1. Memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau non-PKP pada
pengusaha kecil.
Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai, yang dimaksud sebagai Pengusaha kecil
adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan
bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Dengan kata lain,
sebagai pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP atau tidak.
Pemilihan sebagai PKP atau tidak, dapat dilihat melalui transaksi yang ia lakukan.
Contoh:
a. Apabila sebagai PKP, dalam membeli bahan baku merupakan objek PM dan
pada saat menjual Barang Kena Pajak (BKP) merupakan objek PK. Sedangkan
apabila sebagai Non PKP membeli bahan baku, bukan merupakan objek PM.
Sedangkan pada saat menjual BKP tersebut kepada pengusaha yang juga non
c. Apabila dalam kondisi laba perusahaan besar sebaiknya non PKP. Karena PM-
600.000.000,-.
Porforma invoice merupakan faktur ringkasan atau perkiraan yang dikirim oleh
pengiriman barang. Mengenai catatan jenis dan jumlah barang, nilai, dan informasi
penting lainnya seperti beban berat dan transportasi. Faktur proforma biasanya
digunakan sebagai faktur awal dengan kutipan, atau untuk keperluan pabean dalam
importasi. Mereka berbeda dari faktur normal tidak digunakan untuk permintaan atau
Dalam hal efisiensi PPN dalam penerbitan performa invoice diperhatikan terlebih
dahulu kapan terhutang PPN. Dalam UU No.42 tahun 2009 dikatakan bahwa
terhutangnya PPN saat pemanfaatan jasa kena pajak. Namun dalam hal pembayaran
Penerbitan performa invoice penting dilakukan karena sering terjadi invoice sudah
Agar pengelolaan faktur pajak dilakukan dengan baik maka diperlukan koordinasi
bagian pajak dengan bagian-bagian lain yang terkait dengan penerbitan dan penerimaan
faktur pajak. Pengelolaan faktur pajak dapat dilakukan dengan cara memastikan atau
Jika melakukan pembelian barang atau pemakaian jasa maka terdapat Pajak
Masukan, sehingga menerima Faktur Pajak. Faktur Pajak yang diterima tersebut harus
diteliti, apabila cacat maka faktur pajak masukan tersebut tidak dapat dikreditkan.
Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan dengan cara apabila menerima faktur pajak
yang cacat, sesegera mungkin untuk dikembalikan agar dapat diganti dengan faktur
Dalam hal melakukan penjualan barang atau pemberian jasa maka terdapat Pajak
Keluaran, sehingga menerbitkan Faktur Paja. Faktur Pajak yang diterbitkan harus
dihindari dari kecacatan karena apabila cacat maka dikenakan sanksi sebesar 2% dari
DPP. Untuk mengatasi hal apabila menerbitkan faktur pajak yang cacat, sesegera
Karenanya untuk menghindari hal tesebut harus dilakukan koordinasi dengan divisi-
divisi yang terkait dalam perusahaan, diantaranya adalah dengan divisi pembelian dan
penjualan. Bentuk koordinasinya ialah dengan menginformasikan apa saja yang harus
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Dalam hal pembeli BKP atau pengguna JKP diketahui FP yang telah diterima dari
pihak lain ternyata cacat segera dikembalikan kepada pihak pemberi FP. Sedangkan
dalam hal penjual BKP atau pemberi JKP ternyata telah menerbitkan FP cacat apabila
cabang.
cabang
cabang cabang
KP
cabang cabang
Hal yang dapat dilakukan apabila sebuah perusahaan memiliki banyak cabang ialah :
Pastikan kembali Faktur Pajak Masukan atau Faktur Pajak Keluaran tidak cacat
Dalam hal ini diperlukan konfirmasi kepada pihak lawan transaksi dengan cara
meminta fotocopy SSP dan SPM terkait transaksi yang diajukan restitusi. hal
4. Sebelum mengajukan restitusi PPN, lakukan tax review dan tax review idealnya
Contoh:
2 maret 28 maret
Beli bahan baku Jual BKP
PM = 10% x 200 juta PK = 10% x 200 juta
20 juta 20 juta
produksi
Biasanya perusahaan industri, sehingga dapat langsung offset dan uang tidak keluar
7. Memanfaatkan fasilitas-fasilitas PPN.
c. Perizinan Usaha: Perizinan yang akan dilakukan lebih mudah di Batam atau
Cengkareng.
a. Tidak melanggar Peraturan yang berlaku baik Peraturan Pajak maupun Peraturan lain
c. Didukung oleh bukti – bukti yang kuat dan diakui oleh pihak lain
Selain itu dalam melakukan manajemen PPN maka harus mengetahui :
B. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan saat pembuataan faktur pajak,
C. Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan objek dan subjek PPN dan
atau PPnBM
Penjelasan
perubahannya. Jika telah dikukuhkan sebgai pengusaha kena pajak maka harus
melaporkan usahanya tersebut. maka dari itu harus pula diketahui tentang:
BKP/JKP.
Ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Direktorat Jendral Pajak (DJP) dapat mengukuhkan PKP secara jabatan apabila
pembayaran; atau
3. Pada saat penerimaan pembayaran termijn dalam hal penyerahan sebagian tahap
pembayaran; atau
C. Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan objek PPN dan atau
PPnBM
* Terutang PPN
2. Rekonsiliasi omzet PPN dengan peredaran usaha dalam SPT PPH Badan
D. Mengetahui dengan jelas apa saja sanksi/ denda terkait dengan PPN dan
1. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat FP,
atau
2. Pengusaha yang telah dikukuhakan sebagai PKP, membuat FP, tetapi tidak
tepat waktu.
Sanksi : 2% per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung
Kawasan berikat
KAPET
EPTE
Impor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis (PP no. 7
tahun 2007)
REFERENSI