Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MUAMAR KHADAFI

PRODI : ILMU HUKUM


MATA KULIAH : HUKUM PERDATA
DOSEN : DINA SUSIANI, SH., MH.
SEMESTER : Dua (2)

1). Pembidangan Hk perdata: - Hk perjanjian - hk perkawinan- hk waris - hk benda


 Hukum Perorangan (personenrecht) : memuat peraturan-peraturan hukum yang
mengatur tentang manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban (subjek hukum)
 Hukum Keluarga (familierecht) : memuat peraturan-peraturan hukum yang
timbul akibat hubungan keluarga/kekeluargaan
 Hukum Harta Kekayaan (vermogensrecht) : mengatur hubungan hukum dalam
ranah harta kekayaan. Seperti perjanjian, hak milik, gadai, dll.
 Hak Waris (arfrecht) : hukum yang mengatur peralihan benda dari orang yang
meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.

2). Gambaran sistematika KUH Perdata. Terdiri dari:


Buku I mengenai Orang mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga,
yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek
hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang,
kelahiran, kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak
keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya
telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan.
Buku II mengenai Benda mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur
hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara
lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi
(i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan
berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya
selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak
berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan
hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak
tanggungan.
Buku III mengenai Perikatan mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut
juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda),
yaitu hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang
perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang
timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya
perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk
bidang perdagangan, Kitab undangundang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai
acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan
KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.
Buku IV mengenai Pembuktian mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya
batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata
dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.

3). badan hukum merupakan subjek hukum yang dapat menyandang hak dan kewajiban
sendiri, memiliki status yang dipersamakan dengan orang (manusia) sehingga dapat digugat
ataupun menggugat di depan pengadilan. Oleh karena itu, keberadaan badan hukum tidak
tergantung pada pendirinya tetapi ditentukan oleh hukum. Oleh karena badan hukum adalah
subyek, maka ia merupakan badan yang independen atau mandiri dari pendiri, anggota atau
penanam modal badan tersebut.
4). Perbuatan hukum yang di lakukan oleh orang dewasa yang sudah mencapai umur tertentu,
meskipun dewasa jika mempunyai gangguan kejiwaan atau sakit ingatan tidak dapat memenuhi
cakap hukum. Syarat cakap hukum :
- seorang yang dewasa serkainudah beruumur 21 tahun
- seorang di bawah umur 21 tahun tetapi sudah menikah atau pernah menikah
- seorang yang tidak pernah menjalani hukum
- berjiwa dan berakal sehat
5). Putusnya perkawinan dalam hal ini berarti berakhirnya hubungan suami istri. Putusnya
perkawinan tergantung dari segi apa sebenarnya yang berkehendak untuk putusnya
perkawinan dalam hal ini ada 4 kemungkinan di antaranya adalah :
1. Putusnya perkawinan atas kehendak allah sendiri melalui matinya salah seorang
suami istri. Dengan kematian itu dengan sendirinya berakhir hubungan perkawinan.
2. PutusnyaPutusnya perkawinan atas kehendak si suami oleh alasan tertentu dan
dinyatakan kehendaknya itu dengan u-a!an tertentu. Per-eraian dalam bentuk ini
disebut talaq.
3. PutusnyaPutusnya perkawinan atas kehendak si istri karena si istri melihat
sesuatu yang menghendaki putusnya perkawinan" sedangkan si suami tidak
berkehendak untuk itu. Kehendak untuk putusnya perkawinan yang disampaikan si istri
dengan cara tertentu ini diterima oleh suami dan dilanjutkan dengan u-a!annya untuk
memutus perkawinan itu. Putus perkawinan dengan cara ini disebut khulu’.
4. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah melihat
adanya sesuatu pada suami istri yang menandakan tidak dapatnya hubungan
perkawinan itu dilanjutkan. Putusnya perkawinan dalam bentuk ini disebut fasak.

Anda mungkin juga menyukai