Oleh :
Nama : Rahmat Azharuddinsyah
NIM : 155040100111079
Kelas :Y
Asisten : Asmaul Novitasari
Prodi : Agribisnis
3.1.2 Bahan
No Nama Bahan Fungsi
1 Kubis sebagai objek pengamatan
3.4 Parameter
Parameter yang digunakan pada praktikum panen dan pasca panen adalah
perubahan bobot, warna, fisik, bau dan munculnya organisme. Pada kubis
perlakuan yang digunakan ada 2 indikator, yaitu: menggunakan wrapping plastic
dan tanpa menggunakan wrapping plastic. Kemudian perlakuan lain yang
dilakukan adalah perlakuan pada kubis yang disimpan pada lemari pendingin dan
yang kedua perlakuan pada kubis yang dibiarkan ditempat terbuka.
Pengamatan perubahanan berat dilakukan dnegan cara menimbang bahan
selama 10 hari apakah berat bahan semakin bertambah atau berkurang.
Mengamati perbedaan warna, apakah warna bahan semakin memucat. Mengamati
perbedaan fisik, apakah kondisi bahan tetap segar atau terdapat bintil-bintil pada
bahan hingga layu. Mengamati bahan apakah terdapat lendir pada bahan dan
apakah tercium bau busuk dari bahan. Serta mengamati organisme, apakah selama
percobaan 10 hari terdapat organisme yang muncul pada bahan. Pengamatan
dilakuan 2 hari sekali selama 10 hari.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Perlakuan A (Kubis Tanpa Wrapping dan Disimpan pada Suhu Ruang)
Pada perlakuan A komoditas kubis dikemas tanpa wrapping dan diletakkan
di suhu ruang, berdasarkan hasil pengamatan pengaruh pengemasan dan
perbedaan suhu penyimpanan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Perlakuan A dikemas tanpa wrapping dan disimpam di suhu ruang
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kubis yang
dikemas menggunakan plastik wrapping dan diletakkan pada suhu kamar
cenderung lebih tahan lama. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan terakhir bahwa
bobot kubis tidak menurun secara signifikan, tidak terjadi perubahan warna karena
warna tetap hijau, adanya perubahan fisik yang ditandai dengan sedikit muncul
bercak kehitaman, dan tidak berbau busuk maupun berlendir, serta tidak
ditemukan organisme dalam permukaan daun kubis.
4.1.4 Perlakuan D (Kubis dengan Menggunakan Plastik Wrapping dan
Disimpan pada lemari pendingin)
Pada perlakuan ini, komoditas kubis dikemas menggunakan wrapping dan
disimpan di lemari pendingin, berdasarkan hasil pengamatan pengaruh
pengemasan dan perbedaan suhu penyimpanan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Perlakuan D dikemas menggunakan wrapping dan disimpan di lemari
pendingin
Penga Parameter Pengamatan
matan
ke- Bobot Perubahan Perubaha Lendir Munculnya Dokum
Komo Warna n Fisik dan Bau Organisme entasi
ditas
(g)
1 300gr Belum terjadi Belum Belum Belum
perubahan terjadi berlendir muncul
warna perubaha dan organisme
n fisik belum
berbau
2 Terjadi Daun Tidak Belum
perubahan kubis berlendir muncul
warna sedikit sedikit dan organisme
hijau tua pada layu belum
beberapa daun berbau
kubis
5 Warna daun Layu di Tidak Tidak
kubis pucat seperem berlendir muncul
dan terdapat pat dan organisme
warna coklat bagian Berbau
yang sedikit kubis sedikit
meluas di mencolo
tulang-tulang k
daun kubis
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa pada pengamatan kubis yang
menggunakan perlakuan pasca panen yaitu dengan dibungkus menggunakan
plastik wrapping dan disimpan di lemari pendingin pada minggu pertama belum
terjadi perubahan warna dan perubahan fisik secara signifikan. Pada pengamatan
ke tiga dan ke empat ini terjadi human eror, sehingga tidak bisa didapatkan data
pada pengamatan tersebut.
Perubahan secara fisik, yaitu perubahan warna terjadi pada minggu kedua
setelah pengamatan, yaitu kubis menjadi berwarna sedikit kecoklatan dan daun
menjadi sedikit layu. Pada pengamatan pada minggu kedua ini belum timbul bau
yang mencolok dan belum muncul organisme. Sedangkan, pada pengamatan
terakhir, kubis menjadi berbau sedikit mencolok dan berubah warna menjadi
coklat pada seperempat bagian. Namun tidak muncul lendir dan organisme pada
permukaan kubis.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Bobot Komoditas
400 Pengamatan ke-
350
300
Bobot Komoditas
250
Perlakuan A
200
Perlakuan B
150 Perlakuan C
100 Perlakuan D
(g)
50
0
1 2 3 4 5
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa, pada perlakuan A dan D
terjadi human eror pada pengamatan kedua hingga pengamatan terakhir.
Pengamat tidak melakukan pengamatan penimbangan berat kubis setelah minggu
pertama pengamatan. Sedangkan pada perlakuan B dan C, hampir sama, yaitu
kubis mengalami penyusutan berat namun tidak terlalu signifikan.
Grafik diatas, menunjukkan bahwa pengemasan dan penanganan pasca
panen paling baik terdapat pada perlakuan C, yaitu kubis dikemas menggunakan
plastik wrapping dan disimpan pada suhu ruang. Plastik wrapping ini terbukti
dapat memperpanjang umur kubis meskipun tidak disimpan dalam lemari
pendingin. Penggunaan plastik wrapping ini sangat baik karena dapat
meningkatkan daya beli konsumen. Hal ini sejalan dengan pendapat Akamine, et.
al (1986) yang menyebutkan bahwa pelapisan mampu memberikan penampakan
yang lebih menarik dan lebih diterima konsumen.
4.2.2 Perubahan Warna
Perubahan warna pada daun kubis rata-rata berubah warna menjadi
kecoklataan pada seluruh permukaannya. Warna kecoklatan pada kubis ini
merupakan salah satu penyakit yang sering terdapat pada kubis yang disebabkan
oleh bakteri dan patogen luar benih.
Untuk mengatasi timbulnya perubahan warna tersebut, maka perlakuan
paling baik dilakukan adalah perlakuan D, yaitu kubis dikemas menggunakan
plastik wrapping dan diletakkan pada lemari pendingin. Penggunaan plastik
wrapping juga mengurangi kontasminasi dengan udara luar yang dapat membawa
bibit-bibit dari mikroorganisme. Selain itu, penyimpanan dengan menggunakan
lemari pendingin juga akan menyebabkan aktifitas mikroorganisme terhambat.
Hal ini sejalan dengan Pantastico (1986) yang menyatakan bahwa penyimpanan
pada lemari pendingin juga ikut menghambat perkembangan mikroorganisme
karena pendinginan akan mengurangi kelayuan karena kehilangan air, menurunya
laju reaksi kimia dan laju pertumbuhan mikroba pada bahan yang disimpan.
4.2.3 PerubahanFisik
Perubahan fisik dari kubis yang terlihat adalah daun kubis menggulung
dan adanya perubahan warna pada daun terluar. Hal ini disebabkan karena semua
komoditas holtikultura termasuk kubis memiliki daya simpan yang tidak tahan
lama dan akan cepat mengalami perubahan secara fisik. Daya simpan dari produk
holtikultura ini sangat singkat karena masih ada peningkatan respirasi setelah
dilakukannya pemanenan. Pengemasan dengan plastik wrapping adalah salah satu
cara untuk menurunkan respirasi produk sayuran segar.
Pada hasil pengamatan dapat diketahui bahwa perlakuan paling baik untuk
kubis adalah perlakuan D. Hal ini dapat dilihat pada hasil akhir pengamatan pada
kubis, hanya mengalami layu pada seperempat bagiannya saja. Pada perlakuan A,
B, dan C daun pada kubis menggulung dan rata-rata berubah menjadi warna
coklat pada semua bagian. Penyimpanan dengan menggunakan plastik wrapping
dan disimpan pada suhu rendah dapat memperlambat proses pembusukan pada
produk hortikultura. Hal ini sejalan dengan pendapat Wills (1981) berpendapat
bahwa pada penyimpanan suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi dan
metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan
mencegah kelayuan.
4.2.4 Ada Tidaknya Bau dan Lendir
Pada perlakuan B dan C kubis tidak mengalami perubahan bau. Dari hasil
yang diperoleh, dapat diketahui bahwa perlakuan B dan C efektif untuk menjaga
daya tahan kubis karena disimpan dalam pendingin dan tidak menimbulkan bau.
Pada perlakuan A dan B tidak efektif untuk menjaga daya tahan kubis karena
disimpan pada suhu ruangan yang terkena udara secara bebas sehingga dapat
menimbulkan bau. Sedangkan pada semua perlakuan yang telah dilakukan, tidak
ditemukan adanya lendir pada permukaan daun kubis. Hal ini disebabkan, tidak
ada mikroorganisme yang berkembang di dalam sayuran kubis tersebut.
4.2.5 Munculnya Organisme
Pada semua perlakuan pengamatan, tidak ditemukan adanya
mikroorganisme yang tumbuh dalam permukaan daun dan tidak ditemukan
kerusakan akibat adanya aktifitas dari organisme. Hal ini sependapat dengan
Imade (2001) yang menyatakan bahwa apabila terjadi kerusakan fisik memacu
kerusakan fisiologis maupun patologis atau serangan mikroorganisme pembusuk.
Sedangkan pada pengamatan tidak ada indikasi adanya kerusakan fisik yang dapat
menyebabkan munculnya organism.
5 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, perlakuan yang diberikan dengan menggunakan lemari
pendingin dan ditutup dengan plastik wrapping lebih baik dalam menjaga
ketahanan dan kualitas hasil panen. Sedangkan ketiga perlakuan lainnya tidak
terlalu baik dalam menjaga kualitas dari kubis. Perlakuan yang buruk dari ketoga
perlakuan yang dilakuakn adalah perlakuan yang tidak menggunakan plastik
wrapping dan disimpan pada suhu ruang. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penanganan setelah panen yang tepat agar dapat menjaga kualitas produk hingga
sampai ke tangan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Akamine, E. K., H. Kitagawa, H. Subramanyam dan P. G. Long., 1986.Kegiatan-
kegiatan dalam Gudang Pemasaran, didalam Pantastico (Ed) Fisiologi
Pasca Panen, diterjemahkan oleh Kamariyani. Yogyakarta : YGM-Press.
Beveridge, T. H. J. 2003. Maturity and Quality Grades for Fruits and Vegetables.
In Handbook of Postharvest Technology, cereals, fuits, vegetables, tea and
spices. Ed. A. Chakraverty, .. Mujumdar, G.S.V. Raghavan and H. S.
Ramaswamy. Marcel Dekker, Inc. New York.
Dhalimi, A. 1990., Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan Sayuran Segar. Makalah
Pelatihan Kerja sama FAO – Dep. Perdagangan di Jakarta 12 – 14 Pebruari 1990,
p. 17 – 37.
Imade, S. U. 2001. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar. Makalah
dibawakan pada “Forum Konsultasi Teknologi” Teknologi Pertanian.
Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 21 November 2001.13 hlm.
Mutiarawati. 2007. Penanganan pasca Panen hasil pertanian. Bandung: UNPAD
Press
Pantastico, B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan oleh :
Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Purwadana, 1994. Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Grasindo
Pustaka. 2007. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Jakarta.
Rumiati. 1990. Kiat-kiat Panen Hortikultura. Yogyakarta: Cerahya.
Ruminten, B. 2001. Panen dan Pasca Panen. Bogor : IPB
Setyono, 2001. Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Bogor: Maju Jaya
Soemardi, 1986. Panen dan Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius
Wills, R.B.H., T.H. Lee, P. Graham, W.B. McGlasson and E.G. Hall, 1981. Post
Harvest : an Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and
Vegetable. New South Wales University-Press, Australia