Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Sistem saraf  merupakan suatu struktur yang paling sempurna yang dimiliki oleh manusia. Sistem
saraf dapat diibaratkan seperti halnya jalan darat yang ada di suatu kota. Dimulai dari jalan utama,
jalan-jalan kecil, dan jalan-jalan layang, serta jembatan penyebrangan yang merupakan pengubung
antara jalan-jalan ini, keseluruhan ini membentuk suatu sistem yang rumit ditambah lagi dengan
kemacetan yang padat. Kendatipun semua kerumitan tersebut memiliki titik awal dan akhir yang
mengarah ke suatu tujuan. Demikian pula struktur saraf utama kita yang terdiri dari triliunan sel
saraf (neuron) yang saling berhubungan.

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu
dengan lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan serta mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sistem-sistem
lainnya di dalam tubuh, sehingga terjalinlah komunikasi antar berbagai sistem tubuh sehingga tubuh
dapat berfungsi sebagai unit yang harmonis.

1.2    Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

       1.      Apa pengertian dari sistem saraf?

       2.      Apa saja struktur yang menyusun sistem saraf, fungsi dan klasifikasi sistem saraf?

       3.      Bagaimanakah aktivitas sistem saraf dalam memproses informasi?

       4.      Apa saja penyakit/ kelainan pada sistem saraf ?

1.3    Tujuan

Adapun tujuan yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

       1.      Untuk memenuhi tugas pada matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia.

       2.      Untuk mengetahui pengertian sistem saraf.

       3.      Untuk mengetahui apa saja struktur yang menyusun sistem saraf, pengertian, dan
klasifikasi                sistem saraf.

       4.      Untuk menjelaskan kerumitan kinerja dari sistem saraf.

       5.      Untuk mengetahui berbagai macam penyakit/ kelainan yang dapat menyerang sistem saraf.

1.4    Manfaat

Adapun manfaat dari  penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

       1.      Sebagai penambah wawasan bagi para pencari ilmu.

       2.      Sebagai bahan referensi bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa biologi pada              
khususnya
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1   Pengertian Sistem Saraf

Tubuh manusia dilengkapi dengan dua perangkat pengatur seluruh kegiatan tubuh. Kedua perangkat
ini sering dikenal dengan sistem koordinasi. Sistem koordinasi ini terdiri dari sistem saraf, sistem
indra dan sistem hormon. Berbeda dengan sistem hormon yang bekerja lebih lambat, sistem saraf
bekerja dengan cepat dalam menanggapi perubahan lingkungannya, selain itu pengaturannya
dilakukan oleh benang-benang saraf (Pratiwi, 2004:158).

Menurut Campbell (2004:201) “sistem saraf merupakan suatu kombinasi-kombinasi sinyal listrik dan
kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron) mampu berkomunikasi antara satu sama lain”
(Campbell, 2004:201). Jadi, sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk
menyampaikan rangsangan secara cepat dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon oleh tubuh.

2.2   Struktur Saraf

Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron. Neuron dikhususkan
untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan atau tanggapan.
Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson.

Gambar 1. Neuron

Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar. Didalamnya terdapat nukleus dan sitoplasma.
Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi membangkitkan energi untuk membawa
rangsangan. Dendrit ialah serabut-serabut saraf yang pendek, biasanya bercabang-cabang seperti
pohon dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Dendrit berfungsi untuk menerima impuls
(rangsang) yang datang dari ujung akson neuron lain. Kemudian impuls dibawa ke badan sel saraf.

Akson atau neurit merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak bercabang. Akson berfungsi
meneruskan rangsangan yang berasal dari badan sel saraf ke kelenjar dan serabut-serabut otot.
Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron. Di dalamnya terdapat benang-benang halus
yang disebut neurofibril. Di bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf terdapat cabang-cabang yang
berhubungan dengan dendrit dari sel saraf  yang lain.Akson terbungkus oleh beberapa lapis
selaput mielinyang banyak mengandung lemak. Selaput mielin disusun oleh Sel Schwann. Lapisan
mielin yang paling luar disebut neurilema. Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi akson dari
kerusakan. Sel Schwannmembentuk jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit
dan membantu regenerasi neurit. Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan diantara dua
segmen disebut nodus ranvier. Nodus ranvier berfungsi mempercepat transmisi impuls saraf.
Adanya nodus ranvier memungkinkan saraf untuk meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain,
sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.

2.3   Jenis-jenis Neuron

Berdasarkan fungsi dan arah transmisinya, neuron terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

      1.      Neuron sensorik, disebut juga sel saraf indra, karena berfungsi meneruskan rangsang dari    
penerima (indra) ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Badan sel saraf pusat ini              
bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.

      2.      Neuron Motorik (sel saraf penggerak), berfungsi membawa impuls dari pusat saraf (otak)
dan             sumsum tulang belakang ke otot (efektor). Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek
dan               akson yang panjang.

      3.      Neuron Intermediet atau sel saraf penghubung, banyak terdapat di dalam otak dan sumsum
tulang belakang, berfungsi menerima rangsangan dari neuron sensori atau intermediet yang              
lain. Sel saraf ini memiliki dendrit yang pendek dan aksonnya ada yang pendek dan panjang.

Gambar 2 jenis-jenis neuron 

            Sedangkan berdasarkan bentuk neuron terbagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

      1.      Neuron Unipolar, hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral    
yang berfungsi sebagi salah satu akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu                
dendrit. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel                
ganglion cerebrospinalis).

     2.      Neuron bipolar, mempunyai dua serabut, satu dendrit dan satu akson. Jenis ini banyak          
dijumpai pada epitel olfaktori dalam retina mata dan di dalam telinga.

    3.      Neuron multipolar, mempunyai banyak dendrit dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan  
yang paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel saraf motoris pada cornu anterior dan        
lateralis medula spinalis, sel-sel ganglion otonom).

2.4 Fungsi sistem saraf

Secara umum, sistem saraf memiliki 3 fungsi pokok yang saling tumpang tindih, yaitu input sensoris,
integrasi, dan output motoris. Input ialah penghantaran atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris,
misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses
penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian
dihubungkan dengan respon yang sesuai. Output motorik adalah penghantaran sinyal dari pusat
integrasi, yaitu Sistem Saraf Pusat ke sel-sel efektor, sel-sel otot, atau sel kelenjar yang
mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut (Campbell, 2004:201).

Gambar 3. input sensoris, integrasi, dan output motoris

Selain ketiga fungsi diatas berikut ini merupakan fungsi lainnya dari sistem saraf:

1.      Menerima berbagai sensasi dari dari dalam dan luar tubuh.

2. Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan dan
memikirkannya.

3.      Menyimpan memori atau melepaskannya bila dibutuhkan.

4.      Mengekspresikan emosi.

5.      Mengirimkan pesan untuk otot, kelenjar endokrin dan organ lainnya.

6.      Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau menghadapi


bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.

2.5  Klasifikasi Saraf

Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat (SSP atau Central  Nervous
System,CNS) dan sistem saraf tepi  (SST atau Peripheral Nervous System, PNS). Sistem saraf pusat
(SPP) meliputi otak dan sumsum tulang belakang.

      1.      Sistem Saraf Pusat

      a.       Otak
Gambar 4. Otak dilihat dari samping

Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam tulang tengkorak dan
diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput meninges dibedakan menjadi tiga,
yaitu lapisan keluar yang melekat pada tulang(duramater), lapisan tengah yang berbentuk saraf laba-
laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak (piamater). Diantara
arachnoid dan piamater terdapat ruang yang cairan yang merupakan pelindung otak jika terjadi
benturan. Otak merupakan ujung snterior tabung neural yang membesar. Pada manusia besaran itu
begitu besar sehingga persamaannya dengan sumsum tulang belakang tidak jelas.

            Pada embrio yang muda terdapat 3 pembesaran yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang. Tetapi otak depan dan otak belakang kemudian terbagi lagi hingga pada orang dewasa
terlihat 5 bagian. Otak depan, terbagi menjadi telensefalon dandiensefalon. Otak belakang terbagi
menjadimetensefalon yang bagian dorsalnya membentuk serebelum, dan mielensefalon yang
menjadi medula oblongata.

Serebrum (otak besar) memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan mengandung ratusan juta
neuron. Korteks (bagian luar) serebrum berwarna abu-abu disebut substansi grissea, dan medulla
(bagian dalam) berwarna putih disebut subtansi alba.
Gambar 5. Perkembangan Embrionik Otak

      1.)    Otak depan (Prosensefalon)

            Derivat utama dari otak depan adalah hemisfer serebrum, talamus, hipotalamus, dan kelenjar
pituitari. Hemisfer serebrum merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia, dan
memiliki empat lobus (frontalis, pariental, oksipital, dan temporal). Hemisfer serebrum berfungsi
mengontrol prilaku yang telah dipelajari, pusat kesadaran, kecerdasan, ingatan, dan interprestasi
kesan.

Talamus ialah bagian yang memproses seluruh rangsangan sebelum disampaikan kebagian otak.
Talamus mengontrol ordinasi manifestasi luar dari emosi. Misalnya dengan merangsang talamus
pada seekor kucing dapat menimbulkan gejala kemarahan, bulu berdiri, cakar menjulur keluar,
punggung membungkuk, dan lain sebagainya.

Sedangkan hipotalamus berperan penting dalam mengontrol sejumlah fungsi autonom, seperti


mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus, keseimbangan metabolisme karbohidrat dan
lemak, tekanan darah, tingkah laku, tidur. Selain itu ia juga mengontrol fungsi tertentu kelenjar
pituitari/ kelenjar hipofisis dengan menghasilkan faktor pelepas. Kelenjar pituitari merupakan
kelenjar endokrin yang terletak dilekuk kecil pada dasar tengkorak.

    
        2.)    Otak Tengah (Mesensefalon)

            Otak tengah manusia cukup kecil dan tidak mencolok, bagian-bagiannya berupa lobus optik
(kolikulus superior) sebagai pusat pengatur gerak bola mata, refleks pupil dan refleks akomodasi dan
bagian kolikulus inferior yang merupakan pusat dari auditori (pendengaran). Selain itu otak tengah
juga mengandung sekelompok sel saraf yang mengatur tonus otot dan postur tubuh.

          
          3.)    Otak belakang (rombensefalon)

            Otak belakang terdiri dari serebelum dan medula oblongata. Serebelum berkembang dari
bagian dorsal metensefalon dan menjadi pusat keseimbangan dan koordinasi/ gerakan. Serebelum
menerima informasi dari otot dan telinga, memntau orientasi tubuh dalam ruang, derajat kontraksi
otot rangka, dan memantau kedudukan posisi tubuh.

Sedangkan medula oblongata terletak dibagian antara sumsum tulang belakang dengan bagian otak
lainnya, fungsinya mengatur denyut jantung, tekanan darah, gerakan pernafasan, sekresi ludah,
menelan, gerak peristaltik, batuk, ataupun bersin.

      b.      Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang memiliki 2 fungsi utama, yaitu sebagai penghubung impuls yang berasal
dari otak serta sebagai pusat gerak refleks. Sumsum tulang belakang menempati rongga tulang
belakang dan berbentuk memanjang. Selaput pembungkusnya sama seperti otak, terdiri
dari durameter, arachnoid, dan piameter.
Gambar 6. Penampang melintang sumsum tulang belakang

      2.      Sistem Saraf Tepi (SST)

Menurut asal dan hubunganya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi saraf otak dan saraf sumsum
tulang belakang. Saraf otak adalah saraf yang keluar dari otak menuju alat-alat indra, misalnya mata,
telinga, hidung, atau menuju otot-otot dan kelenjar tertentu. Saraf otak terdiri atas 12 pasang.Saraf
sumsum tulang belakang adalah saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang menuju alat-alat
gerak tubuh, seperti lengan dan kaki, serta otot tubuh lain seperti otot dada dan leher. Saraf ini
terdiri atas 31 pasang.

Selain kedua saraf tersebut, pada sistem saraf tepi juga terdapat saraf tak sadar (saraf otonom) yang
berfungsi mengatur kegitan organ tubuh yang bekerja diluar kesadaran. Saraf otonom terdiri
atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem kerja keduanya saling berlawanan.

2.6  Neuroglia

Neuroglia (berasal dari kata “nerve glue”) yang pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Virchow pada
tahun 1854. Neuroglia tersusun atas berbagai macam sel yang secara keseluruhan menyokong,
melindungi, dan berperan sebagai sumber nutrisi bagi sel saraf (Neuron), baik pada susunan saraf
pusat (SSP) maupun pada susunan  saraf tepi (SST). Sel-sel glia memegang peranan penting dalam
menunjang aktivitas neuron. Sel ini sangat penting bagi integritas struktur sistem saraf dan bagi
fungsi normal neuron.

Neuroglia ialah sel penyokong bagi neuron-neuron SSP, sedangkan sel schwann menjalankan fungsi
tersebut pada SST. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula spinalis. Neuroglia jumlahnya
lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Berbeda
dengan neuron, sel glia tidak membentuk atau mengeluarkan impuls saraf. Sel ini berkomunikasi
dengan neuron dan diantara mereka sendiri melalui sinyal kimiawi. Sel glia berfungsi sebagi jaringan
ikat SSP dan karenanya membantu menunjang neuron baik secara fisik maupun metabolik. Sel-sel ini
secara homeostatis mempertahankan komposisi lingkungan ekstra sel khusus yang mengelilingi
neuron di dalam batas-batas sempit yang optimal bagi fungsi neuron(Muttaqin, 2008:7).
Menurut Muttaqin (2008: 7-8) ada 2 jenis neuroglia, yaitu Nueroglia SPP dan Neuroglia SST. Berikut
ini penjelasan tentang neuroglia:

     1.      Nueroglia SPP

Ada 4 macam neuroglia SPP yang berhasil diidentifikasi yaitu: Astrosit, Oligodendrosi, Mikroglia, dan
sel ependim.

     a.       Astrosit,

Astroglia atau astrosit (astro-bintang) merupakan sel glia terbesar dan terbanyak yang berbentuk
seperti bintang (astro-bintang). Sel ini memiliki fungsi penting diantaranya:

·         Sebagai barier darah otak. Kandungan dalam sirkulasi tidak bisa masuk ke dalam cairan
interstisial dari SSP. Jaringan neural harus terisolasi dari sirkulasi umum karena hormon dan
beberapa zat kimia dalam darah akan menghambat fungsi dari neuron.

·         Sebagi perekat utama SSP, astrosit menyatukan neuron-neuron dalam hubungan ruang yang
benar.

·         Sebagai perancah untuk menuntun neuron ke tujuan akhir selama perkembangan otak masa
janin.

·         Penting dalam perbaikan cedera otak dan dalam pembentukan jaringan parut saraf.Didalam
SSP kerusakan dari jaringan neuron akan merusak fisiologi dari neuron. Astrosit akan memperbaiki
atau mencegah kerusakan lebih lanjut dari neuron.

·         Meningkatkan pembentukan sinaps dan memodifikasi transmisi sinaps.

    b.      Oligodendroglia

Oligodendroglia/ oligodendrosit berbentuk lebih kecil daripada astrosit dengan cabang


sitoplasmanya lebih pendek dan jumlah cabang sedikit. Intinya kecil, dan sitoplasma disekitar inti
sedikit. Mengandung ribosom, kompleks golgi, mikrotubulus dan nuerofilamen. Oligodendroglia
bertanggung jawab dalam pembentukan mielin dalam SSP. Setiap oligodendroglia mengelilingi
beberapa neuron dan membran plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga membentuk
selubung mielin. Sedangkan mielin pada SST di bentuk oleh sel-sel schwann.

     c.       Mikroglia

Merupakan sel pertahanan imun SSP. Sel ini sejenis dengan sel darah putih yang meninggalkan darah
dan membentuk lini pertama pertahanan di berbagai jaringan di seluruh tubuh. Mikroglia berasal
dari jaringan sumsum tulang yang sama dengan yang menghasilkan monosit.

     d.      Sel Ependim, berfungsi melapisi bagian dalam rongga otak dan medula spinalis, ikut
membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel punca neuron dengan potensi membentuk
neuron dan glia baru.

      2.      Neuroglia Sistem Saraf Perifer

Sel Schawann adalah sejenis sel glia yang disebut menurut nama seorang ilmuan jerman, Theodor
Schwann. Pada akson sistem saraf tepi, sel schawann memungkinkan terjadinya transduksi sinyal
elektrik dari dendrit menuju terminal akson, dengan melilitkan membran plasmanya secara
konsentrik sepanjang akson yang dikenal sebagi selubung mielin.

Pada sistem saraf pusat, selubung mielin terbentuk oleh oligodendosit. Sel schawann sebagi neuron
unipolar, sebagaimana oligodendosit membentuk mielin dan neurolemma pada SST.
Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel-sel schawann yang
membungkus serabut neuron dalam SST, baik yang bermielin maupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai