Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

Gas Industri
Dosen Pengampu : Isalmi Aziz, MT.

Disusun Oleh :
Faizal Rachman 11180960000010
Reni Rosspertiwi 11180960000023

KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang
Maha Esa, atas berkat, rahmat, dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Kami percaya bahwa
semua ini karena Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan
petunjuk, kebaikan, kesehatan, kekuatan serta tuntunannya.

Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Kimia Industri, selama proses penulisan makalah ini kami dapat mengetahui apa
yang tidak kami ketahui. Oleh karena itu, dengan penuh ketulusan, kerendahan
hati dan rasa hormat kami sampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada
Dosen, yang telah memberikan kami tugas makalah ini dengan judul Gas Industri.
Mungkin makalah ini belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 23 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Gas Industri....................................3

2.2 Kegunaan Gas Industri.........................................................................11

2.3 Proses Pembuatan Gas Industri............................................................13


a. Karbon dioksida……………………………………...……......13
b. Hidrogen……………………………………………………….16
c. Oksigen………………………………………………………...19
d. Nitrogen………………………………………………………..22
2.4 Analisis Produk....................................................................................23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gas industri mengemban berbagai fungsi penting dalam ekonomi.


Contohnya yang terpenting ialah oksigen, nitrogen, dan hidrogen. Banyak
diantara gas ini, zat cair dan zat padatnya yang sama-sama dimanfaatkan
untuk pendinginan, yaitu dengan menyerap kalor melalui evaporasi,
dengan melakukan kerja, atau dengan melebur. Contoh yang menyolok
dalam dasawarsa terakhir ini ialah karbon dioksida cair dan es kering. Di
lain pihak, dengan berkembangnya industri modern, timbul pula suatu
bidang baru dalam ilmu keteknikan, yaitu kriogenika (cryogenics). Istilah
ini mempunyai cakupan yang luas yang menyangkut pembuatan suhu yang
sangat dingin dibawah -100C. Istilah ini sangat banyak dipakai dalam
dasawarsa teakhir ini, dan contohnya adalah penggunaan hidrogen cair,
Juga oksigen dan fluor, dalam roket-roket militer dan proyek antariksa.
Dengan dikembangkannya teknik kriogenika ini, biaya pencairan
(likuefaksi) dapat diperkecil, peralatan yang digunakan untuk penimbunan,
penanganan, dan pengapalan cairan dan gas yang sangat dingin pun
menjadi lebih baik dan lebih sederhana.

Suhu kriogenik, atau dingin lanjut (supercold) menyebabkan


terjadinya berbagai perubahan fundamental dalam sifat-sifat bahan.
Kriogenika telah diterapkan dalam propulsi roket, fotooptika, inframerah,
pengolahan data elektronik, dan berbagai penerapan baru dalam bidang
magnetika dan pemompaan vakum tinggi. Dalam bidang kimia, kriogenika
terutama digunakan pada pembuatan nitrogen untuk produksi amonia, dan
dalam metalurgi dengan penggunaan oksigen dapat mempercepat
sebanyak 25 persen pembuatan baja dalam tanur terbuka (open hearth),
konvertor dan bahkan dalam tanur tinggi untuk pembuatan besi cor kasar.
Dalam pembuatan zat cair suhu rendah, kriogenika sudah sejak lama
diterapkan prinsip fundamental dibawah ini, dan akhir-akhir ini diterapkan
secara lebih luas terhadap udara dan penyusunnya :

1
1. Kompresi uap dan likuidasi jika suhunya dibawah suhu kritis
gas.
2. Pertukaran kalor di dalam penukar kalor seperti pipa ganda ;
refrigerasi.
3. Pendinginan gas kompresi dengan memaksa gas itu melakukan
kerja di dalam mesin ekspansi atau turbin.
4. Pendinginan zat cair dengan evaporasi.
5. Pemisahan gas menurut tekanan uap pada titik didih campuran
cair.
6. Penyingkiran kontaminan dengan adsorpsi, pembekuan di
permukaan, pembekuan diiringi zat cair kriogenik, dan
mencucinya dengan zat cair yang semestinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sifat fisik dan kimia bahan baku gas industri?
2. Apa saja kegunaan dari gas industri oksigen, nitrogen, hidrogen
dan karbon dioksida?
3. Bagaimana proses pembuatan gas industri oksigen, nitrogen,
hidrogen dan karbon dioksida?
4. Apa saja produk utama yang akan dihasilkan dari gas industri
tersebut?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat fisik dan kimia bahan baku gas industri
2. Mengetahui kegunaan gas industri ; oksigen, nitrogen, hidrogen
dan karbon dioksida.
3. Memahami proses pembuatan gas industri
4. Mengetahui analisis produk utama dari gas industri

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Gas Industri

1. Pembuatan Karbon dioksida (CO2)

a. K2Cr2O7 (Kalium dikromat)

Sifat

Rumus kimia K2Cr2O7

Massa molar 294.185 g/mol

Penampilan padatan kristalin merah-jingga

Bau tak berbau

Densitas 2.676 g/cm 3, padat

Titik lebur 398 °C (748 °F; 671 K)

Titik didih 500 °C (932 °F; 773 K)


terdekomposisi

Kelarutan dalam 4.9 g/100 mL (0 °C)


air 102 g/100 mL (100 °C)

Kelarutan tidak larut dalam alkohol

Indeks bias (nD) 1.738

3
Termokimia

Entropi molar standar (So) 291.2 J K−1 mol−1

Entalpi pembentukan -2033 kJ/mol


standar (ΔfHo)

Bahaya

Lembar data keselamatan ICSC 1371

Klasifikasi UE (DSD) (usang) Oksidan (O)


Carc. Cat. 2
Muta. Cat. 2
Repr. Cat. 2
Sangat beracun (T+)
Berbahaya (Xn)
Korosif (C)
Berbahaya untuk
lingkungan (N)

b. Etanol

Sifat

Rumus kimia C2H5OH

Massa molar 46,06844 g/mol

Penampilan cairan tak berwarna dengan


bau yang khas

Densitas 0,7893 g/cm3

4
Titik lebur −114,14

Titik didih 78,29

Kelarutan dalam air tercampur penuh

Tekanan uap 58 kPa (20 °C)

Keasaman (pKa) 15,9

Viskositas 1,200 cP (20 °C)

Momen dipol 1,69 D (gas)

Bahaya

Klasifikasi UE (DSD) Mudah terbakar (F)


(usang)

c. Natrium Karbonat

Sifat

Rumus kimia CNa2O3

Massa molar 105,99 g·mol−1

Penampilan Padatan putih

Bau Tidak berbau

Densitas 2,54 g/cm 3 (anhidrat)


2,25 g/cm 3 (monohidrat)
1,51 g/cm 3 (heptahidrat)
1,46 g/cm 3 (dekahidrat)

5
Titik lebur 852 °C (1566 °F)
(anhidrat)
100 °C (212 °F)
dekomposisi (monohidrat)
33,5 °C (92,3 °F)
dekomposisi (heptahidrat)
32 °C (90 °F)
dekomposisi (dekahidrat)

Kelarutan dalam air Dekahidrat:


7 g/100 mL (0 °C)
16.4 g/100 mL (15 °C)
34.07 g/100 mL (27.8 °C)
Heptahidrat:
48.69 g/100 mL (34.8 °C)
Monohidrat:
50.31 g/100 mL (29.9 °C)
48.1 g/100 mL (41.9 °C)
45.62 g/100 mL (60 °C)
43.6 g/100 mL (100 °C)

Kelarutan Tidak larut dalam etanol,


aseton
Larut dalam gliserol,
dimetilformamida

Kebasaan (pKb) 3,67

Indeks bias (nD) 1,485 (anhidrat)


1,420 (monohidrat)
1,405 (dekahidrat)

Struktur

Struktur kristal Monoklinik (anhidrat)


Ortorombik (monohidrat,

6
heptahidrat)

Termokimia

Kapasitas kalor (C) 109,2 J/mol·K

Entropi molar standar 136,4 J/mol·K


o
(S )

Entalpi pembentukan -1131 kJ/mol


standar (ΔfHo)

Energi bebas Gibbs (ΔfG) -1047,5 kJ/mol

2. Pembuatan Hidrogen

a. Metana

Sifat

Rumus kimia CH4

Massa molar 16,04 g·mol−1

Penampilan gas tidak berwarna

Bau tidak berbau

Densitas 655.6 μg cm −3

Titik lebur −187,2 °C; −304,9 °F;


86,0 K

Titik didih −162 °C; −260 °F; 111 K

7
Kelarutan dalam air 35 mg dm −3 (at 17 °C)

log P 1.09

Termokimia

Kapasitas kalor (C) 35.69 J K−1 mol−1

Entropi molar standar (So) 186.25 J K−1 mol−1

Entalpi pembentukan standar −74.87 kJ mol−1


(ΔfHo)

Entalpi −891.1–−890.3 kJ mol−1


pembakaran
standar ΔcHo298

Bahaya

Piktogram GHS

Keterangan bahaya GHS Berbahaya

b. Karbon dioksida

Sifat

Rumus kimia CO2

Massa molar 44,0095(14) g/mol

Penampilan gas tidak berwarna

Densitas 1.600 g/L (padat)

8
1,98 g/L (gas)

Titik lebur −57 °C (216 K)


(di bawah tekanan)

Titik didih −78 °C (195 K)


(menyublim)

Kelarutan dalam air 1,45 g/L

Keasaman (pKa) 6,35 dan 10,33

Viskositas 0,07 cP pada −78 °C

Momen dipol nol

Struktur

Bentuk molekul linear

3. Pembuatan Oksigen

a. Oksigen

Sifat fisika

Fase gas

Titik lebur 54.36 K (-218.79 °C, -


361.82 °F)

Titik didih 90.20 K (-182.95 °C, -


297.31 °F)

Kepadatan pada sts (0 °C 1.429 g/L

9
dan 101,325 kPa)

saat cair, pada t.d. 1.141 g/cm 3

Titik kritis 154.59 K, 5.043 MPa

Kalor peleburan (O2) 0.444 kJ/mol

Kalor penguapan (O2) 6.82 kJ/mol

Kapasitas kalor molar (O2)


29.378 J/(mol·K)

4. Nitrogen

d. Nitrogen

Sifat fisika

Fase gas

Titik lebur 63,15 K (-210,00 °C, -


346,00 °F)

Titik didih 77,36 K (-195,79 °C, -


320,33 °F)

Kepadatan pada sts (0 °C 1,251 g/L


dan 101,325 kPa)

saat cair, pada t.d. 0,808 g/cm 3

Titik tripel 63,1526 K, 12,53 kPa

Titik kritis 126,19 K, 3,3978 MPa

10
Kalor peleburan (N2) 0,72 kJ/mol

Kalor penguapan (N2) 5,56 kJ/mol

Kapasitas kalor molar (N2)


29,124 J/(mol·K)

2.2 Kegunaan Gas Industri (Nitrogen, Oksigen, Hidrogen dan Karbon

dioksida)

a. Karbon dioksida
Penggunaan karbon dioksida padat yang terbesar ialah untuk
refrigerasi dan pembekuan es krim, daging dan bahan makanan.
Penggunaan karbon dioksida mempunyai keuntungan tambahan, yaitu
lingkungan karbon dioksida dapat mengurangi pembusukan daging dan
bahan makanan oleh bakteria. Di samping itu banyak penggunaan khusus
lain, yaitu untuk mendinginkan paku alumunium dan pemasangan bagian-
bagian mesin dengan cara ciut-suai (shrink-fit). Pemakaian karbon
dioksida cair terutama adalah untuk minuman karbonat. Bahan ini juga
sebagai pemadam api. Gas ini banyak digunakan dalam industri kimia ,
misalnya untuk pembuatan asam salisilat.
Karbon dioksida mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan
dengan asam-asam lain, dalam menetralisasi alkali, karena mudah
diangkut dalam bentuk padat, tidak korosif, dan ringan. Gas ini mulai
banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan pH air limbah. Dalam hal
refrigerasi makanan, karbon dioksida padat terutama digunakan sebagai
bahan refrigeran pengangkutan. Keunggulannya beberapa faktor, bahan ini
kering, berat jenis rendah, efek refrigerasi baik sekali, suhunya rendah dan
gasnya berfungsi sebagai isolasi dan desikasi (pengering).

11
b. Hidrogen
Hidrogen saat ini baik cari maupun dalam wujud gas, biasanya
dijual langsung untuk sintesis bahan-bahan kimia lain seperti
sikloheksanol, amonia, Tetralin, Stearin, Isooktana dan metanol.

c. Oksigen
Penggunaan oksigen terutama adalah dalam produksi baja di dalam
tanur terbuka atau tanur oksigen. Industri baja juga menggunakan oksigen
untuk membersihkan kerak dari besi gelondongan. Industri Kimia
merupakan konsumen terbesar oksigen untuk pembuatan asetilena, etilen
oksida, produksi amonia dan etanol melalui oksidasi parsial hidrokarbon.
Penggunaan lain untuk pengobatan dirumah sakit, dan oksigen
pernapasan bagi para penerbang. Penerapan antariksa, untuk oksidasi
bahan bakarnya. Penggunaan baru yang paling potensial adalah pembuatan
bahan bakar sintetik. Oksigen juga digunakan untuk menyelesaikan
masalah lingkungan perkotaan, yaitu melakukan aerasi limbah dengan
oksgien dan tidak lagi dengan udara dalam proses lumpur aktif perlakuan
sekunder. Oksigen juga digunakan untuk pemusnahan dan konversi
sampah menjadi produk berguna.

d. Nitrogen
Penggunaan nitrogen yang utama adalah untuk selimut gas yang
mencegah kontak dengan oksigen dan kelembaban. Penggunaan lainnya
adalah untuk mendapatkan suhu sangat dingin sampai -210˚C. Konsumsi
nitrogen yang terbesar adalah untuk pembuatan amonia. Penggunaan
lainnya adalah dalam industri kimia adalah untuk situasi yang tidak
mengijinkan adanya adanya oksigen dan kelembaban, misalnya untuk
menyelimuti polimerisasi, atau untuk aplikasi sebagai pengencer. Nitrogen
sangat banyak digunakan di dalam industri baja untuk penyelimutan dan
penguatan kecerahan (bright annealing). Industri pengolahan makanan
menggunakan nitrogen untuk membekukan makanan dan sebagai
refrigeran dalam pengolahan dan pengangkutan. Penggunaan nitrogen cair

12
adalah dalam perlakuan suhu rendah untuk logam, pemasangan ciut-suai
suku-suku alat, deflashing barang-barang karet, dan dalam mikrobiologi
untuk penyimpanan bahan-bahan biologi.

2.3 Proses Pembuatan Gas Industri

a. Karbon dioksida
Walaupun ada berbagai macam sumber CO2, tetapi yang terbanyak
digunakan dalam produksi komersial ada empat macam :
1. Pemulihan gas sintesis dalam produksi amonia
2. Pemulihan sebagai hasil samping dari produksi SNG
3. Pemulihan dari produksi etanol dengan fermentasi
4. Pemulihan dari sumur alam.

Salah satu cara pembuatan karbon dioksida murni melalui langkah-


langkah sebagai berikut :
1. Minyak, gas bumi, atau kokas dibakar, dan menghasilkan kalor
untuk membangkitkan uap 1380 kPa dan CO2 sebanyak 10
sampai 15 persen pada 345˚C
2. Gas hasil pembakaran didinginkan, dimurnikan dan dicuci
dengan melewatkan melalui dua buah menara pembasuh
dengan air sebagai bahan pembasuh.
3. CO2 disingkirkan dengan adsorpsi selektif lawa-arah ke dalam
larutan etanolamina dalam air.
4. Larutan CO2-etanolamina dipompakan ke dalam reaktivator
yang dipanaskan dengan uap.
5. CO2 dan uap keluar puncak reaktor melalui pendingin CO2
sehingga uap mengembun ; kondensat ini dikembalikan ke
puncak menara sebagai refluks.

13
6. CO2 pada tekanan kira-kira 200kPa dimurnikan terhadap
kandungan larutan H2S dan amina di dalam pembasuh
permanganat lalu dikeringkan
7. CO2 dikompresi, didinginkan dan dicairkan “Zat cairnya ditarik
keluar dari penampung CO2”.

Dalam pembuatan es kering dilakukan dengan menurunkan


tekanan CO2 cair hingga tekanan atmosfer, sehingga sebagian membeku .
Gas yang menguap dikembalikan melalui pendinginan awal, dan
disirkulasikan dengan rekompresi dan pendinginan CO. “Salju” CO 2
dimampatkan menjadi “kue”, kue es kering biasanya digergaji menjadi
kubus-kubus.

14
Selain hal tersebut, pembuatan gas CO2 juga sering dilakukan dari
hasil industri fermentasi. Dengan menggunakan ragi, akan dihasilkan CO 2
dan alkohol, sedang mikroorganisme tertentu lainnya menghasilkan
pelarut dan campuran H2 dan CO2. Banyaknya CO2 yang dihasilkan
tergantung cara yang digunakan dalam proses fermentasi. Pemulihan dan
pemurnian CO2 yang berasal dari fermentasi berbeda sistem dengan
adsorpsi karena suhunya jarang melebihi 40˚C sehingga tidak memerlukan
pendinginan khusus, sedang kandungan CO2 didalam gas lebih dari 99,5%.
Jika fermentasi ditutup rapat guna pemulihan gas, kemurnian dan hasil
CO2 lebih tinggi dan hasil alkohol bisa meningkat sedikitnya 1% melalui
pemilihan alkohol dengan pembasuh CO2. Contoh pemulihan CO2 dari
fermentor diilustrasikan sebagai berikut.

15
Di sini proses pemurnian, terdiri dari oksidasi zat organik tak
murni dan dehidrasi dengan bantuan bahan kimia dalam bentuk cair. Gas
dari fermentor dilewatkan melalui tiga buah pembasuh yang berisi isian
spiral batuan dan kemudian ke gasometer. Pembasuh pertama berisi
alkohol encer, yang berfungsi sebagai pemurni pendahuluan dan
menyingkirkan sebagian besar alkohol yang terbawa gas. Dua buah
pembasuh berikutnya, yang menggunakan air berudara (aaerasi) sebagai
bahan pembasuh, menyingkirkan hampir semua ketidakmurnian yang
dapat larut di dalam air. Zat cair pembasuh dipompakan ke dalam
penyuling atau jika tidak ke dalam fermentor untuk diambil alkoholnya.

Dari gasometer, dialirkan ke dalam pembasuh yang berisi larutan


K2Cr2O7, yang fungsinya mengoksidasi aldehida dan alkohol di dalam gas
tersebut, kemudian didinginkan. Oksidsi disempurnakan di dalam
pembasuh kedua yang berisi asam sulfat, yang gas tersebut sekaligus
dikeringkan. CO2 yang keluar dari pembasuh ini mengandung sedikit asam
yang terbawa. Asam ini disingkirkan di dalam suatu menara isian, dengan
mensirkulasikan larutan Na2CO3. Setelah dinetralisasi, gas CO2
dibebaskan. Sebelum masuk kompresor, gas tersebut dilewatkan melalui
pembasuh yang berisi sedikit gliserin yang menyerap hasil-hasil oksidasi
dan meneruskan gas yang sudah tidak berbau ke kompresor. Asam sulfat
yang telah dipakai untuk pengeringan dan penghilang bau dipompakan ke
penyulingan. Setelah itu, asam tersebut digunakan untuk mengendalikan
pH.

b. Hidrogen

Hidrogen dibuat hampir seluruhnya dari bahan berkarbon terutama


hidrokarbon, dan/atau air. Bahan-bahan itu diuraikan dengan
menambahkan energi, dan energi ini mungkin dalam bentuk energi listrik,
kimia atau termal. Contohnya antara lain, elektrolisis air, reformasi
hidrokarbon dengan uap, disosiasi termal gas bumi. Hidrokarbon juga
dibuat dengan oksidasi parsial hidrokarbon dan juga dengan beberapa

16
metode lain. Hidrogen yang sangat murni dibuat dengan difusi melalui
paduan paladium perak.

1 . Metode Elektrolisis

Proses elektrolitik menghasilkan gas hidrogen dengan kemurnian


tinggi. Dalam proses ini, arus listrik-searah dialirkan melalui larutan alkali
dalam air, sehingga air terurai menurut persamaan berikut:

2H2O(l) → 2H2(g) + O2 (g) H= +569 kJ

Voltase teoritis untuk dekomposisi dalam elektrolisis ini adalah


1,23 V pada suhu kamar. Akan tetapi karena adanya voltase lebih
(overvoltage) hidrogen pada elektroda dan karena tahanan sel itu sendiri,
biasanya diperlukan voltase sebesar 2,0 sampai 2,5 V.

2. Proses Reformasi Uap Hidrokarbon

Proses ini terdiri dari reaksi katalitik campuran uap dan


hidrokarbon pada suhu tinggi sehingga membentuk campuran H 2 dan
oksida karbon. Reaksi dasar yang terjadi ialah:

CnHm + nH2O nCO + ) H2

CO + H2O CO2 + H2

Reaksi yang pertama ialah reaksi reformasi. Reaksi itu sangat


endotermik dan mol produk lebih banyak dari mol reaktan, reaksi habis
pada suhu tinggi dan tekanan rendah. Kelebihan uap membantu
mendorong reaksi ke arah penyelesaian.

Reaksi yang kedua adalah reaksi geser gas air. Reaksi ini agak
eksotermik, dan di dorong oleh suhu rendah, tetapi tidak berpengaruh oleh
tekanan. Reaksi ini juga biasanya menggunakan katalis. Kedua reaksi ini
berlangsung di dalam tanur reformasi-uap pada suhu 760-980˚C.
Komposisi produk biasanya tergantung kondisi proses, terdiri dari kira-
kira 75% H2, 8% CO dan 15% CO2, sisanya adalah nitrogen dan metana.

17
Suatu proses yang menggunakan propana diilustrasikan sebagai
berikut :

1. Propana diuapkan dengan uap pemanas


2. Uap propana di desulfurisasi melalui kontak karbon aktif untuk
mencegah deaktivasi katalis
3. Campuran uap propana dan uap air di reformasi diatas katalis
nikel pada suhu 815˚C pada tungku pembakaran
4. Gas H2, CO dan sedikit CO2 didinginkan sampai suhu 370˚C
tekanan bagian air dinaikan dengan ditambah kondensat, lalu
dilewatkan melalui katalis oksida besi, 90-95% CO
dikonversikan menjadi CO2 dan tambahan H2. (reaksi geser)
5. Gas panas didinginkan dengan pertukaran kalor sebelum masuk
ke tahap konversi kedua, hingga suhu nya 38˚C.
6. Gas dingin ini dibasuh dengan monoetanolamina dalam
absorber Girbotol untuk menghabiskan CO2 yang terkandung.
7. Gas yang mengandung sedikit CO2 dan CO dipanaskan hingga
suhu 315˚C melalui pertukaran kalor dengan gas dan
dilewatkan melalui metanator di atas katalis nikel untuk
mengkonversi CO2 menjadi metana melalui reaksi dengan H2.

18
3. Katalis

Dalam reaksi-reaksi yang berkaitan dengan pembuatan hidrogen


diperlukan katalis berbagai macam seperti nikel dan oksida besi untuk
berbagai proses.

3. Oksigen

Oksigen diproduksi dengan cara likuefaksi dan rektifikasi udara di


dalam unit kompak yang sangat efisien dan berisolasi baik, atau dengan
sistem adsorpsi ayun tekan. Penyediaan bahan baku tidak pernah menjadi
masalah, dan karena biaya untuk pengangkutan produk cukup besar,
pabrik oksigen biasanya ditempatkan berdekatan dengan lokasi
pemakaian. Pabrik pemisahan udara biasa ditempatkan di lahan pelanggan,
sehingga pabrik tersebut disebut pabrik tapak (on-site plant). Produk dari
pabrik disalurkan dengan pipa yang tidak panjang. Pada beberapa
kompleks pemisahan udara, sejumlah pelanggan dilayani dengan satu pipa
yang panjangnya bisa mencapai beberapa kilometer. Pabrik pemisahan
udara terdapat dalam bermacam-macam ukuran, dari unit kriogenik kecil
yang memproduksi kurang dari 1 t/hari sampai pabrik raksasa yang
memproduksi lebih dari 1800t/hari. Sebagian besar oksigen yang
diproduksi mempunyai kemurnian tinggi (99,5%) sisanya adalah argon,
runutan gas mulia dan hidrokarbon dan karbon dioksida. Namun secara
umum, semua proses pemisahan udara secara kriogenik memiliki tahap-
tahap yang sama.

Pemisahan udara secara kriogenik menggunakan perbedaan titik


didih antara nitrogen, oksigen, dan argon untuk memisahkan dan
memurnikan produk-produk tersebut. Tahap pertama adalah filtering dan
kompresi udara. Kompresi umumnya dilakukan hingga tekanan 90 psig
atau 6 bar. Udara terkompresi kemudian didinginkan hingga mendekati
temperatur ruangan menggunakan alat penukar kalor atau alat dengan
sistem refrigerasi. Tahap kedua adalah proses penyingkiran uap air dan

19
karbon dioksida yang masih tertinggal pada udara. Keduanya harus
dihilangkan karena pada temperatur yang sangat rendah dapat membeku
dan terdeposit pada permukaan alat pemroses. Efisiensi proses
penyingkiran ini ditambah dari proses pendinginan sebelumnya yang
membuat uap air mengembun saat udara dilewatkan pada kompresor dan
terpisah dari udara itu sendiri.

Ada dua metode yang umum digunakan untuk menyingkirkan uap


air dan karbon dioksida, yaitu reversing exchangers dan molecular sieve
units. Pada reversing exchangers, udara umpan masuk ke dalam alat
penukar panas dan didinginkan hingga air dan karbon dioksida membeku
pada permukaan dinding alat penukar kalor. Setelah udara lewat, fungsi
alat penukar kalor dibalikkan dengan dialirkannya waste gas yang bersifat
sangat kering, sehingga menguapkan air dan menyublimkan karbon
dioksida. Sementara untuk menyingkirkan hidrokarbon diperlukan
pengadsorb tambahan. Pada molecular sieve units, molecular sieve akan
mengadsorb uap air serta pengotor lainnya seperti hidrokarbon (untuk
desain tertentu) yang terkandung di dalam udara yang dilewatkan.
Molecular sieve umumnya terdiri dari dua bagian yang bekerja secara
bergantian. Jika salah satu sedang bekerja, maka satu yang lain akan
melakukan regenerasi.

Pada tahap berikutnya, udara yang telah bebas pengotor memasuki


alat penukar kalor yang akan membawa udara pada temperatur kriogenik
(± -185˚C). Proses pendinginan ini menghasilkan produk dingin dan waste
gas. Waste gas ini kemudian dinaikkan lagi temperaturnya agar kering dan
dapat digunakan untuk proses penyingkiran pengotor. Untuk mencapai
temperatur kriogenik sehingga proses distilasi dapat dilakukan,
pendinginan dilakukan dengan proses refrigerasi yang mencakup proses
ekspansi.

Tahap selanjutnya adalah proses distilasi. Banyak pabrik proses


pemisahan udara mendasarkan kepada linde’s double distillation collumn

20
process yang memiliki dua unit pemisahan. Unit pertama digunakan untuk
mendapatkan produk-produk ringan seperti oksigen dan nitrogen. Unit ini
memiliki dua kolom distilasi. Udara yang telah berada pada temperatur
kriogenik memasuki kolom pertama yang bertekanan rendah. Temperatur
kriogenik udara (-185oC) berada pada rentang titik didih nitrogen (-
195,9oC) dan oksigen (-183,0oC) sehingga terjadilah kesetimbangan uap-
cair pada sistem nitrogen-oksigen. Nitrogen yang lebih mudah menguap
akan lebih mendominasi fasa uap dibandingkan oksigen. Oksigen selesai
tahapannya dan segera dialirkan keluar, sedangkan nitrogen memasuki
tahapan selanjutnya. Nitrogen yang lebih mudah menguap akan lebih
mendominasi fasa uap dibandingkan oksigen. Fasa uap yang merupakan
produk atas akan diumpankan ke bagian atas kolom kedua, sedangkan
produk bawah diumpankan di tengah kolom. Di kolom kedua ini, umpan
dari recycle unit dua untuk kolom bagian atas juga masuk. Akhirnya pada
kolom kedua inilah produk akhir dihasilkan berupa gas nitrogen dengan
kemurnian sekurang-kurangnya 99-99,5% dan oksigen dengan kemurnian
95-99,5%. Cairan yang kaya akan oksigen selanjutnya dilewatkan pada
penukar panas tidak langsung dengan udara umpan sehingga dihasilkanlah
produk gas oksigen.

21
4. Nitrogen

Nitrogen yang lebih mudah menguap akan lebih mendominasi fasa


uap dibandingkan oksigen. Fasa uap yang merupakan produk atas akan
diumpankan ke bagian atas kolom kedua, sedangkan produk bawah
diumpankan di tengah kolom. Di kolom kedua ini, umpan dari recycle unit
dua untuk kolom bagian atas juga masuk. Akhirnya pada kolom kedua
inilah produk akhir dihasilkan berupa gas nitrogen dengan kemurnian
sekurang-kurangnya 99-99,5% dan oksigen dengan kemurnian 95-99,5%.
Cairan yang kaya akan oksigen selanjutnya dilewatkan pada penukar panas
tidak langsung dengan udara umpan sehingga dihasilkanlah produk gas
oksigen.

Pada unit kedua, terdapat tiga kolom distilasi disertai adanya


reaktor pembakar. Nitrogen yang terbawa ke unit kedua ini akan
memasuki kolom pertama yang memisahkan nitrogen tersebut untuk
direcylce ke unit pertama. Produk yang dikirim ke unit pertama adalah
produk atas, sementara produk bawah akan dikirim ke kolom kedua. Pada
kolom kedua, produk atas akan dikirim ke reactor sementara produk
bawah akan dikirim kembali ke unit pertama. Produk atas kolom kedua ini
akan dicampur dengan hydrogen dan dikirim ke reactor pembakar. Reaktor
ini berfungsi untuk menghilangkan hydrogen dengan reaksi pembakaran
hydrogen yang menghasilkan air. Air yang dihasilkan selanjutnya
dipisahkan dikolom reflux yang kemudian dibuang ke waste water
treatment. Sementara gas yang komponen utamanya adalah nitrogen dan
argon akan menjadi umpan kolom ketiga. Dikolom terakhir ini argon dan
gas ringan yang masih bercampur akan dipisahkan. Produk utamanya
berupa gas argon dan trace gas yang dibuang ke udara. Argon akan
dihasilkan sebagai produk bawah sedangkan trace gas lainnya akan
dihasilkan sebagai produk atas kolom distilasi.

22
2.4 Analisis Produk
a. Pada proses pembuatan gas karbon dioksida, produk murni yang
dihasilkan berupa karbon dioksida dengan kemurniannya 99,5% dan
sisanya alcohol.
b. Pada proses pembuatan gas hydrogen, produk murni utama yang
dihasilkan berupa hydrogen dengan kemurniannya 75%, sisanya 8% CO,
15% CO2, nitrogen dan metana.
c. Pada proses pembuatan gas oksigen, produk murni yang dihasilkan berupa
oksigen dengan kemurnian sekurang-kurangnya 99-99,5%.
d. Pada proses pembuatan gas nitrogen, produk murni yang dihasilkan berupa
nitrogen dengan kemurnian 95-99,5% sisanya gas argon dan gas lainnya.

LINK VIDEO YOUTUBE


https://youtu.be/fJhhGL1kR44

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan isi dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa bahan baku
suatu pembuatan gas industri mulai dari gas karbon dioksida, gas hydrogen, gas
oksigen maupun gas nitrogen memiliki bahan baku yang berbeda serta setiap
bahan baku memiliki karakteristik, sifat kimia, dan sifat fisika yang berbeda-beda.
Gas industri juga memiliki kegunaan baik dalam kehidupan sehari-hari seperti
dalam bidang industri, bidang kesehatan, dan juga skala laboratorium.

Gas industri didapat dibuat atau diproduksi dengan berbagai macam cara
seperti pada gas karbon dioksida secara komersial yang paling banyak digunakan
ada empat cara yaitu pemulihan gas sintesis dalam produksi amonia, pemulihan
sebagai hasil samping dari produksi SNG, pemulihan dari produksi etanol dengan
fermentasi, pemulihan dari sumur alam. Pada gas hydrogen ada tiga metode yaitu
metode elektrolisis, proses reformasi hidrokarbon dengan uap dan katalis. Pada
gas hydrogen dan nitrogen memiliki dua cara yaitu likuefaksi dan rektifikasi udara
di dalam unit kompak yang sangat efisien dan berisolasi baik atau dengan system
adsorpsi ayun tekan.
Analisis produk yang dihasilkan kemurniannya berbeda-beda.
Seperti pada proses pembuatan gas karbon dioksida diperoleh hasil produk CO2
dengan kemurniannya 99,5% sedangkan pada proses pembuatan gas hydrogen
diperoleh hasil produk hidrogen dengan kemurniannya 75%, pada proses
pembuatan gas oksigen diperoleh hasil produk oksigen dengan kemurnian 99-
99,5% dan pada proses pembuatan gas nitrogen diperoleh hasil produk nitrogen
dengan kemurnian 99-99,5%.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adler, L. B. dan H. B. Shuey. 1963. Acetylene Handling, AIChE, New York.


Austin, G.T. 1985. Industri Proses Kimia. Jakarta: Erlangga
Clarke, T. G. 1977. “Helium” dalam Mineral Handbook, U. S. Bureu of Mines.
Cryotech 1973 Proceedings. The Prodyction and Use of Industrial Gases. IPC
Science and Technology Press, London 1974
Falbe, J. 1970. Carbon Monoxied in Organic Synthesis. Springer-Verlag. New
York.
Rylsnder, P. N. 1973. Organic Synthesis With Noble Catalysis. Academic, New
York.

25

Anda mungkin juga menyukai