Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelun

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan

(Anggaraini, y , 2010).

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga

kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan

yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai

masalah , bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas.adanya

permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteran bayi

yang dilahirkannya karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan

perawatan maksimal dari ibunya (Sulistyawati, 2009).

Bayi baru lahir (neonates) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia

satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat

badanya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).

Penatalaksaan perawatan bayi baru lahir adalah masalah yang

kurang baiknya penangan bayi baru lahir yang lahir sehat akan

menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat

seumur hidup,bahkan kematian (Hapsari,2009) nutrisi dan ASI yang


optimal selama periode ini dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian anak,mengurangi risiko penyakit kronis, serta mendukung

perkembangan anak yang lebih baik.kebutuhan bayi yang harus

terpenuhi adalah bayi harus diberi asupan zat gizi lain dari tambahan

makan dan minuman agar kebutuhan harianya tetap terpenuhi.

Ikterus merupakan keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh

pewarnaanikterus (Kuning) pada kulit dan sklera akibat akumulasi

bilirubin tak terkonyugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan

mulaitampak pada bayi baru lahir bila kadarbilirubin darah 5-7 mg/dL

(Lissauer, 2009).Ikterus salah satu kegawatan yang seringterjadi pada

bayi baru lahir, sebanyak 25%50% pada bayi cukup bulan dan 80%

padabayi berat lahir rendah (Dewi, 2012).

Ikterus fisiologi adalah kondisi yang dialami bayi pada usia 2-3

hari. Ikterus dapat terlihat di wajah bayi ketika kadar dalam serum

mencapai sekitar 5 mg/dl.ikterus juga bisa terlihat pada abdomen

tengah jika kadar bilirurubin kurang lebih 15 ml/, dan di tumit kaki jika

kadarnya sekitar 20 ml/dl .pada hari kelima hingga ketujuh, kadar

berkurang menjadi sekitar 2 mg/dl (komalasari,2010). Kadar bilirubin

serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 ml/dl dan BBLR (Bayi

Berat Lahir Rendah 10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14

(sembiring,2017)

Dampak ikterus fisiologi dan patologis pada kematian bayi baru

lahir adalah dampak yang terjadi dalam jangka pendek bayi akan
mengalami kejang-kejang, sementara dalam jangka panjang bayi bisa

mengalami cacat neurologis contohnya ketulian,gangguan bicara dan

retardasi mental. jadi, penting sekali mewaspadai keadaan umum si

bayi dan harus terus dimonitor secara ketat (Tarigan,2008).

Menurut Riskesdas (2010) penyebab kematian bayi baru lahir 0-

6 hari di Indonesiaadalah gangguan pernapasan (36,9%),prematuritas

(32,4%), sepsis (12%), hipotermi(6,8%), kelainan darah/ikterus (6,6%)

dan lainlain. Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalahsepsis 20,5%,

kelainan kongenital 18,1%,pneumonia 15,4%, prematuritas dan

BBLR12,8%, dan RDS 12,8% (Depkes RI, 2012).Untuk angka kejadian

ikterus bayi diIndonesia sekitar 50% bayi cukup bulan yangmengalami

perubahan warna kulit, mukosadan mata menjadi kekuningan (ikterus),

danpada bayi kurang bulan (premature)kejadiannya lebih sering, yaitu

75%.

Sesuai dengan pengalaman yang saya temui di lapangan bahwa,

Ibu post partum banyak yang belum mengetahui tanda dan dan gejala

ikterus karena memiliki tingkat pengetahuan yang terbatas sehingga

penulis tertarik melakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan Ibu nifas terkait tanda dan bahaya ikterus.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat

melakukan penulisan laporan studi kasus dengan judul.”Asuhan

keperawatan melalui pendidikan kesehatan pada Ibu nifas tentang


tanda dan bahaya Ikterus fisiologis Bayi baru lahir di wilayah kerja

puskesmas Letwaru”.

B. Rumusan masalah

Bagimana asuhan keperawatan melalui pendidikan kesehatan pada

Ibu nifas tentang perawatan Ikterus fisiologis Bayi baru lahir di wilayah

kerja puskesmas Masohi ?

C. Tujuan studi kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan melalui pendidikan kesehatan

pada Ibu nifas tentang perawatan Ikterus fisiologis Bayi baru lahir di

wilayah kerja puskesmas Letwaru “

D. Manfaat studi kasus

Studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan klien dalam pengetahuan untuk mengenal tanda dan

bahaya ikterus fisiologis

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi dalam terapan bidang

keperawatan untuk mengenal tanda dan bahaya Ikterus fisiologis

3. Bagi penulisan

Dapat meningkatkan pengetahuan penulis dalam

mengembangakan pengetahuan untuk mengenal tanda dan bahaya

ikterus
BAB II

TINJAU PUSTAKA

A. Konsep asuhan keperawatan pada BBL

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan

dengan pasien secara sistematis. data yang dikaji pada pengkajian

mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan,

pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan diagnostik, serta

reviewcatatan sebelumnya. Langkah-langkah (Doenges, Moorhouse,

& Burley, 2000).Menurut Wijaya & Putri (2013).

pengkajian yang sistematik adalah pengumpulan data, sumber data,

klasifikasi data, anaisa data dan diagnose keperawatan.

a. Biodata klien atau identitas meliputi nama, umur, agama, suku

bangsa, pendidikan,pekerjaan dan alamat pasien

1) Nama pasien

Pengkajian nama pasien digunakan untuk membedakan

pasien satu dengan pasien lainnya.

2) Umur

3) Pengkajian umur dilakukan untuk mengetahui apakan pasien

dikatakan berpengaruh atau memiliki resiko

4) Status emosional dan kebiasaan : focus pengkajian pada post

normal.
5) Pengkajian psikososial : mencangkup ibu, bayi baru lahir dan

keluarga, respon terhadap pengalaman persalinan, interaksi

bayi baru lahir.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diangkat dalam studi kasus ini yaitu

Masalah kesiapan peningkatan pengetahuan (PPNI ,2018).

a. Definisi:

Perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan topik

spesifik cukup memenuhi tujuan kesehatan dan dapat

ditingkatkan.

b. Gejala dan tanda mayor

1) Subjektif

a) Mengungkapkan minat dalam belajar

b) Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

c) Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesui

dengan topik

2) Objektif

a) Perilaku sesuai dengan pengetahuan

c. Gejala dan tanda minor

Data subjektif dan objektif pada gejala dan tanda minor tidak

dijumpai.

d. Kondisi klinis terkait

1) Perilaku upaya peningkatan kesehatan


3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan dengan masalah kesiapan peningkatan

pengetahuan ( PPNI ,2018)

a. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan selama 1 jam maka kesiapan

pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil:

1) Luaran utama Tingkat pengetahuan

a) Definisi:

Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan dengan topic

tertentu

b) kriteria hasil

(1) Perilaku sesuai anjuran meningkat

(2) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat

(3) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu

topik meningkat

(4) Kemampuan menggambarkan pengalaman

sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat

(5) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

(6) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkat

(7) Presepsi yang keliru terhadap masalah meningkat

(8) Menjelaskan pemeriksaan yang tidak tepat meningkat


b. Intervensi

Masalah keperawatan yang dimasukan pada kesiapan

peningkatan pengetahuan (PPNI, 2018)

1) Luaran utama Edukasi kesehatan

a) Definisi :

mengajarkan pengeolahan faktor resiko pnyakit dan

perilaku hidup bersih serta sehat

b) Tindakan

(1) Observasi

(a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

(b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan

sehat

(2) Terapeutik

(a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

(b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

kesepakatan

(c) Berikan kesempatan untuk bertanya

(3) Edukasi

(a) Jelaksan faktor resiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan

(b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat


(c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

4. Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencaan

keperawatan yang telah dilakukan, dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan

dan berwujudan dari rencana keperawatanyang telah disusun pada

tahap perencanaan (Effendy Nasrul, 1995)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien ( hasil yang diamati ) denga tujuan dan

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanan. (Rohman & Walid,

2012)

B. Konsep Ikterus Fisiologi

1. Defenisi

Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari ke dua dan

hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak

mempunyai pontensi menjadi kren ikterus. Warna kuning akan timbul

pada hari kedua atau ketiga, tampak jelas pada hari kelima dan

menghilang pada hari ke-10. Bayi tampak biasa, minum baik, berat

badan naik biasa. Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak

llebih dari 12mg/dl pada BBLR 10mg/dl, dank an hilang pda hari ke
14. Ikterus fisiologis adalah peningkatan konsentrasi bilirubin tak

terkonjugasi serum sela minggu pertama kehidupan yang menghilang

sediri ( Hawas, 2008).

Ikterus fisiologi pada neonatus adalah keadaan normal yang

mempengharui hingga 50% bayi atrem yang mengalami peningkatan

progresif pada kadar bilirubin tak terkonjugasi dan ikterus pada hari ke

tiga ( Frasen dan Coper, 2010 ). Ikterus adalah keadan klinis pada

bayi yang di tandai oleh pewarna ikterus dan skelara akibat akumulasi

bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih (IDAI ,2010) salah satu

keadaan yang menyurupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru

lahir adalah terjadinya hiperbilirubinemia, yang merupakan salah satu

kegawatan pada BBL karena dapat menjadi penyebab gangguan

tumbuh kembang bayi. Kelainan ini tidak termasuk kelomok penyakit

saluran pencernaan makanan, namun karena kasusnya banyak di

jumpai maka dianggap perlu dikemukan (Ngastiyah, hlm ;197)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ikterus

fisiologi adalah keadaan normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi

aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak

terkonjugasi dan selama minggu pertama kehidupan akan menghilang

sendiri.
2. Etiologi

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh

beberapa factor.secara garis besar dapat dibagi:

Produksi bilirubin yang melebihi, Gangguan dalam proses

uptake dan konjugasi hepar, Gangguan transportasi dalam metabolism

dan Gangguan dalam eksresi

Penyebab ikterus fisiologi diantaranya karena kurang protein Y

dan Z ,enzim glukorony I transferasi yang belum cukup jumlahnya

(Ngastiyah, hlm198).

3. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada ikterus sebagai berikut:

a. Tanda pada ikterus

1) timbul pada hari kedua dan ketiga kadar bilirubin inderek tidak

melebihi 10 mg% pada neonates

2) cukup bulan dan 12,5% untuk neonates kurang bulan

3) kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari

4) kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%

5) ikterus menghilang pada 10 hari pertama

6) tidak terbukti mempunyai hubunga dengan keadaan patologis

b. Gejala pada ikterus

1) Perawatan bayi baru lahir (lihat pada perawatan bayi baru lahir

normal),
2) Perawatan bayi sehari-hari

Memandikan, Perawatan tali pusat, Pemberian ASI yang

adekuat, Jemur dengan sinar matahari pagi, lamanya kurang

lebih 1|2 Jam

3) Mengajarkan ibu cara:

Memandikan bayi, Perawatan tali pusat, Membersikan jalan

napas, Menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi

4) Menjelaskan pentingnya

a) Pemberian ASI sedini mungkin dan seseorang mungkin

b) Bayi di jemur dibawah sinar matahari selama 1|2 jam yaitu 1|4

jam tidur telentang dan 1|4 jam tidur telungkup bayi dalam

keadaan telanjang.

c) Makanan bergizi bagi ibu

d) Mengikuti KB

e) Mengajurkan ibu supaya tidak jemu.

5) Apabila bayi pada hari sudah kurang dan ketiga hari masih

dalam keadaan kuning segera dirujuk kerumah sakit .berikan

pengertian dan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya

harus dirujuk ke rumah sakit

4. Metabolisme bilirubin

75% dari bilirubin yang pada BBL berasal dari penghancuran

hemoglobin ,dan 25 % dari mioglobin, sitokrom, katalase dan


tripoptofan pirolase. Satu gram bilirubin yang hancur menghasilkan

tiga puluh lima mg bilirubin. Bayi cukup bulan akan menghanuran

eritosit sebanyak 1 gram / hari dalm bentuk bilirubin indirek yang

terikat dengan albumin bebas ( 1 gram albumin akan mengikat 16 mg

bilirubin ). BBLR ( kurang dari 250 gram, infeksi hip,hipoglikemia,

hiperkarbia dan lain-lain. Pada BBL bilirubin direk dapat di rubah

menjadi bilirubin indirek didalam usus karena disini terdapat beta –

glukoronidase yang berparan penting terhadap perubahan tersebut

bilirubin indirek ini diserap kembali oleh usus selanjutnya masuk

kembali ke hati ( iniah siklus intrahepati ). Keadaan iterus dipengaruhi

oleh :

a. Factor produksi yang berlebihan melampawi pengeluaranya.

Terdapat pada hemolisis yang meningkat seperti pada ketidak

cocokan golongan darah ( Rh, ABO.antagonis, devisiensi, G-6-PD

dan sebagainya )

b. Ganguan dalam uptake dan konjugasi hepar disebabkan imaturitas

hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi ( mengubah ) bilirubin ;

ganguan fungsi akibat asidosin hipoksia, dan infeksi atau tidak

terdapat enzim glukoronil transferase ( G-6-PD ).

c. Ganguan tranfortasi bilirubin dalam darah terkait oleh albumin

kemudian diangkut ke hepar. Ikatan ini dapat dipengaruhi oleh

obat seperti salisilat dan lain-lain. defisiensi albumin menyebabkan


lebih banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah

melekat pada otak ( terjadi kernikterus ).

d. Ganguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau diluar

hepar akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar

oleh penyebab lain.

5. Komplikasi Iterus

Terjadi kernikterus. Kernikterus ialah kerusakan otak akibat

perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus

striatum, talambus, nucleus,subtalambus, hipokampus, nucleus merah

di dasar pertikel IV.

6. Gambaran Klinik Ikterus

Pada permulaan tidak jelas ; yang tampak mata berputar-putar,

Alergi ( lemas ), Kejang, Tak mau menghisap, Tonus otot meninggi,

leher kaku dan akhirnya obsitotunus , Bila bayi hidup pada umur lebih

lanjut dapat terjadi spasme otot obsitotunus kejang, stetosis yang

disertai ketegangan otot, Dapat tuli, ganguan bicara dan retardasi

mental.

7. Penatalaksanaan Keperawatan Ikterus

Walaupun ikterus neonatrum dinyatakan tidak semuanya

tergolong patologis tetpi setiap bayi baru lahir yang menderita ikterus

perlu perhatian lebih karena pada umumnya bayi akan malas minum

dan terlihat lemah. Masalah yang didapatkan pada pasien ikterus


adalah kurangnya masukan cairan dan nutrisi karena bayi malas

minum, resiko terjadi kernikterus karena adanya kelebihan bilirubin

inderek didalam peredaran darah yang dapat masuk kedalam jaringan

otak, ganguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan mengenai

penyebab dan bahaya ikterus.

1) Kurangnya masukan cairan dan nutrisi

Memenuhi kebutuhan cairan / nutrisi

1) Beri minum sesuai kebutuhan. Karena bayi malas minum, berikan

berulang-ulang ; jika tidak mau menghisap dot berikan pakai

sendok. Jika tidak dapat habis berikan melalui sonde.

2) Perhatikan frekuensi buang air besar. Mungkin susu tidak cocok (

jika bukan ASI ) mungkin perlu ganti susu.

b. Resiko terjadi kernicterus

1) Mengenal gejala dini / mencegah meningkatnya ikterus

2) Jika bayi telah terlihat kuning, jemur pada matahari pagi ( sekitar

pukul 7 – 8 selama 15 – 30 menit )

3) Periksa darah untuk bilirubin : jika hasilnya masih dibawah 7 mg

% ulang besok harinya

4) Berikan banyak minum

5) perhatikan hasil darah bilirubin : jika hasilnya masih dibawah

7mg%/lebih segera hubungi dokter, bayi perlu terapi

c. Cara mengambil darah bilirubin:


Persiapan : Kapas alcohol dan mikropipet jarum,plester telah

dipotong mengambil darah perifer dari ibu jari kaki atau tumit bayi.

1) Genggamlah beberapa saat bagian yang akan di tusuk.

2) hapus dengan alcohol (kapas alcohol),kemudian ditususk agak

dalam agar darah keluar lancar (tidak boleh diramas bagian yang

ditusuk karena serumnya akan keluar)

3) hapus darah yang pertama keluar kemudian tampung darah

dengan mikropipet yang agak dicondongkan kebawah bagian

pangkalnya beri etiket dan kirim ke laboratorium

4) perhatikan bekas tusukan bila darahmasih keluar, tekan agak

lama kemudian tutup dengan plester

d. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan .

Memenuhi kebutuhan psikologi ,dengan memangku bayi setiap

memberikan minum dan mengajak berkomunikasi secara verbal.

1) mengusahakan agar bayi tidak kepanasan /kedinginan

2) memelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya

3) mencegah terjadinya infeksi (memperhatikan cara bekerja

aseptik)

C. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Defenisi

Pendidikan Kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,


kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan yang berprofesi mendidik

masyarakat tentang kesehatan. (Notoatmodjo, 2010).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO dalam mubarak 2009, tujuan pendidikan kesehatan

adalah meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik, mental dan

sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun social,

pendidikan kesehatan baik pemberantasanpenyakit menular, sanitasi

lingkungan, gizi mayarakat, pelayanan kesehatan maupun program

kesehatan lainnya.

Menurut Benyamin Bloom 1908 dalam Notoatmodjo 2003, tujuan

pendidikan kesehatan adalah mengembangkan atau meningkatkan 3

domain perilaku yaitu Kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam

perkembangannya teori ini di modifikasi untuk mengukur pendidikan

kesehatan, yakni:

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan sseseorang. Pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

1) Tahu (Know) : mengingat suatu materi yang telah diajarkan


2) Memahami (Comprehension): suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang sesuat yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication): kemampuan menggunakan mater yang sudah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis): menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam

komponen tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis): menunjuk pada suatu kemampuan meletakan

atau mmenghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation) : melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek atau materi.

b. Sikap (Atitude)

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseoorang terhadap

suatu simulus atau objek. Sikap ini terdiri dari bebagai tingkatan :

1) Menerima (Receiving) : subjek mau dan memperlihatkan stimulus

yang diberikan

2) Merespon (Responding): memberikan jawaban apabila ditanya,

atau mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (Valuing) : mengajak orang lain mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah


4) Bertanggung jawab (Responsible) : bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

c. Praktik atau tindakan (Practice)

Mempunyai beberapa tingkatan :

1) Persepsi (Perception) : mengenal dan memilih berbagai obyek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

2) Respon terpimpin (Guide response): melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar serta contoh.

3) Mekanisme (Mecanism): melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4) Adopsi (Adoption): praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik atau telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah desain studi

kasus deskriptif. Untuk menjelaskan pendidikan kesehatan pada ibu nifas

tentang tanda dan bahaya ikterus pada bayi baru lahir di wilayah

puskesmas Letuwaru.

B. Subjek Studi Kasus

Penilitian ini menggunakan 2 subjek studi kasus yang diamati secara

mendalam dengan kriteri:

1. Ibu post normal hari ke II

2. Ibu post normal yang memiliki BBL sehat dan normal

3. Bersedia menjadi subjek penelitian

C. Fokus Studi

Fokus studi kasus ini adalah pendidikan kesehatan tentang pada ibu

nifas tentang tanda dan bahaya ikterus tentang tanda dan bahaya ikterus

fisiologi bayi baru lahir

D. Defenisi Operasional

1. Pendidikan Kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang


diharapkan oleh pelaku pendidikan yang berprofesi mendidik

masyarakat tentang kesehatan.

2. Perawatan atau cara yang dilakukan untuk menangani masalah ikterus

pada bayi baru lahir.

3. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

4. Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat

E. Tempat dan Waktu

Adapun penelitian studi kasus ini dilakukan dengan penggunaan waktu

dan Tempat sebagai berikut:

1. Tempat

Penelitian di laksanakan di di wilayah puskesmas Letwaru.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan bulan Maret-April 2020.

F. Pengumpulan Data

Pengempulan data Menggunakan pedoman wawacara, biofisiologi.

Kuisioner.

1. Wawancara yang memuat tentang biodata.

2. Biofisiologi yang memuat tentang tanda-tanda vital.

3. Kuisioner yang memuat melakukan penkes dengan menggunakan

SAP dan liflet


G. Penyajian Data

Penyajian data dengan desain studi kasus deskriptif disajikan secara

narasi/tekstural dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari

subjek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.

H. Etika studi kasus

Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

memenuhi prinsip-prinsip the Five right of human subject in research

(Macnee, 2004). Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination,

hak terhadap privacy dan dignity, hak terhadap anonymity dan

confidentiality,

hak untuk mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap

perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian.

1. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau

untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

2. Hak untuk privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk

dihargaitentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan

terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana

informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.Proses

pengumpulan data juga beresiko mengungkapkan pengalaman klien

yang bersifat sangat rahasia bagi pribadinya, penelitian


menginformasikan bahwa klien juga berhak untuk tidak menjawab

pertanyaan wawancara yang mungkin menimbulkan rasa malu atau

tidak ingin diketahui oleh orang lain. Jika klien merasa tidak nyaman

untuk berpartisipasi lebih lanjut, klien diperkirakan akan mengundurkan

diri dari proses penelitian kapanpun ia inginkan, semua ini dilakukan

peneliti untuk menghormati prinsip privacy dan dignity

3. Hak anonymity dan confidentiality, maka semua informasi yang

didapat dari klien harus di jaga dengan sedemiakian rupa sehingga

informasi individual tertentu tidak bisa langsung di kaitkan dengan

klien, dank lien juga harus di jaga kerahasiaan (confidentiality).Maka

peneliti menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa

lembar persetujuan mengikuti penilitian, biodata, kaset rekaman dan

transkip wawancara dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses

oleh peneliti.

4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang

sama untuk dipilih atau terlibat dalam penilitian tanpa diskriminasi dan

diberikan penanganan yang sama dengan mengormati seluruh

peretujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan

terhadap masalah yang muncul terhadap partisipasi dan penilitian.

Semua klien mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi

dalam penilitian ini dan mendapatkan perlakuan yang sama dari

peniliti.
5. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang

sama untuk dipilih atau terlibat dalam penilitian tanpa diskriminasi dan

diberikan penanganan yang sama dengan mengormati seluruh

peretujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan

terhadap masalah yang muncul terhadap partisipasi dan penilitian.

Semua klien mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi

dalam penilitian ini dan mendapatkan perlakuan yang sama dari peniliti

dari penelitian (Macnee, 2004)..Pada penelitian ini, untuk memenuhi

hak-hak tersebut peneliti memberikan informed consent yang

memungkinkan peneliti untuk mengevaluasi kesediaan klien

berpartisipasi dalam penelitian pada berbagai tahap dalam proses

penelitian (Streubert dan Carpenter,2010).


DAFTAR PUSTAKA

NGASTIYAH (PEREWATAN ANAK SAKIT PENERBIT BUKU KEDOKTERAN


EGC) Naskah lengkap simpoaiusum keperawatan sehari tentang
Asuhan keperawatan IKTERUS PADA NEONATUS:, bagian IKA –
RSCM, Jakarta 30 Agustus 1989.

BUKU ICEME SUKARNI K WAHYU P (BUKU AJAR KEPERAWATAN


MATERNITAS DI LENGKAPI OLEH ASKEP) Sharon J,Reeder
Leinoide L,Debosah .2011. keperawtan Maternitas Kesehatan Wanita
Bayi dan Keluarga .Jakarta penerbit ECG Syaifudin, H .2006 Anatomi
Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan . Jakarta : ECG

Agung. (2013, Maret). Media Dalam Dunia Pendidikan, diperoleh pada 08


Maret 2016 pukul 19.51. Ali, M., & Wulan, W. (2018). EFFECTS OF
SAND AND SUGAR CONSENTRATION ROSELLA (Hisbiscus
sabdariffaLinn) AGAINST QUALITY OF JELLY CANDY. Teknoboyo,
2(1).

Notoadmojo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan II, Edisi


Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Nur Muslihatun, Wafi. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Yogyakarta: Fitramaya. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.

Rukiyah,Ai Yeyeh.2010.Asuhan neonatus,Bayi dan Balita.Jakarta : Trans Info


Media Sarwono,Prawirohardjo.2008.Buku ilmu kebidanan.Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka SDKI. (2012). Angka Kematian Neonatal, Bayi
dan Balita di Indonesia tahun 2012.

Dewi, V. N. L. (2010)NEONATUS BAYI DAN ANABALITA (A. Susilia, ed.).


Jakarta:Salemba Medika.Komalasari, R. (2010). Buku Saku
KEBIDANAN (E. & E. W. Meiliya) Marmi, K. R. (2012).
ASUHANNEONATUS, Bayi, Balita, dan AnakPrasekolah. Yogyakarta:
PustakaPelajar. Maulida, L. F. (2013). IKTERUSNEONATORUM. 10.
Rukiyah, A. (2012). Asuhan Neonatus Bayidan Anak Balita
(CET.2012). Jakarta: Info Media.Sembiring, J. B. (2017). Asuhan
Neonatus

Anda mungkin juga menyukai