Anda di halaman 1dari 5

RESUME MANAJEMEN KEUANGAN2 1

FAJAR SUKMA HADIS (1810521051)

ANALISIS LEVERAGE

I. Pengertian Leverage
Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (source of funds) oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Sartono, 2008:257).
Leverage adalah suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva
dan atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa)
dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan
pemilik perusahaan.
Berikut ini beberapa pengertian leverage dari beberapa sumber:
1. Menurut Irawati (2006), leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan
oleh suatu perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh
sumber dana yang disertai dengan adanya beban/biaya tetap yang harus
ditanggung perusahaan. 
2. Menurut Fakhrudin (2008:109), leverage merupakan jumlah utang yang
digunakan untuk membiayai / membeli aset-aset perusahaan. Perusahaan yang
memiliki utang lebih besar dari equity dikatakan sebagai perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi. 
3. Menurut Sjahrial (2009:147), leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber
dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber
dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap
dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. 
4. Menurut Syamsuddin (2001:89), leverage adalah kemampuan perusahaan untuk
menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets
or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik
perusahaan.
Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka
perusahaan tersebut menggunakan leverage. Penggunaan leverage dapat
menimbulkan beban dan risiko bagi perusahaan, apalagi jika keadaan perusahaan
sedang memburuk. Di samping perusahaan harus membayar beban bunga yang
semakin membesar, kemungkinan perusahaan mendapat penalti dari pihak ketiga
pun bisa terjadi.

II. Jenis-jenis Leverage 


Jenis leverage ada tiga macam yaitu Operating Leverage, Financial Leverage
dan Combination Leverage. Berikut penjelasan dari masing-masing leverage
tersebut:
1. Leverage Operasi (operating leverage) 
Leverage operasi adalah seberapa besar perusahaan menggunakan beban
tetap operasional (Hanafi, 2004:327). Menurut Syamsuddin (2001:107), leverage
operasi adalah kemampuan perusahaan di dalam menggunakan fixed operating
cost untuk memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap
earning before interest and taxes (EBIT).
Leverage operasi timbul sebagai suatu akibat dari adanya beban-beban
tetap yang ditanggung dalam operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki
biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka perusahaan tersebut
2 FAJAR SUKMA HADIS (1810521051)

menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage perusahaan


mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan
laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar.
Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi,
biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap misal gaji karyawan. Sebagai
kebalikannya adalah beban variabel operasional. Contoh biaya variabel adalah
biaya tenaga kerja yang dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan.
Leverage operasi adalah pengaruh biaya tetap operasional terhadap
kemampuan perusahaan untuk menutup biaya tersebut. Dengan kata lain
pengaruh perubahan volume penjualan (Q) terhadap laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT). Besar kecilnya leverage operasi dihitung dengan DOL (Degree of
operating leverage) yang dirumuskan sebagai berikut:
PRESENTASE PERUBAHAN EBIT
DOL=
PRESENTASE PERUBAHAN PENJUALAN
Analisis leverage operasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka
laba operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal
yang harus diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian.

2. Leverage Keuangan (financial leverage) 


Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban
tetap dengan beranggapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan
yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2008:263).
Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau
dari bidang manajemen keuangan, merupakan penerapan Financial Leverage
dimana perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal
pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk
meningkatkan laba per lembar saham.
Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial
yang sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan. Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah
dengan adanya perubahan tingkat EBIT dan harus di bayar tanpa melihat sebesar
apa pun tingkat EBIT yang dicapai perusahaan.
Besar kecilnya leverage finansial dihitung dengan DFL (Degree of financial
leverage). DFL menunjukkan seberapa jauh perubahan EPS karena perubahan
tertentu dari EBIT. Makin besar DFL nya, maka makin besar risiko finansial
perusahaan tersebut. Dan perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi adalah
perusahaan yang mempunyai utang dalam proporsi yang lebih besar. DFL
(Degree of financial leverage) dirumuskan sebagai berikut:
PRESENTASE PERUBAHAN EPS
DFL=
PRESENTASE PERUBAHAN EBIT
DFL yang besar menunjukkan bahwa perubahan tingkat EBIT akan
menghasilkan perubahan yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per
lembar saham (EPS). Beban tetap bunga ini pada kenyataannya dapat berupa
beban seluruh utang atau obligasi yang ada dan biaya deviden untuk saham
preferen yang mempunyai beban pembayaran tetap setelah perhitungan
sebelum pajak.
RESUME MANAJEMEN KEUANGAN2 3
FAJAR SUKMA HADIS (1810521051)

3. Leverage Gabungan (Combination Leverage) 


Combination leverage terjadi apabila perusahaan memiliki baik baik
operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk
meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa (Sartono, 2008:267).
Leverage gabungan adalah pengaruh perubahan penjualan terhadap
perubahan laba setelah pajak untuk mengukur secara langsung efek perubahan
penjualan terhadap perubahan laba rugi pemegang saham dengan Degree of
Combine Leverage (DCL) yang didefinisikan sebagai persentase perubahan
pendapatan per lembar saham sebagai akibat persentase perubahan dalam unit
yang terjual.

III. Jenis-jenis Rasio Leverage


Biasanya penggunaan rasio leverage dengan tujuan perusahaan. Artinya
perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara keseluruhan atau sebagian
dari masing-masing jenis rasio leverage yang ada. 
Menurut Kasmir jenis-jenis rasio leverage antara lain :
a) Debt To Assets Ratio (debt ratio)
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total utang dengan total aktiva.
Rumus:
TOTAL DEBT
DEBT ¿ ASSE ST RATIO= ×100 %
TOTAL ASSET
b) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
utang jangka panjang dengan total modal sendiri.
Rumus:
LONG TER M DEBT
LTDtER=
EQUITY
c) Times Interest Earned Ratio
Merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban
bunga.
Rumus:
EBIT
¿ INTEREST EARNED=
BIAYA BUNGA
d) Debt to Equity Ratio
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total utang dengan total modal.
Sedangkan menurut James C.Van Horne dan Jhon M. Wachowicz Jr debt
to equity ratio adalah:
“Rasio utang dengan ekuitas menunjukan sejauh mana pendanaan dari utang
digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan equitas.” (2005:209)
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin sedikit dibandingkan dengan
utangnya. Bagi perusahaan sebaiknya besar utang tidak boleh melebihi modal
sendiri. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa debt to equity ratio (DER) merupakan rasio utang yang digunakan untuk
kreditor atau investor biasanya lebih menyukai debt to equity ratio (DER) yang
rendah sebab tingkat keamanan dananya semakin baik.
4 FAJAR SUKMA HADIS (1810521051)

Rumus :
TOTAL DEBT
DEBT ¿ EQUITY R ATIO= ×100 %
TOTAL EQUITY
Total utang yang dimaksudkan dalam rumus perhitungan diatas adalah
seluruh total utang perusahaan baik utang jangka pendek maupun utang jangka
panjang dalam satu periode akuntansi. Semakin tinggi debt to equity ratio (DER)
ini menunjukan perusahaan semakin berisiko. Semakian berisiko, kreditor atau
investor meminta imbalan semakin tinggi. Jadi, 45% dari aktiva perusahaan
didanai oleh utang (dari berbagai jenis), sementara sisanya 55% pendanaan
berasal dari equitas pemegang saham biasa. Secara teoritis jika perusahaan
dilikuidasi sekarang, aktiva yang dijual dengan nilai bersih minimal 45% sebelum
kreditor menghadapi kerugian. Sekali lagi, hal ini menunjukan bahwa semakin
besar persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham,
semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh investor atau kreditor
perusahaan. Singkatnya semikin tinggi debt to equity ratio (DER) semakin besar
pula risiko keuangannya, ataupun sebaliknya semakin rendah rasio ini akan
semakin rendah risiko keuangannya.

IV. CONTOH SOAL


PT. Fajar Jaya saat ini menggunakan utang sbesar Rp200.000.000 dan membayar
bunga 14% / Tahun. Saham Preferen sejumlah 10.000 lembar dan membayarkan
dividen yang tetap sebesar Rp500 / Lembar. Disamping itu perusahaan memiliki
40.000 lembar saham biasa dan pajak sebesar 50 %.
Diminta :
a) Berapakah DFL pada saat perusahaan memperkirakan penjualan 400.000 Unit ?
b) Apabila perusahaan tersebut memperkirakan akan mampu menjual sebesar
500.000 unit pada tahun depan, bagaimana efek dari perubahan EBIT terhadap
EPS ?
Jawab :
a) Degree of Financial Leverage ( DFL ) pada saat perusahaan memperkirakan
penjualan sebesar 400.000 unit :
EBIT
DFL=
Dp
EBIT −I −
(1−T )
100.000 .000
DFL=
5.000 .000
100.000 .000−28.000 .000−
(1−0,5)
100.000 .000
DFL=
62.000 .000
DFL=1,613
b) Pengaruh Perubahan EBIT terhadap EPS dengan Penjualan 500.000 Unit :
( Dalam Ribuan )
Volume Penjulan 400 500
Laba operasi (EBIT) 100.000 200.000
Beban Bunga 28.000 28.000
Laba sebelum pajak 72.000 172.000
Pajak 50% 36.000 86.000
RESUME MANAJEMEN KEUANGAN2 5
FAJAR SUKMA HADIS (1810521051)

Laba Bersih ( EAT ) 36.000 86.000


Dividen Shm. Preferen 5.000 5.000
Saldo Laba for Shm. Biasa Rp31.000 Rp81.000
Jumlah saham biasa  40 40
Earning Per Share ( EPS ) Rp775 Rp2.025

Pengaruh menyebabkan peningkatan EPS sebesar 161,3% atau dari Rp775 menjadi
Rp2.025

%Perubahan EPS 161,3 %


DFL= = =1,613
%Perubahan EBIT 100 %

Anda mungkin juga menyukai