Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan,
belajar merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi
tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak
(dtindak lanjuti). Menurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang
yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat
(W. Gulo, 2002: 23).
Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah
proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia
komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide
dan pengertian. belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi
siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan
mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar sebagai perwujudan
emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar
1
siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa
tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak
pengajaran.
Tujuan Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang.
Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar,
sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 26-28) bahwa
tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu :
2. Ranah Afektif, tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan sikap,
minat, dan nilai. Terdiri dari :
Penerimaan
Partisipasi
Penilaian
organisasipembentukan pola hidup.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil
belajar yang diharapkan terjadi,dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dirumuskan
dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yangdiharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
Ciri-ciri belajar menurut Djamarah (2002:15-16) terdapat 5 poin sebagai berikut dan
saya sedikit memberi contoh dari ciri-ciri tersebut :
Ada perubahan yang terjadi secara sadar oleh individu, Individu yang belajar
akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurangkurangnya individu
merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
-contoh: siswa yang belum bisa mengaji, kemudian setelah diajari oleh guru,
ternyata dia bisa mengaji
Perubahan dalam belajar bersifat fungsionalSebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri indiviu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktifDalam perbuatan belajar,
perubahan selalu bertambah dan tertuju memperoleh suatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh.
-contoh: anak perempuan yang belajar memasak, seperti belajar menggoreng
telur, yang awalnya belum bisa memecah telur, lalu kulit telur ikut tergoreng,
minyak terlalu panas yang menyebabkan telur menjadi lengket di wajan, gagal
membalikkan telur, semua hal tersebut merupakan proses dan menjadi
pengalaman untuk bisa menggoreng telur dengan baik, sehingga ketika dia terus
belajar dan latihan maka akan
terjadi perubahan dari yang awalnya belum bisa menggoreng telur jadi bisa
menggoreng telur.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementaraerubahan terjadi karena
proses belajar bersifat menetap atau permanen.
-contoh: siswa yang awalnya tidak bisa bersepeda pancal, kemudian dia belajar
bersepeda dengan bantuan orangtua, kemudian latihan bersepeda sendiri, dan
akhirnya terjadi perubahan pada siswa tersebut dan perubahannya bersifat
permanen, yaitu bisa bersepeda pancal :)
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah lakuPerubahan yang diperoleh
individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan
keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasil ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan.
-contoh: siswa yang belajar menggunakan mikroskop, pada awalnya membawa
mikroskop dengan posisi yang salah, kemudian setelah belajar siswa tersebut
akan membawa mikroskop dengan benar, kemudian juga yang awalnya belum
bisa mengatur fokus menjadi bisa dan terampil menggunakan mikroskop.
D. Komponen Hakikat Belajar
a. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal
yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita- cita yang bernilai normatif.
Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada
anak didik.
Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan
dibawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan
diatasnya juga tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan
diatasnya sebagai pedoman. Ini berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar
memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan alam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya
seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat
evaluasi. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akhirnya, guru
tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran.
b. Peserta Didik
Dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 anak didik disebut peserta didik. Pserta
didik merupakan seseorang yang harus mengembangkan diri. Pada sisi lain peserta didik
memperoleh pengaruh, bantuan yang memungkinkan peserta didik mampu berdiri sendiri
atau bertanggung jawab sendiri.
c. Pendidik
Pendidik adalah orang yang diserahi tanggung jawab mendidik. Guru di sekolah
memperoleh tanggungjawab mendidik dari pemerintah atau lembaga pendidikan lainnya
yang juga punya tanggungjawab.
d. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Ada dua
persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok
dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang
menyangkut bidng studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin
keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan
pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat
menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut
sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran. (Sudirman, N.K., 1991:203). Maslow berkeyakinan bahwa minat seseorang akan
muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. (Sadirman,A.M., 1998:81). Jadi, bahan
pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam
jangka waktu tertentu.
Biasanya aktivitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan
tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan
prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korelasi, dan lain-lain. Dengan dmikian,
bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan
dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan
disampaikan kepada anak didik.
e. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajr mengajar, guru dan anak didik terlibat da;am sebuah interaksi dengn bahan pelajaran
sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru
hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah sistem pengajaran yang dikehendaki
dalam pengajaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam pendidikan
modern. Kegiatan belajar mengajar pendekatan CBSA menghendaki aktivitas anak didik
seoptimal mungkin.
Dalam kegiatan belajar mengajarm guru sebaiknya memperhatikan perbedaan
individual anak didik yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Pemahaman
terhdap ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga
memudahkan melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar. Mastery learning
adalah salah satu strategi belajr mengajar pendekatan individual. (Drs. Muhammad Ali,
1992:94). Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan, yaitu program
pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto, 1998:31).
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimanapun, juga ditentukan
dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan; dan akan berpengaruh
terhadap tjuan yang akan dicapai.
f. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan
satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang
bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak
didik.
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed, mengemukakan lima macam faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut :
Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.
Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.
Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya.
Pribadi guru serta kemampauan profesionalnya yang berbeda-beda.
g. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran.
Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya.
Sedangkan alat bantu pengajaaran adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur,
gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan
pengajaran menjadi alat material dan non material. Alat material termasuk alat bantu
audiovisual di dalamnya.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual)
mempunyai sifat sebagai berikut:
Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.
Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.
Kemampuan untuk meningkatkan transper (pengalihan) belajar.
Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil
yang dicapai.
Kemampauan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
h. Sumber Pelajaran
Sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang (Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 1991:165).
Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu
pengetahuan yng mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Drs. Sudirman N, dkk. ( 1991: 203 ) mengemukakan macam – macam sumber
belajar sebagai berikut :
Manusia (people)
Bahan (materials)
Lingkungan (setting)
Alat dan perlengkapan (tool and equipment)
Aktivitas (activities)
Pengajaran berprogram
i. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Menurut Wand dan
Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L.
Pasaribu dan Simanjuntak menegaskan bahwa :
1. Tujuan umum dari evaluasi adalah :
Mengumpulkan data-data yang membuktikn taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
2. Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
Merangsng kegiatan siswa.
Menemukan sebab-sebab kegagalan atau kemajuan.
Memberikan bimbingaan yaang sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang
diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cra belajar dan metode mengajar (Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:189).
Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada
evaluasi proses dan evaluasi produk (W.S. Winkel, 1989:318). Evaluasi proses dimaksud,
adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar
mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala,
dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam
satuan pengajaran.
Evaluasi produk dimaksud, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada
bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan siswa, dan bagaimana penguasaan siswa
terhadap bahan /materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengjar, serta mengadakan perbaikan
program bagi murid.
Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar
dari setiap murid. Anatara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan
kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta
penentuan lulus tidaknya seorang murid.
Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat kemampauan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki
oleh murid.
Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang
mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam
pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
1991:189).
PENDEKATAN BELAJAR
A. Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya
adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning
something „cara memulai sesuatu‟. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara
memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi
mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang
sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan
ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teorItis tertentu.
1. Mengaitkan.
strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan
strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
2. Mengalami.
belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru
dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih
cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan.
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
4. Kerjasama.
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi
masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya
membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer.
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hapalan
Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan dalam
penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam penerapan
dan pendekatan.
Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi
pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini adalah bagaimana
seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih konkret, yang
menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda nyata,
alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar
lebih bermakna.
Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan
perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan pelatihan
perlu disediakan.
Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa yang
bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari pembelajaran
kontekstual.
Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang diinginkan.
6. Penilaian
Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran ini menuntut
pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara- cara yang tepat dan variatif, tidak hanya
dengan pensil atau paper test.
7. Suasana.
a. Kerjasama.
b. Saling menunjang.
c. Menyenangkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber.
g. Siswa aktif.
h. Sharing dengan teman.
i. Siswa kritis guru kreatif.
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan
mudah dilupakan.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
1. Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan,
konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual.
Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana
seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
2. Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara
sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat
secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan deduktif
adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
D. Pendekatan Induktif
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah
pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus
kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan.
Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip
dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan.
Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum itu
sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang
bersifat umum.
Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan
membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan umum
yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru
atau oleh siswa.
3. Kelebihan Pendekatan Induktif
Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan pendekatan antara lain
adalah :
Tahap Enaktik
Tahap Simbolik
Tahap Ikonik
F. Pendekatan Proses
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin
untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan
pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan
yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada
jawaban (hasil) akhir.
H. Pendekatan Saintific
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu tentang „bagaimana‟. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „apa‟.Hasil akhirnya adalah peningkatan
dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
1. Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific
untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik
terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah
Untuk mengembangkan karakter siswa
2. Prinsip Pendekatan Saintific
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam
belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di
Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika
merupakan aktifitas manusia.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran
yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika.
(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan Realistik
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari sebagai
sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut
atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata
atau real bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.
A. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala asfek sebelum sedang dann sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta
segala pasilitas yang terkait yang digunakan secara lansung atau tidak langsung dalam
proses belajar mengajar.Jadi, sebenarmnya model pembelajaran memiliki arti yang sama
dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai macam metode pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang
agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajarn yang tepat bagi peserta
didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran serta sumber-sumber belajar yang
ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan
menunjang keberhasilan belajar siswa.
Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para
pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat
menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses
pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan materi
kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif.Berikut macam – macam strategi
pembelajaran:
1. Strategi Ekspositori
a. Metode ceramah
b. Metode demonstrasi
2. Strategi Inquiry
a. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi
melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka. Disini siswa melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh
guru, sehingga siswa menjadi aktif.
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui
penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas
kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.
c. Metode eksperimen
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi
pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
a. Metode eksperimen
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna
menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
c. Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan
lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar
siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu.Siswa diajak untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang
dikunjungi.
e. Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
a. Metode demonstrasi
a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah
yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang
materi pembelajaran.
c. Metode eksperimen
Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu
aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
6. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah
yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b. Metode karya wisata
Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari
tempat atau objek yang dikunjungi.
c. Metode eksperimen
Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu
hal guna melatih kemampuan dan pemahaman mereka.
d. Metode tugas atau resitasi
Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna
menggali kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang
diberikan.
7. Strategi Pembelajaran Afektif
a. Metode tugas atau resitasi : Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan
pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
b. Metode latihan :Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih
mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
8. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu guru
mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala
sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.
Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, terdiri atas tiga fase atau tahapan.
Fase-fase proses pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap
pelaksanan, dan tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana
berikut:
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang.
Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam
pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan
perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu
sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah
perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat
sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran yang direncanakan harus
sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan
pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai
pendekatan dan metode yang akan di gunakan.
Dalam konteks desentralisasi pendidikan seiring perwujudan pemerataan hasil
pendidikan yang bermutu diperlukan standar kompetensi mata pelajaran yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional dan global.
Secara umum guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki
capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang
diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik mulai dari
perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal
terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas.
Agama islam sebagai bidang studi sebenarnya dapat diajarkan sebagaimana mata
pelajaran lainnya. Harus dikatakan memang ada sedikit perbedaannya dengan bidang studi
lain. Perbedaan itu ialah adanya bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat sulit
dievaluasi. Jadi perbedaan itu hanyalah perbedaan gradual bukan perbedaan esensial.
Beberapa prinsip yang perlu diterapkan diterapkan dalam membuat persiapan mengajar :
a. Program Tahunan
b. Program Semester
Penyusunan program semester didasarkan pada hasil anlisis hari efektif dan
program pembelajaran tahunan.
c. Program Tagihan
d. Menyusun Silabus
Silabus diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau
materi pelajaran. Silabus merupakan penjabaran dari standard kompetensi, kompetensi
dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standard kompetensi dan kompetensi dasar.
Kalau penyusunan silabus bisa dilakukan oleh tim guru atau tim ahli mata pelajaran,
maka rencana pembelajaran seyogyanya disusun oleh guru sebeleum melakukan kegiatan
pembelajaran. Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap
sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber belajarnya. Karena itu,
penyusunan rencana pembelajaran didasarkan pada silabus dan kondisi pembelajaran agar
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
f. Penilaian Pembelajaran
Prinsip penilaian antara lain Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan
objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain
perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan
operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-
mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan teknik pembelajaran serta
pemanfaatan seperangkat media.
Dalam proses ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru diantaranya
ialah :
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik tetap harus sesuai dengan
persyaratan yang baku, yakni :
1. Memiliki validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai,
terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji)
2. Mempunyai reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh
seorang peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang sama)
3. Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping
perintah pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan
interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan tes)
4. Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis