Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
A. TOPIK KEGIATAN
Perilaku kekerasan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok dan
memotivasi proses pikir dan afektif
2. Tujuan Khusus
Klien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi verbal
Klien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi non verbal
Klien dapat berlatih mematuhi peraturan
Klien dapat meningkatkan interaksi dengan klien lain
Klien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok
Klien dapat mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan
Klien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktifitas kelompok sosialisasi
C. LANDASAN TEORI
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain
(Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang menarik diri, yaitu
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Rowlins). Dimana individu yang
mempunyai mekanisme koping adaptif, maka peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan.
Sedangkan individu yang mempunyai mekanisme koping maladaptif bila tidak segera
mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih
banyak dan lebih buruk. (Keliat dan Akemat, 2005)
Hampir di seluruh dunia terdapat sekitar 450 juta (11%) orang yang mengalami
mekanisme koping maladaptif (ringan sampai berat) (WHO, 2006). Hasil survey Kesehatan
Mental Rumah Tangga di Indonesia menyatakan bahwa 185 orang per 1000 penduduk di
Indonesia mengalami mekanisme koping maladaptif (ringan sampai berat). Berdasarkan survey
di rumah sakit jiwa, masalah keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah menarik diri
(17,91 %), halusinasi (26,37 %), perilaku kekerasan (17,41 %), dan harga diri rendah (16,92 %)
(Pikiran Rakyat Bandung, 2007).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri pada klien isolasi sosial adalah ; 1)
Kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, 2) Gangguan hubungan interpersonal, 3)
Gangguan interaksi sosial, 4) resiko perubahan persepsi sensori (halusinasi). Bila klien menarik
diri tidak cepat teratasi maka akan dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang
lain (Budi Anna Kelliat, 2006)
Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan salah satunya dengan
modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, prilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan klien dalam meningkatkan
sosialisasi.
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melalukan tindakan yang
dapat mebahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri maupun orang lain, disertai
denga amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati dan Hartono,
2010).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik maupun pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.( Stuard dan Sundeen, 1995)
Suatu keadaan diman indivisu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik
baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend,1998).
2. Rentang respon
3. Faktor penyebab
a. Faktor predisposisi
1. Faktor psikososial
Terdapat asumsi untuk mencapai sesuatu tujuan yang mengalami hambatan
akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan
Berdasrkan pengguanaan mekasisme koping individu dan respon masa kecil
yang tidak menyenangkan.
Merasa frustasi
Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, lingkungan
Teori psikoanalitik yaitu menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkebangnya ego dan membuat konsep diri
rendah. Teori lain berasumsi perilaku agresif dan tindk kekerasan merupakan
pengungkapan terbuka terhadap rasa ketidaberdayaan
Teori pembelajarn perilaku kekerasan merupakan perilaku dipelajari,
mempunyai pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan untuk dipengaruhi
oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak faktor predisposisi
biologik
2. Faktor sosial budaya
Budaya dapat memengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan
yang tidak. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendrungan
menerima perilaku kekerasan sebagi cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan faktor predisposisi perilaku kekerasan
3. faktor biologis
Berdasarkan penelitian pada hewan, dannya pemberian stimulus
efektif ringan pada hipotalamus ternyata menyebabkan perilaku
agresif, dimana terjadi kerusakan menimbulkan mata terbuka lebar
,pupil berdilatasi, dan hendak menyarang objek disekitarnya. Selain
teori biologik ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku
kekerasan adalah pengaruh neeorofisiologi, pengaruh biokimia,
pengaruh ginetik, dan gangguan otak.
b. Faktor Presipitasi
Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan
Interaksi : penghinan, kekerasan, keilangan, konflik, terancam dari
permaalahan sendiri maupun dari lingkungan
Lingkungan : panas, padat, bising
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009) hal ang daat
menimbulakan perilaku kekerasan yaitu :
1. Kesulitan ekonomi
2. Kesulitan komunikasi
3. Ketidaksiapan ibu merawat anak dan ketidakmampuanya dalam
menembatkan diri sebagai orang yang dewasa
4. Riwayat antisosial
5. Kematian anggota keluaga, kehilangaan pekerjaan
Setting tempat
O
K F K K
CL
L
K K K K
KETERANGAN GAMBAR
: Leader : Observer
L O
CL : Co-Leader K : Klien
F : Fasilitator
1. Tim Terapis
a. Leader :
Tugas:
- Menyiapkan proposal kegiatan TAK
- Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
- Menjelaskan permainan.
- Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan
memperkenalkan dirinya.
- Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
- Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
b. Co-leader :
Tugas :
- Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien.
- Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator :
Tugas:
- Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
- Memotivasi klien yang kurang aktif.
- Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan
memfasilitasi anggota kelompok
d. Observer :
Tugas :
- Mengobservasi jalannya proses kegiatan
- Mencatat prilaku Verbal dan Non- verbal klien selama kegiatan
berlangsung
2. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran/ simulasi
3. Media
a. Beberapa contoh obat
b. Musik/ lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
SESI 5 : TAKS
MENGKOMSUMSI OBAT
Tujuan
Setting
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4
b) Mempersiapan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a) Memberi salam terapeutik :
salam dari terapis kepada klien
Klien dan terapis memakai papan nama
b) Evaluasi/validasi :
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah serta perilaku
kekerasan
Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan kegiatan
ibadah untuk menyegah eriilaku kekerasan sudah dilakukan
c) Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untu menyegah
perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main/terapi
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus minta izin
kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a) Mendiskusikan macam obat yang diminum klien: nama dan warna (upayakan tiap
klien menyapaikan.)
b) Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan pasien
c) Menjelaskan 6 benar minum obat yaitu benar obat, benar waktu, benar orang,
benar cara, benar dosis, benar guna
d) Minta klien menyebutkan 6 benar cara minum obat secar bergiliran
e) Berikan pujian pada klien yang benar
f) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat
g) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
h) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan atau kambuh.
i) Menjelaskan akibat atau kerugian jika tidak patuh minum obat yaitu kejadian
perilaku kekerasan
j) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum oabat dan kerugian
patuh minum obat
k) Memeberi pujian setiap kali klien dapat menyebutkan cara benar
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) menanyakan jumlah cara mencegah perilaku kekerasan yang telah
dipelajari
3) memberikan pujian dan penghargaan dari jawaban yang benar
b) Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan klien mengguankan kegiatan fisik , intraksi sosial asertif, kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk menyegah perilaku kekerasan
2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulus persepsi
perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui 6 benar cra minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai
berikut:
Menyenbut
Menyebutkan 6 Menyebutkan akibat tidak
No Nama klien benar minum keuntungan patuh minum
obat minum obat obat
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan klien 6 benar caa
minum obat, keuntungan minum obat, dan tidk patu minum obat. Beri tanda ceklis jika
klien mampu dan tanda negatif jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses tiap klien. Contoh : klien
mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan 6
benar cra minum obat, dan belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak
minum obat. Anjurkan lien mempraktekkan 6 benar cara minum obat, bantu klien merasakan
keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat.