Makalah Akuntansi 2
Makalah Akuntansi 2
PERSEDIAAN BARANG
Dosen Pengampu: Rita Friyani. SE.M.Si.
UNIVERSITAS JAMBI
Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat serta tingkat persaingan yang semakin
ketat mendorong para pelaku ekonomi untuk lebih tanggap terhadap perubahan
yang terjadi dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan-perusahaan yang
melaksanakan strategi-strategi tertentu agar kegiatan produksi tetap berjalan dan
bertahan dalam persaingan pangsa pasar. Bahkan kalau perlu produk yang
dihasilkan menjadi produk utama dan produk unggulan yang mampu
memaksimalkan nilai perusahaan.
Salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan adalah
kemampuan untuk memproduksi secara tepat waktu sesuai dengan target produksi,
karena hal ini dapat memberikan keuntungan secara langsung maupun tidak
langsung. Kemampuan perusahaan dalam emproduksi secara tepat waktu
didukung oleh kelancaran produksinya yang dipengaruhi oleh : dimilikinya
peralatan produksi dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan dalam kegiatan produksi, dan juga adanya jaminan tersedianya bahan
baku produksi yang akan diolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan
harus bisa pengelola dan memanajemen sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia sebagai factor utama yang menjalankan kegiatan perusahaan maupun
sumber daya lain yang merupakan asset dari perusahaan itu sendiri. Salah satu
asset yang dimiliki perusahaan adalah barang atau bahan yang akan dijual kepada
konsumen.
Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur
merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan rugi laba,
oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat
dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (HPP) yang akan
dilaporkan dalam laporan rugi laba dan mana yang masih belum terjual yang akan
menjadi persediaan dalam neraca.
1. TUJUAN
2. Dapat mengetahui apa itu Pengertian Persediaan Barang
3. Mengetahui Metode Pencatatan Persediaan Barang
4. Mengetahui Metode Harga Pokok Persediaan
1. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana Cara Mengetahui Langkah Perhitungan Persediaan Barang
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Persediaan Barang
4. Bagaimana Metode Yang Digunakan Untuk Menghitung Persediaan Barang
5. Bagaimana Cara Menentukan Harga Pokok Persediaan Barang
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Persediaan Barang
Menurut Ristono (2009) persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan
persediaan barang jadi.
Bila persediaan kurang, maka toko tidak akan dapat memenuhi semua permintaan
sehingga akibatnya pelanggan akan kecewa dan beralih ke perusahaan lainnya.
Sebaliknya, bila persediaan berlebih, ada beberapa beban yang harus ditanggung,
yaitu :
1) Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak barang yang disimpan maka
akan semakin besar biaya penyimpanannya.
2) Risiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan di gudang maka risiko
kerusakan barang semakin tinggi.
3) Risiko kerusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan ketinggalan
jaman.
faktor persediaan barang
Jenis persediaan yang ada dalam perusahaan manufaktur sebagai berikut:
Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang
dengan mudah dapat diikuti biayanya. Bahan baku berarti bahan utama dalam
proses produksi. Sedangkan bahan penolong adalah barang-barang yang juga
menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya relatif kecil atau sulit diikuti
biayanya.
2. Supplies pabrik
4. Produk selesai
Yaitu barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan
menunggu saat penjualannya.
Metode fisik
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih
ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan (atock
opname) ini diperlukan untuk mengetahui bebrapa jumlah barang yang masih ada
dan kemudian diperhitungkan harga pokonya. Dalam metode ini mutasi persediaan
barang tidak diikuti dalam buku-buku,setiap pembelian barang dicatat dalam
rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka
harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok
penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah dihitung.
Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika diinginkan
menyusun laporan keuangan jangka pendek (intern) misalnya bulanan, yaitu
keharusan mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang,
1. MASALAH PEMILIKAN PERSEDIAAN BARANG
Dasar yang digunakan untuk menentukan apakah barang itu sudah dicatat sebagai
persediaan adalah hak kepemilikan. Kadang-kadang terdapat keadaan dimana sulit
untuk menentukan hakkepemilikan barang sehingga dalam praktek akan ditemui
adanya penyimpanan-penyimpanan. Keadaan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
Apabila barang-barang dikirim dengan syarat f.o.b shipping point maka hak
atas barang yang dikirim berpindah pada pembeli ketika barang-barang tersebut
diserahkan pada pihak pengangkut.
Pencatatan bagi penjual : mencatat penjualan dan mengurangi persediaan
barangnya. Proses pencatatan akan dilakukan pada waktu pengiriman
barangnya.Pencatatan bagi pembeli : mencatat pembeli dan menambah persediaan
barangnya. Proses pencatatan dilakukan ketika sudah menerima barangnya.
Syarat pengiriman f.o.b. destination berarti bahwa hak atas barang baru
berpindah pada pembeli jika barang-barang yang dikirim sudah diterima oleh
pembeli. Jadi perpindahan hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan
barang oleh pembeli.
1. Barang-barang yang dipisahkan
Kadang-kadang terjadi suatu kontrak penjualan barang dalam jumlah besar
sehingga pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang-barang yang
dipisahkan tersendiri bermaksud untuk memenuhi kontrak atau pesanan-pesanan
walaupun belum dikirim,namun haknya sudah berpindah kepada pembeli.
Mesin Rp.20.000.000
Utang Rp. 20.000.000
Kas Rp 6.000.000
1. POTONGAN PEMBELIAN
Dasar pembelian barang sering ada ketentuan mengenai cara pembayaran, apabila
dibayar dalam jangka waktu tertentu akan diberi potongan. Potongan seperti ini
disebut potongan tunai yang dalam akuntansi dicatat dalam rekening potongan
pembelian. Pada prinsipnya potongan yang diterima adalah pengurangan terhadap
harga pokok persediaan. Tetapi kadang-kadang ditemui adanya perlakuan terhadap
potongan pembelian sebagai saat pembelian,sedangkan dalam akuntansi laba hanya
timbul dari penjualan barang atau jasa dan bukannya timbul dari pembelian.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencatat potongan pembelian
sebagai pengurangan terhadap harga pokok yaitu:
Misal: pada tanggal 1 desember 2005 dibeli barang dagangan dengan harga faktur
Rp. 500.000,00. Syarat pembayaran 2/10, n/30. Pembayaran utang dilakukan pada
tanggal 10 desember 2005 sehingga diperoleh potongan pembelian sebesar 2%.
1. Identifikasi khusus
Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang harus
sama dengan arus biaya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap – tiap jenis barang
berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing – masing kelompok dibuatkan
kartu persediaan sendiri, sehingga masing – masing harga pokok bisa diketahui.
Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang barang yang dijual dan
sisanya merupakan persediaan akhir. Metode ini dapat digunakan dalam
perusahaan perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan persediaan dengan
cara fisik maupun cara buku. Tetapi karena cara ini menimbulkan banyak
pekerjaan tambahan maupun gudang yang luas maka jarang digunakan.
2005
200 kg @
Februari 1 persediaan =Rp. 20.000,00
Rp. 100,00
300 kg
9 pembelian @Rp. 33.000,00
110,00
400
10 penjualan
kg
400 kg
15
@Rp. =46.400,00
pembelian
116,00
300
18 penjualan
kg
24
100 kg 12.600,00
pembelian
700
1.000 kg Rp. 112.00,00
kg
100 kg
Pembelian 24 februari Rp.12.600,00
@Rp.126,00
Dari kartu barang A diatas dapat dilihat bahwa jumlah persediaan barang tanggal
28 Februari 2005 sebesar 300 kg dengan harga pokok sejumlah Rp.35.800,00.
Jumlah persediaan yang dihitung dengan cara MPKP (FIFO) dengan metode fisik
akan menunjukkan hasil yang sama dengn metode buku.
Apabila terjadi adanya barang barang yang dikembalikan baik pada waktu membeli
atau menjual maka harga pokok yang dibebankan adalah yang masuk paling
dahulu sehingga konsisten, karena pembebanan berikutnya adalah harga pokok
yang masuk paling dahulu.
Akibat penggunaan harga pokok atas dasar NPKP akan terasa pada waktu ada
barang barang yang dikembalikan pada penjual seperti contoh tanggal 17 februari.
Jumlah barang yang dikembalikan sebanyak 100kg dibeli dengan
harga Rp.116,00per kg. Pengembalian ini mengakibatkan utang berkurang sebesar
11.600,000 tetapi berkurangnya persediaan hanya sebesar Rp.10.500,00 selisih
yang timbul akan dicatat dalamrekening selisih persediaan dengan jurnal sebagai
berikut :
Utang
Persediaan barang Rp. 10.500,00
Rp. 11.600,00
Selisih persediaan Rp. 1.100,00
1. Rata- rata Tertimbang (Weighted Average)
dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksiatau dijual akan
dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan
dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Dari contoh
data perhitungan untuk persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah sebagai
berikut:
1. Metode Fisik
Misalnya barang-barang yang ada dalam gudang pada tanggal 28 Februari 2005
dihitung berjumlah 300 kg.
@ Rp
Februari 1 200 kg = Rp 20.000
100,00
@Rp
9 300 kg = Rp 33.000
110,00
@Rp
15 400 kg = Rp 46.400
116,00
@Rp
24 100 kg = Rp 12.600
126,00
1,000kg Rp 112.000
Utang Rp 3.125,00
Selisih Persediaan Rp
235,00
Persediaan barang Rp
2.890,00
1. Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP/ LIFO)
Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan persediaan
harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya.
Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan
berikutnya.
Penggunaan metode MTKP akan lebih akan lebih jelas jika dilihat dalam
perhitungan berikut yang datanya diambil dari contoh berikut.
Metode Fisik
Misalkan pada tanggal 28 Februari 2005 diadakan perhitungan fisik terhadap
barang-barang dalam udang yang hasilnya menunjukkan jumlah persediaan
sebanyak 300 Kg.
Harga pokok persediaan barang sebanyak 300 Kg itu ditunjukkan sebagai berikut:
Persediaan tanggal 1 Februari 200 Kg @ Rp 100,00 = Rp 20.000,00
Akhir Periode
Setiap ada pengeluaran barang yang dicatat dalam kolom pengeluaran hanya
kuantitasnya sedan harga pokoknya baru dicatat pad akhir periode sekaligus. Cara
ini akan memberikan hasil perhitungan persediaan akhir dan harga pokok
penjualan yang sama besar dengan cara fisik.
Tanggal 18 100 Rp = Rp
Kg
Februari 126,00 12.600
@
200
Rp = Rp
Kg
116,00 23.200
@
Rp
35.800
200
10 Rp = Rp
Tanggal Kg
Februari 116,00 23.200
@
200
Rp = Rp
Kg
110,00 22.000
@
Rp
45.200
Rp
81.000
300
18 Rp Rp
Tanggal Kg
Februari 116,00 34.800
@
300
10 Rp = Rp
Tanggal Kg
Februari 110,00 33.000
@
100
Rp = Rp
Kg
100,00 10.000
@
Rp
43.000
Rp 77.800
Karena adanya perubahan nilai uang maka penggunaan metode ini memerlukan
data indeks harga setiap periode. Indeks ini akan digunakan untuk membandingkan
persediaan dalam 2 tanggal yang berbeda agar dapat diketahui apakah ada
kenaikan atau penurunan persediaan. Misalnya pada tanggal 31 Desember 2007
persediaan barang seharga Rp 1.500.000,00 dan pada tanggal 31 Desember 2008
sebesar Rp 1.650.000,00 . apabila dalam tahun 2008 tidak ada perubahan tingkat
harga, bisa dikatakan bahwa persediaan telah bertambah 10 %. Tetapi karena
adanya perubahan nilai mata uang maka untuk dapat megetahui berapa kenaikan
atau penurunan persediaan, kedua jumlah persediaan diatas harus dinyatakan dalam
rupiah yang nilainya sama; yaitu dengan indeks. Misalnya persediaan barang
tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp 2.100.000,00 (dengan harga pada tanggal
tersebut) dikathui selama tahun 2008 terjadi kenaikan harga barang-barang tersebut
10 %, maka persediaan tanggal tanggal 31 Desember 2008 dengan nilai rupiah 31
Desember 2007 adalah sebesar Rp 2.100.000,00 : 1,10 = Rp 1.909.090,00.
Apabila terjadi terjadi penurunan jumlah persediaan maka penurunan tadi akan
dikurangkan pada kenaikan persediaan dengan indeks terakhir, disusul dengan
persediaan dengan indeks sebelumnya dan seterusnya. Contoh sebagai berikut:
Indeks
Pada tanggal 31 Desember 2005 mulai dipakai metode MTKP nilai rupiah.
31 Desember 2006
Jumlah persediaan dengan harga pada tanggal 31 Desember 2006: Rp
1.200.000,00. Perhitungan jumlah persediaan dengan metode MTKP Nilai rupiah
sbb:
Pada akhir periode jumlah barang yang ada dalam gudang dihitung. Jumlah
persediaan besi dinilai dengan harga pokok yang tetap sedangkan selisih antara
jumlah barang yang ada dengan jumlah persediaan besi dinilai dengan harga pada
saat tersebut (bisa dengan metode MTKP, rata-rata tertimbang atau metode-metode
lain).
Misalnya PT. Risa Fadila menetapkan persediaan besi sebesar 1.000 unit dengan
harga pokok Rp 250,00/ unit. Pada tanggal 31 Desember 2008 perhitungan fisik
menunjukkan jumlah persediaan sebanyak 1.300 unit. Harag pokok barang-barang
tersebut pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sbb:
Kelebihan diatas
= Rp
Persediaan besi 1.000 unit @ Rp 250,00
250.000,00
Kekurangan Di
bawah
= Rp
Persediaan besi 200 unit @ Rp 400,00
120.000,00
= Rp
Nilai Persediaan 800 unit
170.000,00
Contoh :
@ Rp
Februari 1 Persediaan awal 100 unit
100,00
@ Rp
Februari 15 Pembelian 400 unit
116,00
@ Rp
Februari 24 Pembelian 100 unit
126,00
= Rp 113,00
Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka metode ini tidak
menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan.
Metode ini bagi pimpinan perusahaan untuk merencanakan dan mengawasi biaya-
biayanya. Agar metode ini dapat digunakan, rekening-rekening biaya harus
dipisahkan menjadi biaya variabel dan tetap. Karena yang dimasukkan dalam
perhitungan harga pokok produksi hanya biaya-biaya yang variabel, metode ini
tidak diterima sebagai prinsip akuntansi yang lazim. Oleh karena itu jika
digunakan metode biaya variabel maka pada akhir periode harus diadakan
penyesuaian terhadap persediaan dan harga pokok penjualan.
1. Persediaan akhir dicantumkan terlalu besar akibat dari salah hitung, harga
atau salah mencatat barang-barang yang sudah dijual.
Tahun Berjalan:
Laporan laba rugi; harga pokok penjualan terlalu kecil karena persediaan akhir
terlalu besar, dan laba terlalu besar.
Tahun berikutnya:
Laporan laba rugi; harga pokok penjualan terlalu besar karena persediaan awal
terlalu besar, dan laba terlalu terlalu kecil.
Neraca; kesalahan tahun lalu sudah diimbangi oleh kesalahan laporan laba rugi
tahun ini sehingga neraca benar (counter balanced).
2. Persediaan akhir dicantumkan terlalu kecil akibat dari salah hitung, harga
atau salah mencatat barang-barang yang sudah dibeli. Kesalahan-kesalahan
yang terjadi adalah kebalikan dari kesalahan nomor 1 diatas.
3. Persediaan akhir dicantumkan terlalu besar bersama dengan belum
dicatatnya piutang dan penjualan akhir periode.
Tahun berjalan:
Laporan laba rugi; penjualan terlalu kecil sebesar harga jual barang-barang tersebut
dan harga pokok penjualan terlalu kecil sebesar harga pokok barang-barang
tersebut sehingga laba bruto dan laba bersih terlalu kecil sebesar laba bruto dari
penjualan tersebut.
Neraca; piutang terlalu kecil sebesar harga jual barang-barang tersebut dan
persediaan barang terlalu besar sebesar harga pokok barang-barang tersebut,
sehingga modal terlalu kecil sebesar laba bruto dari penjualan tersebut.
Tahun berikutnya:
Laporan laba rugi; penjualan tahun lalu dicatat dalam tahun ini sehingga penjualan
terlalu besar sebesar harga jual. Harga pokok penjualan juga terlalu besar sebesar
harga pokok barang-barang tersebut karena persediaan awal terlalu besar, sehingga
laba bruto dan laba bersih terlalu besar sebesar laba bruto dari penjualan tersebut.
Neraca; kesalahan tahun lalu sudah diimbangi oleh kesalahan laporan laba rugi
tahun ini sehingga neraca benar (counter balanced).
4. Persediaan akhir dicantumkan terlalu kecil besama dengan belum dicatatnya
utang dan pembelian pada akhir periode.
Tahun berjalan:
Laporan laba/rugi; pembelian terlalu kecil, tetapi diimbangi dengan persediaan
akhir yang terlalu kecil. Oleh karena itu laba bruto dan laba bersihnya benar.
Neraca; modalnya benar, tetapi aktiva lancar dan utang jangka pendek terlalu kecil
Tahun berikutnya:
Laporan laba rugi; persediaan awal terlalu kecil tetapi diimbangi pembelian yang
terlalu besar karena pembelian tahun lalu dicatat daalm tahun ini. Oleh kaena itu
laab bruto dan laba bersihnya benar.
Kesimpulan:
persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan
atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari
persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi.
http://campusti.blogspot.co.id/2012/07/makalah-persediaan-barang.html#
http://kapanpunbisa.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-persediaan-barang.html