MAKALAH Gadar Tutik PDF
MAKALAH Gadar Tutik PDF
DISUSUN OLEH :
NIM : 2018.A.09.0783
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
perkenaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah yang berjudul “Kondisi Neonatal yang berisiko
kegawatdaruratan dan Asuhan Kebidanan penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal“ merupakan tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan dan
Perencanaan Keluarga. Makalah ini sesuai dengan bahan dan sumber yang telah
penulis peroleh.
Namun demikian, saya selaku penulis menyadari keterbatasan dan
kekurangan kami dalam menyusun makalah ini yang masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak terutama dari para Dosen dan teman-teman sekalian untuk
menyempurnakan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua yang akan menuju
kedalam kesuksesan.
Atas perhatiannya,saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.2.8 Penilaian ........................................................................................ 26
2.3 Penanganan Bayi Baru Lahir Bermasalah ................................................ 27
2.3.1 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau Prematur Kecil . 27
2.3.2 Hipotermia .................................................................................... 27
2.3.3 Kejang ........................................................................................... 28
2.3.4 Bayi Prematur Sedang Atau Bblr .................................................. 28
2.3.5 Bayi Prematur Dan/Atau Ketuban Pecah Lama Dan Asimptomatis 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa
3. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin
4. Memiliki ketrampilan klinik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan
yang matang untuk melakukan suatu tindakan untuk mencegah
kegawatdaruratan terhadap neonatus.
Terdapat banyak kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatal
yaitu BBLR Asfiksia BBL, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Masalah
Pemberian Air Minum, Gangguan Nafas Pada BBL, Kejang pada BBL,
Infeksi Neonatal, Rujukan dan Transportasi BBL, Perdarahan, Syok/Renjatan.
4
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak
Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang,
otot hipotonik- lemah.
Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan
sekitar 40- 50 kali per menit.
Kepala tidak mampu tegak
Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/
preventif adalah langkah yang penting.Hal-hal yang dapat dilakukan:
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4
kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan
muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau
dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan
perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun).
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai
kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan
dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan
bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi.
5
Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik,
metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu
bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air
panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
Makanan bayi prematur.
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim
peneernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB
dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi
yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama
sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan
cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbilirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
6
Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam.
Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia pernapasan.
Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.
Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan
tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan
prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR)
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
7
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:
Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat,
dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada,
pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi
jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat
Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3
cm.
Menghisap mulut, hiduan kadang trachea.
Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan
balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
Kompresi dada.
Pengobatan
Persiapan Alat Resusitasi
8
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
2 helai kain / handuk.
Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
Kotak alat resusitasi.
Jam atau pencatat waktu.
2.1.2 Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia
dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen
(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi
glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat
hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan
yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori. Etiologi
dan faktor predisposisi dari hipotermia antara lain: prematuritas,
asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan
cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan
eksposure suhu lingkungan yang dingin. Penanganan hipotermia
ditujukan pada:
Mencegah hipotermia
Mengenal bayi dengan hipotermia
Mengenal resiko hipotermia
Tindakan pada hipotermia.
9
Tanda-tanda klinis hipotermia :
- Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara
lain: kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah
dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
- Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain:
sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat
tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan
asidosis metabolik.
- Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung
kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat,
kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (sklerema).
2.1.3 Hipoglikemia
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi
memiliki kadar gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat rendah
dibandingkan pada bayi yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar
10
gula dibawah 50 mg/dL maka bayi tersebut termasuk menderita
hipoglikemia. Ini bukanlah kondisi yang aman untuk bayi karena ketika
kadar gula darah bayi sangat rendah maka sel otak dan otot tubuh bayi
tidak memiliki energi atau tenaga untuk berfungsi dengan baik. Tubuh
bayi membutuhkan kadar gula yang normal untuk bisa bekerja dengan
sehat dan baik. Masalah hipoglikemia pada bayi bisa berlangsung dalam
waktu singkat atau lama tergantung dengan kondisi kesehatan bayi.
Perawatan hipoglikemia pada bayi :
Berikan ASI atau susu formula
Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus
sehingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan
baik. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memberikan ASI
atau susu formula pada bayi dengan kadar gula darah yang rendah,
yaitu:
Cobalah untuk memberikan ASI atau susu formula secara sering
meskipun itu dalam waktu yang singkat.
Cobalah berusaha untuk memberikan kolostrum pada bayi karena ini
sangat baik untuk meningkatkan kadar gula darah. Jika bayi dirawat
di NICU maka biasanya perawat yang akan memberikan lewat botol
susu.
Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa
terdesak untuk minum dengan baik.
Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan
susu formula yang bisa dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih
baik dari ASI karena mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.
Pemberian cairan IV untuk bayi
Jika dalam kondisi tertentu bayi tidak bisa minum ASI dan susu
formula dengan baik maka dokter biasanya memutuskan untuk
memberikan cairan IV yang mengandung gula. Perawatan ini
dilakukan selama beberapa hari hingga kadar gula darah dalam
tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Perawatan ini juga paling
11
sering dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat badan yang
rendah, termasuk bayi prematur.
Tindakan operasi mengeluarkan pankreas bayi
Jika berbagai jenis perawatan sudah dilakukan dan kadar gula darah
bayi menurun terus, maka dokter bisa melakukan tindakan operasi
atau bedah untuk mengeluarkan bagian pankreas. Pankreas adalah
organ dalam tubuh bayi yang berfungsi untuk menghasilkan insulin.
Namun tindakan perawatan ini sangat jarang dilakukan karena bisa
meningkatkan resiko kesehatan untuk tubuh bayi.
2.1.4 Ikterus
Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata
menjadi kekuningan sebagian besar (80%) akibat penumpukan bilirubin
(hasil pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena ketidak cocokan
gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran. Ikterus
dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin mengakibatkan
gangguan saraf pusat). Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul,
kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24
jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus
hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan
infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja pucat
seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem
empedu.
Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER.
Jika hasil pemeriksaan anda pada bayi A, usia 8 hari menunjukkan
kuning terlihat pada daerah kepala, leher, berapakah derajat ikterus yang
dialami oleh bayi A.
Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher
Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke
atas)
12
Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki
13
Perawatan pasca natal yang baik dan berkualitas
Diagnosis Anamnesis
Riwayat cara pemberian minum bayi
Riwayat terjadinya masalah pemberian minum
Riwayat penimbangan bayi
Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
14
Disease/HMD ( gangguan nafas pada bayi prematur akibat paru-paru
belum matang) serta Transient Tachipnoe Of Newborn/TTN (gangguan
nafas yang sifatnya sementara).
Untuk menegakkan diagnosa gangguan nafas bayi baru lahir
tentunya harus berdasarkan sejumlah pemeriksaan. Disamping gejala
klinis yang ada seperti nafas cepat, sesak nafas, bayi terlihat kebiruan, bayi
tidak menangis, perlu pemeriksaan penunjang seperti rontsen dada,
pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan bayi dengan gangguan nafas adalah
penatalaksanaan bayi pada umumnya seperti diberikan oksigen bila sesak,
pemberian cairan baik untuk makanan maupun cairan infus, pemberian
antibiotika bila ada infeksi. Apabila sampai bayi berhenti bernafas
tentunya kita harus menggunakan alat khusus yaitu ventilator sebagai alat
bantu pernapasan.
15
Lihat : apakah mulut bayi mencucu?
Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa
rangsangan. Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang
cukup khas pada tetanus neonatorum
Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? Biasanya
menunjukkan ada proses tekanan intra kranial atau kerusakan susunan
saraf pusat lainnya.
16
dengan berbagai latar belakang penyebab. Air ketuban keruh bercampur
mekonium (selanjutnya disebut AKK) dapat menyebabkan sindrom
aspirasi mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia neonatorum yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi neonatal.
Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan radiologis.
Penyebab SAM belum jelas mungkin terjadi intra uterin atau segera
sesudah lahir akibat hipoksia janin kronik dan asidosis serta kejadian
kronik intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor Apgar <5 pada menit
ke lima, mekonium kental, denyut jantung yang tidak teratur atau tidak
jelas, dan berat lahir. Diagnosis infeksi neonatal sulit, didasarkan atas
anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Banyak
panduan atau sistem skor untuk menegakkan diagnosis infeksi neonatal.
Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
infeksi neonatal adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di Indonesia.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan serebrospinal,
urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik sangat berguna sebagai
indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas dan
ketelitian diagnosis serta berguna untuk memberikan menghentikan secara
dini terapi antibiotik. Namun tidak ada satupun uji diagnostik terbaru
tunggal yang cukup sensitif dan spesifik.
17
payudara tetap produktif. Dalam menangani bayi baru lahir petugas
senantiasa diharapkan:
Mewaspadai faktor resiko
Mengenal tanda-tanda resiko tinggi
Mengetahui indikasi rujukan
Factor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan rujukan
Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan
puskesmas hinggga rumah sakit tempat rujukan
Adanya komunikasi 2 arah antara yang merujuk dan tempat rujukan
Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama
24 jam
Tersedianya lat kesehatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan di tempat
yang merujuk dan di tempat rujukan
Tersedianya sarana angkutan/transportasi selama 24 jam
Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk
transport,perawatan dan pengobatan di rumah sakit.
Tersedianya dana insentif bagi petugas kesehatan yang siaga 24 jam
Tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan
Persiapan rujukan yang memadai
Penerangan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang
ditemukan atau diduga
Izin rujukan atau tindakan lain yang akan dilakukan
Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, riwayat kelahiran,
riwayat penyakit) yang ada, yang sudah dilakukan dan yang mungkin
diperlukan (hasil laboratorium,, foto Rontgen, contoh darah ibu).
Stabilisasi keadaan vital janin/bayi baru lahir selama perjalanan
merujuk
Bagi petrugas yang menerima rujukan berupa penanganan kasus
rujukan
18
Pembinaan kemampuan dan keterampilan teknis petugas puskesmas
oleh dokter spesialis kebidanan dan anak dalam penanganan kasus
rujukan nenonatuis sakit, minimal sekali setiap 3 bulan
Bentuk kegiatannya berupa:
Telah (review) kasus rujukan
Audit maternal-perinatal/neonatal
Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan dokter spesialis
Penerapan prosedur tetap pelayanan esensial dan tatalaksana penyakit
pada nenonatus di setiap jenjang pelayanan kesehatan.
2.1.10 Perdarahan
Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal
(arteri, vena atau kapiler) ke dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena
hilangnya kontinuitas pembuluh darah. Sedangkan perdarahan dapat
berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu :
Kontraksi pembuluh darah
Pembentukan gumpalan trombosit (platelet plug)
Pembentukan trombin dan fibrin yang memperkuat gumpalan
trombosit tersebut.
Umumnya peranan ketiga mekanisme tersebut bergantung kepada
besarnya kerusakan pembuluh darah yang terkena. Perdarahan akibat luka
kecil pada pembuluh darah yang kecil dapat diatasi oleh kontraksi arteriola
atau venula dan pembentukan gumpalan trombosit, tetapi perdarahan yang
diakibatkan oleh luka yang mengenai pembuluh darah besar tidak cukup
diatasi oleh kontraksi pembuluh darah dan gumpalan trombosit. Dalam hal
ini pembentukan trombin dan akhirnya fibrin penting untuk memperkuat
gumpalan trombosit tadi. Disamping untuk menjaga agar darah tetap
didalam salurannya diperlukan pembuluh darah yang berkualitas baik. Bila
terdapat gangguan atau kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga
mekanisme tersebut, terjadilah perdarahan yang abnormal yang sering kali
tidak dapat berhenti sendiri.
19
Pada perdarahan akut dapat diberikan carian intravena atau
transfusi darah atas indikasi yang tepat. Karena dapat terjadi renjatan dan
gawat janin, mungkin diperlukan perawatan intensif; pemberian preparat
besi biasanya ditangguhkan. Jenis perdarahan menahun umumnya tidak
memerlukan transfusi darah; dalam kasus ini senyawa besi dapat langsung
diberikan.
Penanganan bayi kembar dengan sindrom transfusi feto-fetal
memerlukan tindakan cepat dan tepat, serupa dengan tindakan gawat
darurat. Bayi kembar donor yang mungkin dalam keadaan gawat
memerlukan parawatan intensif yang umum, seperti pembebasan jalan
nafas, pemberian oksigen, pemberian cairan intravena atau darah,
pengelolaan keseimbangan asam-basa dan parameter hematologik lainnya.
Bila terdapat gejala payah jantung, dapat diberikan digitalisasi dengan
pemberian digoksin 0,03-0,05 mg/kg.BB/hari secara parenteral, yang
mungkin perlu disertai degnan pemberian furosemid 0,5-1,0
mg/kg.BB/kali secara intramuskular, dan dapat diulang setelah 2 jam.
Penatalaksanaan perdarahan subaraknoid umumnya bersifat
simptomatik, misalnya pengobatan terhadap kejang atau gangguan nafas.
Selanjutnya perlu dilakukan observasi terhadap kadar darah tepi dan
sistem kardiovaskular serta kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia.
Selain itu perlu diawasi terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi
hidrosefalus.
20
mortalitas yang serius dalam kaitannya dengan mekanisme kompleks yang
menyertai pada masa transisi janin-bayi baru lahir dan aspek-aspek unik
lainnya dari fisiologi bayi baru lahir.
Terdapat 3 fase syok yaitu : kompensasi, dekompensasi dan
irreversibel. Fase kompensasi ditandai: frekuensi jantung, frekuensi napas,
tekanan darah dan suhu tidak terganggu atau terjadi gangguan minimal.
Tanda klinis fase ini adalah pucat, takikardia, kulit perife lembab, capilary
refill memanjang. Bila mekanisme homeostasis sudah jenuh atau tidak
adekuat akan terjadi fase dekompensasi. Fase dekompensasi ditandai
dengan tekanan darah yang makin menurun, capilary refill sangat
memanjang, takikardi, kulit dingin, nafas cepat (untuk mengkompensasi
asidosis metabolik) dan jumlah urin berkurang atau tidak ada. Penanganan
yang terlambat akan mengakibatkan terjadinya syok irreversibel.
Syok pada bayi baru lahir dapat terjadi karena berbagai macam faktor:
Hipovolemia
Sepsis
Reaksi obat (anafilaktik)
Kardiogenik
Neurogenik
Endokrinogenik
Tumbuh kembang
Pada bayi-bayi baru yang mengalami syok, setelah pulang dari RS
perlu pemantuan selanjutnya di Poliklinik Perinatologi selama bulan
pertama dan kembang selama masih bayi maupun balita.
Bayi-bayi yang ada gejala sistim neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi
medik untuk fisioterapi.
Langkah promotif/preventif
Mencegah dan identifitasi awal infeksi maternal
Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini
Menghindari anestesi dan mencegah hipotensi maternal
21
Perawatan antenatal yang baik
Mencegah persalinan prematur dan berat lahir rendah
Mencegah asfiksia neonatorum
Melakukan resusitasi dengan benar
Identifikasi awal terhadap kemungkinan terjadinya hemolisis neonatus
Mencegah perdarahan fetal/neonatal
Mencegah sepsis neonatorum
Mencegah pulmonary air leak syndrome
Mencegah terjadinya over distensi paru saat ventilasi tekanan positif
Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko syok dan
pengelolaan yang efektif
22
Kondisi perlu tidakan awal
Potensial infeksi bakteri ( pada ketuban pecah dini atau pecah
lama)
Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau positif)
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan
segera (oleh tenaga di kamar bersalin)
lakukan asuhan bayi segera bayi baru lahir dalam jam pertama
setelah kelahiran bayi, rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan
sesuai.
23
Letargi
Hipotermia
Kejang
B. Bayi dengan kondisi atau masalah yang perlu di perhatikan di kamar
bersalin:
Bayi berat lahir rendah (BBLR) (1500 – 2500 g)
Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau serolohis positif)
24
4. Pertimbangkan pembrian nalokson (setelah tanda vital baik) jika ibu
mendapat petidin atau morfin sebelum melahirkan
5. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti, dan nilai apakah terjadi napas
spontan.
Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60 x/menit), tidak ada tarikan
dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak
diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi
sampai nafas spontan terjadi
6. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama5
menit setelah tangis berhenti :
Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60x/menit) tidak ada tarikan
dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak
diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
Jika frekuensi <30x/menit, lanjutkan ventilasi.
terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oksigen, jika
tersedia. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang dituju.
7. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi
Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.
Selama dirujuk jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika
diperlukan.
Jika tidak ada usaha bernafas, megap-megap atau tidak ada nafas
setelah 20 menit ventilasi, hentikan ventilasi; bayi lahir mati. Berikan
dukungan psikologis kepada keluarga.
25
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >
60x per menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih) beri
oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
3. Ukur suhu aksiler :
Jika suhu 36oC atau lebih, teruskan metode Kanguru dan mulai
pemberian ASI.
Jika suhu <36oC, lakukan penanganan hipotermia.
4. Mendorong ibu mulai menyusui: bayi yang mendapat resusitasi
cenderung hipoglikemia.
Jika kekuatan menghisap baik, proses penyembuhan optimal.
Jika menghisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat
pelayanan yang dituju.
5. Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar
bernafas kambuh, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang
dituju.
2.2.7 Penilaian
Banyak kondisi serius pada bayi baru lahir misalnya infeksi
bakteri, malformasi, asfiksia berat, penyakit hialin membran pada
prematur dengan gejala yang sama dengan sukar bernafas dan minum
lemah/tidak mau minum.
26
Diagnosis banding sukar tanpa bantuan tes diagnostik
lengkap.Meskipun demikian tindakan segera harus dilakukan tanpa
diagnosis yang khusus.Bayi dengan masalah di atas harus segera dirujuk.
2.3.2 Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil
atau pada bayi yang diresusitasi atau dipisahkan dari ibu.Dalam
kasus-kasus ini, suhu dapat cepat turun < 35oC. Hangatkan segera:
27
1. Jika bayi sakit berat atau hipotermia berat (suhu aksiler < 35 oC
):
a. Gunakan alat yang tersedia (inkubator, radiant heater,
kamar hangat, tempat tidur hangat)
b. Rujuk segera ke tempat pelayanan kesehatan yang
mempunyai NICU,
c. Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30
atau > 60 x per menit, tarikan dinding dad kedalam atau
merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal
prong.
2. Jika bayi begitu tampak dan suhu aksiler 35oC atau lebih:
a. Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan
kain lunak, kering, selimuti, dan pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas
b. Dorong ibu untuk segera menyusui, setelah bayi siap
c. Pantau suhu aksiler setiap jam sampai normal
d. Bayi dapat diletakan kedalam inkubator atau dibawah
radiant heater
2.3.3 Kejang
Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang.Kejang dapat
disebabkan oleh maningitis, ensefalopati, atau hipoglekemia berat
1. Pastikan bayi dijaga tetap hangat bungkus bayi dengan kain
lunak, kering, selimuti dan pakai topi untuk menghindari
kehilangan panas
2. Rujuk segera ketempat pelayanan kesehatan yang mempunyai
NICU
28
1. Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas dan tetap hangat dengan
metode kanguru:
2. Rawat bayi tetap bersama ibu
3. Dorong ibu menyusui dalam 1 jam pertama
4. Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60
x per menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih), beri
oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong
5. Jika suhu aksila turun di bawah 35oC, hangatkan bayi segera
29
15. Ikterus
16. Pucat
17. Sfiroketa positif dari lesi cairan tubuh cairan serebrospinal
18. Jika tes srelogis ibu positif atau menunjukan gejala tetapi bayi
tidak menunjukan tanda-tanda sefilis, beri benzatin penisilin
50.000 unit/kg BB I.M. dosis tunggal.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Basri Saifuddin, SpOG, Mph.2002. Buku panduan Praktis Pelayanan
32
MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
PERSALINAN KALA I, II, III, DAN IV
DISUSUN OLEH :
NAMA : Tutik Darma Ningsih
NIM : 2018.A.09.0783
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas segala berkat dan cinta kasih-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan pada waktunya. Adapun judul dalam penulisan makalah ini
adalah “Asuhan Kebidanan Kegawat Daruratan Persalinan Kala I, II, III, Dan
IV.”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah ikut membantu dalam penulisan makalah ini,sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
sekali kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu penulis dengan kerendahan hati
mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
maupun mahasiswa khususnya Stikes Eka Harap Palangka Raya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................
.................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .................................................................................................
.................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Definisi Kegawatdaruratan ................................................................... 3
2.2 Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II .......................................... 3
2.3 Kegawatdaruratan Persalinan Kala III dan IV ..................................... 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik
<90 mmHg, nadi > 100x/mnt, kadar Hb<8 g%). Perdarahan pascapersalinan
adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta,
kehamilan ektopik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
3
2) Presentasi Puncak Kepala
Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati
jalan lahir berada dalam keadaan fleksi. Dalam keadaan tertentu
fleksi kepala tersebut tidak terjadi, sehingga kepala dalam keadaan
defleksi. Bergantung pada derajat defleksinya maka dapat terjadi
presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasi muka.
Prsentasi puncak kepala atau disebut juga presentasi sinsiput,
terjadi apabila derajat defleksinya ringan , sehingga ubun-ubun
besar merupakan bagian terendah. Presentasi dahi, bila derajat
defleksinya lebih berat, sehingga dahi merupakaan bagian yang
paling rendah. Presentasi muka bila derajat defleksinya maksimal,
sehingga muka janin merupakan bagian yang terendah.
3) Presentasi Muka
Presentasi muka ialah dimana kepala dalam kedudukan
defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan
muka bagian meupakan bagian terendah menghadap ke bawah.
Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa
kehamilan dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu
persalinan.
4) Presentasi Dahi
Presentasi dahi ialah keadaan dimana kedudukan kepala
berada di antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga
dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi dahi
ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara, dan sebagian
besar akan berubah menjadi presentasi muka atau presentasi
belakang kepala.angka keajdian presentasi dahi kurang lebih satu
di antara 400 persalinan.
5) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
4
yakni : presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
6) Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uteri dengan kepala pada sisi yang satu dengan sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada
pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada didepan
(dorsoanteral), di belakang (dorsoposterior), di atas
(dorsosuperior), atau di bawah (dorsoinferior).
7) Presentasi Ganda
Presentasi ganda ialah keadaan dimana di samping kepala
janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan satu kaki,
atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
Presentasi ganda jarang ditemukan; yang paling sering diantaranya
ialah adanya tangan atau lengan disamping kepala.
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup
sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara
dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin yang
kecil.
5
a. Jenis jenis kelainan his adalah sebagai berikut:
1. Inersia Uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi
lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan
fundus tetap menonjol. Kelainan terletak dalam hal bahwa
kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang dari pada biasa.
2. His Terlampau Kuat
His terlampau kuat atau juga disebut hypertonic uterine
contraksion. Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir, khusunya serviks uteri vagina dan
perenium, sedangkan pada bayinya bisa mengalami perdarahan pada
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan yang kuat dalm
waktu singkat. Dalam keadaaan demikian lingkaran retraksi patologik
atau lingkaran bandl. Ligament rotunda menjadi teggang serta lebih
jelas teraba, penderita merasa nyeri terus menerus dan merasa gelisah.
Akirnya apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen bawah
uterus melampaui kekuatan jaringan, terjadilah rupture uteri.
3. Incordinate Uterine Action
Disini sifat his berubah. Tonus otot uterus meningkat juga diluar
his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi antara kontraksi bagian - bagiannya. tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hioksia pada janin.
6
dapat dijumpai pada primigravida yang umurnya lebih dari 35
tahun, yang lazim disebut primi tua.
Apabila perinium kaku, maka robekan sewaktu kepala lahir tidak
dapat dihindarkan. Dengan membuat episiotomi mediolateral yang
cukup luas (5-6 cm) ruptura perinei tingkat III dapat dicegah dan
partus kala II dipercepat.
b. Vulva
7
5. Varises
Maka sekarang pelebaran-pelebaran pembuluh balik itu
dianggap sebagai reaksi sistem vena, terutama dindingnya,
terhadap perubahan hormonal dalam kehamilan. Kiranya otot
polos dinding pembuluh darah, seperti otot-otot ditempat-tempat
lain, melemah akibat pengaruh hormon-hormon steroid. Karena
melemahnya dinding pembuluh dengan akibat melebarnya
pembuluh-pembuluh balik itu, maka isi sistem vena bertambah
dalam kehamilan dengan kira-kira 150%.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan, baik
yang di vulva/vagina maupun yang di tungkai, ialah
kemungkinan pecahnya pembuluh darah. Selain bahaya
perdarahan yang mungkin berakibat fatal, dapat pula terjadi
emboli udara.
6. Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma dijaringan
ikat yang renggang divulva, sekitar vagina atau ligamentum
latum. Bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus
insisi dan bekuan darah dikeluarkan.
c. Vagina
Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah :
1. Kelainan Vagina
Pada atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi
sehingga terdapat satu septum yang horizontal, bila penetupan
vagina ini menyeluruh menstruasi timbul tapi darahnya tidak keluar,
namun bila penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul
kesulitan kecuali mungkin pada partus kala II.
2. Stenosis Vagina Kongenital
Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya
kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu. Stenosis
dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada
8
stenosis vagina yang tetap laku dalam kehamilan dan merupakan
halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea.
3. Tumor Vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin per
vaginam, adanya tumor vagina bisa pula menyebabkan persalinan
per vaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko.
Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan
apakah persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau
diselesaikan dengan seksio sesar.
4. Kista Vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller,
letak lateral dalam vagina bagian proximal, ditengah, distal di
bawah orifisium urethra eksterna. Bila kecil dan tidak ada keluhan
dibiarkan tetapi bila besar dilakukan pembedahan. Marsupialisasi
sebaiknya 3 bulan setelah lahir.
d. Serviks
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan ialah
1. Distosia Servikalis
Karena dysfunctional uterine action atau karena parut pada
serviks uteri. Kala I serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan
tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala
janin.
e. Uterus
1. Retroflexio Uteri
Retroflexio uteri gravida yang tetap menimbulkan abortus atau
retroflexio uteri gravidi incarcerate. Jarang sekali kehamilan pada
uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup bulan. Jika ini
terjadi, maka partus dapat terjadi rupture uteri.
2. Prolapsus Uteri
9
Biasanya prolapsus uteri yang inkomplit berkut\rang karena
setelah bulan ke IV uterus naik dan keluar dari rongga panggul
kecil. Tetapi ada kalanya portio ini menjadi oedemateus.
3. Kelainan Bawaan Uterus
Kelainan bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam
penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran muller dan dalam
kanalisasi.
Uterus didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluran
muller berkembang sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun
sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks, dan 2 vagina.
10
kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian
bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang.
Bagaiman pun letaknya, hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvik dalam segala akibatnya.
11
Emboli cairan amnion ditemukan oleh Meyer pada tahun 1926 dari
hasil pemeriksaan postmortem. Pada tahun 1947 diuraikan sindrom
klinisnya oleh Steiner dan Lusbaugh. Mereka memperlihatkan bahwa
masuknya cairan ketuban dalam jumlah yang cukup banyak secara
mendadak ke dalam sirkulasi darah maternal akan membawa kematian (
fatal).
12
2. Rupture Uteri
3. Robekan Serviks
13
adapun menyebutkan bahwa inversio uteri adalah keadaan dimana
fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya kedalam kavum uteri.
14
a. akibat perdarahan
b. akibat nyeri
Syok adalah ketidak seimbangan antara volume darah yang
beredar dan ketersediaan sistem vascular bed sehingga menyebabkan
terjadinya:
1. Hipotensi.
2. Penurunan atau pengurangan perfusi jaringan atau organ.
3. Hipoksia sel.
4. Perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob.
Dengan demikian, dapat terjadi kompensasi peningkatan detak
jantung akibat menurunnya tekanan darah menuju jaringan.
Jika ketidakseimbangan tersebut terus berlangsung, akan terjadi:
1. Semakin menurunnya aliran 02 dan nutrisi menuju jaringan.
2. Ketidakmampuan sistem sirkulasi unruk mengangkut CO2 dan
hasil maabolisme lainnya sehingga terjadi timbunan asam laktat
dan asam piruvat di jaringan tubuh dan menyebabkan asidosis
metabolik.
3. Rendahnya aliran 02 menuju jaringan akan menimbulkan
metabolisme anaerob yang akan menghasilkan produk samping:
a. Timbunan asam laktat
b. Timbunan asam piruvat
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang
kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S,
Lee C, 2000).
Insidens perdarahan pasca persalinan biasa di akibatkan oleh atonia uteri
dan retensio plasenta.Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Jika plasenta belum lepas sama
sekali, tidak terjadi perdarahan tapi jika lepas sebagian maka akan terjadi
perdarahan yang merupakan indikai untuk mengeluarkannya.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
post partum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan
mekanisme ini.
Distosia ialah persalinan yang sulit. Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3
golongan,yaitu:
1. Kelainan tenaga : his yang tidak normal dalm kekuatan atau sifatnya
menyebabkan
bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan,tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami
hambatan atau kemacetan.
2. Kelainan janin : persalinan dapat mengalam gangguan atau kemacetan
karena kelainan
dalam letak atau dalam bentuk janin.
3. Kelainan jalan lahir : kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir
bisa mengahalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
16
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khusnya primigravida
tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia
uteri. Sampai seberapa jauh faktor emosi mempengaruhi kekuatan his, belum
ada persesuaian paham antara para ahli, satu sebab yang paling penting dalam
kelainan his,khus nya inersia uteri ialah apabila bagian bawah janin tidak
berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada
kelainan letak janin.
17
DAFTAR PUSTAKA
18