Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi
organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi
"penyalahgunaan" organ reproduksi tersebut.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin
atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara - perkara hubungan intim antara laki-laki
dengan perempuan
Menurut kamus, kata "pendidikan" berarti "proses pengubahan sikap dan tata laku
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Sedangkan kata seks mempunya dua pengertian. Pertama, berati jenis kelamin dan yang ke
dua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat kelamin, misalnya persetubuhan atau
sanggama. Padahal yang disebut pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang
jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis,
dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang
pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan kelamin.
Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan
kembali pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan seks berusaha menempatkan seks
pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan
seks kita dapat memberitahu anak-anak usia sekolah dasar  bahwa seks adalah sesuatu yang
alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu juga dapat diberitahu mengenai
berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya.

2.2  Tujuan Pendidikan Seks


          Tujuan pendidikan seks jika disesuaikan berdasarkan usia dengan perkembangan usia yaitu
sebagai berikut :
a.       Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya,
termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
b.      Usia Sekolah Dasar (6-10)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) menginformasikan asal-usul
manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
c.       Usia Menjelang Remaja
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk
tubuhnya.
d.      Usia Remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan seperti seks bebas.
Menanamkan moral dan prinsip ‘Say no’ untuk seks pranikah serta membangun penerimaan
terhadap diri sendiri.
e.       Usia Pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
f.       Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualiatas dan berguna untuk
melepaskan ketegangan dan stress.

Tujuan Pendidikan Seks secara Teoritis:


1)      Pendidikan seks di sekolah-sekolah dapat membantu anak memahami dampak dari seks
dalam kehidupan mereka, sehingga hubungan seks bebas dikalangan remaja dapat diatasi
denagn memberi dan memperluas pengetahuan mereka tentanhg bahayanya.
2)      Pendidikan seks juga menjawab semua pertanyaan yang ada dibenak mereka seiring dengan
perubahan yang terjadi pada tubuh mereka.
3)      Pelecehan seksual saat ini semakin marak terjadi di seluruh dunia, sehingga pendidikan seks
ini dapat berperan aktif dalam menangani masalah penganiayaan dan pelecehan seksual ini.
4)      Pengetahuan seks yang mereka dapat dari sekolah akan jauh lebih baik ketimbang harus
membiarkan mereka mencari sendiri informasi tentang materi seks dan pornografi dari
internet. Karena terkadang informasi yang mereka dapat dari internet itu hanya akan
menyesatkan mereka dan menimbulkan pemahaman yang salah.

2.3   Manfaat Pendidikan Seks pada Anak SD


1.        Mengerti dan memahami dengan peran jenis kelaminnya

Dengan diberikannya pendidikan seksualitas pada anak, seorang anak laki-laki


diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi laki-laki seutuhnya, begitu pula dengan anak
perempuan, diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi seorang perempuan seutuhnya.
Sehingga tidak ada lagi yang merasa tidak nyaman dengan peran jenis kelamin yang
dimilikinya.

2.        Menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wajar dan apa adanya

Masa kanak-kanak adalah masa dimana seorang manusia sedang mengalami


pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis. Terutama saat mereka
mulai memasuki masa pubertas, dimana perubahan fisik dan psikis mengalami tahap paling
cepat dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya. Dengan diberikannya pendidikan
seksualitas menjadikan anak-anak mengerti dan paham tentang bagaimana mereka menyikapi
perubahan-perubahan tersebut, sehingga mereka tidak akan merasa asing, kaget, bingung, dan
takut saat menghadapinya

3.        Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat

Sebaiknya, orang-orang terdekat seperti orang tua dan guru bisa menjadi sosok yang
menyenangkan bagi anak untuk bisa memenuhi rasa ingin tahunya yang menggebu tentang
banyak hal termasuk tentang seksualitas. Ini dimaksudkan agar anak tidak memutuskan untuk
mencari tahu jawaban akan pertanyaan-pertanyaannya melalui teman, komik, VCD, ataupun
media lainnya yang tidak menjamin anak mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.

4.        Memperkuat rasa percaya diri dan bertanggung jawab pada dirinya

Percaya diri akan timbul jika seorang anak sudah merasa nyaman dengan dirinya.
Anak akan merasa nyaman pada dirinya jika telah mengetahui setiap bagian dari dirinya juga
fungsi dari bagian-bagian tersebut. Sehingga, anak akan mengetahui apa yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan. Pada akhirnya, anak akan mulai belajar untuk bertanggung jawab atas
dirinya sendiri.

5.        Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta

Pemahaman tentang bagian-bagian dan fungsi-fungsi yang ada pada tubuhnya akan
membuat anak semakin mengerti dan memahami betapa luar biasanya ciptaan Tuhan YME.

Keluarga merupakan faktor utama pembentukan kepribadian seorang anak agar


menjadi sosok yang diharapkan. Karena dari lingkungan keluarga anak mulai belajar
mengenal dirinya, membentuk dirinya menjadi seseorang yang memiliki pandangan diri.
Melalui jalinan kerjasama antara orang tua dengan berbagai pihak yang dapat dipercaya,
antara lain pihak guru sebagai Pembina bagi anak saat di sekolah untuk membantu kita
memenuhi hak anak agar menjadi manusia seutuhnya. Meskipun ada banyak pihak yang telah
membantu mensiasati masalah ini, orang tua tidak bisa langsung lepas tangan begitu saja.
Lagi-lagi orang tua diharapkan mampu menjadi sosok pendukung, penyaring, dan penguat
terhadap apa yang telah anak pelajari dari pihak-pihak yang telah membantu. Untuk itulah,
diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan berbagai elemen pendukung, agar
tercipta tumbuh kembang anak yang utuh dan optimal.

2.3     Pentingnya Pendidikan Seks pada Anak SD


Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika
tidak mendapatkan pendidikan seks yang tepat, mereka akan termakan mitos-mitos tentang
seks yang tidak benar. Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua
yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka.
Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks
pranikah. Penyebabnya karena kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja.
Pendidikan seks yang dianggap tabu justru memberikan dampak negatif pada anak-
anak. Sebaliknya, seks harus diajarkan kepada anak dengan cara yang bijak. Pendidikan seks
adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual.
Informasi yang diberikan di antaranya pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan
menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar tidak terjadi ”penyalahgunaan” organ
reproduksi tersebut.
Pendidikan seks dapat dikatakan sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan
berkeluarga yang memiliki makna sangat penting. Para ahli psikologi menganjurkan agar
anak-anak sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan pendidikan seks yang sesuai
dengan tahap perkembangan kedewasaan mereka.
Informasi tentang seks bisa diberikan sejak anak sudah bisa melakukan komunikasi
dua arah, Orang tua saat ini perlu dibekali pengetahuan mengenai seks, karena tidak jarang
juga anak-anak yang bertanya akan masalah seks. Kurangnya pembekalan tentang seks
membuat anak menjadi bingung dan bisa mencari informasi yang salah, sebab didapat dari
narasumber yang tidak layak. Hasil akhirnya tentu tidak sesuai dengan harapan dan manfaat 
Sesungguhnya orang tua tidak perlu ragu lagi akan pentingnya pendidikan seks sejak
dini. Hilangkan rasa canggung yang ada dan mulailah membangun kepekaan akan kebutuhan
pendidikan seks pada anak. Apabila tidak dimulai sejak dini maka akan lebih membahayakan
apabila anak beranjak remaja. Para remaja bisa mencari informasi yang berhubungan dengan
seks melalui berbagai sumber seperti buku, majalah, film, internet dengan mudah.
Padahal, informasi yang didapat belum tentu benar dan bahkan mungkin bisa
menjerumuskan atau menyesatkan. Oleh sebab itu, orang tua disarankan agar mulai
membiasakan berdialog dengan anak, dan anak juga dapat menggunakan orang tua sebagai
narasumber yang tepercaya.

2.4         Penyampaian Pendidikan Seks pada Anak SD


Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan
mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri. Dengan cara mengajarkan anak
untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun
buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain.
Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan
mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh.
Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup,
misalnya pada manusia. Sehingga orangtua dapat memberikan penjelasan mengenai dampak-
dampak yang akan diterima bila anak sudah melakukan hal-hal yang menyimpangnya.
Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena
justru akan berdampak negatif pada anak. Di sini orangtua sebaiknya melihat faktor usia.
Artinya ketika akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju.
Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kristis dan ingin tahu tentang
segala hal.
Jika menunda memberikan pendidikan seks pada saat anak mulai memasuki usia
remaja, maka itu sudah terlambat. Karena di zaman di mana informasi mudah didapat dari
Internet dan teman sebaya, maka saat anak usia remaja mereka telah mengetahui lebih banyak
tentang seks dan kemungkinan besar dari sudut pandang yang salah.
Cara yang dapat digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain
melalui media gambar atau poster, lagu dan permainan. Pemahaman pendidikan seks di usia
dini ini diharapkan anak agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks.
Hal ini dikarenakan adanya media lain yang dapat mengajari anak mengenai pendidikan seks
ini, yaitu media informasi. Sehingga anak dapat memperoleh informasi yang tidak tepat dari
media massa terutama tayangan televisi yang kurang mendidik.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar
pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu
tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi
yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka
anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika
informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau internet yang informasinya bisa jadi salah.
Karena itu, lindungi anak-anak anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan
mengenai seks dengan cara yang tepat.
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis
juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral.
Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia.
Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak
dan moral juga.
Berikut ini ada beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai
dengan tingkat usia anak :
      Balita (1-5 tahun)
Pada usia ini, bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah, yaitu
dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat.
Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek.
Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan
sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua,
maka si anak harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya. Dengan
demikian, anak-anak bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan
pelecehan seksual terhadap anak.

      Usia 5-10 tahun
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan
bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi.
Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.
      Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid,
mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda
bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau
terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.
      Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda
perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan
mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara
emosi.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar
pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu
tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi
yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka
anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika
informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah.
Karena itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai
seks dengan cara yang tepat.
Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan
anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan sendirinya
anak diharapkan akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa
mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa
ditimbulkan dari penyimpangan tersebut.
      Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan
membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Hal ini
akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak
laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu
dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
     Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan,
kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
      Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
     Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak,
seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi.
     Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan
tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun  belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena
perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
     Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
      Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga
perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga
perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar
benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

  Materi Pendidikan Seks yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) Terutama kelas 5-6
         Keterbukaan pada orang tua
         Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu pada jenis
kelamin dan bukan lagi tentang hal-hal diluar itu (hubungan laki-laki dan perempuan, proses
membuat anak dst)
         Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
         Pengenalan bagian tubuh organ dan fungsinya.
         Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks menggunakan bahasa ilmiah, seperti
‘Penis’, ‘’Vagina.
         Pengenalan system organ seks secara sederhana.
         Anatomi system reproduksi secara sederhana.
         Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh termasuk organ reproduksi.
         Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
         Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
         Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
         Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
         Ciri seksualitas primer dan sekunder.
         Proses terjadinya mimpi basah.
         Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
         Memberikan pemahaman pada para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat
memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi
secara umum.

2.5         Peran Orang tua dalam Pendidikan Seks Anak SD


Ketika orang tua anak menghadapi masalah dan tidak tahu harus bagaimana
membuka mulut untuk memulai pembicaraan, sering kali mereka mengambil tindakan yang
pasif, atau mengira diserahkan kepada guru di sekolah untuk mengajar mereka dengan lebih
layak.
Sebenarnya nilai pandang dan sikap orang tua itu sendiri terhadap seks merupakan
siklus belajar bagi anak - anak mereka. Jika menerima penyampaian seks yang menyimpang
(dari media) atau menerima informasi tentang seks yang salah, ayah dan ibu mempunyai
kewajiban untuk segera memberikan bimbingan yang tepat dan mengklarifikasi
permasalahan, juga harus mencegah agar informasi dari media yang tidak sehat tidak
menyerang masuk ke dalam keluarga. Sebenarnya keluarga merupakan siklus yang paling
penting dalam melaksanakan pendidikan seks.
Di bawah ini adalah beberapa prinsip penting di dalam pendidikan seks keluarga,
kami berikan kepada para orang tua sebagai bahan referensi:
1.         Siap Memberikan Pendidikan Seks setiap saat

Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak yang selalu ingin tahu
terhadap seks yang kemungkinan bisa muncul sewaktu - waktu, sebagai orang tua kita harus
selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan kesempatan untuk
memberikan bimbingan.

Misalnya, ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau pun
pelecehan seksual, harus segera memberikan bimbingan kepada anak agar anggota tubuhnya
sendiri tidak dibiarkan untuk sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu konsep untuk
menghormati dan menghargai tubuh sendiri.
2.         Memberi Teladan dan Bimbingan Lisan Secara Bersamaan

Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan kelakuan dari para
orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak - anak mereka, menjadi bahan perbandingan,
bersamaan itu juga dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua mereka sendiri
memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa,
maka bisa mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak - anak.

3.         Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat

Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang
seks yang benar, dan ketika anak mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif
di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi jawaban yang
sederhana dan tepat.

Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin harus
menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan jangan menggunakan istilah 'burung' atau
lainnya sebagai pengganti. Biarkan anak mengenal istilah yang benar sejak dini. Ketika
memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan, sikap harus rileks dan wajar, jangan
membiarkan perasaan dan nada suara tegang mempengaruhi anak.

4.         Penekanan untuk menghormati dan privasi

Menghormati dan privasi adalah konsep penting di dalam pendidikan seks, biarkan anak
dalam penjelajahan rasa ingin tahunya tentang seks, mereka juga belajar menghormati orang
lain. Memberi bimbingan jangan sembarangan menjamah bagian tubuh yang bisa membuat
orang lain tidak nyaman, misalnya bagian dada dan lain-lain.

Pendidikan seks bila dilakukan oleh orang tua sebagai orang yang paling dekat bagi si
anak akan dapat membuat anak merasa aman selama dalam proses penjelajahan terhadap
masalah seks. Dan dengan peran orang tua untuk berkomunikasi dalam keluarga secara
positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah berperilaku negatif. Penyampaian
pengetahuan seks secara benar, akan menentukan nilai pandang dan sikap mereka terhadap
seks, dan hal ini juga sangat menentukan keharmonisan keluarga anak di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai