Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Estetika wajah yang sangat berkaitan dengan susunan gigi geligi yang
harmonis dengan tampilan jaringan lunak wajah menjadi alasan utama pasien dalam
mencari perawatan ortodonti. Estetika wajah yang baik dan menyenangkan dinilai
dari proporsi, bentuk, dan kesimetrisan yang seimbang.21
Senyum merupakan ekspresi wajah yang penting sebagai alat komunikasi
non-verbal untuk mengekspresikan perasaan spontan dan emosi. Senyum yang
menarik memiliki nilai tersendiri. Senyum yang menarik pada era modern ini sering
dipertimbangkan sebagai aset dalam aktivitas sehari-hari antara lain saat interaksi
sosial dengan lingkungan kerja dan juga saat wawancara.2,21 Ada beberapa komponen
yang perlu diperhatikan yaitu, jumlah gigi geligi dan gingiva yang tampak saat
tersenyum, lengkung senyum, proporsi gigi geligi, tinggi dan bentuk dari gingiva,
hubungan antara midline wajah dengan midline dental, dan warna gigi.5,7 Midline
merupakan bagian penting dalam senyum yang menarik. Senyum yang menarik
tergantung dari letak midline wajah dan midline dental yang berimpit pada satu garis
8,7,10,20-22
lurus. Namun, midline wajah dan dental tidak selamanya mutlak ditemukan
berimpit pada satu garis lurus disebabkan variasi dentokraniofasial dalam arah
transversal, misalnya asimetri pada jaringan lunak wajah.23

2.1. Midline Wajah


Midline adalah garis tengah yang membagi menjadi dua bagian yaitu kanan
dan kiri, dari depan ke belakang.21 Midline wajah didefinisikan sebagai garis yang
membagi wajah menjadi dua bagian yang tegak lurus dengan pupil kanan dan kiri
yang digunakan untuk memeriksa kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri.11,19,25
Dalam menganalisis midline wajah dapat menjadi sulit jika pasien memiliki deviasi
nasal septum.7,22,25
Pada umumnya penentuan midline wajah dapat menggunakan dental floss
secara vertikal, tetapi hal tersebut tidak akurat.22 Meskipun begitu, penentuan midline
wajah dapat menggunakan dua anatomis sebagai penunjuk sebagai metode yang lebih
akurat. Pertama adalah titik diantara kedua alis dikenal dengan glabela.7,9,22 Kedua
adalah philtrum yang juga dikenal dengan cupid’s bow yang terletak ditengah bibir
atas.7,9,19-22 Kedua bagian anatomis ini ditandai dengan titik dan kedua titik ini
dihubungkan hingga menjadi sebuah garis vertikal yang menentukan lokasi midline
wajah (Gambar 1).7,9,19-22

Gambar 1. Midline wajah19

2.2. Midline Dental


Midline dental adalah garis midsagital dari maksila dan mandibula saat gigi
berada pada interkuspasi maksimum.20 Pada fotometri pandangan frontal, midline
dental digambarkan sebagai garis imajiner yang memisahkan insisivus sentralis
kanan dan kiri.19 Midline dental merupakan komponen penting dalam permukaan
fungsional dari oklusi gigi geligi dan berguna sebagai pedoman klinis dalam
menghasilkan interdigitasi yang baik.2,6 Midline dental pada maksila dan mandibula
harus sejajar satu sama lain.22,24,26 Midline dental juga seharusnya berimpit dengan
midline wajah (Gambar 2).7,8,14,19-22,26 Jika midline dental tidak berada pada satu garis
sejajar dengan midline wajah, maka hal ini didefinisikan sebagai pergeseran midline
atau midline shifting (Gambar 2).4,7,21,22,25,26

Gambar 2. Midline dental A. Midline dental sesuai dengan midline wajah14


B. Pergeseran midline dental maksila dari midline wajah22

Pergeseran midline paling sering ditemukan pada berbagai kasus maloklusi.


Kondisi ini juga jarang disadari oleh pasien sendiri.10 Penelitian yang dilakukan Khan
dkk., di Pakistan melaporkan bahwa 82,8% memiliki midline dental maksila berimpit
dengan wajah midline dan 17,2% tidak tepat antara midline maksila dengan midline
wajah. 5,4% dari kasus pergeseran midline ini menunjukkan 0,5 mm ke arah kiri.20
Hasil survey yang dilakukan oleh Yarlagadda dkk., terhadap deviasi midline wajah
dan midline dental di Banglore melaporkan bahwa 28% dari keseluruhan sampel
tidak terdapat deviasi antara midline wajah dengan midline dental maksila dan 72%
dari keseluruhan sampel memiliki deviasi dengan rentang antara 0-2 mm. Beliau juga
melaporkan bahwa deviasi midline wajah terhadap midline gigi anterior maksila yang
dapat diterima adalah < 2 mm.6 Johnston dkk., mengevaluasi persepsi estetika
menggunakan fotometri frontal dari ortodontis dan masyarakat awam muda
menemukan bahwa semakin besar derajat pergeseran antara midline wajah dan
midline dental, nilai estetika dinilai rendah. Sebanyak 56% masyarakat awam
memberi nilai estetika kurang ketika terjadi pergeseran midline sebesar 2 mm dan
sebanyak 83% pada ortodontis.14 Zhang dkk., mengukur ambang batas yang dapat
diterima oleh masyarakat awam muda terhadap pergeseran midline adalah sebesar
2,403 mm.18

2.3. Diagnosis
Diagnosis merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah
seorang pasien perlu dilakukan perawatan atau tidak, begitu juga dengan kasus
midline shifting, perlu dilakukan analisis yang tepat sehingga rencana perawatan
sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosis pergeseran midline dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu dengan pemeriksaan klinis, fotometri, dan model gigi.3,22,27

2.3.1. Pemeriksaan Klinis


Pemeriksaan klinis pada perawatan ortodonti dilakukan secara vertikal,
sagital, dan transversal. Pemeriksaan klinis merupakan hal yang paling penting dalam
menegakkan suatu diagnosis. Sebelum dilakukan pemeriksaan klinis, dokter
melakukan anamnesis terlebih dahulu untuk mengetahui alasan utama pasien
mencari perawatan ortodonti dan sebagainya.1,4,24 Pemeriksaan klinis juga dilakukan
secara langsung dengan visualisasi, palpasi jaringan lunak, pemeriksaan kesesuaian
midline wajah dan dental, dan serta evaluasi ada atau tidaknya maloklusi yang
bersifat intermaksilari atau intramaksilari.11,23,24
Pemeriksaan kesesuaian midline merupakan pemeriksaan standar operasional
dilihat secara transversal.11,12,23,24 Pemeriksaan midline dental dilakukan pada posisi
mulut terbuka, saat relasi sentrik dan oklusi sentrik. Asimetri yang disebabkan oleh
skeletal atau dental, akan mengakibatkan diskrepansi midline yang sama baik pada
saat relasi sentrik maupun oklusi sentrik. Jika dari analisis ditemukan diskrepansi
midline, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap sendi temporomandibula untuk
mendeteksi adanya asimetri fungsional.11,12,23

2.3.2. Fotometri
Fotometri ortodonti merupakan dokumen pertimbangan yang penting diambil
sebelum, selama, dan sesudah perawatan ortodonti. Foto-foto tersebut dapat
memberikan informasi yang berguna mengenai maloklusi, rencana perawatan, dan
berbagai catatan klinis lainnya. Pada bidang ortodonti dikenal dua macam fotometri,
yaitu fotometri intra oral dan ekstra oral.3,12,22

2.3.2.1. Fotometri Intra Oral


Fotometri intra oral terdiri dari lima macam yaitu foto pandangan frontal
dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal sebelah kanan dalam keadaan oklusi,
foto pandangan bukal sebelah kiri dalam keadaan oklusi, foto oklusal rahang atas, dan
foto oklusal rahang bawah (Gambar 3).12,22
Kegunaan fotometri intra oral, antara lain untuk mencatat struktur dan warna
enamel, memotivasi pasien, menilai dan merekam penyakit gigi dan struktur jaringan
lunak, memantau kemajuan perawatan, dan sebagai data untuk melihat perkembangan
suatu perawatan ortodonti baik yang belum selesai ataupun sudah selesai.12,22
Gambar 3. Fotometri Intra Oral A. Foto bukal
sebelah kanan saat oklusi B. Foto bukal
sebelah kiri saat oklusi C. Foto oklusal
rahang atas D. Foto oklusal rahang bawah
E. Foto frontal dalam keadaan oklusi22

2.3.2.2. Fotometri Ekstra Oral


Fotometri ekstra oral dianggap sebagai sebuah catatan penting dan harus
dilakukan sebelum perawatan dan sesudah selesai perawatan. Fotometri ekstra oral
dapat digunakan untuk analisis data dalam mengobservasi kemajuan perawatan yang
telah dilakukan. Fotometri ekstra oral terdiri dari empat macam, yaitu foto frontal
wajah dengan bibir dalam keadaan rileks, foto frontal wajah dengan bibir dalam
keadaan tersenyum, foto lateral wajah sebelah kanan dengan bibir dalam keadaan
relaks, foto oblik wajah 45o atau dikenal juga sebagai foto profil ¾ (Gambar 4).12,22
Tampilan foto frontal wajah biasanya diambil pada posisi Natural Head Position
(NHP).12,22
Gambar 4. Fotometri Ekstra Oral A. Foto lateral sebelah
kanan dengan bibir dalam keadaan rileks
B. Foto frontal wajah saat tersenyum C. Foto
oblik wajah 45o D. foto frontal dengan bibir
dalam keadaan rileks22

Fotometri ekstra oral dalam bidang ortodonti memiliki beberapa kegunaan


antara lain, mengevaluasi hubungan kraniofasial dan proporsi sebelum dan sesudah
perawatan, sebagai penilaian profil jaringan lunak, untuk analisis proporsional wajah,
dapat memantau kemajuan perawatan, sebagai studi longitudinal dalam pengobatan
dan pasca retensi, dapat mendeteksi dan merekam ketidakseimbangan otot-otot, dan
mendeteksi serta merekam asimetri wajah.12,22
American Board of Orthodontics telah menetapkan beberapa panduan dalam
pengambilan fotometri ekstra oral, yakni harus memperhatikan kualitas cetakan foto,
baik foto hitam putih maupun foto berwarna, posisi kepala pasien diarahkan secara
tepat pada bidang frankfurt horizontal, dari pandangan lateral ditampilkan wajah
sebelah kanan dengan ekspresi wajah yang serius dan bibir tertutup (posisi istirahat)
untuk memperlihatkan otot-otot yang tidak seimbang dan tidak harmonis, dari
pandangan frontal dapat dipilih dengan ekspresi wajah serius atau dengan bibir
tersenyum, latar belakang bebas dari gangguan, kualitas pencahayaan harus dapat
menunjukkan kontur wajah tanpa adanya bayangan di latar belakang, telinga terlihat
untuk manfaat orientasi, dan mata terbuka dengan menatap lurus ke depan serta
kacamata dilepas (Gambar 5).12,27

Gambar 5. Pengambilan Fotometri 27

2.3.3. Model Gigi


Model gigi adalah rekam medis ortodonti yang paling sering digunakan untuk
menganalisis suatu kasus yang dapat memberikan banyak informasi. Banyak keadaan
yang dapat dilihat pada model gigi salah satunya adalah pergeseran midline gigi
terhadap midline wajah.22,25,27
Pada palatum terdapat struktur anatomi yang penting dalam menentukan garis
median. Di anterior terdapat papila insisivus dan di posterior terdapat rugae palatina
sebanyak 3 pasang di tiap sisi dan raphae palatina di tengah palatum dalam arah
anteroposterior. Titik pertemuan rugae palatina kedua antara kanan dan kiri dianggap
paling stabil sehingga dapat dipakai sebagai acuan. 10,25,27,28 Bila dua titik di anterior
dan posterior dihubungkan akan didapat garis median rahang atas. Normalnya, garis
ini melewati titik kontak insisivus sentralis rahang atas. Pada mandibula, penentuan
garis median line dengan membuat titik pada perlekatan frenulum labial dan
lingual.10,27,28 Umumnya, garis ini melewati titik kontak insisivus sentralis rahang
bawah. Midline dental pada maksila dan mandibula harus sejajar satu sama lain. Pada
keadaan normal, midline dental dan midline wajah juga terletak pada satu garis
berimpit (Gambar 6).27,28

Gambar 6. Titik-titik referensi pada model


gigi dalam menentukan asimetris
lengkung gigi28

Cara melihat pergeseran garis median dengan melihat apakah garis median
wajah melewati titik kontak insisivus sentralis pada rahang atas dan bawah. Bila titik
kontak terletak pada garis (berimpit), artinya tidak terdapat pergeseran midline.
Namun, apabila titik kontak terletak di sebelah kiri atau kanan garis median wajah
maka terdapat pergeseran.27
2.4. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.29 Pengetahuan adalah hasil
tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan pengaruh yang
penting dalam pembentukan tindakan/sikap seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik daripada tanpa didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
mempunyai enam tingkatan, yaitu:29
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar .
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis mengacu pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu: 29
1. Umur
Bertambahnya umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik. Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur.
Maka, dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh
pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya hingga pada umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan berkurang.
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan
berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
3. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh
pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
4. Sosial Budaya
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang
lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
5. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
6. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
Pengetahuan biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai
macam sumber, misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara, angket, atau kuesioner yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.29,30 Pengetahuan
yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut
diatas. Menurut Arikunto 2006 (cit. Suparyanto), pengetahuan digolongkan menjadi
tiga kategori yaitu kategori baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan yang digolongkan
kategori baik bila subjek mampu menjawab dengan benar sebanyak > 75% dari
seluruh pertanyaan, sedangkan pengetahuan yang digolongkan kategori cukup bila
subjek mampu menjawab dengan benar sebanyak 56% - 75% dari seluruh pertanyaan
dan pengetahuan yang digolongkan kategori kurang bila subjek mampu menjawab
dengan benar sebanyak < 55% dari seluruh pertanyaan.32
2.5 Persepsi
Persepsi adalah pengamatan yang merupakan cara seseorang menginterpretasi
yang telah diproses sistem indera seperti penglihatan, pendengaran, dan
penciuman.30,32 Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari
kenyataan yang obyektif. Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa
lalu dan pendidikan yang diperoleh individu.29,31
Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang
diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya
terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretation, begitu juga berinteraksi
dengan closure. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi,
maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang
dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut
akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan
interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna
terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.29,31
Menurut Notoatmodjo, terdapat banyak faktor yang akan menyebabkan
stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.29,31

1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya. Faktor yang
termasuk ke dalam faktor eksternal, yaitu: 29
a. Kontras
Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik
warna, ukuran, bentuk atau gerakan.
b. Perubahan Intensitas
Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah
dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.
c. Pengulangan (repetition)
Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak
termasuk dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita.
d. Sesuatu yang baru (novelty)
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu
yang telah kita ketahui.

2. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan
stimulus tersebut. Faktor yang termasuk ke dalam faktor internal, yaitu: 29
a. Pengalaman atau pengetahuan
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang
sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman
masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan
interpretasi.
b. Harapan (expectation)
Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.
c. Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara
berbeda.
d. Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang
ada.
e. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan memberikan
persepsi yang sama pada orang-orang di luar kelompoknya.
Pada bidang kedokteran gigi, penelitian mengenai persepsi estetika telah
banyak dijadikan sebagai penelitian oleh para ahli. Beberapa penelitian tentang
persepsi estetika menunjukkan bahwa dokter gigi dan ortodontis lebih peka terhadap
pergeseran midline daripada pasien.5,6.13-15 Johnston dkk., melakukan penelitian
mengenai persepsi dari diskrepansi antara midline wajah dan dental menggunakan
fotometri frontal dalam keadaan tersenyum dengan memodifikasi hubungan midline
wajah dengan dental pada ortodontis dan masyarakat awam muda di Inggris.
Hasilnya menunjukkan 83% ortodontis dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar
2 mm atau lebih dan 56% pada masyarakat awam muda.14 Penelitian yang sama
dilakukan Pinho dkk., di Brazil tahun 2007 terhadap ortodontis, prostodontis, dan
masyarakat awam dengan hasil melaporkan bahwa ortodontis lebih peka pada
pergeseran midline sebesar 1 mm, 3 mm untuk prostodontis dan masyarakat awam
tidak ada perbedaan bermakna.15
Penelitian mengenai persepsi estetika juga dilakukan oleh Cardash dkk., di
Israel menggunakan fotometri frontal saat tersenyum terhadap klinisi dokter gigi dan
personel non-dental mendapati bahwa 14% dari observer dapat mendeteksi
pergeseran midline < 1 mm, 37% dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar
1-2 mm, dan 83% dapat mendeteksi pergeseran midline > 2 mm.13 Penelitian Talic
dkk., di Saudi Arabia melaporkan bahwa dokter gigi di Saudi memberikan nilai yang
rendah pada pergeseran midline > 1 mm daripada masyarakat umum.5
Menurut Sianita dkk., yang melakukan penelitian mengenai perbedaan
persepsi estetika mengenai pergeseran midline pada mahasiswa fakultas kedokteran
gigi Moestopo (Beragama) dan masyarakat awam didapati bahwa terdapat perbedaan
bermakna dalam persepsi estetika terhadap pergeseran midline antara mahasiswa
FKG dengan masyarakat awam.2 Penelitian mengenai persepsi estetika juga yang
dilakukan oleh Jornung dkk., yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap persepsi dan sikap mengenai estetika gigi dan senyum.16 Selain
tingkat pendidikan, Jornung dkk., juga menyebutkan usia dan jenis kelamin juga
berpengaruh terhadap persepsi estetika seseorang.16 Pada penelitian yang dilakukan
oleh Flores-Mir dkk., mengemukakan bahwa persepsi estetika juga dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi dan lingkungan sosial seseorang.17
2.6. Kerangka Teori

Estetika Wajah

Senyum

Jumlah Lengkung Proporsi Tinggi & Midline Warna


gigi & Senyum Gigi Bentuk Gigi
Gingiva Geligi Gingiva

Pengetahuan
dan Persepsi

Wajah Dental

Diagnosis

Pemeriksaan Fotometri Model Gigi


Klinis

Fotometri Intra Fotometri


Oral Ekstra Oral
2.7. Kerangka Konsep

Pengetahuan terhadap Persepsi terhadap


pergeseran midline pergeseran midline

- Mahasiswa Kepaniteraan
Klinik FKG USU
- Mahasiswa Non-kepaniteraan
Klinik FKG USU

Anda mungkin juga menyukai