Anda di halaman 1dari 7

RESUME

PEMBUKTIAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AUDIT DAN
ATESTASI

Dosen Pengampu : R. Wedi Rusmawan K.,, DR., S.E., M.Si., Ak., C.A
Mata Kuliah : Audit dan Atestasi

Dwi Yuliansyah Kusnadi 1619104005

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS WIDYATAMA
2020
NO KETERANGAN
1 PEMBUKTIAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Pembuktian dalam Audit atas laporan keuangan
Audit dilakukan berdasarkan asumsi bahwa data laporan keuangan dapat di
teliti untuk pembuktian. Data dikatakan dapat di teliti untuk pembuktian(verifiable)
apabila dua atau lebih orang yang memilikikualifikasi dapat memberikan
kesimpulan yang serupa dari data yang di periksa. Kemampuan dapatditeliti untuk
pembuktian (verifiability) terutama berkaitan dengan tersedianya atestasi bukti
padavaliditas informasi yang sedang dipertimbangkan.
Akuntansi dan auditing secara signifikan memerlukan apa yang disebut
pertimbangan profesional. Olehkarena itu, auditor hanya mencari dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas kewajaran (fairness) laporan keuangan.
Dalam melakukan pemeriksaan, auditor memperoleh bukti-bukti untukmeyakinkan
validitas (validity) dan ketepatan perlakuan akuntansi atas transaksi dan saldo.
Dalamkonteks ini, validitas berarti otentik, mantap atau memiliki dasar yang
kokoh, sedangkan ketepatan (propriety) berarti sesuai dengan aturan-aturan
akuntansi yang di tetapkan secara kebiasaan yang ada.
Bukti Audit
SA 500 menegaskan bahwa tujuan auditor ialah merancang dan
melaksanakan prosedur audit sedemikian rupa sehingga auditor memperoleh bukti
yang cukup dan tepat untuk menarik kesimpulan yang memadai, yang akan
digunakan sebagai dasar pemberian opini auditnya. Proses audit ini adalah proses
menghimpun bukti agar auditor dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan
yang diauditnya, bebas dari salah saji yang material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun manipulasi, sehingga ia dapat merumuskan opini auditnya
(Institut Akuntan Publik Indonesia, 2017).
Bukti audit sendiri mempunyai definisi sebagai informasi yang digunakan
auditor untuk menarik kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opini auditnya.
Bukti audit meliputi informasi yang terdapat dalam catatan accounting (yang
mendasari laporan keuangan) dan informasi lain (diluar catatan accounting). Dalam
SA 500 ini menetapkan hal-hal yang menjadi kewajiban auditor ini dirumuskan
dalam beberapa judul sebagai berikut:
1. Bukti audit yang cukup dan tepat
2. Informasi yang digunakan sebagai bukti audit
3. Sampling untuk memperoleh bukti audit
4. Inkonsistensi dalam bukti audit atau ragu mengenai keandalan.
(Institut Akuntan Publik Indonesia, 2017)

Appropriatness of audit evidence


Appropriatness of audit evidenceadalah ukuran mutu atau kualitas suatu
bukti audit, ukuran kualitas dari bukti audit ditunjukan oleh relevaansi dan
keandalan dalam mendukung kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opini
auditor.
ISA 500 alinea A27 – A30 memberikan contoh-contoh mengenai relevansi audit:
1. Relevansi berkaitan dengan hubungan logis dengan tujuan prosedur audit
dan jika relevan, deng an asersi yang dipertimbangkan. Relevansi informasi
yang digunakan sebagai bukti audit mungkin dipengaruhi oleh arah
pengujian. Sebagai contoh, jika tujuan prosedur audit adalah untuk menguji
lebih saji (overstatement) keberadaan atau penilaian utang usaha, pengujian
utang usaha yang tercatat merupakan prosedur audit yang relevan.
2. Di lain pihak, ketika menguji kurang saji (understatement) keberadaan atau
penilaian utang usaha, pengujian utang usaha yang tercatat tidak akan
relevan, namun pengujian informasi seperti pembayaran setelah tanggal
laporan posisi keuangan, faktur yang belum dibayar, pernyataan dari
pemasok, dan laporan penerimaan barang yang belum dicocokkan dengan
order pembelian mungkin relevan.
3. Suatu set prosedur audit tertentu dapat memberikan bukti audit yang relevan
untuk beberapa asersi, namun tidak untuk asersi yang lainnya. Sebagai
contoh, inspeksi atas dokumen yang berhubungan dengan penerimaan kas
dari piutang setelah akhir periodedapat memberikan bukti audit yang
berkaitan dengan keberadaan dan penilaian.
4. Pengujian pengendalian dirancang untuk mengevaluasi \efektivitas operasi
pengendalian dalam mencegah, mendeteksi, atau mengoreksi kesalahan
penyajian material dalam tingkat asersi. Perancangan pengujian
pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang relevan mencakup
pengidentifikasian kondisi (karakteristik atau atribut) yang menunjukkan
pelaksanaan pengendalian dan kondisi penyimpangan dari pelaksanaan
yang memadai. Keberadaan atau ketiadaan kondisi-kondisi tersebut dapat
diuji lebih lanjut oleh auditor.
5. Prosedur substantif dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi. Prosedur ini terdiri dari pengujian rinci dan
prosedur analitis substantif. Perancangan prosedur substantif mencakup
pengidentifikasian kondisi yang relevan dengan tujuan pengujian yang
dapat mendeteksi kesalahan penyajian pada tingkat asersi yang relevan.
(Institut Akuntan Publik Indonesia, 2017)
ISA 500 alinea A31 – A33 memberikan contoh-contoh mengenai keandalan
bukti audit:
1. Keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti audit, dan oleh karena
itu merupakan bukti audit itu sendiri, dipengaruhi oleh sumber bukti
tersebut dan sifatnya serta kondisi saat bukti tersebut diperoleh, termasuk
pengendalian dalam penyusunan dan pemeliharannya, jika relevan. Oleh
karena itu, generalisasi mengenai keandalan berbagai macam bukti audit
masih tergantung pada beberapa pengecualian penting.
2. Informasi yang digunakan sebagai bukti audit diperoleh dari sumber
eksternal entitas, mungkin terdapat kondisi yang dapat memengaruhi
keandalannya. Sebagai contoh, informasi yang diperoleh dari sumber luar
yang independen dapat menjadi tidak andal jika sumbernya tidak memiliki
pengetahuan memadai, atau tidak adanya objektivitas pakar manajemen.
3. Meskipun diakui adanya pengecualian, generalisasi berikut tentang
keandalan bukti audit mungkin bermanfaat:
a. Keandalan bukti audit meningkat ketika bukti audit diperoleh dari
sumber independen dari luar entitas.
b. Keandalan bukti audit yang diperoleh dari sumber internal
meningkat ketika pengendalian yang berkaitan, termasuk
pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaannya, dilaksanakan
secara efektif oleh entitas.
c. Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor (sebagai
contoh, observasi atas penerapan suatu pengendalian) lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan bukti audit yang diperoleh secara
tidak langsung atau dengan melalui penarikan kesimpulan dari
beberapa informasi (sebagai contoh, permintaan keterangan tentang
penerapan sautu pengendalian).
d. Bukti audit dalam bentuk dokumen, kertas, data elektronik, atau
media lainnya, lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti
yang diperoleh secara lisan (sebagai contoh, catatan rapat lebih
dapat diandalkan dibandingkan dengan representasi lisan tentang
hasil yang dibahas).
e. Bukti audit yang diperoleh daridokumen asli lebih dapat diandalkan
dibandingkan dengan bukti audit yang diperoleh melalui fotokopi
atau faksimili, atau dokumen yang telah difilmkan, diubah ke dalam
bentuk digital, atau diubah ke dalam bentuk elektronik, yang
keandalannya dapat bergantung pada pengendalian atas penyusunan
dan pemeliharaannya. (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2017)

2 DOKUMENTASI
Dokumentasi audit adalah catatan utama yang mencakup semua informasi
yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai
dan untuk mendukung laporan audit. Tujuan dokumentasi audit adalah untuk
membantu auditor dalam memberikan kepastian yang memadai bahwa audit telah
sesuai dengan standar audit yang berlaku umum dan juga membantu auditor dalam
melaksanakan dan mensupervisi audit (Arens, Elder, & Beasley, 2008).
Sifat Dan Tujuan Dokumentasi Audit
Dokumentasi audit yang memenuhi ketentuan SA ini dan persyaratan dokumentasi
spesifik lain sebagaimana tercantum dalam SA lain yang relevan memberikan:
a) Bukti sebagai basis bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan
tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor; dan
b) Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan
SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan berikut ini:
 Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
 Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam
supervisi untuk mengarahkan dan mensupervisi proses audit, serta
menunaikan tanggung jawab penelaahan sebagaimana diatur dalam SA
220.
 Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggungjawabkan
pekerjaan mereka.
 Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan untuk
audit di masa yang akan datang. (Institut Akuntan publik Indonesia,
2015)
Penyiapan dokumentasi audit tepat waktu
Penyiapan dokumentasi audit yang memadai secara tepat waktu membantu
untuk meningkatkan kualitas audit dan memfasilitasi proses penelaahan dan
pengevaluasian secara efektif bukti audit yang diperoleh dan kesimpulan yang
ditarik sebelum laporan auditor difinalisasi. (Institut Akuntan publik Indonesia,
2015)
Pendokumnetasian Prosedur Audit Yang Telah Dilaksanakan Dan Bukti
Audit Yang Diperoleh
Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut ini:
1. Ukuran dan kompleksitas entitas.
2. Sifat prosedur audit yang akan dilakukan.
3. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi.
4. Signifikansi bukti audit yang diperoleh.
5. Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi.
6. Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan
7. Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.
Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis, atau media
lain. Contoh-contoh dokumentasi audit mencakup:
1. Program audit.
2. Analisis.
3. Memorandum isu.
4. Ikhtisar hal-hal signifikan.
5. Surat konfirmasi dan surat representasi.
6. Daftar uji.
7. Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.
Auditor dapat memasukkan ikhtisar atau salinan catatan entitas .Auditor tidak perlu
memasukkan dalam dokumentasi audit draf kertas kerja dan laporan keuangan
versi sebelum final, catatan yang berisi pemikiran awal atau pemikiran yang tidak
lengkap, dokumentasi audit sebelum dilakukannya koreksi kesalahan ketik atau
kesalahan lainnya, serta duplikasi dokumen.
Penjelasan secara lisan oleh auditor bukan merupakan pendukung yang memadai
untuk pekerjaan yang dilakukan oleh auditor atau kesimpulan yang ditarik oleh
auditor, tetapi dapat digunakan untuk menjelaskan atau mengklarifikasi informasi
yang tercantum dalam dokumentasi audit.
Pendokumentasian Kepatuhan terhadap SA
Ketentuan dokumentasi tertentu dari SA lain tidak membatasi penerapan SA ini.
Lebih lanjut, ketiadaan ketentuan dokumentasi dalam SA tertentu tidak berarti
bahwa tidak terdapat dokumentasi yang akan disiapkan sebagai akibat dari
kepatuhan terhadap SA tersebut.
Dokumentasi audit memberikan bukti bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan
SA. Namun, dokumentasi oleh auditor atas setiap hal yang dipertimbangkan atau
pertimbangan profesional yang dibuat dalam suatu audit tidak diperlukan atau tidak
praktis. Lebih lanjut, auditor tidak perlu untuk mendokumentasikan secara terpisah
kepatuhan terhadap hal-hal yang kepatuhannya telah tercermin dalam dokumentasi
yang terdapat di dalam folder audit. Sebagai contoh:
 Keberadaan dokumen perencanaan audit yang memadai menunjukkan
bahwa auditor telah merencanakan audit.
 Keberadaan surat perikatan yang telah ditandatangani di dalam folder audit
menunjukkan bahwa auditor telah menyetujui ketentuan-ketentuan
perikatan audit dengan manajemen, atau jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
 Laporan auditor yang berisi opini wajar dengan pengecualian atas laporan
keuangan menunjukkan bahwa auditor telah mematuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh SA untuk menyatakan opini tersebut sesuai dengan
kondisinya.
 Dalam hubungannya dengan ketentuan SA yang berlaku secara umum
sepanjang audit, terdapat sejumlah cara untuk menunjukkan kepatuhan
terhadap ketentuan SA tersebut dalam folder audit:
Pendokumentasian Hal-hal Signifikan dan Pertimbangan Profesional Signifikan
yang Terkait
Penilaian atas signifikansi suatu hal membutuhkan suatu analisis yang objektif atas
fakta dan kondisi.
Satu faktor penting dalam menentukan bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit atas
hal signifikan adalah luasnya pertimbangan profesional yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan dan pengevaluasian atas hasilnya. Pendokumentasian atas
pertimbangan profesional yang dibuat, jika signifikan, berfungsi untuk menjelaskan
kesimpulan auditor dan untuk memperkuat kualitas pertimbangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu.
Institut Akuntan publik Indonesia. (2015). Standar Audit SA 230; dokumentasi audit. institut
akuntansi publik indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2017). Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP ) Standar
Aduit ( SA ) Seksi 500. Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Tuanakotta, T. (2015). Audit Berbasis ISA ( International Standards On Auditing). Jakarta:
Salemba Empat.
Arens, a. A., Elder, & Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi
Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai