Anda di halaman 1dari 2

Kolera adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang masuk

ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh penderita. Pada saat
menginfeksi seseorang, bakteri ini memproduksi enterotoxin yang mengakibatkan keluarnya
cairan tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga tanpa penanganan yang tepat, seseorang
yang terjangkit oleh bakteri ini dapat meninggal dunia. Ketika di suatu daerah dengan tingkat
sanitasi yang sangat rendah terdapat seorang penderita diare yang membawa bakteri Vibrio
cholerae, maka sangat memungkinkan terjadi penyebaran bakteri Vibrio cholerae ini di
sumber air daerah setempat. Hal ini dapat mengakibatkan terkontaminasinya seluruh daerah
tersebut, dan menyebabkan kemungkinan terjadinya tiga kasus, yaitu tidak ada outbreak
(bebas kolera), terjadi epidemik atau terjadi endemik di wilayah yang terjangkiti tersebut.

Kasus kolera di Indonesia terbanyak sepanjang periode terjadi pada tahun 1986
dengan 11,915 kasus dan 391 kematian. Setelah itu jumlah kasus menurun setiap tahun
setelahnya hingga akhirnya mulai naik tajam pada tahun 1991. Kasus kolera di Indonesia
yang terbaru terjadi pada tahun 2008 sebanyak seribu tujuh kasus dengan 27 kematian.
Selanjutnya tidak ada laporan kolera lagi sejak tahun 2009 hingga 2012.

Berdasarkan WHO (2015), pada tahun 2014 tercatat sebanyak 190,549 kasus kolera
dilaporkan oleh 42 negara, 55% dari kasus berasal dari Afrika, 30% dari Asia and 15% dari
Hispaniola (Haiti dan Republik dominika dari Amerika). Total kasus kematian akibat kolera
sebanyak 2,231 kematian yang dilaporkan oleh 24 negara; 1,882 kematian terjadi di Afrika,
42 di Asia, dan 307 di Hispaniola.

Kasus kolera yang dilaporkan ini hanya menggambarkan sebagian kecil dari kasus
yang sebenarnya terjadi. Diduga terdapat lebih dari dua juta kasus dan hampir seratus ribu
kematian karena kolera setiap tahunnya. Berdasarkan uraian tersebut kolera masih menjadi
masalah kesehatan utama di beberapa belahan dunia. Untuk itu, dibutuhkan suatu model
matematika yang mampu menggambarkan dan menganalisis dinamika penyebaran penyakit
kolera dalam suatu populasi agar diperoleh solusi strategi optimal dalam penanganan
penyebaran penyakit kolera.

Bakteri Vibrio cholerae dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman.
Pada saat menginfeksi, bakteri ini memproduksi enterotoksin yang menyebabkan keluarnya
cairan tubuh dalam jumlah besar. Bakteri ini kemudian keluar bersama dengan kotoran.
Bakteri V. cholerae yang baru saja keluar dari saluran pencernaan manusia memiliki
infektivitas tinggi (bersifat hyperinfectious). Namun kekuatan infeksi dari bakteri
hyperinfectious hanya berlangsung untuk selang waktu singkat karena dalam hitungan jam
akan meluruh menjadi bakteri less infectious (infeksi lemah). Ini berarti bakteri
hyperinfectious hanya akan tercerna jika terjadi pertemuan (menggunakan toilet yang sama
pada hari yang sama) dengan individu yang telah terinfeksi. Peralihan kondisi bakteri
hyperinfectious menjadi less infectious merupakan kunci untuk memahami penyebaran
penyakit kolera dari manusia-ke-manusia
Rahmi,Nur.2016.Dinamika Penyebaran Penyakit Kolera Oleh Bakteri Vibrio Cholerae
Bertipe Hyperinfectius.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai