Anda di halaman 1dari 7

SOCIAL LEARNIG THEORY

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

KOMUNIKASI PERSUASIF

Oleh:

1. NUR FATTAH WULAN SARI (G.311.18.0070)


2. FERGERINHA DA GUNHA PINTO (G.311.18.0077)
3. AKBAR NUR ROHIM (G.311.18.0102)
4. KARINA MUTIA AINI (G.311.18.0105)
5. FAJAR SASONO ADI (G.311.18.0110)

S1 ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEMARANG

2019
SOCIAL LEARNING THEORY

PENGERTIAN TEORI BELAJAR SOSIAL


Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori ini di kembangkan oleh Albert Bandura (1969). Prinsip belajar menurut
Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami. Adapun pengertian dari teori
pembelajaran sosial (Social Learning Theory) atau pembelajaran Observasional
(Observational Learning) yaitu :
 Pembelajaran observasional merupakan pembelajaran yang di lakukan ketika
seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain ( John W. Santrock : 2008 )
 Pembelajaran Observasional merupakan proses di mana informasi di perolah dengan
memperhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan ( B.R.Hergenhahn dan Matthew
Horson : 2008 )
Pada intinya , Social Learning Theory adalah teori yang berusaha menjelaskan
sosialisasi dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian. Social Learning Theory
memandang pembentukan kepribadian Individu sebagai respon atas stimulus sosial, yang
menekankan konteks sosial alih-alih isi batin individu. Teori ini menekankan bahwa identitas
individu bukan hanya merupakan hasil alam bawah sadarnya , melainkan juga karena respon
individu tersebut atas ekspektasi-ekspektasi orang lain. Perilaku dan sikap seseorang tumbuh
karena dorongan orang-orang di sekitarnya .
PRINSIP-PRINSIP TEORI BELAJAR SOSIAL BANDURA
a. Hakikat Manusia
Manusia dapat dipahami melalui interaksi timbal balik antara perilaku,
kognitif, dan lingkungan. Hubungan ketiganya dapat digambarkan sebagai berikut :
P

B E
Gambar 1 : Perilaku ( B=Behavior) , kognitif dan faktor personal ( P=Personal ) serta
lingkungan ( E=Enviromental ) saling menentukan satu sama lain . (diambil dari
Hjelle & Ziegler , 1981 )
Pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir dan mengatur
atau mengarahkan diri sehingga ia pula dapat mengontrol lingkungan. Di samping
manusia juga di bentuk oleh lingkungannya , dengan demikian , perilaku di pelajari
individu melalui interaksi dengan lingkungan , dan perkembangan kepribadiannya
tergantung pada inyeraksi tersebut.
b. Modifikasi Perilaku
Dalam interaksi, individu melakukan pengamatan terhadap individu lain .
Belajar dengan pengamatan dinamakan modeling . dalam modeling terjadi proses
peniruan terhadap model.
Dalam observational learning, reinforcement merefleksikan orientasi kognitif .
Reinforcement eksternal pendorong ( incentive ) bagi individu juga mempelajari
reinforcement yang diperoleh dari model yang diamati dan ia dapat mereinforce
dirinya sendiri .
Melalui kognitifnya , individu dapat melakukan self-control sehingga ia dapat
mengarahkan dan mengatur dirinya . dalam melakukan pengamatan terhadap orang
lain , lingkungan dan perilakunya dapat dikelola sesuai dengan kemampuannya dalam
berinteraksi .
Menurut Nelson-Jones ( 1995 : 293 ) selain observational learning , proses
belajar dapat di lakukan dengan cara enactive learning (belajar lewat peran) atau
belajar dari pengalaman. Dalam enactive learning, individu mempelajari konsekwensi
– konsekwensi yang menyertai suatu perilaku. Berdasarkan pengalamannya terhadap
konsekwensi tersebut, individu akan lebih mengembangkan keterampilannya hingga
ia menemukan suatu bentuk perilaku yang lebih baik.
KONSEP TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA
a. Pemodelan
Merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial Albert Bandura. Menurut
beliau sebagian besar manusia belajar pengamatan secara selektif dan mengingat
tingkah laku orang lain ( Arends , 1997 : 67 ) .
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku
orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara
menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-
mengulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut
untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasikan empat
fase belajar dari pemodelan, yaitu :
1. Fase Atensi
Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian
pada suatu model. Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada
model-model yang menarik, popular atau yang dikagumi. Di samping itu suatu
model harus memiliki daya tarik (Woolfolk, 1993).
2. Fase Retensional
Menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E. 2001:5), fase ini bertanggung
jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu
didalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean adalah proses
pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Arti penting dari
fase ini adalah bahwa si pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari
tingkah laku yang diamati ketika model tidak hadir, kecuali apabila tingkah
laku itu dikode dan disimpan dalam ingatan untuk digunakan pada waktu
kemudian.
3. Fase Reproduksi
Dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan
yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Derajat ketelitian yang
tertinggi dalam belajar mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti
pengurangan secara mental. Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan individu.
Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-
komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si pengamat (pembelajar).
Pada fase ini juga si model hendaknya memberikan umpan balik terhadap
aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih salah dalam
penampilan.
4. Fase Motivasional
Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab
mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan
memperoleh penguatan. Memberikan penguatan untuk suatu tingkah laku
tertentu akan memotivasi pengamat untuk berunjuk perbuatan.
b. Belajar Vicarious
Sebagian besar belajar observasional termotivasi oleh harapan bahwa meniru
model dengan baik akan menuju pada reinforcement. Akan tetapi, akan ada orang
yang belajar dengan melihat orang diberi renforcement atau dihukum waktu
terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu inilah yang disebut belajar “vicarious”.
c. Perilaku Diatur-Sendiri (Self-Regulated Behavior)
Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan
perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia
belajar suatu standar performa (performance standards), yang menjadi dasar
evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang sesuai bahkan melebihi standar
performa, maka ia akan dinilai positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu
berperilaku sesuai standar, dengan kata lain performanya dibawah standar, maka
ia akan dinilai negatif.
Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri,
mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian
memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya sendiri. Kita semua
mengetahui bila kita berbuat kurang daripada yang sebenarnya. Untuk dapat
membuat pertimbangan-pertimbangan ini, kita harus mempunyai harapan tentang
penampilan kita sendiri.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA
a. Kelemahan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori pembelajaran sosial Bandura sangat sesuai diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan
hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang
menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif,
termasuk pelakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
b. Kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya,
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia
bukan semata-mata reflex atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul
akibat interaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif
manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya
conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).
IMPLIKASI TEORI BELAJAR SOSIAL
Sosial learning teori sangat berhubungan erat dengan kehidupan sehari hari nya kita,
salah satunya adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai sepeda. Ditahap atensi si
anak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda, dibanding dengan orang yang
melakukan aktivitas lain yang dianggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati
bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap retensional, dalam ingatan si
anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat
ia akan meminta ayahnya untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian
dilakukan pada tahap reproduksi dimana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai
sepeda bersama sang ayahnya. Ketika anak itu sudah berhasil, disinilah tugas sang ayah
untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus
merupakan tahap motivasi.
Proses pembentukan perilaku dari yang tidak suka belajar, menjadi suka belajar dapan
dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang
ada di rumah atau di lingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil, maka hal ini akan di
observasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini di fasilitasi
dengan banyak media yang alami maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya,
misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio
visual yang ditata secara menarik dirumah atau kelompok belajar yang ada. Orang tua atau
guru atau pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Hertanti, Alfiramita. Ramadhani, Syuhri. 2012. Teori Belajar Sosial Albert Bandura.
Makasar.
Tarsono. 2010. Implikasi Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) Dari Albert Bandura
Dalam Bimbingan dan Konseling. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai