DISUSUN OLEH:
shelly Malinda
171434148
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN
Mempermudah mahasiswa dalam memahami inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan
MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Jurnal I
Jumlah Artikel :
p-ISSN : 2356-4164
e-ISSN :
Alamat Situs :
Identitas Jurnal II
Jumlah Artikel :
p-ISSN : 2407-7429
e-ISSN :
Kasus Kadali memang menjadi menarik, karena seolah mengingatkan kembali akan keunikan
adat istiadat Nias, khususnya dalam penyelesaian konflik, sebagai kearifan lokal yang perlu untuk
dilestarikan. Hukum adat Nias ada dan masih diakui keberadaannya, serta perlu dilestarikan. Dalam kasus
Kadali terbukti bisa mempertemukan, seluruh tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat, pemuda,
perempuan, serta berbagai unsur lapisan masyarakat.
Pasca sidang adat Kadali, suasana Kota Gunungsitoli kembali normal, pertanda masyarakat Nias
menginginkan hidup damai. Pengakuan bersalah, permintaan maaf, penyesalan, dan berjanji tidak
mengulangi lagi kesalahannya disampaikan Kadali secara terbuka di hadapan umum, sudah lebih dari
cukup sebagai sanksi.
Penyelesaian kasus Kadali menjadi contoh penting, bagaimana konflik dapat diselesaikan
dengan mempertemukan kepentingan korban, pelaku dan masyarakat. Menggunakan kearifan lokal
yang ada, bertujuan mengembalikan keseimbangan tatanan masyarakat, yang sempat rusak dan
terganggu, kembali ke keadaan semula. Penyelesaian konflik itu sesuai dengan hakikat keadilan
restoratif (restorative justice).
Ringkasan Jurnal II
Bagi masyarakat Nias perempuan dan laki-laki berbeda. Perbedaannya terletak pada kekuatan,
adat dan budayanya. Lakilaki merupakan pemilik dari waris ayahnya dan menlanjutkan keturunan dan
posisi dari ayahnya dalam masyrakat yang dalam istilah Nias “ono fangali mbörö sisi, ono fanohu
ngaö’tö” tetapi perempuan adalah hanya sebagai pelayan dalam ketenagaan kerja yang suatu waktu akan
memperluas hubungan keluarga bila menikah “ono famakhai si tenga bö’ö” (Telambanua & Humel,
2002). Artinya bahwa pengakuan laki-laki harus diatas pengakuan terhadap perempuan dan paham ini
telah tersistematis dan menjadi kebiasaan masyarakat Nias.
Dasar terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat dalam berbagai bidang adalah berakar dari
budaya Patriarki dimana laki-laki berasumsi bahwa perempuan adalah milik kepunyaanya, pelayannya
dan pelengkapnya. Munculnya ketidakadilan gender diakibatkan oleh kebudayan yang dianggap sebagai
hal yang sewajarnya, dalam memandang orang lain lebih rendah, lemah dan tidak berdaya. Perempuan
dianggap sebagai objek dari budaya patriarkhi. Akibat paham yang salah dari waktu kewaktu telah
mengakibatkan ketidakadilan, kekerasan atas sesama manusia.
BAB III
KEUNGGULAN JURNAL I
Dari segi keterbacaan, jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Dari segi keterkaitan isi, jurnal ini memiliki isi yang cukup bagus, yang berkaitan antara isi dengan judul.
Dalam jurnal ini terdapat beberapa bahasa daerah Nias, tetapi dalam jurnal ini juga dilengkapi arti dari
kosakata bahasa Nias tersebut.
Dalam jurnal ini hanya memandang sebuah kasus dari kacamata korban saja, tanpa melihat dari kacamata
korban dan masyarakat sekitar.
KEUNGGULAN JURNAL II
Dari segi keterbacaan, jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Dari segi keterkaitan isi, jurnal ini memiliki isi yang cukup bagus, yang berkaitan antara isi dengan judul.
KELEMAHAN JURNAL II
Terdapat banyak sekali pemikiran dari para ahli, sehingga membuat pembahasan menjadi paanjang.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukum adat Nias ada dan masih diakui keberadaannya, serta perlu dilestarikan. Dalam
kasus Kadali terbukti bisa mempertemukan, seluruh tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat,
pemuda, perempuan, serta berbagai unsur lapisan masyarakat.
Dasar terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat dalam berbagai bidang adalah berakar
dari budaya Patriarki dimana laki-laki berasumsi bahwa perempuan adalah milik kepunyaanya,
pelayannya dan pelengkapnya. Munculnya ketidakadilan gender diakibatkan oleh kebudayan
yang dianggap sebagai hal yang sewajarnya, dalam memandang orang lain lebih rendah, lemah
dan tidak berdaya. Perempuan dianggap sebagai objek dari budaya patriarkhi. Akibat paham yang
salah dari waktu kewaktu telah mengakibatkan ketidakadilan, kekerasan atas sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Bambowo Laiya, Pemahaman Sendisendi Masyarakat Nias GunanUsaha Pembangunan, Pidaton Ilmiah,
IKIP Gunungsitoli, 29 November 1975.
Bernard L Tanya, Hukum Dalam Ruang Sosial, GENTA Publishing Yogyakarta, 2010.
Faogöli Harefa, Hikajat dan Tjeritera Bangsa serta Adat Nias, Rapatfons Residentie Tapanoeli,
1939.
Howard Zehr, Changing Lenses : A New Focus for Crime and Justice, Scottdale, PA: Herald
Press, 1990.
Beauvoir, S, (1989), Second Sex: Women Life Today, Vintage: New York.
Fakih, M, (2005). Analisis Gender Transformasi Sosial, Yogyakarta: INSIST Press. Munthe.
H.M, & Hafi. B. (2018). Pemberdayaan Gender Pada Tokoh Adat untuk Mendukung Peran
Perempuan dalam Pembangunan Desa. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences
(JEHSS). 1 (2): 60-65.
Patrit, N, (2014). Jurnal Pengaruh Budaya Patriarkhi terhadap Partisipasi Perempuan dalam
Pemilihan Legislatif di Nias. Medan: Universitas Sumatera Utara Faculty of Social
and Political Science Departement of Political Science. Vol. 4, 2: 72-82
Ndruru, E. (2017). Perempuan Dan Adat Perkawinan (Studi Tentang Marginalisasi Perempuan
Dalam Jujuran Adat Istiadat Perkawinan Di Nias), Jurnal Community, Vol.3, 1, 50-58