Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN
Meningioma Parasagital merupakan pertumbuhan sel-sel baru dan abnormal
(neoplasma) yang tumbuh di sudut parasagital tanpa adanya jaringan otak yang membatasi
tumor dan Sinus Sagitalis Superior. Pembedahan dapat memberikan komplikasi berupa
invasi massa tumor ke struktur di sekitarnya, seperti pada meningioma parasagital yang
dapat menginvasi ke dalam sinus dura. Pada sutdi kasus Tn.B (59 tahun) hari ke 0 post
operasi craiotomy ditemukan masalah keperawatan utama ketidakefektifan pola napas.
Ketidakefektifan pola napas paling banyak terjadi pada pasien dengan diagnosa medis
tumor yaitu sebanyak 33.33% dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas
sebanyak 15 responden atau sebesar 15,96 %. Masalah keperawatan ketidakefektifan pola
napas yang terjadi pada pasien post kraniotomi dapat terjadi karena pasien mengalami
perubahan neurologis dan efek pasca anastesi setelah dilakukan tindakan kraniotomi.
Anestesi umum difasilitasi oleh banyak obat, terutama opioid dan agen penghambat
neuromuskuler, yang dapat menghambat kontrol fisiologis pernapasan sehingga
menyebabkan penurunan frekuensi pernapasan. (A’la, Dewi, & Siswoyo, 2019).
Pemakaian sedasi biasanya lebih banyak digunakan pada pasien post craniotomy
yang memerlukan resuisitasi otak dan pada pasien yang gelisah atau pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran. Pasien dengan kesadaran samnolen akan beresiko untuk
terekstubasi dan pada pasien yang dengan penurunan kesadaran bertujuan untuk
mensinkronkan pernapasan pasien dengan ventilator (Susanti, Utomo, & Dewi, 2015).
Price (2005) dalam Nadia (2012) pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah. Pada kondisi berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis
metabolik.
Dx 1
Ketidakefektifan pola nafas merupakan pertukaran udara inspirasi dan atau
ekspirasi tidak adekuat (NANDA, 2018). Intervensi yang diberikan pada Tn.B untuk
mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas yaitu dengan monitor status
pernapasan dan manajemen ventilasi mekamik. Perencanaan intervensi keperawatan yang
diberikan yaitu dengan monitoring status hemodinamik dan status pernapasan,
memberikan posisi lateral kiri dengan elevasi kepala 300 untuk memaksimalkan perfusi dan
oksigenasi serta berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian ventilasi mekanik dan
terapi farmakologi.
Intervensi yang dapat direkomendasikan pada pasien yaitu dengan melakukan
posisi lateral kiri dengan elevasi kepala 30º. Penelitian oleh Karmiza, Muharriza, &
Huriani (2014) menunjukkan bahwa pemberian posisi lateral kiri dengan elevasi kepala
30º dapat meningkatkan tekanan parsial oksigen (pO2), yang merupakan salah satu
komponen yang penting pada proses pernafasan terutama pada pasien terpasang ventilasi
mekanik. Intervensi pemberian posisi lateral kiri dengan kepala 30º pada pasien yang
terpasang ventilasi mekanik memberikan dampak terhadap peningkatan tekanan darah baik
sistole maupun diastole, MAP, Hearth Rate dan Respiratory Rate (Yuswandi, Warongan,
& Rayasari, 2019).
Penelitian oleh El-Moaty, El-Mokadem, & Elhy (2017) tentang efek posisi
semifowler terhadap oksigenasi dan status hemodinamik pada pasien yang dirawat di ICU
dengan cedera kepala, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa posisi semifowler dengan
elevasi kepala 30 derajat memiliki dampak positif terhadap pernafasan berupa peningkatan
PaO2, SaO2, dan RR serta penurunan PaCO2. Sejalan dengan itu penelitian oleh
Subiyanto (2018) tentang pengaruh posisi lateral terhadap status hemodinamik pasien
dengan ventilasi mekanik di Ruang ICU diperoleh hasil posisi lateral 30 derajat selama 5
menit berpengaruh terhadap heart rate, respiratory rate, diastole dan Mean Arterial
Pressure (MAP).
Rodney dalam Karmiza, Muharriza, & Huriani (2014) menjelaskan bahwa posisi
lateral kiri dapat meningkatkan ventilasi dimana anatomi jantung berada pada sebelah kiri
di antara bagian atas dan bawah paru membuat tekanan paru meningkat, tekanan arteri di
apex lebih rendah dari pada bagian basal paru. Tekanan arteri yang rendah menyebabkan
penurunan aliran darah pada kapiler di bagian apex, sementara kapiler di bagian basal
mengalami distensi dan aliran darahnya bertambah. Efek gravitasi mempengaruhi ventilasi
dan aliran darah dimana aliran darah dan udara meningkat pada bagian basal paru. Pada
pasien yang menggunakan ventilator mekanik, efek gravitasi terhadap kapiler darah
menyebabkan peningkatan tekanan alveolar sehingga meningkatkan ventilasi.
Dx 2
Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan edema serebral, sebaliknya
tekanan darah terlalu rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga akan
menyebabkan edema dan peningkatan TIK. Salah satu penyebab peningkatan TIK yaitu
adanya masa salah satunya yaitu neoplasma. Gejala yang dijumpai pada klien sesuai tanda
umum peningkatan TIK yaitu sakit kepala, defisit neurologis berupa penurunan kesadaran,
gelisah, penurunan, letargi, penurunan fungsi motorik. Salah satu indikasi pemantauan TIK
yaitu pada pasien post craniotomy. Bila peningkatan TIK berlanjut dan progresif
berhubungan dengan penggeseran jaringan otak maka akan terjadi sindroma herniasi dan
tanda-tanda umum Cushing’s triad (hipertensi, bradikardi, respirasi ireguler) muncul. Pola
nafas akan dapat membantu melokalisasi level cedera.
Posisi head up 30 derajat merupakan cara memposisikan kepala seseorang lebih
tinggi sekitar 30 derajat dari tempat tidur dengan posisi tubuh sejajar dan kaki lurus atau
tidak menekuk. posisi elevasi kepala 30 derajat dapat meningkatkan aliran darah ke otak
dan memaksimalkan aliran oksigen ke jaringan otak. Posisi head-up 30 derajat bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi di otak sehingga menghindari terjadinya hipoksia
pasien, dan tekanan intrakranial menjadi stabil dalam batas normal. Selain itu, posisi ini
lebih efektif untuk mempertahankan tingkat kesadaran karena sesuai dengan posisi
anatomis dari tubuh manusia yang kemudian mempengaruhi hemodinamik pasien

Dx 3
Rentang nilai rujukan kadar albumin bervariasi tapi secara umum albumin serum yang kurang dari
2,5 mg/dl disebut abnormal dan konsentrasi yang kurang dari 1,5 mg/dl dapat menunjukkan
tanda klinis yang bermakna seperti edema. Pada post operasi stress yang berhubungan dengan
operasi dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka seperti oksigenisasi, thermoregulasi,
kondisi luka yang lembab, petugas kesehatan yang tidak bekerja sesuai dengan prinsi aseptik dan
antiseptik serta penggunaan alat-alat kesehatan yang tidak memenuhi standar sterilitas.

1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi untuk mendiganosa tumor otak (Kementrian
Republik Indonesia, 2017):
1) CT scan dengan kontras
CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal
penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk melihat kalsifikasi, lesi
erosi/destruksi pada tulang tengkorak
2) MRI dengan kontras
MRI dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan
sangat baik untuk tumor infratentorial, namun mempunyai keterbatasan
dalam hal menilai kalsifikasi.
3) PET CT (atas indikasi)
Pemeriksaan positron emission tomography (PET) dapat berguna
pascaterapi untuk membedakan antara tumor yang rekuren dan jaringan
nekrosis akibat radiasi.
4) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terutama dilakukan untuk melihat keadaan
umum pasien dan kesiapannya untuk terapi yang akan dijalani (bedah,
radiasi, ataupun kemoterapi). Pemeriksaan yang perlu dilakukan, yaitu:
darah lengkap, hemostasis, LDH, fungsi hati dan ginjal, gula darah,
serologi hepatitis B dan C, dan elektrolit lengkap
DAFTAR PUSTAKA

A’la, M.Z.,Dewi, D.P.,& Siswoyo. 2019. Analisis masalah keperawatan pada pasien post
kraniotomi di RSD Dr. Soebandi Jember (studi retrospektif januari 2016 –
desember 2017). Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta. 6(3); 677-683.
El-Moaty, A.M.A., El-Mokadem, N.M., & Elhy, A.H.A. 2017 . Effect of semifowler’s
positions on oxygenation and hemodynamic status among critically III patients
with traumatic brain injury. International Journal of Novel Research in Healthcare
and Nursing. 4(2); 227-236
Karmiza., Muharriza., & Huriani, E. Posisi lateral kiri elevasi kepala 30 derajat
terhadap nilai tekanan parsial oksigen (PO2) pada pasien dengan
ventilasi mekanik. Jurnal Ners. 9(1); 59-65.
Susanti, E., Utomo, W.,& Dewi, Y.I. 2015. Identifikasi faktor resiko kejadian infeksi
nosokomial pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator di ruang intensive
care. JOM. 2(1); 590-599.
Subiyanto, 2018. Pengaruh posisi lateral terhadap status hemodinamik pasien dengan
ventilasi mekanik di ruang ICU RSUP Dr Kariadi Semarang (Naskah Publikasi).
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Yuswandi., Warongan, A.W.,& Rayasari, F. 2019. Status hemodinamik pasien dengan
posisi lateral kiri elevasi Kepala 30º (Naskah Publikasi). Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai