Anda di halaman 1dari 38

MODUL PEMBELAJARAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN

BAB II
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SEKOLAH

Setiap lembaga sekolah formal seperti sekolah pada dasarnya memiliki keinginan
menerapkan suatu model sekolah yang memilki kapabilitas dan sesuai dengan perkembangan
zaman. Manajemen sekolah pada era informasi merupakan suatu prioritas untuk kelangsungan
sekolah atau dengan kata lain merupakan suatu bentuk sekolah yang harus memiliki ciri khusus
untuk menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan lembaga sekolah. Hal ini disebabkan
penurunan perkembangan sekolah dilihat dari segi kualitas dan hasil dari ekspektasi lembaga
sekolah. Selain itu, penurunan ini juga disebabkan oleh tidak tersedianya manajemen yang baik
untuk mengelola sekolah
Sekolah harus menetapkan visi dan misi yang jelas untuk memproduksi keputusan yang
berkualitas dan beroperasi secara maksimal seiring perkembangan zaman. Untuk mewujudkan
hal ini, perlu dibuat suatu struktur dan manajemen yang pasti dan sesuai dengan visi dan misi
lembaga sekolah. Melalui penggunaan internet dan sistem informasi, lembaga sekolah dapat
mengembangkan manajemen yang baik.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Sekolah pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya berisi suatu
transformasi pengetahuan, berbagai nilai dan keterampilan baik di dalam maupun luar sekolah
yang berlangsung secara konstan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

1.1. Hakikat Sistem Informasi Manajemen Sekolah


Kegiatan dalam lingkungan sekolah terutama dalam kegiatan belajar mengajar, sangat
membutuhkan sistem informasi manajemen yang semakin maju mengikuti perkembangan jaman.
Sekolah yang belum menerapkan SIM bisa di katakan sekolah yang masih ketinggalan jaman,
karena sekarang semua kegiatan sekolah lebih menguntungkan bila menggunakan SIM. Sebagai
contoh pada sistem penerimaan siswa baru, SIM dibutuhkan untuk memudahkan calon siswa
untuk mendaftar ke sekolah tersebut, misalkan lewat sistem online. Pihak sekolah dengan mudah
menyimpan data calon siswa untuk di olah lebih lanjut database. Bila tidak menerapkan SIM ada
kemungkinan repot dalam mengurus data calon siswanya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen di dunia pendidikan khususnya sekolah
pada hakikatnya adalah menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang melakukan kerja sama,
proses sistemik dan sistematik serta sumber-sumber yang didayagunakan.

1.2. Tujuan dari penerapan SIM di sekolah


Ada beberapa tujuan dibentuknya suatu sistem informasi manajemen sekolah, antara lain:
 Bagi pihak sekolah
 Mempermudah proses pengelolaan data akademik dan non akademik
 Menyediakan suatu laporan perkembangan siswa dalam proses pengajaran
 Menyediakan suatu laporan perkembangan pengajar dalam kegiatan pembelajaran
 Menjadi panduan untuk membuat peraturan sekolah
 Berperan sebagai sarana komunikasi antara masyarakat dan orang tua siswa tanpa
batasan waktu dan tempat
 Menjadi media promosi yang memperkenalkan sekolah
 Sebagai sarana perluasan informasi / pengetahuan
 Bagi pihak orang tua siswa
 Mempermudah orang tua dalam memonitor perkembangan anak di sekolah
 Bagi siswa
 Menyediakan suatu media bagi siswa untuk memantau perkembangan baik dari sisi
akademik.
 Membantu siswa dalam memperoleh informasi mengenai mata pelajaran yang di
sajikan di sekolah dan meningkatkan prestasi siswa melalui database bahan pelajaran
dan soal latihan
 Membantu siswa dalam persiapan sebelum memasuki jenjang pendidikan selanjutnya,
merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial atas dasar informasi dan
pengetahuan akan dirinya sendiri, sekolah, lingkungan kerja, dan masyarakat.
1.3. Kebutuhan-Kebutuhan Pendukung SIM di Sekolah
2.3.1 Kebutuhan Fungsional
Merupakan kemampuan sistem untuk menjalankan proses dan menampilkan informasi
sesuai dengan kepentingan pengguna. Beberapa kebutuhan fungsional yang umum ada pada
sistem informasi manajemen sekolah adalah :

a. Administrator
Pada umumnya, pada suatu layanan sistem informasi manajemen sekolah tugas yang
dapat dilakukan administrator adalah melakukan login ke sistem dan mengubah data
siswa, guru, jadwal pembelajaran, kelas, daftar nilai siswa, dan berita sekolah melalui
penambahan maupun penghapusan data.
b. Siswa
Siswa memiliki kebutuhan untuk mengakses sistem menggunakan nomor induk masing-
masing siswa, meninjau dan mem-print nilai dan jadwal kelas yang diikuti, dan
memperoleh bahan dan soal mata pelajaran terkait melalui fitur download.
c. Guru
Guru dapat menggunakan sistem informasi manajemen sekolah untuk memasukkan nilai
masing-masing siswa dan materi yang diajarkan di kelasnya. Nomor induk kependudukan
dapat digunakan sebagai metode untuk login bagi masing-masing guru.
d. Visitor / pengunjung
Pengunjung dapat melakukan pendaftaran siswa baru dan melihat berita terkait sekolah
melalui SIM.
2.3.2 Kebutuhan Non Fungsional
Merupakan faktor pendukung yang mengoptimalkan kinerja sistem. Hal ini dapat ditinjau
dari :
a. Kebutuhan Hardware
Syarat hardware minimal yang diperlukan dalam implementasi MIS, antara lain :
 Processor Intel Pentium 4
 Hardisk 50GB
 RAM 1GB
 VGA 128MB
 Sistem Operasi Windows 7
b. Kebutuhan Software
Software yang digunakan dalam pembuatan program sistem dapat berupa:
 Sistem Operasi : Windows 7
 Web Server : Apache/XAMPP
 Database Server : MySQL
 Script Engine : PHP
 Web Browser : Google Chrome
c. Kebutuhan Pengguna
Kebutuhan pengguna dalam tahap pembuatan sistem pada umumnya adalah :
 System analyst
Tugas : menganalisa sistem dengan mempelajari kemungkinan timbulnya
permasalahan dan penentuan kebutuhan sistem yang sesuai untuk kemudian
diidentifikasi sehingga dapat menghasilkan desain dan solusi yang tepat.
 Programmer
Tugas : penulisan kode program / pemrograman sistem yang telah ditentukan
sebelumnya berdasarkan rancangan yang telah dibuat system analyst.
 Operator / pemakai
Tugas : menggunakan sistem atau dalam beberapa kasus dapat berperan sebagai
pengelola sistem dengan terlebih dahulu dilatih programmer / system analyst untuk
mengetahui cara kerja sistem.

2.3 Syarat dan Ruang Lingkup Perencanaan SIM di Lembaga Pendidikan


Ada beberapa faktor yang dapat menjadi syarat kesuksesan sistem informasi manajemen
suatu sekolah, antara lain :
 Ketersediaan / availability
Informasi yang di persiapkan untuk membuat sistem informasi harus tersedia bagi
pihak-pihak dalam sekolah. Hal ini merupaka suatu hal mendasar dalam merancang
suatu sistem informasi
 Mudah untuk dipahami / comprehensibility
Informasi yang tersedia di dalam sistem harus dimengerti oleh pihak pembuat
keputusan sistem yaitu informasi mengenai jadwal rutin tugas-tugas dari sistem
informasi dan keputusan yang tepat.
 Kesesuaian / relevant
Informasi ini bisa berkaitan dengan permasalahan yang sedang di hadapi, misi,
ataupun tujuan dari organisasi yang berkaitan.
 Kelengkapan / completeness
Kelengkapan berarti informasi yang di perlukan cukup untuk memenuhi standar yang
berlaku dalam organisasi yang menggunakan sistem informasi yang bersangkutan.
 Ketepatan waktu / timing
Penyediaan informasi yang tepat merupakan hal yang penting untuk merancang suatu
sistem informasi.
 Terorganisasi / coordinated
Sistem informasi yang di buat harus terstruktur sehingga membuat sistem bekerja
dengan baik yang di lakukan secara terpusat.
 Meningkatkan produktivitas
Sistem informasi manajemen harus mampu meningkatkan produktivitas organisasi
yang bersangkutan.

Ruang lingkup standar sistem informasi manajemen sekolah meliputi :


 Sistem informasi profil sekolah
Merupakan sistem utama dari sekolah. Konten yang ada di dalamnya berupa data
sekolah yang terhubung dengan standar kode pengenal sistem informasi manajemen
sekolah dari jaringan pendidikan nasional
 Sisten Informasi Manajemen dan Administrasi Personalia (SISILA)
Berkaitan dengan tenaga pengajar sekolah yang isisnya antara lain pengelolaan
penerima pegawai honorer, data mengenai jumlah tenaga pengajar sementara dan
tetap, tunjangan, profil tenaga pengajar, dan evaluasi kemampuan tenaga pengajar.
 Sistem Informasi Manajemen Kesiswaan Sekolah Terpadu
Sub-sistem yang berkaitan dengan pengelolaan informasi mengenai siswa sekolah.
Manajemen/ pengelolaan informasi di lakukan dengan menggunakan nomor induk
siswa nasionaal/ NISN
 Sistem Informasi Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah
Untuk mempermudah pengelolaan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah,
persediaan, dan laporan mengenai pengelolaan peralatan dan perlengkapan sekolah.
 Sistem Informasi Manajemen Kegiatan Akademik
Merupakan sub-sistem dasar manajemen pendidikan di sekolah. Terdiri dari 4 sudut
pandang dengan struktur sebagai berikut :
1. Sudut pandang dewan kurikulum
2. Sudut pandang tenaga pengajar
3. Sudut pandang pihak pengusaha/ eksekutif
4. Sudut pandang siswa
 Sistem informasi administrasi dan pengelolaan keuangan sekolah
Sub-sistem yang berkaitan dengan manajemen keuangan sekolah, kontenya
mmeliputi perencanaan anggaran pendapatan dan pembiayaan sekolah (RAPBS),
laporan mengenai transaksi pendapatan dan pengeluaran sekolah, dan sistem
akuntansi yang terstruktur.
 Situs layanan informasi sekolah dan masyarakat
Merupakan media untuk menghubungkan berbagai pihak baik pihak dalam sekolah
maupun luar sekolah. Hal ini bertujuann untuk menyediakan suatu layanan informasi
mengenai sekolah/publikasi, menjelaskan berbagai hubungan dengan pihak sponsor
sekolah, dan menyediakan wadah bagi berbagai pihak untuk membagikan ide dan
gagasan yang berkaitan dengan sekolah
BAB III
MANAJEMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM DI SEKOLAH

Kurikulum merupakan suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling


berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri
dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum  akan
berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh
subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka
sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Melihat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat
diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian
ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya
menerapkan proses-proses tersebut. Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang
yang mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus
pendidikan ataupun kurikulumnya.

3.1 Pengertian Manajemen Kurikulum


Manajemen kurikulum merupakan suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komprehensif, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam
pelaksanaannya , manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks manajemen
berbasis sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Sekolah (KTSP) atau kurikukulum
terbaru yakni Kurikulum 2013 ( K13 ). Sedangkan implementasi kurikulum merupakan
proses interaksi antara fasilitator sebagai penegembangan kurikulum , dan
peserta didik sebagai subjek belajar. Maka implementasi kurikulum adalah
penerapan, ide, konsep kurikulum potensial (dalam bentuk dokumen
kurikulum) kedalam kurikulum aktual dalam bentuk proses pembelajaraan.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang dibangun oleh lembaga pendidikan atau sekolah
dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan menitikberatkan pada ketercapaian dan
kebutuhan akan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah juga tidak mengabaikan
kebijakan-kebijakan nasional yang telah diterapkan.

3.2 Ruang Lingkup, Fungsi dan Prinsip Manajemen Kurikulum


Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk
merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional dengan kebutuhan daerah dan
kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum terebut merupakan kurikulum yang
terintegrasi dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.
Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum diantaranya :
1. Meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru mupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum
Selaras dengan fungsi tersebut terdapat pula beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan manajemen kurikulum di antaranya yaitu ; (1) Produktivitas. Hasil yang
akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangakan dalam
manjemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar
sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
(2) Demokratisasi. Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berdasarkan pada demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jwab untuk mencapai tujuan kurikulum.
(3) Kooperatif. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum
perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
(4) Efektivitas dan efisiensi. Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga
kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga
dan waktu yang relatif singkat.
(5) Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang diterapkan dalam kurikulum. Proses manajemen
kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan kebijaksanan pemerintah
maupun Departemen Pendidikan Nasional, seperti UUSPN No. 20 tahun 2003, kurikulum pola
nasional, pedoman penyelengaraan program, kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013 ( K13 ), keputusan
dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis
sekolah yang bersangkutan.

3.3 Manajemen Implementasi Kurikulum Di Sekolah


Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan
hasil kurikulum yang lebih efektif, efesien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber
maupun komponen kurikulum. Empat komponen kurikulum yaitu :
1. Komponen tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan.
2. Komponen isi/materi
Pada komponen ini lebih banyak menitikberatkan pada pengalaman belajar yang harus
dimiliki oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya
berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang terdapat pada isi setiap
mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan proses pembelajaran.
3. Metode atau strategi pencapaian tujuan
Berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Metode
yang tepat adalah metode yang sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai
dalam setiap pokok bahasan.
4. Komponen evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut
meliputi perencanaan , implementasi , evaluasi.
Keempat komponen tersebut satu sama lain saling berkaitan sebagai suatu sistem yang
saling mendukung dalam proses pencapaian tujuan.
Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka
langkah-langkah dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah perlu diperhatikan. Tahapan
pelaksanaan kurikulum di sekolah diimplementasi dalam empat tahap yaitu :
 Perencanaan
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif
mungkin. Pada tahap ini kurikulum perlu dijabarkan ke dalam perangkat pembelajaran
menjadi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
 Pengorganisasian dan koordinasi
Pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana
yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang
mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Pada tahap perencanaan semua aspek
yang berkaitan dengan proses pembelajaran harus disiapkan secara matang dan menyeluruh
sehingga pada tahap pengorganisasian dan koordinasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya
 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Pelaksanaan tidak lain
merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Pada tahap ini adalah
tahap yang sangat menentukan apakah sekolah dibawah kepemimpinan kepala sekolah dapat
mewujudkan progrm sekolah atau tidak.
 Pengawasan dan evaluasi
Semua fungsi terdahulu, dalam hal pelaksanaan pembelajaran tidak akan efektif tanpa
disertai fungsi pengawasan. Selain itu, akan berjalan secara efektif atau tidak  dapat diketahui
melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi ini penting dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran yang telah dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.

3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum


Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut;
1. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
2. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam
implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya,
penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
3. Karakteristik pengguna kurikulumyang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemempuanya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara
efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital.
Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai
komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa
didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan
lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan
yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian
seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan
secara berkelanjutan.
Manajemen kurikulum adalah salah satu disiplin ilmu yang bercabang dari kurikulum.
Pengelolaan kurikulum dengan manajemen yang baik, akan menjadikan seluruh rangkaian dalam
pendidikan mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dengan maksimal. Tidak hanya sebatas itu,
mutu sebuah pendidikan yang dapat dilihat dari aspek kualitas produk dan efektifitas serta
efisiensi sumber daya akan dengan mudah terwujudkan.

BAB IV
MANAJEMEN PESERTA DIDIK

4.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas yang dimulai dari peserta didik tersebut
masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan
individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang
di sekolah. Dengan demikian, manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk kegiatan-
kegiatan pencatatan peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang secara
operasional dapat dipergunakan untuk membangun kelancaran upaya pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan.
Manajemen peserta didik bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang menunjang
proses pembelajaran di sekolah bisa berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara
keseluruhan.
Manajemen peserta didik berfungsi sebagai wahana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta didik tersebut dapat tercapai, ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya antara lain :
1. Dalam mengembangkan program manajemen kepesertadidikan, penyelenggara harus
mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan.
2. Manajemen peserta didik harus dipandang sebagai sebagai upaya pengaturan terhadap
pembimbingan peserta didik yang menjadi bagian keseluruhan manajemen sekolah.
3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan
peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan punya banyak perbedaan.
4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan mengacu kemandirian
peserta didik yang bermanfaat tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga di masa
depan ketika sudah terjun ke masyarakat.
4.2 Penerimaan peserta didik
Penerimaan siswa merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada siswa yang baru
masuk sekolah untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut.
Langkah-langkah rekruitmen siswa baru adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan panitia penerimaan siswa baru.
2. Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan
secara terbuka.
3. Seleksi siswa melalui tes atau ujian, penelusuran bakat kemampuan dan berdasarkan nilai
STTB atau UAN.
4. Pendataan siswa untuk melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan.

4.3 Hubungan guru dengan peserta didik


Hubungan guru dan peserta didik dapat dikatakan baik, jika hubungan tersebut memiliki
sifat-sifat berikut:
1. Guru memberi pemahaman yang tepat kepada peserta didik agar ia tanggap terhadap
proses belajar dan pembelajaran yang dialaminya
2. Guru dan peserta didik perlu untuk saling bersikap jujur dan saling terbuka dalam
memberikan informasi yang akan dijadikan sebagai sumber masukan bagi peningkatan
proses pembelajaran
3. Guru dan peserta didik perlu berkomunikasi dengan aktif sehingga terbangun pemahaman
yang baik, yang dapat memudahkan proses belajar dan pembelajaran.
4. Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tahapan-tahapan perkembangan kedewasaannya, kepribadiannya, serta kreativitas
yang dialaminya.
5. Guru dan peserta didik harus saling mendukung agar kepentingannya terpenuhi dengan
baik.

4.4 Pembinaan peserta didik


Pembinaan peserta didik mempunyai nilai strategis, di samping sebagai salah satu faktor
penentu keberhasilan sumber daya manusia masa depan, sasarannya adalah anak usia 6-18 tahun,
suatu tingkat perkembangan usia anak, di mana secara psikis dan fisik anak sedang mengalami
pertumbuhan, suatu periode usia yang ditandai dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil,
agresifitas yang tinggi dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan.
Langkah-langkah pembinaan siswa yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam
kegiatannya dengan manajemen peserta didik adalah :
1. Memberikan orientasi kepada siswa baru.
2. Mengatur dan mencatat kehadiran siswa.
3. Mencatat prestasi dari kegiatan yang diraih atau dilakukan oleh siswa.
4. Mengatur disiplin siswa selaku peserta didik di sekolah.
Untuk mencapai dan melaksanakan tugas-tugas tersebut, seorang kepala sekolah selaku
pengelola sekolah harus melakukan hal-hal seperti pengaturan tata tertib, pemberian promosi
kenaikan kelas, pemberian hak mutasi, dan pengelompokan siswa.
Dalam rangka membina siswa secara komprehensif, pihak sekolah mesti memberikan
layanan khusus yang menunjang manajemen kesiswaan, yaitu layanan bimbingan dan konseling,
layanan perpustakaan, layanan kantin / kafetaria, layanan kesehatan, layanan transportasi sekolah
dan layanan asrama.

4.4 Pemberdayaan organisasi siswa


Selain pengembangan dan pembinaan siswa yang ditinjau dari segi kurikuler juga ada
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar
jam pelajaran, baik itu dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, namun masih dalam ruang
lingkup tanggung jawab kepala sekolah, dengan tujuan untuk memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan siswa, mendorong pembinaan nilai dan sikap mereka demi untuk
mengembangkan minat dan bakat siswa.
Ada beberapa hal yang perlu dan harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan
ekstrakulikuler seperti: meningkatkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa,
mendorong bakat dan minat mereka, menentukan waktu, serta objek kekuatan sesuai dengan
kondisi lingkungan
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan
seperti: kepramukaan, usaha kesehatan sekolah, patroli keamanan sekolah, peringatan hari-hari
besar agama dan nasional, pengenalan alam sekitarnya, kelompok ilmiah, olah raga, seni budaya
dan lain sebagainya.
BAB V
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

5.1 Pengrtian Manajemen Keuangan Sekolah


Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang akan
turut menentukan  berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah.  Sebagaimana yang terjadi di
substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan
sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan
pertanggungjawaban.
Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan
pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan  Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,
pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.
Dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), manajemen komponen
keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran,
penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-
kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme. Komponen utama
manajemen keuangan meliputi ; prosedur anggaran, prosedur akuntansi keuangan, pembelajaran,
pergudangan dan prosedur pendistribusian, prosedur investasi, dan prosedur pemeriksaan.
Dalam pelaksanaannya manajemen keuangan ini menganut azas pemisahan tugas antara
fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang
untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran.
Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan
pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.
Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan
dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta
diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala sekolah dalam hal ini,
sebagai manajer, berfungsi sebagai otorisator, dan dilimpahi fungsi ordonator untuk
memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan
karena berkewajiban melakukan pengawasan kedalam. Bendaharawan, disamping mempunyai
fungsi-fungsi bendaharawan, juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas
pembayaran.

5.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang
No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip
efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut,
yaitu :
a. Transparansi
Transparan di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu
kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti
adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan
sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus
jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua,
masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas
performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung
jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak
sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat
dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang
menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu
(1) adanya transparansi → para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan
mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah
(2) adanya standar kinerja → di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan
tugas, fungsi dan wewenangnya
(3) adanya partisipasi → untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam
menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang
murah dan pelayanan yang cepat.
c. Efektivitas
Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang
dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
d. Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put)
atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya.
Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal :
(1) Dilihat Dari Segi Penggunaan Waktu, Tenaga Dan Biaya
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang
sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
(2) Dilihat Dari Segi Hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya
tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
5.3. Tujuan Manajemen Keuangan
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan
sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan
digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Tujuan utama manajemen keuangan adalah :
a. Menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian sekolah dan
menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali.
b. Memelihara barang-barang (aset) sekolah.
c. Menjaga agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan, dan
pengeluaran uang diketahui dan dilaksanakan.

5.4. Tugas Manajer Keuangan


Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi fungsi
Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan
fungsi Bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan
Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan, juga dilimpahi
fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.
Manajer keuangan sekolah berkewajiban untuk menentukan keuangan sekolah, cara
mendapatkan dana untuk infrastruktur sekolah serta penggunaan dana tersebut untuk
membiayai kebutuhan sekolah. Tugas manajer keuangan antara lain :
a. Manajemen untuk perencanaan perkiraan.
b. Manajemen memusatkan perhatian pada keputusan investasi dan pembiayaannya.
c. Manajemen kerjasama dengan pihak lain.
d. Penggunaan keuangan dan mencari sumber dananya.
Adapun yang harus dimiliki oleh seorang manajer keuangan yaitu strategi
keuangan. Strategi tersebut antara lain:
a. Strategic planning
Berpedoman keterkaitan antara tekanan internal dan kebutuhan ekternal yang datang
dari luar. Terkandung unsur analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan, ekonomin dan
financial.
b. Strategic management
Upaya mengelolah proses perubahan, seperti: perencanaan, strategis, struktur organisasi,
kontrol, strategis dan kebutuhan primer.
c. Strategic thinking
Sebagai kerangka dasar untuk merumuskan tujuan dan hasil secara berkesinambungan.

5.5. Manajemen Keuangan Sekolah


Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada:
uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta
keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan
sarana dan sebagainya.
Di bawah ini kami kemukakan beberapa instrumen (format-format) yang
mencerminkan adanya kegiatan manajemen keuangan sekolah tersebut :
a. Manajemen pembayaran SPP
SPP dimaksudkan untuk membantu ditunjukkan pada pasal 12 keputusan tersebut yakni
membantu penyelengaraan sekolah, kesejahteraan personel, perbaikan sarana dan
kegiatan supervisi. Yang dimaksud penyelenggaraan sekolah ialah :
 Pengadaan alat atau bahan manajemen
 Pengadaan alat atau bahan pelajaran
 Penyelenggaraan ulangan, evaluasi belajar, kartu pribadi, rapor dan STTB
 Pengadaan perpustakaan sekolah
 Prakarya dan pelajaran praktek
Selanjutnya pada pasal 18 dinyatakan bahwa kedudukan kepala sekolah dalam
pengelolaan SPP adalah bendaharawan khusus yang bertanggungjawab dalam
penerimaan, penyetoran dan penggunaan dana yang telah ditentukan terutama dan
penyelenggaraan sekolah.
b. Manajemen keuangan yang berasal dari negara (pemerintah)
Meliputi pembayaran gaji pegawai atau guru dan belanja barang. untuk
pertanggungjawaban uang tersebut diperlukan beberapa format sebagi berikut :
 Lager gaji (daftar permintaan gaji)
 Buku catatan SPMU (Surat Perintah Mengambil Uang)
5.6. Sumber-Sumber Keuangan Sekolah
a. Dana dari pemerintah
b. Dana dari orang tua siswa
c. Dana dari Masyarakat
d. Dana dari alumni
e. Dana dari peserta kegiatan
f. Dana dari kegiatan wirausaha sekolah

5.7. Proses Pengelolaan Keuangan di Sekolah


Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen komponen lain. Dengan kata
lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya.
Proses pengelolaan keuangan di sekolah meliputi :
a. Perencanaan anggaran
b. Strategi mencari sumber dana sekolah
c. Penggunaan keuangan sekolah
d. Pengawasan dan evaluasi anggaran
e. Pertanggungjawaban
Pemasukan dan pengeluaran keuangan sekolah diatur dalam Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Ada beberapa hal yang berhubungan dengan
penyusunan RAPBS, antara lain ; penerimaan, penggunaan dan Pertanggungjawaban

5.8. Pengelolaan Keuangan Sekolah yang Efektif


Pengelolaan akan dianggap efektif apabila merujuk pada Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk satu tahun pelajaran, para kepala sekolah
bersama smua pemegang peran di sekolah pada umumnya menempuh langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Merancang suatu program sekolah yang ideal untuk mencapai tujuan yang diinginkan
pada tahun pelajaran yang bersangkutan.
b. Melakukan inventarisasi semua kegiatan dan menghitung perkiraan kebutuhan dana
penunjang.
c. Melakukan peninjauan ulang atas program awal berdasarkan kemungkinan tersedianya
dana pendukung yang dapat dihimpun.
d. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran yang
bersangkutan.
e. Melakukan perhitungan rinci pemanfaatan dana yang tersedia untuk masing-masing
kegiatan
f. Menuangkan perhitungan-perhitungan rinci tersebut ke dalam suatu format yang telah
disepakati untuk digunakan oleh setiap sekolah.
g. Pengesahan dokumen RAPBS oleh instansi yang berwenang.
Dengan tersedianya dokumen tertulis mengenai RAPBS tersebut Kepala Sekolah
dapat mengkomunikasikannya secara terbuka kepada semua pihak yang memerlukan.
Sumber dana yang tersedia di dalam RAPBS di manfaatkan untuk membiayai berbagai
kegiatan manajemen operasional sekolah pada tahun pelajaran yang bersangkutan. Pada
umumnya pengeluaran dana yang dihimpun oleh sekolah mencakup 5 kategori pembiayaan
sebagai berikut :
a. Pemeliharaan, rehabilitasi dan pengadaan sarana/prasarana pendidikan.
b. Peningkatan kegiatan dan proses belajar mengajar.
c. Peningkatan kegiatan pembinaan kesehatan.
d. Dukungan biaya kegiatan sekolah dan peningkatan personil.
e. Kegiatan rumah tangga sekolah dan BP3.
RAPBS perlu disusun pada setiap tahun ajaran sekolah dengan memastikan bahwa
alokasi anggaran bisa memenuhi kebutuhan sekolah secara optimal. Prinsip Penyusunan
RAPBS, antara lain :
a. RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid secara
jujur, bertanggung jawab, dan transparan.
b. RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan dipajang di tempat
terbuka di sekolah.
c. Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama memprioritaskan
pembelanjaan dana sejalan dengan rencana pengembangan sekolah.
Proses penyusunan RAPBS meliputi :
a. Menggunakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek yang ditetapkan
dalam rencana pengembangan sekolah.
b. Menghimpun, merangkum, dan mengelompokkan isu-isu dan masalah utama ke dalam
berbagai bidang yang luas cakupannya.
c. Menyelesaikan analisis kebutuhan.
d. Memprioritaskan kebutuhan.
e. Mengonsultasikan rencana aksi yang ditunjukkan/dipaparkan dalam rencana
pengembangan sekolah.
f. Mengidentifikasi dan memperhitungkan seluruh sumber pemasukan.
g. Menggambarkan rincian (waktu, biaya, orang yang bertanggung jawab, pelaporan,
dsb.), dan mengawasi serta memantau kegiatan dari tahap perencanaan menuju tahap
penerapan hingga evaluasi.
5.8. Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah
Kepala sekolah wajib menyampaikan laporan di bidang keuangan terutama
mengenai penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah. Pengevaluasian dilakukan setiap
triwulan atau per semester. Dana yang digunakan akan dipertanggungjawabkan kepada
sumber dana. Jika dana tersebut diperoleh dari orang tua siswa, maka dana tersebut akan
dipertanggungjawabkan oleh kepala sekolah kepada orang tua siswa. Begitu pula jika dana
tersebut bersumber dari pemerintah maka akan dipertanggungjawabkan kepada
pemerintah.
BAB VI
PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

6.1. Pengertian Pendidikan dan Tenaga Kependidikan


Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6,
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5,
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Pendidik akan berhadapan langsung dengan para peserta didik, namun ia tetap
memerlukan dukungan dari para tenaga kependidikan lainnya, sehingga ia dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Karena pendidik akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
apabila berada dalam konteks yang hampa, tidak ada aturan yang jelas, tidak didukung sarana
prasarana yang memadai, tidak dilengkapi dengan pelayanan dan sarana perpustakaan serta
sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik maupun tenaga kependidikan
memiliki peran dan tugas yang sama penting yaitu melaksanakan berbagai aktivitas yang
berujung pada terciptanya kemudahan dan keberhasilan siswa dalam belajar.

6.2. Tugas Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2,
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan pada
Undang-Undang No 14 Tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada
masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 171 Pendidik mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
1) Guru sebagai pendidik profesional mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
2) Dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat, pada jenjang pendidikan tinggi
3) Konselor sebagai pendidik professional memberikan pelayanan konseling kepada peserta
didik di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi
4) Pamong belajar sebagai pendidik professional mendidik, membimbing, mengajar, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, dan mengembangkan model program pembelajaran,
alat pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran pada jalur pendidikan nonformal
5) Widyaiswara sebagai pendidik professional mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik
pada program pendidikan dan pelatihan prajabatan dan/atau dalam jabatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah
6) tutor sebagai pendidik professional memberikan bantuan belajar kepada peserta didik dalam
proses pembelajaran jarak jauh dan/atau pembelajaran tatap muka pada satuan pendidikan
jalur formal dan nonformal
7) instruktur sebagai pendidik professional memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik
pada kursus dan/atau pelatihan
8) fasilitator sebagai pendidik professional melatih dan menilai pada lembaga pendidikan dan
pelatihan
9) Pamong pendidikan anak usia dini sebagai pendidik profesional mengasuh, membimbing,
melatih, menilai perkembangan anak usia dini pada kelompok bermain, penitipan anak dan
bentuk lain yang sejenis pada jalur pendidikan nonformal
10) Guru pembimbing khusus sebagai pendidik profesional membimbing, mengajar, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan pendidikan umum, satuan pendidikan
kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 1,
tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 173 Tenaga kependidikan mempunyai tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. pengelola satuan pendidikan mengelola satuan pendidikan pada pendidikan formal atau
nonformal
b. penilik melakukan pemantauan, penilaian, dan pembinaan pada satuan pendidikan
nonformal
c. pengawas melakukan pemantauan, penilaian, dan pembinaan pada satuan pendidikan
formal anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
d. peneliti melakukan penelitian di bidang pendidikan pada satuan pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah, dan pendidikan tinggi, serta pendidikan
nonformal
e. pengembang atau perekayasa melakukan pengembangan atau perekayasaan di bidang
pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, serta pendidikan nonformal
f. tenaga perpustakaan melaksanakan pengelolaan perpustakaan pada satuan pendidikan
g. tenaga laboratorium membantu pendidik mengelola kegiatan praktikum di laboratorium
satuan pendidikan
h. teknisi sumber belajar mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana dan prasarana
pembelajaran pada satuan pendidikan
i. tenaga administrasi menyelenggarakan pelayanan administratif pada satuan pendidikan
j. psikolog memberikan pelayanan bantuan psikologis-pedagogis kepada peserta didik
dan pendidik pada pendidikan khusus dan pendidikan anak usia dini
k. pekerja sosial pendidikan memberikan layanan bantuan sosiologis-pedagogis kepada
peserta didik dan pendidik pada pendidikan khusus atau pendidikan layanan khusus
l. terapis memberikan pelayanan bantuan fisiologis-kinesiologis kepada peserta didik
pada pendidikan khusus
m. tenaga kebersihan dan keamanan memberikan pelayanan kebersihan lingkungan
6.3. Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan.
Manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan
mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan masuk ke dalam organisasi pendidikan sampai
akhirnya berhenti.
Dalam organisasi pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan merupakan sumber daya
manusia potensial yang turut berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan asumsi ini, ada beberapa teori tentang manajemen sumber daya manusia
pada organisasi swasta/ perusahaan sehingga sebelum diuraikan definisi manajemen tenaga
pendidik dan kependidikan terlebih dahulu akan dipapakarkan definisi manajemen sumber daya
manusia.
1) MSDM dipandang sebagai fungsi atau subsistem diskrit yang diharapkan mampu
menyelesaikan tugas-tugas khusus. Misal: Staffing yang efektif diarahkan untuk put
the raight person in the raight place at the raight time. Sistem kompensasi diharapkan
mampu memotivasi performasi dan retensi pegawai.
2) MSDM merupakan serangkain sistem yang terintegrasi dan bertujuan untuk
meningkatkan performasi SDM.
3) Pemanfaatan teknologi (khususnya TI) dalam memberikan layanan informasi secara
timbal balik.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen tenaga
pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan
kependidikan itu masuk ke dalam organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui proses
perencanaan SDM, perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi, penghargaan,
pendidikan, dan latihan/ pengembangan dan pemberhentian.

6.4. Tujuan Manajemen Tenaga Pendidik Dan Kependidikan


Tujuan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan secara umum adalah:
a. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap,
dapat dipercaya, dan memiliki motivasi tinggi
b. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan
c. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi prosedur perekrutan
dan seleksi yang ketat, sistem kompensasi yang disesuaikan dengan kinerja,
pengembangan manajemen serta aktivitas pelatihan yang terkait dengan kebutuhan
organisasi dan individu
d. Mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari bahwa
tenaga pendidik dan kependidikan merupakan stakeholder internal yang berharga serta
membantu mengembangkan iklim kerjasama dan kepercayaan bersama
e. Menciptakan iklim kerja yang harmonis.

6.5. Badan yang Mengatur Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Di Indonesia badan yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengelola tenaga
pendidik dan kependidikan adalah Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Kependidikan
(PMPTK).
Berdasarkan Permendiknas No. 8 Tahun 2005 tugas Ditjen PMPTK mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan standarisasi teknis di bidang peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan nonformal.
Fungsi Ditjen PMPTK:
 Penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan
 Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
 Penyusunan standar, norma, pedoman, criteria dan prosedur di bidang peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan
 Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan

6.6. Aktivitas Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan


1. Perencanaan
Perencanaan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah pengembangan
dan strategi dan penyusunan tenaga pendidik dan kependidikan (Sumber Daya
Manusia/SDM) yang komprehensif guna memenuhi kebutuhan organisasi di masa depan.
Perencanaan SDM merupakan awal dari pelaksanaan fungsi manajemen SDM. Walaupun
merupakan langkah awal yang harus dilaksanakan, perencanaan ini seringkali tidak
diperhatikan dengan seksama. Dengan melakukan perencanaan ini, segala fungsi SDM
dapat dilaksankan dengan efektif dan efisien.
Di negara kita status kepegawaian tenaga pendidik dan kependidikan terbagi 2 yaitu
berstatus PNS dan Non PNS dan berada bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional
dan Departemen Agama.
Penyusunan kebutuhan tenaga dilakukan untuk menjawab pertanyaan pegawai yang
dibutuhkan dan mengetahui tentang jumlah tenaga dan kualifikasi yang diperlukan pada
setiap unit organisasi baik segi kuantitas maupun kualitas memenuhi kebutuhan organisasi.
Penyusunan analisis kebutuhan tenaga dilakukan setiap akhir tahun anggaran untuk
menghitung kebutuhan tenaga tahun berikutnya.
Tujuan analisis kebutuhan adalah
1. Pemerataan keseimbangan proporsi jumlah tenaga kependidikan dengan
pertumbuhan jumlah peserta didik
2. Mengetahui kecenderungan tenaga-tenaga yang akan memasuki usia pension
3. Mengetahui proyeksi kebutuhan sumber daya tenaga yang diperlukan.
2. Seleksi
Seleksi didefinisikan sebagai suatu proses pergambilan keputusan dimana individu
dipilih untuk mengisi suatu jabatan yang didasarkan pada penilaian terhadap seberapa besar
karakteristik individu yang bersangkutan, sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh jabatan
tersebut. Proses seleksi itu penting dan sangat menentukan keberhasilan roda organisasi.
Tujuan utama dari seleksi adalah untuk:
 Mengisi kekosongan jabatan dengan personil yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan dan dinilai mampu dalam:
a. Menjalankan tugas dalam jabatan tersebut,
b. Mendapatkan kepuasan dalam jabatannya sehingga dapat bertahan dalam
sistem,
c. Menjadi kontributor efektif bagi pencapaian tujuan dalam sistem,
d. Memiliki motivasi untuk mengembangkan diri.
 Membantu meminimalisasi pemborosan waktu, usaha, dan biaya yang harus
diinvestasikan bagi pengembangan pendidikan para pegawai.
Dalam proses seleksi, kelompok pelamar yang terdiri dari para pengajar
profesional, pengawas administrasi profesional, pelaksana teknis profesional, dan tenaga
pendukung lainnya harus melalui tiga tahapan proses, yaitu:
1) Pra Seleksi
Melibatkan kebijakan dan penetapan prosedur seleksi. Inti dari tahap pra seleksi
adalah bahwa suatu sistem keputusan yang dijabarkan dalam bentuk prosedur dan
kebijakan sistem dapat membantu memfokuskan upaya organisasi dalam mencapai
tujuan seleksi. Terdapat dua tugas utama pengujian dalam tahap pra seleksi, yaitu:
 Pengembangan Kebijakan Seleksi
 Keputusan Prosedur Pra seleksi
2) Seleksi
Merupakan pengajuan seleksi dan implementasi aturan yang ditetapkan pada tahap
satu. Proses seleksi difokuskan pada pertanyaan sejauh mana kecocokan antara
pelamar dan segala kualitasnya dengan tuntutan-tuntutan jabatan.
3) Pasca Seleksi
Tahap dimana terjadi penolakan dan penerimaan pelamar yang melibatkan daftar
kemampuan pelamar, bagian personalia, pembuatan kontrak dan penempatan
pegawai.
4) Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus berkaitan
dengan fungsi-fungsi manajerial kerja. Karena program ini mencantumkan kata
management, seluruh kegiatan yang dilakukan dalam sebuah proses management
harus terjadi, dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin di capai,
kemudian tahap pembuatan rencana, pengorganisasian, penggerakan/pengarahan dan
akhirnya evaluasi atas hasilnya.

BAB VII
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

7.1. Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu


Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengordinasian dan
pengendalian atau kontrol sumber daya dalam mencapai sasaran dengan efisien dan efektif.
Sedangkan mutu dapat diartikan sebagai derajat keunggulan sesuatu barang atau jasa
dibandingkan dengan yang lain. Mutu dapat bersifat abstrak, misal dalam cara hidup yang
bermutu, sikap hidup yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianggap luhur dan sangat dihormati.
Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari segi relevansinya dengan kebutuhan masyarakat,
cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan yang bergaji besar serta kemampuan di dalam
mengatasi berbagai persoalan hidup.
Dari pengertian manajemen dan mutu tersebut dapat kami simpulkan bahwa manajemen
peningkatan mutu adalah serangkaian proses dan aktifitas sekelompok orang untuk
meningkatkan kualitas sebuah lembaga pendiiddkan dengan mengacu pada prinsip-prinsip
manajemen berupa perencanaan, perngorganisasian, kontroling dan evaluasi.

7.2. Fungsi Manajemen Mutu


Melihat pengertian manajemen yang diatas, ada empat tindakan yang sangat penting
dalam proses manajemen yang merupakan fungsi utama dalam manajemen, yaitu:
1) Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan proses dalam mengartikan seperti apa tujuan organisasi
yang ingin dicapai, kemudian dari tujuan tersebut maka orang-orang di dalamnya mesti
membuat strategi dalam mencapai tujuan tersebut dan dapat mengembangkan suatu
rencana aktivitas suatu kerja organisasi.
2) Fungsi Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian yaitu kita dapat mengalokasikan sumber daya,
merumuskan dan menentukan tugas, serta menetapkan prosedur yang dibutuhkan;
menentukan struktur organisasi untuk mengetahui bentuk garis tanggung jawab dan
kewenangan; Melakukan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan
sumberdaya manusia atau sumberdaya tenaga kerja; Kemudian memberikan posisi
kepada seseorang dengan posisi yang tepat.
3) Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Adapun fungsi pengarahan dan imflementasi yaitu menginflementasikan proses
kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian sebuah motivasi untuk tenaga kerja
supaya mau tetap bekerja dengan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan; Memberikan
tugas dan penjelasan yang teratur mengenai pekerjaan; dan menjelaskan kebijakan yang
telah ditetapkan.
4) Fungsi pengawasan dan pengendalian
Adapun fungsi pengawasan dan pengendalian yaitu untuk mengevaluasi suatu
keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target bisnis yang sesuai dengan tolak ukur yang
telah ditentukan; mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas keanehan yang
kemungkinan ditemukan; dan membuat alternatif solusi ketika ada masalah yang rumit
terkait terhalangnya pencapaian tujuan dan target.

7.3. Hubungan Manajemen dan Peningkatan Mutu


Manajemen dan peningkatan mutu adalah serangkaian proses atau metode peningkatan
mutu yang bertumpu pada sebuah lembaga, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan
pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen lembaga
untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sebuah
lembaga guna memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan (peserta didik dan masyarakat dalam
dunia pendididkan). Menurut Khris (2010) Dalam Peningkatan Mutu terkandung upaya sebagai
berikut :
a) Mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi
b) Melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose
c) Memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa,
orang tua dan pakar.
Berdasarkan beberapa uraian diatas manajemen Peningkatan Mutu memiliki beberapa
prinsip diantaranya:
a) Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
b) Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
c) Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun
kuantitatif
d) Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
e) Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada
siswa, orang tua dan masyarakat.

7.4. Teknik Peningkatan Mutu Pendidikan


Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan. Adapun
penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a) school
review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality control.

7.4.1. School Review


School Review adalah suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama
khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan
menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. School review dilakukan untuk menjawab
pertanyaan berikut :
1. Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua
2. siswa dan siswa sendiri ?
3. Bagaimana prestasi siswa ?
4. Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ?
5. Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan,
kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program
tahun mendatang.
7.4.2. Benchmarking
Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu
periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun
lembaga. Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah :
1. Seberapa baik kondisi kita?
2. Harus menjadi seberapa baik?
3. Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?
Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :
1. Tentukan fokus
2. Tentukan aspek/variabel atau indikator
3. Tentukan standar
4. Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.
5. Bandingkan standar dengan kita
6. Rencanakan target untuk mencapai standar
7. Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target
7.4.3. Quality Insurance
Quality assurance adalah suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan
telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi
adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring
yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah. Quality assurance
akan menghasilkan informasi, yang merupakan umpan balik bagi sekolah dan
memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan
pelayanan terbaik bagi siswa.
Untuk melaksanakan quality assurance menurut Bahrul Hayat dalam hand out
pelatihan Calon kepala sekolah (2000:6), maka sekolah harus :
1. Menekankan pada kualitas hasil belajar
2. Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus
3. Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk
memperbaiki proses di sekolah.
4. Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga
orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi
kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.
7.4.4. Quality Control
Quality control adalah suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan
kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator
kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang
terjadi.

7.5. Manajemen Pembelajaran Berkualitas

7.5.1. Proses Pembelajaran


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun
2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa standar proses
berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah
diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan hasil pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi komponen yang sangat penting dalam
mewujudkan kualitas out put pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran
harus dilaksanakan secara tepat ideal dan prosporsional. Dengan demikian, guru harus
mampu mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran ke dalam
realitas pembelajaran yang sebenarnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
membuka sampai menutup pelajaran, yang terbagi menjadi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti dan kegiatan penutup.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mengalami perubahan tingkah laku,
baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

7.5.2. Keterampilan Dasar Guru


Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola
tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini. Padahal 8
(delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru sangatlah penting, karena menyangkut
efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran, berikut ini adalah 8 (delapan) keterampilan dasar
bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas atau kegiatan belajar dan mengajar.
1) Keterampilan Bertanya
Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot,
mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan
pertanyaan antara lain adalah : menimbulkan rasa keingintahuan, merangsang fungsi berpikir,
mengembangkan keterampilan berpikir, memfokuskan perhatian siswa, mendiagnosis
kesulitan belajar siswa, menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari
siswanya, merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan
dan terapan siswa sebagai subjek didik.
2) Keterampilan Memberikan Penguatan
Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar,
membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri.
3) Keterampilan Mengadakan Variasi
Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk
mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.
4) Keterampilan Menjelaskan
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa
memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing
siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan
untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman siswa.
5) Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal
pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika
guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
Guru juga perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga
dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Kegiatan menutup pelajaran meliputi;
menyimpulkan pelajaran, menyampaikan rencana pelajaran berikutnya, membangkitkan
minat, dan memberikan tugas. 
6) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
7) Keterampilan Mengelola Kelas
Komponen-komponen ketrampilan mengelola kelas yaitu, prefentip adalah yang
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran
dan represif, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan
siswa dengan siswa.
Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan
pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi),
kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia.

7.6. Faktor-Faktor Penentu Pembelajaran Berkualitas


Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen
utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung
oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, pemilihan materi
pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang kondusif,
lingkungan belajar yang mendukung proses belajar mengajar, serta evaluasi yang sesuai dengan
kurikulum.
Seperti telah dibahas pada bagian awal bahwa terdapat tiga faktor utama yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, yaitu :
1. Guru
Pengaruh guru dalam proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan
keprofesionalitasan guru itu sendiri. Guru yang profesional didukung oleh tiga hal, yakni:
keahlian, komitmen, dan keterampilan. Selain tiga hal keprofesionalan guru, hal-hal yang
akan berpengaruh terhadap proses pembalajaran di antaranya:
a. Kondisi dalam diri guru
b. Kemampuan mengajar
c. Kemampuan mengatur kondisi kelas
2. Peserta Didik
Pengaruh peserta didik dalam proses pembelajaran adalah kondisi peserta didik itu
sendiri yang dipengaruhi beragam aspek dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya
yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya dalam menerima pelajaran.
3. Lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup
lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan., dan Khairil. 2011. Profesi Kependidikan. Bandung. CV Alfabeta.


Dimock, ME. dkk. 1992. Administrasi Negara. Jakarta: Rineka Cipta.
Donni, Juni Priansa. 2015. Manajemen peserta Dan Didik Model Pembelajaran: Cerdas,
Kreatif, dan Inovatif. Bandung: ALFABETA.
Hidayati, Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:Pedagogia
Idhochi Anwar, Moch. 2010. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Teori,
Konsep dan Isu.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Remaja Rosda Karya.
2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Muhaimin, Suti'ah dan Sugeng Listyo Prabowo. 2009.Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Mustari, Mohamad. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bandung: CV Cipta Cekas Grafika
Supomo,dkk.(2015). ManajemenSekolah. UNNES Press
Suryobroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai