Anda di halaman 1dari 4

Teori Penuaan

Penuaan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap manusia. Penuaan
merupakan penurunan fungsi biologik dari usia kronologik (Fowler, 2003) .Suatu proses
menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya. Akibatnya tubuh tidak
dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Cunnningham,
2003). Penuaan dapat ditandai dengan penurunan energi, massa otot, dan gangguan kognitif
(Null, 2006).
Proses penuaan dapat dijelaskan dengan beberapa teori, yaitu teori wear and tear dan
teori program. Teori wear and tear pada prinsipnya menyatakan berbagai aktivitas tubuh
dapat menyebabkan kerusakan DNA, glikosilasi dan radikal bebas, sehingga sel-sel menjadi
rusak, tubuh melemah dan akhirnya meninggal. Sedangkan, teori program menganggap tubuh
memiliki jam biologis, teori ini meliputi terbatasnya replikasi, proses imun dan
neuroendocrine theory (Pangkahila, 2011).

1. Teori wear and tear


Teori ini menyatakan bahwa organ akan mengalami kerusakan bila dipakai secara
berlebihan dan makin sering dipakai berlebihan akan makin banyak yang rusak sehingga
tubuh tidak mampu memperbaiki(Pangkahila,2013).
Yang termasuk ke dalam teori wear and tear ini adalah kerusakan DNA, glikosilasi dan
teori radikal bebas Pada usia muda sistem pemeliharaan dan perbaikan tubuh mampu
melakukan kompensasi terhadap pengaruh penggunaan dan kerusakan yang terjadi, namun
pada usia tua tubuh kehilangan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan karena penyebab
apapun. Teori ini meyakinkan bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang
tidak terlambat dapat membantu mengembalikan proses penuaan (Pangkahila, 2011).

a. Teori Kerusakan DNA


Teori ini mengemukakan bahwa kerusakan DNA terjadi karena kerusakan
molekul yang terus menerus dan menumpuk dalam waktu lama sehingga proses
penyembuhan menjadi tidak sempurna. Bila kerusakan molekul ini mencapai taraf
yang berat maka terjadilah kerusakan DNA. Dikatakan bahwa keseimbangan antara
kerusakan DNA dan keberhasilan penyembuhan DNA yang menentukan rentang usia
seseorang (Pangkahila, 2011).

b. Glikosilasi
Glikosilasi terjadi saat molekul-molekul gula yang melayang dalam darah
berikatan dengan molekul protein di permukaan sel sehingga molekul-molekul
tersebut kehilangan fungsinya. Glikosilasi berkaitan erat dengan diabetes melitus tipe
2. Diabetes sering dianggap sebagai model biologik proses penuaan dini karena
penderita diabetes mengalami proses patologik yang lebih awal sehingga usia harapan
hidup pada penderita diabetes lebih pendek (Pangkahila, 2011).

c. Teori Radikal Bebas


Teori radikal bebas menjelaskan bahwa suatu organisme dapat menjadi tua
karena terjadi kerusakan oleh radikal bebas. Radikal bebas ialah molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini akan
merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut, sehingga
menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, dan akhirnya kematian sel. Molekul
di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal bebas ialah DNA, lemak, dan protein.
Dengan bertambahnya usia, maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin bertambah, sehingga mengganggu metabolisme sel, meransang mutasi sel,
yang pada akhirnya menyebabkan kanker dan kematian. Teori ini meyakinkan bahwa
pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang tidak terlambat dapat
mengembalikan proses penuaan. Mekanismenya dengan meransang kemampuan
tubuh untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan
sel(Kartiko&Siswanto,2015).

2. Teori Program
Teori ini beranggapan bahwa tubuh manusia menjalani suatu proses yang terprogram,
mulai dari proses konsepsi kemudian menjadi embrio, janin, masa bayi, anak – anak, remaja,
dewasa sampai menjadi tua dan meninggal. Yang termasuk ke dalam teori program ini adalah
teori terbatasnya replikasi sel, proses imun dan teori neuroendocrine (Pangkahila, 2011).

a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel


Telomere adalah struktur khusus yang terdapat di bagian ujung chromosome
strands, berfungsi menentukan rentang usia sel dan pada akhirnya rentang usia
organisme itu sendiri. Pada setiap proses replikasi sel, telomere akan memendek, yang
pada suatu saat ketika telomere telah dipakai maka pembelahan sel akan berhenti
(Pangkahila, 2011).
b. Proses Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik
dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam
proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap
sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah (Azizah, 2011).

c. Teori Neuroendocrine
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros
dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya.
Hormon bekerja dengan baik mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh pada usia
muda, namun seiring dengan bertambahnya usia, akan terjadi penurunan produksi
hormon, yang pada akhirnya akan mengganggu berbagai sistem tubuh (Goldman dan
Klatz, 2007).
Referensi

Azizah, Lilik Ma’rifatul.2011. Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Cunningham,W.2003, Aging and photo-aging. in: Baran R, Maibach HI, (eds). Textbook of
Cosmetic Dermatology, 2nd edn. London: Martin dunitz,pp. 455-67.

Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. Chicago: the A4M
Publications, p : 43.

Goldmann, R., and Klatz, R. 2003. The New Anti-Aging Revolution. Theories of Aging: 19-32

Kartiko, Bambang Hadi;Siswanto, Febrian Milas. 2015.Hormon dalam Konsep Anti Aging
Medicine. Bali: Jurnal Virgin.

Null, G. 2006. Power Aging : The Revolutionary program to control the symptoms of aging
naturally. Stamford, CT. USA : Bottom Line’s.

Pangkahila, W. 2011. Anti-Aging: Tetap Muda dan Sehat. PT Kompas Media Nusantara.
Jakarta.

Pangkahila.2013. Pengaturan Pola Hidup dan Aktivitas Fisik Meningkatkan Umur Harapan
Hidup.Bali: Sport and Fitness Journal.

Anda mungkin juga menyukai