Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
dapat mengurangi jumlah pengangguran. Kebijakan ini diambil pada saat dalam
perekonomian negara terdapat banyak pengangguran dan kapasitas produksi belum
optimal. Kebijaksanaan ekspansi ini dapat dilakukan dalam kebijaksanaan moneter
ataupun fiskal, yang tentunya kebijakan yang diambil harus mampu memperoleh hasil
berupa peningkatan dalam pendapatan nasional dan penurunan dalam jumlah
pengangguran. Sedangkan kebijaksanaan kontraksi adalah kebijksanaan yang
bertujuan untuk kegiatan perekonomian. Dari kebijakan ini diharapkan akan terjadi
penurunan agregat, pendapatan riil, menurunkan laju inflasi dan menurunkan defisit
neraca pembayaran. Kebijakan kontraksi umumnya dilakukan pada masa
perekonomian yang sedang over-employment. Keadaan ini, permintaan agregatif
melebihi kapasitas produksi nasional. Kondisi ini biasanya ditandai dengan terjadi
inflasi yang tinggi dan defisit neraca pembayaran yang terus – menerus. Dari
pengambilan kebijaksanaan kontraksi ini, diharapakan kegiatan perekonomian
berjalan dengan kondisi tingkat inflasi dan defisit neraca pembayaran mengalami
penurunan.
Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan
sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui
berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, dan jalur ekspektasi.
biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar
bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat
berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan
melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan
suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang
melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit
dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan
penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga
belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila
prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,
perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau
tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) turun
atau selisih pajak (∆T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat
kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).
LM0 dan IS0 adalah keseimbangan pasar uang dan pasar barang. Pada suku
bunga i1 ekuibrium antara jumlah uang yang beredar dan permintaan akan uang
terjadi pada tingkat pendapatan Y1, sedangkan ekuilibrium antara permintaan dan
penawaran barang terjadi pada tingkat pendapatan Y2. Hanya ada satu suku bunga i0,
dimana pasar uang dan pasar barang berada dalam keseimbangan pada tingkat
pendapatan Y0. Suku bunga ini ditentukan oleh titik perpotongan antara kurva IS dan
LM.
Perubahan Pengeluaran Pemerintah Dan Perpajakan (Kebijakan Fiskal)
Perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau pajak-pajak juga menyebabkan
pergeseran dalam skedul (kurva) IS . Misalnya dalam gambar, kenaikan pengeluaran
pemerintah menggeser skedul IS ke kanan sebesar keΔG. Tetapi, perubahan tingkat
pendapatan ekuilibrium adalah kurang dari keΔG (yaitu sebesar Y0 ke Y1, bukan Y0
ke Y2). Bila tingkat pendapatan naik, jumlah permintaan uang untuk keperluan
transaksi meningkat, dan hanya tersisa sedikit untuk motif spekulasi. Hal ini akan
menaikkan suku bunga, yang selanjutnya dapat mengurangi volume investasi dan
Ekonomi Makro 9
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam
Pembangunan Ekonomi di Indonesia
Kurva LM bergeser sebagai akibat dari perubahan (1) permintaan akan uang
untuk motif transaksi, (2) permintaan akan uang untuk motif spekulasi, dan (3)
jumlah uang. Dalam bagian ini kita melihat pergeseran kurva LM yang disebabkan
oleh adanya perubahan jumlah uang beredar. Dalam Gambar di atas, kurva LM
bergeser ke kanan sebesar ΔM(1/k) sebagai akibat dari kenaikan jumlah uang beredar.
Kenaikan tingkat pendapatan dari Y0 menjadi Y1 adalah lebih kecil dari Y2 – Y0
(yaitu pergeseran kurva LM).
Ekonomi Makro 10
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam
Pembangunan Ekonomi di Indonesia
masyarakat hanya memperoleh kredit sebesar OIm dan sebagian yang lain harus
mengambil kredit dengan bunga mekanisme pasar.
Dengan asumsi distribusi tinggi rendahnya marginal efficiency of investment
(MEI) bagi sebagian masyarakat yang memperoleh kredit murah sama dengan
MEI masyarakat yang tidak memperoleh kredit murah, maka kurva permintaan
investasi menjadi ABCID
MEI adalah hubungan negatif antara investasi (I) dan tingkat bunga (r)
c) Pada tingkat bunga setinggi ID, maka tidak ada yang mengambil kredit dan
masyarakat yang berinvestasi hanya yang memperoleh kredit murah.
d) Pada tingkat bunga antara rm sampai ID, masyarakat yang memperoleh kredit
murah akan berinvestasi sebesar OIm dan masyarakat (yang tidak memperoleh
kredit murah) harus mengambil kredit dengan bunga bebas, jika ingin melakukan
investasi.
e) Jika tingkat bunga setinggi P, maka masyarakat yang tidak memperoleh kredit
murah akan mengambil kredit sebanyak RT atau QS. Dengan tingkat bunga
setinggi P, maka masyarakat akan mengambil kredit sebanyak PT
f) Jika tingkat bunga dibawah rm, maka tidak ada masyarakat yang mengambil
kredit murah dan mengabil kredit dengan tingkat bunga sebesar rm dan kurva
permintaan investasi yang berlaku adalah CID
g) Dengan demikian kurva permintaan investasi adalah ABCID
LM
Bentuk kurva LM mencakup 3 bagian:
CR Daerah klasik (classical range)
IR Daerah jerat likuiditas (Liquidity trap range)
Daerah tengah (Intermediate range)
LTR
Ekonomi Makro 13
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam
Pembangunan Ekonomi di Indonesia
r r LM1 LM2
L2 Y
Y1 Y2
M M
L1
M2 M2
M1 M1
L1 L2
M Y
Jika uang yang beredar OM1, maka kurva LM adalah Y1 LM1 dan OM2, maka kurva
LM adalah Y2LM2.
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan
nasional dan tingkat bunga.
L1 = kY dan k = f (r). Semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil k dan
sebaliknya.
Ekonomi Makro 14
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam
Pembangunan Ekonomi di Indonesia
C. Penawaran Agregatif
Hubungan antara investasi dan kapasitas produksi nasional dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Y
K Y1 Y2
COR
K2
K1
Sumbu horisontal menunjukkan kapasitas produksi nasional dan sumbu
vertical menunjukkan stok kapasitas nasional.
Y=Q k1 dan kapasitas
Pada periode 1, besarnya stok kapasitas nasional sebesar
Qm1
produksi nasional Qm2
Qm1
Ekonomi Makro 15
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam
Pembangunan Ekonomi di Indonesia
Investasi neto sebesar k1k2, maka jumlah stok kapasitas nasional sebesar k2,
sehingga kapasitas produksi nasional meningkat menjadi Qm2.
Dengan memperhatikan:
Jumlah penduduk terus meningkat (angkatan kerja meningkat)
Stok capital perkapita rendah (sumber daya modal masih rendah), sehingga
jumlah TK lebih besar dari stok capital
Tingkat harga terus menaik maka variable agregat perekonomian kita adalah
kapasitas produksi nasional (OQm).
DAFATAR PUSTAKA
Soediyono. 1997. Analisa IS-LM dan Permintaan Agregatif. Liberty : Yogyakarta.