Anda di halaman 1dari 10

RMK EKONOMI MANAJERIAL

TEORI PRODUKSI JANGKA PANJANG

Oleh :

Kelompok V

Nova Widya Ningsih (1807521038) (85)

Fenny Wijaya (1807521091) (85)

Elisabeth Marcella J.P (1807521111) (85)

Dyah Jayanti Arimbawa (1807521210) (85)

Ekonomi Manajerial EKM 318 A2 – S1 Reguler Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2020
Konsep Dasar Produksi Jangka Panjang

Produksi merujuk pada perubahan bentuk berbagai input atau sumber-sumber daya
menjadi output berupa barang dan jasa. Output suatu perusahaan dapat berupa sebuah
komoditas akhir (seperti sebuah computer) atau berupa produk antara seperti misalnya
semikonduktor (yang digunakan dalam proses produksi computer dan barang-barang lainnya.
Selain barang, output juga dapat berupa jasa, contohnya seperti pendidikan, pengobatan,
perbankan, dan banyak jasa lainnya. Perlu diingat bahwa “produksi merujuk kepada seluruh
aktivitas yang terlibat dalam memproduksi barang dan jasa, dari meminjam untuk membangun
atau melakukan ekspansi fasilitas produksi, merekrut tenaga kerja, membeli bahan mentah
menjalankan pengendalian mutu, akuntansi biaya, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Jadi, produksi
tidak selalu berarti mengubah bentuk berbagai input menjadi output berupa barang dan jasa.

Input adalah berbagai sumber daya yang digunakan dalam memproduksi barang dan
jasa. Input diklasifikasikan ke dalam tenaga kerja, modal, tanah, dan sumber daya alam. Setiap
kategori yang luas ini mencakup juga input dasar yang mempunyai variasi yang beragam.
Sebagai contoh, input tenaga kerja meliputi supir bus, pekerja perakitan, akuntan, pengacara,
dokter, ilmuwan, dan sebagainya. Input juga diklasifikasikan sebagai input tetap atau input
variabel. Input tetap adalah input yang tidak dapat berubah dengan mudah selama periode waktu
tertentu, kecuali dengan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Sebagai contoh input tetap
adalah pabrik dan perlengkapan khusus. Di lain pihak, input variabel adalah input yang dapat
divariasikan atau diubah secara mudah dan cepat. Contoh input variabel adalah sebagian bahan
mentah dan tenaga kerja tidak terdidik.

Periode produksi jangka panjang melibatkan seluruh input, baik input tetap maupun input
variabel. Untuk beberapa industri, seperti membangun atau melakukan ekspansi dalam bisnis
dry-cleaning, periode jangka panjang mungkin hanya beberapa bulan atau minggu saja. Untuk
yang lainnya, seperti konstruksi pabrik pembangkit tenaga listrik yang baru memerlukan
bertahun-tahun. Dalam jangka panjang, penambahan output dalam jumlah yang sama bisa juga
dicapai secara lebih efisien dengan melakukan ekspansi juga pada fasilitas produksi perusahaan.
Dalam jangka panjang, teknologi biasanya berkembang, sehingga lebih banyak output dapat
diproduksi dengan kuantitas input dalam jumlah tertentu, atau output yang sama dengan jumlah
input yang lebih sedikit.
Nilai Produksi Optimasi Jangka Panjang dengan Dua Input Variabel

Jika faktor produksi yang dapat berubah adalah tenaga kerja dan modal atau sarana yan
g digunakan, maka fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut.

Q = F (L,C)

Pada fungsi produksi ini diketahui, bahwa tingkat produksi dapat berubah dengan
merubah faktor tenaga kerja dan atau jumlah modal. Perusahaan mempunyai dua alternative jika
berkeinginan untuk menambah tingkat produksinya. Perusahaan dapat meningkatkan produksi
dengan menambah tenaga kerja, atau modal atau tenaga kerja dan modal.

Produksi dengan menggunakan 2 variabel yaitu terdapat kombinasi antara dua faktor
produksi untuk menghasilkan output (yang sama). Kombinasi itu bisa antara tanah dan tenaga
kerja, tenaga kerja dan modal, atau dengan teknologi (perkecualian, dengan teknologi, yang
tidak mudah harus diubah, karena memerlukan waktu yang relatif lama). Yang paling mudah
dikombinasikan adalah antara faktor produksi tenaga kerja dan modal. Dalam berproduksi,
seorang produsen tentu saja diperhadapkan pada bagaimana menggunakan faktor produksinya
serara efisien untuk hasil yang maksimum. Oleh karena itu, produsen akan berusaha
mencari kombinasi terbaik antara dua faktor input tersebut.

Hasil produksi sama dalam teori ini akan ditunjukan oleh suatu kurva yang diberi nama
isoquant curve (biasanya disebut isoquant sisi) Sedangkan biaya yang digunakan dalam rangka
menghasilkan produk tersebut disebut isoqost (biaya sama). Isokuan menggambarkan berbagai
kombinasi dari dua input (misalnya, tenaga kerja dan modal) yang bisa digunakan oleh
perusahaan untuk berproduksi pada tingkat output tertentu. Isokuan yang lebih tinggi
menunjukkan output yang lebih besar. Sebaliknya, isokuan yang lebih rendah menunjukkan
output yang lebih kecil.

Isoquant adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam input (faktor
produksi) untuk menghasilkan output atau produksi yang sama jumlahnya. Bentuk kurva isoquant
bermacam-macam, bisa linier apabila kombinasi antara input tersebut
akan memberikan perubahan yang proporsional bila salah satunya berubah, dan dapat juga
sembung dari titik orgin (seperti kurva indiverence). Yang terpenting adalah isoquant tidak berupa
garis lurus vertical maupun horizontal, karena lazimnya tidak mungkin untuk menghasilkan
barang dalam jumlah tak hingga atau nol dengan menggunakan jumlah faktor produksi terbatas.
Oleh karena itu dalam kurva isoquant akan terdapat batas atas, yaitu titik merupakan kombinasi
input dalam jumlah tidak ada atau 0 dan batas bawah yang merupakan kombinasi tak hingga dari
input.

Sifat-sifat dari kurva isoquant:

a. Isoquant yang lebih jauh dari titik nol menunjukkan tingkat output lebih tinggi. Setiap
tingkat output mempunyai isoquant, dari isoquant yang lebih jauh dari titik nol
menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi.
b. Tidak berpotongan. Karena setiap isoquant merujuk pada satu tingkat output tertentu,
maka tidak ada isoquant yang saling berpotongan semacam itu akan menunjukkan bahwa
sebuah kombinasi sumber daya, dengan tingkat efisiensi tertentu, dapat menghasilkan
dua input yang berbeda.
c. Belereng negatif atau mempunyai slope yang negatif (kiri atas ke kanan bawah). Pada
sebuah isoquant tertentu, jumlah tenaga kerja yang digunakan berbanding terbalik
terhadap jumlah kapital yang digunakan.
d. Cembung terhadap titik origin.

Isoqost adalah suatu kurva yang menggambarkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen
dalam rangka memproduksi dengan menggunakan berapa faktor input tertentu. Isoqost
membatasi dan membedakan kemampuan produksi dan produsen. Semakin besar isoqostnya,
maka makin besar pula hasil yang dapat diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil isoqost semakin
kecil hasilnya.
Kurva isoqost dapat berslope negatif dan positi, negatif apabila ada penambahan satu
unit input akan menyebabkan penurunan pemakaian input lain. Sepaliknya bila input lain
dikurangi maka akan menyebabkan input yang satunya akan bertambah. Kemudian kurva
isoqost dapat berslope positif, yaitu hanya sebagai pemuasan kebutuhan yang dipetakan oleh
kurva indiference sifatnya tidak efsien, karena bila produsen menambah input yang satu,
maka input yang lainna, juga bertambah, dan begitu juga sebaliknya.

Nilai MPL dan APL Dari Input Tenaga Kerja dan MPK dan APK Dari Input Modal

Produk Marjinal (MP) adalah tambahan produk untuk setiap tambahan penggunaan satu
unit input. Informasi ini diperlukan untuk mendapatkan besarnya kontribusi masing- masing unit
input, terhadap produk total yang dihasilkan. Produk Marjinal input (MP), besarnya berubah
sesuai dengan perubahan penggunan input, dan tingkat produksi. Untuk mendapatkan informasi
diperlukan pendekatan produksi dengan penggunaan salah satu input tetap, sementara input
lainnya berubah, seperti fungsi berikut:

Q = f ( K,L,K = C ) atau Q = f ( L/C ) menunjukkan hubungan salah satu input dengan hasil yaitu
pemakaian input L dengan K tetap.

Q = f ( K, L, L = C ) atau Q = f ( K/L ) menunjukkan hubungan salah satu input dengan hasil yaitu
pemakaian input L dengan L tetap.

Besarnya Produk Marjinal dari penggunaan inpıut (MP) ini adalah ratio dari perubelia Total
Produk (TP) dengan p rubahan_penggunaan input, atau secara ringkas dapat dirumuskan:MP =
TP/Input →MPL =(TPi-TPi-1)/(Li-Li-1) dan MPK = (TPi-TPi-1)/(Ki-Ki-1 )

Produk rata-rata adalah rata-rata produksi, atau rata-rata output yang dihasilkan, dengan
penggunaan input tertentu, sesuai dengan fungsi produksi. Besarnya produk rata-rata atau
Avarage Product (AP) dari penggunaan input ini adalah ratio dari perubahan Produk Total (TP),
dengan perubahan penggunaan input, atau secara ringkas dapatdirumuskan: APi = TPi/Inputi→
APL = TPi /Li dan APK = TPi/Ki
Elasisitas Input Modal dan Input Tenaga Kerja

Elasisitas produksi input ( EI ) yang mengukur persentase peubahan output ( %∆Q )


sebagai akibat peubahan pesentase perubahan penggunaan kuantitas input ( %∆I ), elasisitas
produksi input diukur sebagai EI = ( %∆Q )/ ( %∆I )= ( ∆Q/Q )/ (∆I/I )= ( ∆Q/∆I) / ( Q/I ) = MPI/API.
Tampak bahwa elastisitas produksi input merupakan rasio antara produk marginal input ( MPI )
terhadap produk rata – rata input ( API ) jika input tenaga kerja (L) maka elastisitas produksi
tenaga kerja diukur sebagai:

EL = (%∆Q/(%∆L)=(∆Q/Q)/(∆L/L = ( ∆Q/∆L )/ (Q/L ) = MPL/APL

Elasisitas Produk ( Akibat pada


No
Situasi ( jika ) Maka ) AP Keputusan
menambah penggunaan
1
MP> AP E = MP/AP> 1, elastis AP meningkat input
2 MP = AP E = MP/AP = 1, unitary AP maks tetap menggunakan input
E = MP/AP < 1, menurunkan penggunaan
3
MP< AP inelastic AP menurun input
Catatan : keputusan manajerial diatas hanya berdasarkan pertimbangan teknik produksi, belum
memasukkan petimbangan ekonomis

Selanjutnya perlu di pahami konsep pembuatan manajerial menggunakan hubungan antara MP.
AP, dan E. untuk kasus sederhana akan digunakan input tenaga kerja( L ), sebagai berikut :

1. Jika poduk marginal dari tenag kerja lebih kecil dari pada produk rata – rata tenaga kerja
( MPL > APL ), maka elasisitas output ( produksi ) tenaga kerja lebih besar dari pada ( EL
> 1 ). Dalam situasi ini penambahan penggunaan tenaga kerja masih menguntungkan
karena mampu memberikan tambahan output yang lebih besar sehingga produktifitas rata
– rata tenaga kerja aka meningkat.
2. Jika poduk marginal dari tenag kerja lebih besar dari pada produk rata – rata dari tenaga
kerja ( MPL < APL ), maka elasisitas output ( produksi ) tenaga kerja lebih besar dari pada
( EL < 1 ). Dalam situasi ini penggunaan tenaga kerja, perlu dikurangi agar tetap
mempertahankan atau meningkatkan produktifitas rata – rata tenaga kerja. Penambahan
penggunaan tenaga kerja dalam situasi diman elasisitas output tenaga keja lebih kecil
dari satu ( EL > 1 ) akan menurunkan poduktifitas rata – rata tenaga kerja.
3. Jika poduk marginal dari tenag kerja sama dengan produk rata – rata dari tenaga kerja (
MPL = APL ), maka elasisitas output ( produksi ) tenaga kerja sama dengan satu ( EL = 1
). Dalam situasi ini produktifitas rata – rata tenaga kerja mencapai maksimum, sehingga
kondisi ini harus dipertahankan. Dengan demikian system produksi yang berorientasi
pada upaya memaksimumkan produktifitas input variable jangka pendek harus beoperasi
pada kondisi diman elasisitas outputdari input variable itu sama dengan satu.

Return to Slace suatu Fungsi Produksi

Return to Scale Suatu Fungsi Produksi Skala produksi mengacu pada arah atau kecenderungan
(tren) dari hubungan antara kombinasi penggunaan input yang dihasilkan. Ada tiga jenis skala
produksi, yaitu:

a. Skala produksi (peningkatan kembali ke skala): adalah skala produksi dengan Arah (tren)
yang meningkat. Skala produksi yang dihasilkan oleh peningkatan keluaran dibandingkan
dengan persentase peningkatan Penggunaan input.

b. Skala produksi yang tetap: Adalah skala produksi dengan Arah (tren) yang tetap atau
sama. Skala produksi yang tetap atau sama dengan ini diperbesar dengan peningkatan
keluaran dengan pertambahan peningkatan penggunaan input.
c. Skala produksi yang menurun (menurun kembali ke skala): Adalah skala produksi yang
menurun. Skala produksi yang meningkat ini lebih banyak dibandingkan dengan
persentase peningkatan keluaran dibandingkan dengan persentase peningkatan
penggunaan input.

Sejauh ini pembahasan kita tentang produksi masih ditekankan pada produktivitas input
secar individual. Suatu topik yangberkaitan erat dengan hal itu adalah bagaimana pengaruh suatu
kenaikan yang proporsional dari Semua input terhadap produksi total. Ini merupakan konsep
returns to scale yang memiliki tiga kemungkinan keadaan. Pertama, jika proporsi kenaikan semua
input sama dengan proporsi kenaikan output, maka returns to scalenya adalah konstan. Misalnya,
jika semua input di duakalilipatkan dan menyebabkan output menjadi dua kali lipat juga, maka
returns to scale adalah konstan. Kedua, jika proporsi kenaikan output lebih besar dari proporsi
kenaikan input, maka dinamakan increasing returns to scale. Keti ga, jika proporsi kenaikan
output lebih kecil dari proporsi kenaikan output maka dinamakan decreasing returns to scale.

Konsep returns to scale ini bisa diperjelas melalui pengamatan terhadap data produksi
pada Tabel 7.1.Sekarang kita anggap bahwa sistem produksi yang ditunjukkan oleh data itu
sekarang ini bekerja dengan 1 unit input X dan 3 unit input Y.Output dari kombinasi input seperti
itu adalah 35 unit. Misalkan kita ingin mengetahui pengaruh kenaikan penggunaan dua input
tersebut sebesar 100 persen terhadap jumlah output yang dihasilkan. Penduakalilipatan
(doubling) penggunaan input X dan Y menghasilkan suatu kombinasi input di mana X-2 dan Y-6.
Output dari kombinasi input tersebut sebesar 72 unit. Kenaikan X dan Y sebesar 100 persen
menaikkan output sebesar 37 unit (72-35) atau meningkat sebesar 106 persen (37/35= 1,06). Ini
berarti persentase kenaikan output lebih besar daripada persentase kenaikan input. Oleh karena
itu, sistem produksi ini menunjukkan keadaan increasing returns to scale pada kisaran tersebut.

Returns to scale dari suatu sistem produksi bisa juga bervariasi pada tingkatpenggunaan
inputyang berbeda-beda. Misalnya, perhatikanpengaruh kenaikan penggunaan input X dan Y
sebesar 50 persen dari kombinasinput X=2 dan Y=6. Kenaikan X sebesar 50 persen
menyebabkan penggunaan input X menjadi 3 unit (2x1,5=3),sedangkan kenaikan Y sebesar 50
persen menaikkan penggunaan Y menjadi 9 unit (6x 1,5=9). Kombinasi input yang baru tersebut
menghasilkan output sebesar 89 unit, dan tampak bahwa kenaikan input sebesar 50 persen
hanya meningkatkan output sebesar 24 persen (89-72)/72=0.24. Karena persentase kenaikan
output tersebut lebih kecil dari proporsi kenaikan inputnya, maka sistem produksi ini menunjukkan
decreasing returns to scale pada kisaran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai