Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL JURNAL RIVIEW

Ketidakadilan Budaya Patriarkhi Terhadap Perempuan di Nias


dan
Peradilan Adat Nias dan Keadilan Restoratif

DOSEN PENGAMPU: JAMILAH THAHIR S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH:

shelly Malinda

171434148

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perempuan Nias mengalami ketertindasan dalam budaya patriarki karena konstruksi


sosial yang membuatnya di nomor duakan dan dianggap sebagai kaum lemah dan rendah
berdasarkan kodrat atas label kodrat. Penindasan yang dialami oleh perempuan dalam
masyarakat baik sosial, politik, dan agama. Dasar terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat di
berbagai bidang adalah berakar dari budaya Patriarki dimana laki-laki berasumsi bahwa
perempuan
adalah milik kepunyaanya, pelayannya dan pelengkapnya.

TUJUAN

Penyelesaian tugas mata kuliah kebudayaan daerah

Meningkatkan kemampuan menganalisis jurnal

Mempermudah mahasiswa dalam memahami inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan

MANFAAT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah kebudayaan daerah

Untuk meningkatkan kemampuan mencari informasi mengenai isi jurnal

Untuk dapat dijadikan sebagai bahan referensi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Jurnal I

Judul Jurnal : Peradilan Adat Nias dan Keadilan Restoratif


Nama Jurnal : Jurnal Komunikasi Hukum

Tahun Terbit : 2017


Pengarang Jurnal : Beniharmoni Harefa

Penerbit : Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 40

Vol & Nomor : Volume 3, Nomor 1

Jumlah Artikel :

p-ISSN : 2356-4164

e-ISSN :

Alamat Situs :

Identitas Jurnal II

Judul Jurnal : Ketidakadilan Budaya Patriarkhi terhadap Perempuan di Nias


Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Ilmu – Ilmu Sosial

Tahun Terbit : 2019


Pengarang Jurnal : Yurulina Gulo
Penerbit : Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
Vol & Nomor : Volume 11, Nomor 1

Jumlah Artikel :

p-ISSN : 2407-7429
e-ISSN :

Alamat Situs : https://doi.org/10.24114/jupiis.v11i1.12305


B. Ringkasan Jurnal I

Kasus Kadali memang menjadi menarik, karena seolah mengingatkan kembali akan keunikan
adat istiadat Nias, khususnya dalam penyelesaian konflik, sebagai kearifan lokal yang perlu untuk
dilestarikan. Hukum adat Nias ada dan masih diakui keberadaannya, serta perlu dilestarikan. Dalam kasus
Kadali terbukti bisa mempertemukan, seluruh tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat, pemuda,
perempuan, serta berbagai unsur lapisan masyarakat.

Pasca sidang adat Kadali, suasana Kota Gunungsitoli kembali normal, pertanda masyarakat Nias
menginginkan hidup damai. Pengakuan bersalah, permintaan maaf, penyesalan, dan berjanji tidak
mengulangi lagi kesalahannya disampaikan Kadali secara terbuka di hadapan umum, sudah lebih dari
cukup sebagai sanksi.

Penyelesaian kasus Kadali menjadi contoh penting, bagaimana konflik dapat diselesaikan
dengan mempertemukan kepentingan korban, pelaku dan masyarakat. Menggunakan kearifan lokal
yang ada, bertujuan mengembalikan keseimbangan tatanan masyarakat, yang sempat rusak dan
terganggu, kembali ke keadaan semula. Penyelesaian konflik itu sesuai dengan hakikat keadilan
restoratif (restorative justice).

Ringkasan Jurnal II

Bagi masyarakat Nias perempuan dan laki-laki berbeda. Perbedaannya terletak pada kekuatan,
adat dan budayanya. Lakilaki merupakan pemilik dari waris ayahnya dan menlanjutkan keturunan dan
posisi dari ayahnya dalam masyrakat yang dalam istilah Nias “ono fangali mbörö sisi, ono fanohu
ngaö’tö” tetapi perempuan adalah hanya sebagai pelayan dalam ketenagaan kerja yang suatu waktu akan
memperluas hubungan keluarga bila menikah “ono famakhai si tenga bö’ö” (Telambanua & Humel,
2002). Artinya bahwa pengakuan laki-laki harus diatas pengakuan terhadap perempuan dan paham ini
telah tersistematis dan menjadi kebiasaan masyarakat Nias.

Perempuan mengalami ketertindasan dalam budaya patriarki sesungguhnya karena konstruksi


sosial yang membuatnya di nomor duakan dan dianggap sebagai kaum lemah dan rendah berdasarkan
kodrat atas label kodrat. Penindasan yang dialami oleh perempuan dalam masyarakat secara sosial,
politik, dan agama.

Dasar terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat dalam berbagai bidang adalah berakar dari
budaya Patriarki dimana laki-laki berasumsi bahwa perempuan adalah milik kepunyaanya, pelayannya
dan pelengkapnya. Munculnya ketidakadilan gender diakibatkan oleh kebudayan yang dianggap sebagai
hal yang sewajarnya, dalam memandang orang lain lebih rendah, lemah dan tidak berdaya. Perempuan
dianggap sebagai objek dari budaya patriarkhi. Akibat paham yang salah dari waktu kewaktu telah
mengakibatkan ketidakadilan, kekerasan atas sesama manusia.
BAB III

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN JURNAL

KEUNGGULAN JURNAL I

Dari segi keterbacaan, jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Dari segi keterkaitan isi, jurnal ini memiliki isi yang cukup bagus, yang berkaitan antara isi dengan judul.

Dalam jurnal ini terdapat beberapa bahasa daerah Nias, tetapi dalam jurnal ini juga dilengkapi arti dari
kosakata bahasa Nias tersebut.

Jurnal mempunyai materi yang cukup lengkap dan mendetail.


KELEMAHAN JURNAL I

Dalam jurnal ini hanya memandang sebuah kasus dari kacamata korban saja, tanpa melihat dari kacamata
korban dan masyarakat sekitar.

Kurang lengkap pembahasannya seperti sub judulnya sedikit.

KEUNGGULAN JURNAL II

Pembahasan cukup lengkap, terdapat juga metode penelitiannya.

Dari segi keterbacaan, jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Dari segi keterkaitan isi, jurnal ini memiliki isi yang cukup bagus, yang berkaitan antara isi dengan judul.

Terdapat juga rekomendasi pemikiran ( solusi dari penulis).

KELEMAHAN JURNAL II

Terdapat banyak sekali pemikiran dari para ahli, sehingga membuat pembahasan menjadi paanjang.

Sub judulnya terlalu sedikit.

BAB IV

PENUTUP
KESIMPULAN

Hukum adat Nias ada dan masih diakui keberadaannya, serta perlu dilestarikan. Dalam
kasus Kadali terbukti bisa mempertemukan, seluruh tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat,
pemuda, perempuan, serta berbagai unsur lapisan masyarakat.

Menggunakan kearifan lokal yang ada, bertujuan mengembalikan keseimbangan


tatanan masyarakat, yang sempat rusak dan terganggu, kembali ke keadaan semula.
Penyelesaian konflik itu sesuai dengan hakikat keadilan restoratif (restorative justice).

Perempuan mengalami ketertindasan dalam budaya patriarki sesungguhnya karena


konstruksi sosial yang membuatnya di nomor duakan dan dianggap sebagai kaum lemah dan
rendah berdasarkan kodrat atas label kodrat. Penindasan yang dialami oleh perempuan dalam
masyarakat secara sosial, politik, dan agama.

Dasar terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat dalam berbagai bidang adalah berakar
dari budaya Patriarki dimana laki-laki berasumsi bahwa perempuan adalah milik kepunyaanya,
pelayannya dan pelengkapnya. Munculnya ketidakadilan gender diakibatkan oleh kebudayan
yang dianggap sebagai hal yang sewajarnya, dalam memandang orang lain lebih rendah, lemah
dan tidak berdaya. Perempuan dianggap sebagai objek dari budaya patriarkhi. Akibat paham yang
salah dari waktu kewaktu telah mengakibatkan ketidakadilan, kekerasan atas sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Bambowo Laiya, Pemahaman Sendisendi Masyarakat Nias GunanUsaha Pembangunan, Pidaton Ilmiah,
IKIP Gunungsitoli, 29 November 1975.

Bernard L Tanya, Hukum Dalam Ruang Sosial, GENTA Publishing Yogyakarta, 2010.

Faogöli Harefa, Hikajat dan Tjeritera Bangsa serta Adat Nias, Rapatfons Residentie Tapanoeli,
1939.

Howard Zehr, Changing Lenses : A New Focus for Crime and Justice, Scottdale, PA: Herald
Press, 1990.

Azis, A. (2007). Feminisme Profetik, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Beauvoir, S, (1989), Second Sex: Women Life Today, Vintage: New York.

Shih, F.L (2013). Soiologi Agama (terjemahan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daulay, H. (2007). Perempuan dalam Kemelut Gender. Medan: USU Press.

Endah, M, (2012) Budaya Patriarkhi Rugikan Perempuan, https://gudeg.net/read/4202/budaya


patriarkhi rugikan-perempuan.html, di akses, 12 Oktober, 2018.

Fakih, M, (2005). Analisis Gender Transformasi Sosial, Yogyakarta: INSIST Press. Munthe.
H.M, & Hafi. B. (2018). Pemberdayaan Gender Pada Tokoh Adat untuk Mendukung Peran
Perempuan dalam Pembangunan Desa. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences
(JEHSS). 1 (2): 60-65.

Patrit, N, (2014). Jurnal Pengaruh Budaya Patriarkhi terhadap Partisipasi Perempuan dalam
Pemilihan Legislatif di Nias. Medan: Universitas Sumatera Utara Faculty of Social
and Political Science Departement of Political Science. Vol. 4, 2: 72-82
Ndruru, E. (2017). Perempuan Dan Adat Perkawinan (Studi Tentang Marginalisasi Perempuan
Dalam Jujuran Adat Istiadat Perkawinan Di Nias), Jurnal Community, Vol.3, 1, 50-58

Anda mungkin juga menyukai