Bab-04-1995-Cek 20090203102309 1784 3
Bab-04-1995-Cek 20090203102309 1784 3
KESEMPATAN KERJA
BAB IV
A. PENDAHULUAN
IV/3
sehingga setiap warga negara dapat memperoleh pekerjaan dan
menempuh kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
IV/4
menjadi alat perjuangan partai politik. Kesejahteraan buruh makin
terabaikan dan dikalahkan oleh kepentingan politik. Akhirnya
sebagian kaum buruh Indonesia terpengaruh oleh ideologi komunis
dan digunakan oleh kaum komunis sebagai massanya sampai kepada
usaha kudeta dan pemberontakan G-30-S/PKI.
IV/5
berbagai sektor selama PJP I telah menciptakan lapangan kerja yang
dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja. Dalam periode
tersebut, jumlah pekerja yaitu angkatan kerja yang bekerja, bertambah
sebesar 34,0 juta orang yaitu dari sebesar 37,6 juta orang pada tahun
1971 menjadi 71,6 juta orang pada tahun 1990.
IV/6
kerja sukarela terdidik (TKST). Selama PJP I, tenaga kerja sukarela
yang telah ditugaskan berjumlah 42.046 orang tersebar di 27 propinsi,
khususnya di perdesaan.
IV/7
Dalam rangka mengembangkan hubungan industrial Pancasila
(HIP) dimantapkan fungsi lembaga ketenagakerjaan. Federasi Buruh
Seluruh Indonesia (FBSI) yang merupakan wadah pekerja sejak tahun
1986 diubah menjadi serikat pekerja seluruh Indonesia (SPSI). Selama
PIP I, telah dibentuk 10.360 unit kerja SPSI. Lembaga kerja sama
(LKS) tripartit yang berfungsi sebagai forum konsultasi antara
pekerja, pengusaha, dan pemerintah, telah berkembang di 27
propinsi/Dati I dan 196 Dati II. LKS bipartit sebagai wahana
konsultasi antara pengusaha dan pekerja di perusahaan telah terbentuk
sebanyak 3.898 buah.
IV/8
Untuk mendukung tercapainya berbagai sasaran tersebut,
kebijaksanaan pembangunan ketenagakerjaan dalam Repelita VI pada
pokoknya adalah (a) pembinaan iklim bagi perluasan lapangan kerja,
peningkatan efisiensi dan produktivitas di semua sektor, antara lain
dengan menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis,
meningkatkan kualitas SDM dengan mengembangkan sistem
keterpaduan -antara dunia pendidikan dan pelatihan keterampilan yang
sepadan dengan kebutuhan pasar kerja, menyeimbangkan penyebaran
investasi antara Jawa dan luar Jawa; (b) peningkatan kualitas tenaga
kerja antara lain dengan mengupayakan adanya kemitraan pelatihan
tenaga kerja antara penyelenggara dan pengguna tenaga kerja dalam
bentuk kerja sama dengan serikat pekerja dan asosiasi profesi kerja
dan mengupayakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun;
(c) pendayagunaan tenaga kerja produktif melalui program khusus
bagi kelompok angkatan kerja tertentu, seperti tenaga kerja muda
terdidik, penganggur dan setengah penganggur, dan (d) peningkatan
kesejahteraan tenaga kerja melalui penciptaan hubungan industrial
Pancasila yang serasi dan didukung oleh perbaikan syarat kerja dan
perlindungan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja wanita dan anak
yang terpaksa bekerja.
IV/9
tenaga kerja. Program penunjang terdiri atas program pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan ketenagakerjaan, dan program penelitian
dan pengembangan ketenagakerjaan.
IV/10
memproduksi barang dan jasa. Kemampuan tenaga kerja untuk
menghasilkan barang dan jasa per tenaga kerja dihitung berdasarkan
harga konstan tahun 1983 adalah Rpl.296 ribu pada tahun 1980 telah
meningkat menjadi Rpl.996 ribu pada tahun 1994.
1. Program Pokok
1) Pengembangan Produktivitas
IV/11
dilaksanakan antara lain dengan menyebarkan informasi produktivitas
melalui kampanye dan penyuluhan bagi perusahaan kecil dan mene-
ngah, memberi penghargaan bagi perusahaan yang berpotensi dalam
meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kualitas tenaga kerja
pada umumnya. Dalam rangka menciptakan pola pengembangan
model dan metode peningkatan produktivitas bagi pengembangan
usaha produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja, serta
membina penduduk miskin dalam mengembangkan kewirausahaan,
pada tahun 1994/95 dilakukan uji coba model desa produktif di 15
propinsi. Kegiatan tersebut dilakukan melalui pengukuran
produktivitas di 108 perusahaan dan penelitian di 180 desa yang
bercorak persawahan, perkebunan, industri kecil atau kerajinan, dan
jasa atau perdagangan. Untuk memasyarakatkan produktivitas
dilakukan pemberian penghargaan produktivitas "Paramakarya" bagi
11 perusahaan yang berhasil menerapkan konsep produktivitas dan
mengembangkan usahanya dengan baik. Guna meningkatkan kualitas,
efisiensi dan produktivitas tenaga kerja, pendayagunaan sistem operasi
dan pemeliharaan, serta manajemen perusahaan yang melibatkan
pekerja dalam pengambilan keputusan, diselenggarakan pelatihan ke-
terampilan produktivitas, kepemimpinan atau manajemen, dan usaha
mandiri sektor informal di balai peningkatan produktivitas daerah
(BPPD). Pelatihan diarahkan bagi para kader produktivitas sebanyak
10.327 orang yang dapat membantu menyebarluaskan dan
meningkatkan produktivitas. Dilakukan juga penyuluhan produktivitas
di 540 perusahaan.
IV/12
konsultansi manajemen bagi pengembangan kewirausahaan pada
industri kecil dan menengah agar mampu mandiri sekaligus
menciptakan lapangan kerja produktif. Pada tahun 1994/95, telah
diujicoba pembinaan konsultansi manajemen di 5 perusahaan
menengah. Guna memperluas jaringan pelayanan penyuluhan,
pembinaan, konsultansi produktivitas, dan pengembangan sistem
informasi produktivitas, dibentuk sebanyak 277 unit produktivitas,
yaitu 245 unit di perusahaan kecil dan 32 unit di perusahaan
menengah.
IV/13
pelatihan, kebutuhan kuantitatif dan kualitatif tenaga kerja, lowongan
pekerjaan dan persyaratannya, informasi mengenai upah, kebutuhan
pelatihan, dan informasi yang berkaitan dengan penempatan tenaga
kerja Indonesia ke luar negeri.
IV/14
2) Tenaga Kerja Mandiri Profesional
IV/15
Dalam rangka membantu masyarakat perdesaan, khususnya di
daerah tertinggal, ditempatkan pula TKMP sebagai pendamping
kelompok masyarakat. Tujuan dari penempatan itu antara lain adalah
membantu kelompok masyarakat di perdesaan tertinggal dalam
mengelola dana bergulir yang disalurkan sebagai bantuan permodalan
untuk meningkatkan usahanya. Pada tahun 1994/95, TKMP yang
ditempatkan di perdesaan tertinggal adalah sebanyak 1.362 orang
yang tersebar di seluruh propinsi, khususnya di desa-desa yang
memerlukan pembinaan khusus. Secara keseluruhan jumlah TKMP
yang dibina menjadi pengusaha pemula, yang ditempatkan di unit
ekonomi produktif dan perdesaan tertinggal berjumlah 8.351 orang.
Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 1993/94 yaitu
sebesar 2.464 orang (Tabel IV 3).
IV/16
4) Ekspor Jasa Tenaga Kerja
IV/l7
Dalam rangka itu telah dilakukan pelatihan bagi 9.235 kader di 27
propinsi agar mampu mengembangkan potensi daerah setempat.
Kelompok-kelompok usaha yang memanfaatkan TPK tersebut
mencakup 12.335 orang. Dalam rangka mencari alternatif jenis TPK
baru, dikembangkan pula 9 jenis teknologi sehingga memperluas
barang dan jasa yang dapat dihasilkan dan demikian juga dengan
kesempatan kerja serta kesempatan berusaha.
IV/18
keuangan. Pada tahun 1994/95, terdapat jumlah jenis jabatan yang
tertutup, diijinkan untuk waktu tertentu, terbuka untuk sementara
waktu, dan jenis jabatan yang dibatasi sebanyak 5.153 yang tersebar
di 27 lapangan usaha (Tabel IV-5 dan Tabel IV-6).
IV/19
KLK yang berjumlah 153 buah di seluruh Indonesia. Pelatihan
BLK/KLK yang selama ini bersifat seragam, diubah sesuai dengan
kondisi dan potensi ekonomi pasar tenaga kerja dan daerah setempat.
BLK/KLK yang terletak atau berdekatan dengan kawasan industri,
dikembangkan menjadi BLK/KLK industri. BLK/KLK yang terletak di
daerah yang memiliki potensi ekonomi sektoral tertentu seperti
pariwisata, perdagangan, kelautan; agrobisnis, dan sebagainya
dikembangkan menjadi BLK/KLK khusus. Pada lokasi yang tidak
terletak di wilayah pengembangan industri, dikembangkan BLK/KLK
pembangunan desa yang menitikberatkan pada pelatihan keliling.
Untuk meningkatkan kualitas instruktur dan pengembangan perangkat
keras dan lunak, berbagai BLK/KLK dikembangkan menjadi BLK
instruktur dan pengembangan, seperti di Bandung, Banjarbaru, dan
Bekasi.
IV/20
Pada tahun 1994/95 dikembangkan pelatihan pemagangan di 11
lokasi BLK, yaitu BLK Medan, Palembang, Jakarta, Tangerang,
Bandung, Cilacap, Semarang, Singosari, Wonojati, Samarinda, dan
Ujung Pandang. Pelatihan pemagangan bertujuan untuk mewujudkan
tenaga kerja terampil, kompeten, dan produktif dengan meningkatkan
peran serta dunia usaha dalam pelaksanaan dan pengembangan
pelatihan. Melalui pelatihan pemagangan diperoleh manfaat dan
keuntungan, baik oleh pihak pengusaha, pengelola lembaga pelatihan,
maupun peserta pelatihan.
2) Pelatihan Masyarakat
IV/21
Pemasyarakatan standar pelatihan kerja dan standar kualifikasi
keterampilan kerja diperluas dan ditingkatkan. Penerapan standar
tersebut sangat membantu pihak pelaksana pelatihan dalam
penyelenggaraan pelatihan guna mencapai standar keterampilan
tertentu dan memenuhi persyaratan pekerjaan atau jabatan.
Keterampilan kerja seseorang dapat terus dikembangkan dari satu
program ke program pelatihan selanjutnya melalui suatu proses uji
keterampilan kerja. Dalam tahun 1994/95, telah disusun 45 standar
kualifikasi keterampilan, 30 standar pelatihan kerja, 15 standar materi
uji keterampilan, dan standarisasi fasilitas pelatihan untuk 15
kejuruan. Usaha pengukuhan dan pengawasan mutu pelatihan
dilaksanakan melalui akreditasi lembaga penyelenggara pelatihan
kerja. Penetapan akreditasi tersebut dilaksanakan melalui penilaian
berdasarkan standar yang telah ditetapkan bagi setiap kejuruan dan
jenjang atau tingkat pelatihan kerja. Akreditasi terhadap lembaga
penyelenggara pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan kredibilitas
lembaga pelatihan. Akreditasi disusun secara berjenjang dan dilakukan
secara sukarela atas dasar permintaan lembaga pelatihan.
IV/22
d. Program Pembinaan Hubungan Industrial dan
Perlindungan Tenaga Kerja
IV/23
Pada tahun 1994/95, jumlah unit kerja SPSI bertambah sebanyak
263 buah atau meningkat sebesar 2,5 persen bila dibandingkan dengan
tahun 1993/94, dan Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP)
terbentuk sebanyak 814 unit pada perusahaan yang belum ada unit
kerja SPSI. Secara kumulatif, selama PJP I sampai dengan tahun
pertama Repelita VI terbentuk unit kerja SPSI di perusahaan sebanyak
10.623 buah. Sampai dengan tahun 1994/95, terbentuk 269 dewan
pimpinan cabang (DPC) SPSI, dan 27 dewan pimpinan daerah
(DPD) SPSI (Tabel IV-8).
IV/24
penanggulangan masalah hubungan industrial. Dengan semakin
mantapnya fungsi lembaga penyelesaian perselisihan yaitu P4P dan
P4D, perselisihan perburuhan menurut Undang-Undang Nomor
22/1957 dan pemutusan hubungan kerja menurut Undang-Undang
Nomor 12/1964 semakin berkurang. Pada tahun 1993/94,
perselisihan perburuhan dan pemutusan hubungan kerja yang terjadi
tercatat sebanyak 1.089 perkara, dan yang berhasil diselesaikan
sebanyak 836 perkara. Pada tahun 1994/95, tercatat 1.052 perkara,
dan yang berhasil diselesaikan termasuk juga perkara yang belum
putus pada tahun 1993/94 adalah sebanyak 1.278 perkara.
Perselisihan perburuhan tersebut terjadi sebagian besar disebabkan
oleh tuntutan kenaikan upah. Untuk mengurangi menumpuknya
perkara yang belum diselesaikan, P4P mengadakan sidang-sidang
marathon.
a) . Pengupahan
IV/25
UMR dibandingkan dengan KFM, maka pada tahun 1994 UMR
mencapai 97 persen KFM. Diharapkan pada akhir Repelita VI secara
bertahap UMR akan sama dengan KHM (label IV-9).
IV/26
melalui kegiatan peningkatan kemampuan teknis pengawas ketenaga-
kerjaan. Pengawasan dilaksanakan terhadap 26.402 perusahaan, dan
dalam rangka itu telah ditindak 96 perusahaan yang lalai atau sengaja
tidak melaksanakan ketentuan yang berlaku. Dalam tahun 1994/95
telah dilakukan upaya penyebarluasan ketentuan-ketentuan mengenai
ketenagakerjaan melalui kegiatan cepat tepat norma kerja dan
penyuluhan kesadaran hukum (kadarkum) bagi masyarakat industri
terhadap 1.269 perusahaan dan 6.900 pekerja.
IV/27
terhadap tenaga kerja anak terus dilanjutkan.
IV/28
dengan tahun 1994, jumlah pesertanya mencapai sebanyak 51.184
perusahaan dan mencakup tenaga kerja lebih dari 7.429.552 orang.
Pada tahun 1994 diselesaikan 136.164 kasus kecelakaan kerja,
tabungan hari tua, dan asuransi kematian, dengan pembayaran
jaminan sebesar Rp96,82 miliar (Tabel IV-11).
2. Program Penunjang
IV/29
di Pulau Jawa, upah pekerja berdasarkan produktivitas di sektor
industri pengolahan, pergeseran angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja, penyediaan ekspor jasa tenaga kerja, penerapan program
jaminan sosial tenaga kerja di industri pengolahan, jenis pekerjaan
yang berbahaya bagi anak yang terpaksa bekerja di sektor industri,
potensi perusahaan dalam melaksanakan pemagangan tenaga kerja di
agroindustri, pengaruh kenaikan upah minimum regional terhadap
kesejahteraan tenaga kerja, dan penyusunan rencana induk penelitian
terhadap program ketenagakerjaan Repelita VI.
IV/30
TABEL IV - 1
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA
1961 - 1994
IV/31
GRAFIK IV — 1
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA
1971 — 1994
IV/32
GRAFIK IV - 2
KEMAMPUAN MENGHASILKAN RATA-RATA NILAI PRODUKSI
PER PEKERJA
1971 – 1994
IV/33
TABEL IV — 2
JUMLAH PENDAFTARAN, PERMINTAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA
MELALUI DEPARTEMEN TENAGA KERJA
1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95
1)Angka diperbaiki
2)Angka sementara
3)Sisa pendaftaran = Pendaftaran (Penempatan + Penghapusan)
IV/34
TABEL IV — 3
PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA TERDIDIK
1968,1989/90 — 1993/94, 1994/95
IV/35
TABEL 1V — 4
2. Antar Kerja Antar Daerah 1.024 26.174 26.168 44379 60.250 55.950 42.500
(AKAD)
3. Ekspor Jasa Tenaga Kerja (E 5.624 84.074 86.264 149.782 172.157 159.995 176.187
TK) 1)
IV/36
TABEL IV — 5
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA
WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA DAN JABATAN
1969/70, 1989/90 – 1993/94, 1994/95
1) Angka sementara
IV/37
IV/37
TABEL IV — 6
PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA
KERJA
WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT
LAPANGAN USAHA
1994/
95
Jumlah Jumlah Jumlah Jumla
Jenis Jenis Jenis h
No. Lapangan Usaha Jabatan Jabatan Jabatan Jenis
Yang Yang Yang Jabata
Tertutup Diijinka Terbuka n
n Untuk
Untuk Sementara
Waktu
1. Kehutanan, Unit Pengusahaan 40 80 7 127
2. Pelayanan 25 32 4 61
3. Peternakan 20 64 2 86
4. Perkebunan 48 43 14 105
5. Minyak dan Gas Bumi 208 396 28 632
6. Pertambangan Umum 39 129 1 1,69
7. Aneka Industri 131 459 6 506
8. Industri Kimia Dasar 4 102 7 113
9. Industri Mesin dan Logam Dasar 251 785 6 1.042
10. Pariwisata 261 44 2 307
11. Postel — 9 — 9
12. Perhubungan Darat — — 6 6
13. Perhubungan Udara 11 32 25 68
14. Perhubungan Laut 284 67 13 364
15. P.O.M 77 47 5 129
16. Pelayanan Kesehatan 112 96 — 208
17. Perdagangan 44 20 13 77
18. Pembinaan Pers dan Grafika 37 58 10 105
19. Bina Marga 56 86 4 146
20: Pengairan 10 48 4 62
21. Cipta Karya 20 114 4 138
22. Listrik dan Energi Baru 76 159 2 237
23. Pertanian Tanaman Pangan 13 16 5 '34
24. Moneter Dalam Negeri 20 24 19 63
25, Bimas Kristen Protestan 50 29 32 111
26. Hukum 2 1 — 3
27. Industri Kecil 2 149 4 155
IV/38
TABEL IV - 7
JUMLAH TENAGA KERJA YANG DILATIH
DI BERBAGAI BALAI LATIHAN KERJA
1969/70,1989/90 — 1993/94, 1994/95
3. Manajemen 1)
1.050 21.212 25.055 25.500 29.600 42.890 10.327
_
4. Mobile Training Unit (MTU) 771 36.018 39.105 42.006 50.798 29.619
IV/40
TABEL IV - 9
UPAH MINIMUM REGIONAL/PROPINSI
1968, 1989 – 1993, 199
1) Angka sementara
IV/41
TABEL IV —10
KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB)
1968, 1989190 — 1993/94, 1994/95
2. Jumlah Perusahaan yang dicakup 7.228 7.639 8.398 9.551 10360 10.623
-
1) Angka diperbaiki
2) Angka Sementara
IV/42
TABEL IV — 11
KASUS DAN PEMBAYARAN JAMINAN
1968, 1989 — 1993, 1994
1. Asuransi Kecelakaan
Kerja - 23.977 37.668 34.246 44.955
a) Kasus 28.620
- 10.520.010 10.663.480 17.603. 16.213.990 27.357.000
b) Jaminan (ribu rupiah) 055 53.859.000
2. Tabungan Hari Tua
a) Kasus - 22.233 30.956. 32.884 35.289 36.382 40.407
b) Jaminan (ribu - 6.634.56 9.701.120 12.788.000 16.092.110 19.267.000 35.259.000
rupiah) 0
3. Asuransi Kematian
a) Kasus - 4.205 4.841 5.194 4.012 5584 6.671
b) Jaminan (ribu - 2.104.500 2.991.100 3.628.000 3.354.830 5.776.0 7.696.000
rupiah) 00
Jumlah _
a) Kasus 55.058 59.774 75.746 73.547 86.921 136.164
b) Jaminan (ribu rupiah) - 19.259.070 23.355.7 34.019.055 35.660.930 52.400.000 96.814.000
00
1)
Angka
sementara
IV/43