Anda di halaman 1dari 46

Contents

BAB I.............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
Latar Belakang...............................................................................................................2
Rumusan Masalah..........................................................................................................5
Tujuan Penelitian...........................................................................................................5
Manfaat Penelitian.........................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................7
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN.........................................44

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap

perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai

usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley,

2006). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat

berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam

penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah

kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008).

Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah

hipertensi. Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun.

Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah

usianya. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang

dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi

di Amerika (Yogiantoro, 2006). Berdasarkan data Depkes (2008), prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Proporsi mortality rate hipertensi di seluruh

dunia adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian. Sebagian besar kasus hipertensi di

masyarakat belum terdeteksi dan tidak diketahui penyebabnya. Keadaan ini tentu

2
sangat berbahaya yang menyebabakan kematian dan berbagai komplikasi seperti

stroke. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit stroke

dan tuberkulosis mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di

Indonesia. Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Riskesdas, 2007).

Pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 7% naik menjadi 16% pada kelompok

umur 35-44 tahun dan kelompok umur 65 tahun atau lebih menjadi 29% (Survey

Kesehatan Nasional, 2001).

Meningkatnya kasus hipertensi menjadi masalah yang cukup besar.

Pemerintah mengadakan penanggulangan hipertensi bekerjasama dengan

Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH)

membuat kebijakan berupa pedoman penanggulangan hipertensi sesuai kemajuan

tekhnologi dan kondisi daerah (local area specific), memperkuat logistik dan

distribusi untuk deteksi dini faktor resiko penyakit jantung dan hipertensi,

mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan serta memperkuat jejaring serta

memonitoring dan evaluasi pelaksanaan.

Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat pengetahuan

keluarga maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi hipertensi

diharapkan dapat mengontrol tekanan darah yaitu mengurangi konsumsi garam,

membatasi lemak, olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum alkohol,

menghindari kegemukan atau obesitas (Gunawan, 2001 cit Yanti, 2008).

Pengetahuan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dilatarbelakangi oleh tiga

faktor yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai,

3
tradisi keluarga, faktor pendukung meliputi ketersediaan sumber fasilitas, faktor

pendorong meliputi sikap, perilaku petugas kesehatan, anggota keluarga dan teman

dekat (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Mubarak dkk, 2007). Peningkatan pengetahuan penderita hipertensi

tentang penyakit akan mengarah pada kemajuan berfikir tentang perilaku kesehatan

yang lebih baik sehingga berpengaruh terhadap terkontrolnya tekanan darah.

Penelitian Mardiyati (2009), menunjukkan bahwa penderita hipertensi

mempunyai sikap yang buruk dalam menjalani diet hipertensi, hal tersebut

disebabkan oleh faktor pengetahuan penderita hipertensi. Sikap merupakan suatu

tindakan aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari perilaku. Menurut

(WHO, 1992 cit Notoatmodjo, 2007), perilaku seseorang adalah penyebab utama

menimbulkan masalah kesehatan,tetapi juga merupakan kunci utama pemecahan.

Perilaku merupakan faktor kedua terjadi perubahan derajat kesehatan masyarakat.

Sementara Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP ) UPT Puskesmas

Talangpadang memaparkan bahwa di Wilayah Puskesmas Ciwandan pada tahun 2019

ditemukan 8704 kasus hipertensi, dan ditemukan 984 kasus hipertensi. Kegiatan di

poli lansia mendeteksi angka yang cukup tinggi pada penderita hipertensi. Tidak

terkontrolnya tekanan darah pada lansia karena kurangnya pengetahuan dan

manajemen perilaku yang berpengaruh sangat penting terhadap penyakit hipertensi.

4
Pasien harus mampu memahami penyakit yang dideritanya, dalam upaya

pengontrolan hipertensi maka perilaku penderita juga harus baik, agar keduanya dapat

menunjang dalam peran pengendalian penyakit tidak menular yaitu hipertensi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan

dan Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya

Tekanan Darah di. wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita

Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciwandan Tahun 2020.

1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan penderita hipertensi dalam upaya

mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah?

2. Bagaimanakah perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak

terkontrolnya tekanan darah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita

Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di

Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

5
a. Diketahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di

wilayah Kerja Ciwandan Tahun 2020dalam Upaya Mencapai Tekanan

Darah Terkontrol.

b. Diketahuinya Gambaran Tingkat Perilaku Penderita Hipertensi di Wilayah

Kerja Ciwandan Tahun 2020 dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah

Terkontrol.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman

bagi penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.

b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani

program internsip dokter umum Indonesia.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang

cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Ciwandan

dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit

hipertensi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di

dalam arteri. Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari

peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara

tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada

populasi manula hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth vol 2 : 896).

Hipertensi menurut Manjoer dkk (2001) hipertensi adalah tekanan sistolik ≤

140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat

anti hipertensi. Hipertensi (HTN) adalah peningkatan tekanan darah arteial abnormal

yang langsung terus-menerus (Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2:1).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup

(sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung

mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah

sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik.tekanan darah manusia

selalu berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.

7
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,di mana

tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih

tinggi di peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah

akan di peroleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah di tulis

sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,misalnya 120/80 mmHg, di

baca seratus dua puluh per delapan puluh.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam

kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan

bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan

sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat

sampao usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun

drastis.

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati

akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi,

hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan

seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki

tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah juga

diperngaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan

8
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga

berbeda; paling tinggi di waktu pagi ahri dan paling rendah pada saat tidur malam

hari.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7)

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1

dibawah (Gray, et al. 2005).

Tabel 2.1.Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation

and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia

WHO dengan International Society of Hipertention membuat definisi

hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140

mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau

sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi

yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis

9
kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada

pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).

2.2 Penyebab Penyakit Hipertensi

Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan

oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun

hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi. Faktor-faktor

tersebut antara lain faktor keturunan, ciri perseorangan dan kebiasaan hidup.

a. Faktor Keturunan

Dari data statistik terbukti seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis

kelamin dan umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan

tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita.

Juga statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit

hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.

c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hirup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi, kegemukan (makan berlebihan) stres dan pengaruh lain.

1) Konsumsi garam yang tinggi

10
Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh

suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia

kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat

menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik

(pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah.

2) Kegemukan atau makan berlebihan

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari

berat badan ideal obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang

berlebihan dengan perhitungan IMT ≥ 27,0. Pada orang yang menderita obesitas

ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat oleh sebab itu lebih

cepat merasa gerah dan kelelahan akibat dari obesitas para penderita cenderung

menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus.

3) Stres atau ketegangan jiwa

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak

menentu) stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi.

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam rasa

takut) dapat merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan

memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah

akan meningkat, jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha

11
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis, gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

(Anjali, Arora, 2008).

4) Pengaruh lain

Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah yaitu.

a) Merokok

Nikotin penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak

dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang

pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan

tekanan kontraksi otot jantung selain itu meningkatkan kebutuhan oksigen

jantung dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) serta

berbagai kerusakan lainnya. (Anjali Arora, 2008)

b) Minuman beralkohol

c) Olahraga

Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat

memacu emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah

seperti tinju, panjat tebing dan angkat besi. (Kuswandi, 2004).

Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki,

bersepeda, senam, berenang dan aerobic, olahraga yang bersifat kompetisi dan

meningkatkan kekuatan tidak dibolehkan bagi penderita hipertensi karena

akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan darah.

12
d) Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin. (Lany Gunawan,

2001)

2.3 Gejala Penyakit Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang

dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan

kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih

serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut

sebagai silent killer karena dua hal yaitu:

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus,

gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang

berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan

mengukur secara teratur.

b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar

untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan

jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.

Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul

gejala berikut:

13
1. Sakit kepala

2. Kelelahan

3. Jantung berdebar-debar

4. Mual

5. Muntah

6. Sesak nafas

7. Gelisah

8. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung dan ginjal.

9. Telinga berdenging

10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Trisha Macnair,

2007).

2.4 Patosifisiologi

ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting

dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi

di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin 1, oleh

ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II (peranan

kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

14
a. Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH

diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk

mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat

sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume

darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan

hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur

volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan

cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang

pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Astawan, 2005).

2.5 Penatalaksaan

Bagi penderita tekanan darah tinggi penting mengenal hipertensi dengan

membuat gaya hidup positif. Jika anda baru saja menemukan tekanan darah anda

tinggi atau tidak normal, tidak perlu khawatir ada 7 langkah untuk mengatasinya

antara lain:

a. Mengatasi Risiko

Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki sejarah

keluarga penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan berlebihan?

15
Apakah anda makan makanan berkadar garam tinggi? Apakah anda cukup

olahraga atau apakah anda merokok? Jika jawaban anda ya pada salah satu

pertanyaan diatas anda berisiko memiliki tekanan darah tinggi.

b. Mengontrol pola makan

Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan berlemak dan

mengandung garam.

c. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)

Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah satu faktor

pemicu tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar adalah sumber terbaik

bagi kedua nutrisi tersebut.

d. Makan makanan jenis padi-padian

Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition

ditemukan pria yang makan sedikitnya satu porsi perhari sereal dari jenis padi-

padian kecil kemungkinan terkena penyakit hingga 20%.

e. Tingkat aktifitas

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan

darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk

tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jika anda

menyandang tekanan darah tinggi, latihan aerobic sedang selama 30 menit sehari

selama beberapa hari setiap minggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis

16
latihan yang dapat mengontrol tekanan darah adalah : berjalan kaki, bersepeda,

berenang, aerobic. (Trisna Macnair, 2007).

Tidak diragukan meningkatkan aktifitas dapat menurunkan risiko tekanan darah

tinggi, anda tidak perlu berolahraga seperti seorang atlet hanya 30 menit sampai

45 menit 5 hari dalam seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi.

f. Sertakan bantuan dari kelompok pendukung

Sertakan keluarga dari teman menjadi kelompok pendukungn pada pola hidup

sehat dukungan dan partisipasi orang lain membuatnya lebih mudah dan lebih

asyik dalam menjalankan dietnya. Bagi setiap orang dukungan keluarga berhasil

dalam membuat perubahan gaya hidup untuk mencegah tekanan darah tinggi.

g. Berhenti merokok

Jika anda tidak merokok itu baik bagi anda, jika anda merokok berhenti sekarang

juga. Walaupun merokok tidak ada kaitanya dengan timbulnya hipertensi.

Merokok dapat menimbulkan risiko komplikasi lainnya seperti penyakit jantung

dan stroke.

h. Alatihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, relaksasi

dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil

membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan dilakukan dengan

mendengarkan musik atau bernyanyi.

17
2.6 Pengobatan pada tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Pengobatan pada penyakit tekanan darah tinggi harus memperhatikan terlebih

dahulu faktor penyebabnya oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksakan

kesehatanya kepada dokter yang sama agar dokter dapat mengikuti riwayat penyakit

pasien dengan demikian dokter akan memiliki obat yang tepat.

a. Pengobatan pada golongan khusus

1) Hipertensi pada golongan khusus

Obat anti hipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan diastolenya ≥ 90

mmHg pada trimester pertama dan ≥ 100 mmHg para trimester ketiga.

2) Hipertensi pada dislipidemia

Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah

gemfibrozil ini dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL

trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.

3) Hipertensi pada pembuluh darah otak

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh

darah, apabila yang pecah adalah pembuluh darah otak keadaan ini dikenal

dengan stroke.

4) Hipertensi pada penyakit jantung

18
Pemberian obat pada hipertensi dengan kelalian jantung harus disesuaikan

dengan jenis gangguan pada jantung dan derajat hipertensinya. Pemeriksaan

fungsi jantung perlu dilakukan untuk menentukan pengobatanya.

5) Hipertensi pada gagal ginjal

Pengobatan pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar yakni

pengobatan pada refrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna,

pengobatan pada nefrosisklerosis benigna dilakukan secepatnya hingga

mendekati normal penurunan tekanan darah yang cepat akan mengurangi

kerusakan akibat nekrosis arteroti sehingga dalam jangka panjang diharapkan

terjadi perbaikan fungsi ginjal.

b. Perubahan gaya hidup

Gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan

berbagai penyakit degeneratif lainnya adalah:

1) Mengurangi konsumssi garam dan lemak jenuh

2) Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (tidak mengeluarkan tenaga

terlalu banyak seperti berenang, jogging (jalan kaki cepat), naik sepeda)

3) Meningkatkan porsi buah-buahan dan sayuran segar dalam pola makan

4) Mengkonsumsi kalium dalam jumlah tinggi seperti semangka, avokad, kismis,

pisang, tomat, kentang dan biji bunga matahari dapat membantu menjaga

tekanan darah agar tetap normal.

19
5) Menjauhkan dan menghindarkan stress dengan pendalaman agama sebagai

salah satu upayanya.

c. Pengaturan Makanan

Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya

dnegan mengurangi konsumsi lemak dan diet rendah garam dan diet rendah

kalori. Jumlah kalori yang diberikan pada diet rendah kalori disesuaikan dengan

berat badan.

Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi diantaranya:

1) Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken

2) Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin II, Alfa


bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.

3) Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria

inhibitor ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik

terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan

disfungsi sistolik). (Mansjoer dkk, 2001).

Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat

disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau

mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah

adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis obat dapat

dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama

satu tahun.

20
1. Diuretik

Diuretic adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran

garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah akan turun dan efek

hipotensifnya kurang kuat.

Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga

dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic yang hemat kalium seperti

spironolacton, HCT, Furosemide.

2. Alfa-Bloker

Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan

vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek hipotensinya ringan

sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi ostotatik dan

tachikardia maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin.

3. Beta-Blocker

Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga kerjanya

berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi

kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya

hipotensinya baik. Seperti : propanolol, bisoprolol, dan antenolol.

4. Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga

menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah,

21
penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti reserpine,

clonidine dan metildopa

5. Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola sehingga daya

tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun seperti hidralazine

dan tecrazine.

6. Antagonis Kalsium

Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion kalsium

ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya tekanan

darah seperti : nipedipin,amlodipine, dan verapamil.

7. Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat

angiotensin converting enzyme yang berdaya vasodilatori kuat seperti captopril,

lisinopril. (Lany Gunawan, 2001).

Tabel 2.3
Beberapa obat antihipertensi yang sering dipakai

No Jenis obat Dosis sehari (mg) Frekuensi


Min Maks pemakaian sehari
1 Diuretik
HCT 12,5-25 50 1x
Chlorbalidone 12,5-25 50 1x
Indopamide 2,5 5 1x
Spironolactone 2,5 10 1x
2 Bekerja netral
Clonidene 0,1 1,2 2x
Gufacine 1 3 1x

22
Methidopa 250 2000 2x
3 Penyakit alfa-1
Prozoin 1-2 20 2x
Doxazosin 1-2 15 1x
Terazosin 1-2 20 1x
4 Penyakit beta
Metoprolol 50 200 1x
Atenolol 25 150 1x
Propanolol 40 320 1x
Acebutolol 200 1200 1x
5 Vasodilator
Hydralazine 50 300 2x
Ecarazine HCL 30 120 2x
6 Penghambat ACE
Captopril 25-50 300 1-3x
Lisinopril 5 40 1x
Enalapril 2,5-5 40 1-2x

d. Pencegahan Hipertensi dengan cara tradisional

Banyak ramuan tradisional yang dapat dipercaya untuk menurunkan tekanan

darah, beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratories contoh yang berkhasiat

menurunkan tekanan darah: cincau hijau, daun dan buah alpukat, mengkudu

masak (pace), mentimun, daun seledri, daun selada dan bawang putih.

Tabel 2.4
Efek Samping obat anti hipertensi

Golongan obat Efek samping


Thiazide/diuretic menyerupai thiaziae - Kadar kalium dalam darah rendah
misalnya aprinox (dideteksi dengan pemeriksaan darah)
- Toleransi glukosa terganggu (kadar
glukosa darah diatas normal) terutama
jika dikombinasi dengan beta blocker
(dideteksi pemeriksaan darah)
- Peningkatan kadar kolesterol LDL,
trigliserida dan asam urat (cek darah
dan urine).

23
- Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)
- Gout (radang pada persendian akibat
peningkatan kadar gula)
Alfa blocker - Inkontinensia
(misalnya cardura) - Rasa melayang pada saat berdiri
Beta-blocker - Kadar glukosa tidak terkontrol
(misalnya cardicor) - Latargi (lesu)
- Gangguan memori dan kosentrasi
- Gejala penyakit arteri perifer
memburuk, sirkulasi yang buruk pada
tungkai.
Inhibitor ACE - Batuk
(misalnya capoten) - Fungsi ginjal memburuk
- Hipotensi (akut, penurunan tekanan
darah tiba-tiba)
- Ruam
Blocker kenal kalsium golongan non- - Edema perifer (akumulasi cairan dan
dihydropyridine misalnya ticdiem pembengkakan di mata kaki)
- Pembesaran gusi dan konstipasi

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi

bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari

penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,

(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan

EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).

2.8 Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya

dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang

berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran

tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat

24
selama 5 menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80%

lengan) tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang

terbaik.

Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,

riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung

koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit

dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan

aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan

efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial

lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).

Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau

lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji

perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan

funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk

mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,

2001).

2.9 Komplikasi

Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi

seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan

mata. Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir

pada kegagalan jantung. Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,

kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk

menggambarkan tingkat pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya

mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah Tahun 2020.

Metode yang digunakan yaitu pendekatan cross-sectional yang dilakukan

secara murni untuk mengadakan deskripsi tanpa dilakukan analisis yang mendalam.

Pendekatan cross-sectional adalah penelitian dimana variabel-variabelnya di

observasi sekaligus pada waktu yang sama. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di poli lansia Puskesmas Rawat Inap

Ciwandan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Febuari 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

26
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam

penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang datang di poli lansia Puskesmas

Rawat Inap Talang Padang Tahun 2020.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti. Pada penelitian ini

diambil sampel sebanyak 20 orang.

3.4 Kriteria Inklusi Dan Ekslusi

` Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel yang

dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan. Sampel dalam

penelitian ini ditentukan dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eklusi.

1. Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau, dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria iknlusi dalam

penelitian ini adalah :

a. Lansia yang bisa membaca dan menulis

b. Lansia yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria eklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat penelitian, menolak menjadi partisipan atau
suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian. Kriteria eklusi
dalam penelitian ini adalah:
a. Lansia yang pada saat melakukan pengisian kuesioner tidak melanjutkan
pengisian karena hal seperti sakit

27
b. Lansia yang mengundurkan diri dari responden

3.5 Variabel Dan Definisi Operasional

Definisi Alat Skala


No Variabel Cara ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Aspek yang Kuesioner Wawancara Baik, jika Ordinal
diketahui dan responden
mampu diingat dapat
oleh responden menjawab
tentang upaya ≥7.
mencegah Kurang, jika
kekambuhan responden
penyakit tidak bisa
hipertensi. mejawab < 7.

2 Perilaku Upaya dalam Kuesioner Wawancara Baik, jika Ordinal


mencegah responden
kekambuhan melakukan
penyakit upaya dalam
hipertensi. mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi ≥ 7
Kurang, jika
responden
tidak
melakukan
upaya dalam
mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi < 7

28
3.6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan


data, data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh secara langsung diambil dari
subjek penelitian oleh peneliti yaitu jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui
pengisian kuesioner oleh responden yang terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Kuesioner A
Kuesioner ini berisi data demografi. Kusioner ini digunakan untuk
mengetahui karakteristik responden yang meliputi usia, pendidikan.
b. Kuesioner B
Kuesioner B adalah kuesioner yang berisi data tentang pengetahuan dan
prilaku yang berkaitan dengan hipertensi.

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Puskesmas Ciwandan


Puskesmas Ciwandan yang beralamat di jalan  lingkar Selatan Link. Jangkar
Kulon Rt 09 Rw.04 Kelurahan Tegal Ratu Kecamatan Ciwandan. Saat ini Puskesmas
DTP Ciwandan berlokasi di Jl. Lingkar Selatan Link. Jangkar Kulon Rt. 09 Rw. 04
Kelurahan Tegal Ratu Kecamatan Ciwandan. Luas Kecamatan Ciwandan adalah
29.227 Km2, yang dibatasi oleh :
ü  Sebelah Utara : Laut Jawa atau Selat Sunda

ü  Sebelah Timur : Kecamatan Citangkil

ü  Sebelah Selatan : Kecamatan Mancak

ü  Sebelah Barat : Kecamatan Anyer dan Selat Sunda

Sepanjang pantai atau sebelah utara jalan otonomi propinsi merupakan


kawasan  industri dan terdapat pula pelabuhan khusus dan  umum, sedangkan sebelah
selatan merupakan  kawasan pemukiman  penduduk yang sebagian besar sawah
tadah hujan, tegalan serta perbukitan. Sedangkan wilayah timur berbataan dengan
Kecamatan Citangkil adalah daerah persawahan dan ladang, wilayah barat berbatasan
langsung dengan Kecamatan Anyer dan Selat Sunda atau biasa disebut dengan
pesisir.

Wilayah Kecamatan Ciwandan terdiri dari 6 Kelurahan, yang mencangkup 28 Rw


dan 111 Rt dengan masing-masing luas kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Gunung Sugih : 7.312 km2


2. Kelurahan Randakari : 4.490 km2
3. Kelurahan Kepuh             : 7.377 km2
4. Kelurahan Tegal Ratu : 4.688 km2

30
5. Kelurahan Kubang Sari : 3.240 km2
6. Kelurahan Banjar Negara : 2.120 km2

1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden adalah data umum responden yang terdiri atas umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir pada saat dilakukan penelitian yang dilaksanakan
di Puskesmas Talang Padang tepatnya di. Hasil karakteristik responden tersebut akan
diuraikan pada tabel berikut:
1. Umur
Pada penelitian ini didapatkan usia termuda yang mengisi kuisioner 49
tahun dan yang tertua adalah 77 tahun. Didapatkan usia <60 tahun sebanyak
16 orang dan usia lanjut atau > 60 tahun sebanyak 64 tahun. Rata-rata usia
perserta adalah 61,2 tahun.
Tabel 1. Sebaran responden berdasarkan usia
No Usia Jumlah Persentase
1 <60 tahun 16 53,3%
2 >60 tahun 14 46,67%
Jumlah 30 100%

2. Jenis Kelamin

Pada pemeriksaan ini didapatkan 23 orang perempuan dan 7 orang laki-laki.

Tabel 2. Jenis kelamin responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1 Laki-laki 7 76,67%
2 Perempuan 23 23,3%
Jumlah 30 100%

3. Tingkat Pendidikan

Didapatkan tingkat pendidikan terbanyak adalah Sekolah dasar yaitu 15

responden, tidak sekolah 11, dan 4 responden sekolah menengah pertama.

31
No Pendidikan Terahir Jumlah Persentase
1 Tidak Sekolah 11 35,67%
2 SD 15 50%
3 SMP 4 13,3%
Jumlah 30 100%

D. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai Gambaran Pengetahuan Penderita

Hipertensi Lansia Tentang Upaya Mencegah Kekambuhan Penyakit Hipertensi di

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini:

A. Gambaran Pengetahuan Penderita Hipertensi Lansia Tentang Upaya

Mencegah Kekambuhan Penyakit Hipertensi

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Penderita Hipertensi


Lansia Tentang Upaya Mencegah Kekambuhan Penyakit Hipertensi

Tingkat Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase


Pengetahuan sebelum (%) setelah (%)
penyuluhan penyuluhan
Baik 8 26,6 25 83,3
Kurang 22 73,3 5 16,6
Total 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan uraian hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari

30 lansia yang datang menjawab kuesioner yang diberikan pada saat sebelum

penyuluhan 8 (26,6%) yang mengetahui dengan baik mengenai hipertensi, sedangkan

yang tingkat pengetahuan kurang yaitu sejumlah 22 responden (73,3%). Sementara

itu setelah dilakukan penyuluhan dari 30 lansia yang datang menjawab kuesioner

yang diberikan terdapat 25 responden (83,3%) yang memiliki tingkat pengetahuan

32
baik dan sebanyak sejumlah 5 responden (16,6%) dengan tingkat pengetahuan

kurang.

Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan lansia

tentang risiko tinggi hipertensi dan cara pengendaliannya di poli lansia bulan Febuari

2020 dalam kategori kurang. Hal ini dikarenakan masih banyak lansia yang kurang

memahami tentang hipertensi dan pengendalian tekanan darahnya. Kurangnya

pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: rendahnya

tingkat pendidikan responden yang tidak sekolah dan tamatan sekolah dasar,

kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang

diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan responden yang sudah berusia lanjut

(diatas 60 tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi

kesehatan agak kurang. Faktor utama adalah karena usia responden yang sudah >60

tahun dan merasa tidak ada keluhan sehingga responden tidak merasa memiliki sakit

darah tinggi. Akibatnya, pasien tidak mengkonsumsi obat darah tinggi, tidak rutin

makan buah dan sayur, tidak olahraga, masih merokok, dan masih suka makan

gorengan hampir setiap hari, serta tidak memikirkan berat badan ideal. Namun, yang

perlu di garisbawahi adalah bahwa sebagian besar pasien masih salah tentang

pengetahuan bahwa seorang penderita hipertensi harus terus menerus minum obat,

rutin, setiap hari. Yang kebanyakan pasien tahu adalah bahwa minum obat hipertensi

jika ada keluhan saja atau ketika tensi darah naik.

33
Sehingga pemberian informasi melalui media cetak, leaflet, penyuluhan

tentang penyakit hipertensi harus lebih ditingkatkan. Agar para lansia memahami

kondisi dan mengenali penyakit yang dideritanya.

B. Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah

Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit Hipertensi.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gambaran Prilaku Penderita Hipertensi


Tentang Upaya Mencegah Tekanan Darah Tidak Terkontrol di Pekon
Talang Padang Mei 2019

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase


Prilaku sebelum (%) setelah (%)
penyuluhan penyuluhan
Baik 4 13,3 23 76,6
Kurang 26 86,6 7 23,3
Total 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam

mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 4 responden (13,3%) dan

responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan tidak terkontrolnya tekanan

darah penyakit hipertensi berjumlah 26 responden (86,6%). Hal ini menunjukan

bahwa sebagian besar responden kurang baik upayanya dalam mencegah tekanan

darah tidak terkontrol pada penyakit hipertensi. Tetapi bila dibandingkan dengan hasil

pengetahuan jumlah pasien dengan perilaku baik lebih kecil.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : ketakutan pasien

meminum obat darah tinggi setiap hari terus menerus karena “takut ketergantungan

obat”, merasa “takut zat kimia” dan akibatnya lebih banyak yang mencoba

34
“alternatif”, merasa “capek minum obat”. Memang, alasan tersebut manusiawi

karena penyakit ini adalah penyakit menahun yang bisa dikontrol namun tidak bisa

disembuhkan. Akibatnya pasien merasa jenuh. Faktor lain adalah kurangnya

dukungan keluarga dalam memotivasi responden untuk melakukan usaha dalam

mencegah kekambuhan penyakit hipertensi, kurangnya perhatian keluarga atau orang-

orang terdekat dari responden akan berpengaruh besar dalam keinginanya untuk

sembuh.. Oleh karena itu selain mengedukasi pasien, keluarga juga harus di edukasi

dan adalah lebih baik jika pasien berobat/kontrol tekanan darah didampingi oleh

keluarga.

Pasien yang rutin minum obat hanya 4 orang (13,3%) dan sebagian memiliki

catatan khusus bahwa pasien sempat mengalami stroke baik dengan gejala sisa atau

tanpa gejala sisa. Namun beberapa juga memang memiliki kesadaran tinggi untuk

menjaga agar tekanan darah tetap terkontrol.

Pengetahuan yang dimiliki diperoleh melalui berbagai tahap dan proses. Tidak

hanya dari pendidikan secara formal tapi juga pendidikan non-formal, yaitu melalui

penyuluhan, informasi dari media cetak dan elektronik. Penyuluhan merupakan salah

satu sarana para lansia untuk mendapatkan informasi mengenai hipertensi.

Penyuluhan-penyuluhan ini biasanya dilakukan di lingkungan tempat tinggal lansia,

di rumah sakit atau puskesmas tempat mereka memeriksakan kesehatannya.

35
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh

Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Ciwandan Tahun 2020 dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah

Terkontrol sebagai berikut:

1. Rata-rata usia responden yang dilakukan penilaian adalah 61,2 tahun dan

tinggkat pendidikan responden rendah bahkan banyak yang tidak bersekolah.

2. Pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan

penyakit hipertensi berpengetahuan baik sejumlah 8 responden (26,6%)

sisanya berpengetahuan kurang baik sejumlah 22 responden (73,3%)

3. Perilaku penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit

hipertensi berkriteria baik sejumlah 4 responden (13,5 %) dan responden

yang kurang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi

berjumlah 26 responden (86,6%)

B. Saran

1. Untuk Masyarakat

Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya

penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan

36
oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi

secara dini.

2. Untuk Petugas Kesehatan

Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi

tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang

upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi secara dini dan tindakan

apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan

pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan

kesehatan terdekat.

3. Untuk Penderita Hipertensi

Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan

kesehatan terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan

dengan kesehatan untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta

dapat termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit

hipertensi menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang

mengandung lemak seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi

konsumsi garam dapur, minuman yang mengandung kafein, alcohol,

merokok, malas berolahraga, menjauhi stress, dan meminum obat secara rutin.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arora. 2008. 5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta :
Bhauana Ilmu Populer.

Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Gunawan Lany. 2000. Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius: FKUI

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002


Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006.


Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

Wolf Harf Peter. 2006. Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer

38
LAMPIRAN

39
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Sebagai responden penelitian

Nama :

Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi


dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di Poli
lansia Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan tahun 2020

Menyatakan tidak keberatan dan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh tersebut diatas, saya bersedia berperan dalam penelitian ini dan
menandatangani lembar persetujuan sebagai responden peneliti.

Peneliti Responden

( ) ( )

40
KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi

Dalam Upaya Mencegah Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit

Hipertensi Di Poli Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Tahun 2020

Identitas

Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Alamat :

A. Aspek pertanyaan pengetahuan


Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan memberi
tanda (x) pada huruf pilihan tersebut!.
1. Penyakit hipertensi adalah tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
2. Pasien tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke
Puskesmas atau pelayanan kesehatan yang terdekat
Benar (1) Salah (0)

41
3. Mengurangi makanan berlemak dapat mencegah tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
4. Makan garam berlebihan menyebabkan tekanan darah naik.
Benar (1) Salah (0)
5. Olahraga teratur dan makan buah-buahan segar mencegah tekanan darah
tinggi.
Benar (1) Salah (0)
6. Merokok dan minuman alkohol memperparah tekanan darah tinggi.
Benar (1) Salah (0)
7. Menjauhkan diri dari stress dapat mencegah tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
8. Dukungan keluarga merupakan hal yang penting untuk memotivasi pasien
hipertensi untuk hidup yang lebih baik.
Benar (1) Salah (0)
9. Meminum obat hipertensi secara teratur setiap hari mencegah tekanan darah
tinggi, tekanan darah menjadi normal
Benar (1) Salah (0)
10. Menjaga berat badan normal bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit
hipertensi
Benar (1) Salah (0)

42
B. Aspek Perilaku
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya selalu memeriksa tekanan darah setiap
bulannya.
2 Saya masih makan makanan yang mengandung
kolesterol tinggi seperti daging merah, gorengan,
jeroan.
3 Saya selalu makan buah dan sayuran segar setiap
hari.
4 Saya selalu minum obat hipertensi secara teratur,
setiap hari.
5 Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat
walaupun pekerjaan menumpuk.
6 Saya berolahraga secara teratur, setidaknya
seminggu 3 kali

7 Saya kadang-kadang masih suka minum


minuman keras seperti anggur, pigur dan bir bila
sedang ada masalah, atau saat berkumpul dengan
teman-teman, atau jika diajak teman

8 Saya masih suka merokok dan masih banyak


merokoknya

9 Saya suka makanan yang mengandung garam


tinggi, seperti ikan asin, dan yang asin-asin

10 Saya suka marah dan banyak pikiran.

43
KUNCI JAWABAN

A. Pengetahuan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan


Penyakit Hipertensi
1. Benar 6. Benar
2. Benar 7. Benar
3. Benar 8. Benar
4. Benar 9. Benar
5. Benar 10. Benar

B. Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan


Penyakit Hipertensi

1. Ya
2. Tidak
3. Ya
4. Ya
5. Ya
6. Ya
7. Tidak
8. Tidak
9. Tidak
10.Tidak

44
45
46

Anda mungkin juga menyukai