
siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu.Siswa diajak untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang
dikunjungi.
e. Contextual Teaching Learning

Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Karakteristik pembelajaran kontekstual:

 Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik


 Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas yang bermakna (meaningful learning).
 Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa (learning by doing).
 Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi
antar teman (learning in a group).
 Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,
bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam
(learning to know each other deeply).
 Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja
sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
 Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an
enjoy activity).

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode demonstrasi

Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan


menyangkutkan kegiatan sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami.
b. Metode sosiodrama

Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan


tingkah laku yang berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan
contoh kepada siswa, sehingga siswa lebih paham

4. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas


pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah.Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode problem solving


Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
b. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah
yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
5. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi


pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini
materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk
proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus
menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model


pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah
yang diajarkan

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :

a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah
yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang
materi pembelajaran.
c. Metode eksperimen
Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu
aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
6. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan


oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan
prestasi yang dipersyaratkan.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya


:

a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah
yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b. Metode karya wisata
Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari
tempat atau objek yang dikunjungi.
c. Metode eksperimen
Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu
hal guna melatih kemampuan dan pemahaman mereka.
d. Metode tugas atau resitasi
Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna
menggali kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang
diberikan.
7. Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran


kognitif dan keterampilan.Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur
karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa.Dalam
batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral.Akan tetapi, penilaiannya
untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan
ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya


:

a. Metode tugas atau resitasi : Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan
pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
b. Metode latihan :Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih
mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
8. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan.Tujuan itu


bertahap danberjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan
pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai
pada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai
sasaran akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap
sasaran antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri
perilaku kepribadian yang didambakan.
Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian
sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain
tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan
pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar.Agar tujuan itu dapat tercapai, semua
komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen itu
terjadi kerjasama. Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai
pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain.
Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti:

 kecerdasan dan bakat khusus,


 prestasi sejak permulaan sekolah,
 perkembangan jasmani dan kesehatan,
 kecenderungan emosi dan karakternya,
 sikap dan minat belajar,
 cita-cita,
 kebiasaan belajar dan bekerja,
 hobi dan penggunaan waktu senggang,
 hubungan sosial di sekolah dan di rumah,
 latar belakang keluarga,
 lingkungan tempat tinggal, dan
 sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik.

Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu guru
mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala
sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.

9. Tahap-tahap Proses Dalam Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, terdiri atas tiga fase atau tahapan.
Fase-fase proses pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap
pelaksanan, dan tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana
berikut:

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang.
Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam
pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan
perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu
sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah
perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat
sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran yang direncanakan harus
sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan
pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai
pendekatan dan metode yang akan di gunakan.
Dalam konteks desentralisasi pendidikan seiring perwujudan pemerataan hasil
pendidikan yang bermutu diperlukan standar kompetensi mata pelajaran yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional dan global.

Secara umum guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki
capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang
diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik mulai dari
perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal
terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas.

Agama islam sebagai bidang studi sebenarnya dapat diajarkan sebagaimana mata
pelajaran lainnya. Harus dikatakan memang ada sedikit perbedaannya dengan bidang studi
lain. Perbedaan itu ialah adanya bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat sulit
dievaluasi. Jadi perbedaan itu hanyalah perbedaan gradual bukan perbedaan esensial.

Beberapa prinsip yang perlu diterapkan diterapkan dalam membuat persiapan mengajar :

o Memahami tujuan pendidikan

o Menguasai bahan ajar

o Memahami teori-teori pendidikan selain teori pengajaran

o Memahami prinsip-prinsip mengajar

o Memahami metode-metode mengajar

o Memahami teori-teori belajar

o Memahami beberapa model pengajaran yang penting


o Memahami prinsip-prinsi evaluasi

o Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.

Langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Analisis Hari Efektif dan analisis Program Pembelajaran

Untuk mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu membuat


analisis hari efektif selama satu semester. Dari hasil analisis hari efektif akan diketahui
jumlah hari efektif dan hari libur tiap pekan atau tiap bulan sehingga memudahkan
penyususnan program pembelajaran selama satu semester. Dasar pembuatan analisis hari
efektif adalah kalender pendidikan dan kalender umum.Berdasarkan analisis hari efektif
tersebut dapat disusun analisis program pembelajaran.

Membuat Progam Tahunan

a. Program Tahunan

Penyusunan program pembelajaran selama tahun pelajaran dimaksudkan agar


keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam dua semester tetap terjaga.

b. Program Semester

Penyusunan program semester didasarkan pada hasil anlisis hari efektif dan
program pembelajaran tahunan.
c. Program Tagihan

Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran tagihan merupakan tuntutan kegiatan


yang harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian lisan, tulis,
dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, unjuk kerja,
praktek, penampilan, atau porto folio.

d. Menyusun Silabus

Silabus diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau
materi pelajaran. Silabus merupakan penjabaran dari standard kompetensi, kompetensi
dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standard kompetensi dan kompetensi dasar.

e. Menyusun Rencana Pembelajaran

Kalau penyusunan silabus bisa dilakukan oleh tim guru atau tim ahli mata pelajaran,
maka rencana pembelajaran seyogyanya disusun oleh guru sebeleum melakukan kegiatan
pembelajaran. Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap
sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber belajarnya. Karena itu,
penyusunan rencana pembelajaran didasarkan pada silabus dan kondisi pembelajaran agar
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
f. Penilaian Pembelajaran

Penilaian merupakan tindakan atau proses untuk menentukan nilai terhadap


sesuatu. Penilaian merupakan proses yang harus dilakukan oleh guru dalam rangkaian
kegiatan pembelajaran.

Prinsip penilaian antara lain Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan
objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain
perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan
operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-
mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan teknik pembelajaran serta
pemanfaatan seperangkat media.

Dalam proses ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru diantaranya
ialah :

Aspek pendekatan dalam pembelajaran


Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran
Aspek Metode dan Tekhnik dalam Pembelajaran
Prosedur Pembelajaran
3. Tahap Evaluasi

Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan


perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh
dalam dua bentuk, yaitun:

a. Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas


perilaku yang diinginkan;
b. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik
setahap atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara
penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan. Pada
tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan.
Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan
pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian
tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan
pembelajaran.

Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik tetap harus sesuai dengan
persyaratan yang baku, yakni :

1. Memiliki validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai,
terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji)
2. Mempunyai reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh
seorang peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang sama)
3. Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping
perintah pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan
interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan tes)
4. Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis

Anda mungkin juga menyukai