Anda di halaman 1dari 5

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 5

1. Patogenitis limfadenitis
JAWAB:
Limfadenitis adalah respons limfosit T dan histiosit terhadap infeksi. Infeksi
yang diduga menjadi penyebab meliputi Epstein Barr virus (EBV), human
herpesvirus 6, human herpesvirus 8, human immunodeficiency virus (HIV),
parvovirus B19, paramyxoviruses, parainfluenza virus, Yersinia
enterocolitica, dan toksoplasma

sumber: Oehandian, A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. CDK.


Vol 10 (10). Viewed on 9 april 2020. From http://kalbemed.com

2. Epidemiologi limfadenitis
JAWAB:
Terdapat 2556 khasus limfadeniti, pada tahun 2011 pasien dengan usian
rentang 20-50 tahun, yaitu dengan banyak 74 pada jenis kelamin wanita dan
pada penelitian didapatkan pasien limfadenitis didapatkan mengalami gejala
sistemik.

sumber: Oehandian, A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. CDK.


Vol 10 (10). Viewed on 9 april 2020. From http://kalbemed.com

3. Perbedaan limfadenitis dan limfadenopati


JAWAB:
Pada limfadenitis kondisi dimana adanya peradangan pada kelenjar
getah bening sedangkan limfadenopati adalah adanya pembengkakan pada
kelenjar getah bening yang jumlahnya lebih dari satu yang tidak saling
berdekatan.

Sumber: Oehandian, A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. CDK.


Vol 10 (10). Viewed on 9 april 2020. From http://kalbemed.com

4. Patofisiologi limfadenopati
JAWAB:
Kelenjar getah bening berfungsi sebagai filter antigen untuk sistem
retikuloendotelial (RE) tubuh. Ini terdiri dari sinus berlapis-lapis yang secara
berurutan mengekspos limfosit sel B, limfosit sel T, dan makrofag ke cairan
ekstraseluler aferen. Dengan cara ini, sistem kekebalan tubuh dapat mengenali
dan bereaksi terhadap protein asing dan me-mount respon imun atau menyita
protein-protein ini jika perlu. Dalam perjalanan reaksi ini, ada beberapa
perkalian dari garis sel imun yang merespons, dan dengan demikian, simpul
itu sendiri bertambah besar. Secara umum dikatakan bahwa ukuran simpul
dianggap diperbesar ketika lebih besar dari 1 cm. Namun, kenyataannya
adalah bahwa kriteria "normal" dan "diperbesar" bervariasi tergantung pada
lokasi node dan usia pasien.

Sumber: Freeman, A. M. adenopati. Treasure island: star pearls

5. Komponen sistem imun yang bekerja pada kelenjar limfe


JAWAB:
Kelenjar limfe berbentuk bulat lonjong dengan ukuran 10-25mm, limfe
disebut getah bening yang isinya hampir sama dengan plasma darah dan
cairan jaringan bedanya cairan limfe mengandung sel darah limfosit, tidak
terdapat karbon dioksida, dan mengandung sedikit oksigen.

Sumber: Lesmana, R. 2017. Fisiologi dasar. Yogyakarta: deepublish

6. Gejala klinis dari khasus


JAWAB:
- Lembut pembengkakan kelenjar getah bening di leher ketiak dan daerah
lipatan lainnya
- Keringat malam
- Pengerasan dan perluasan kelenjar getah bening yang bisa menunjukan
adanya tumor
- Pembengkakan anggota tubuh yang mengindikasikan sumbatan kelenjar
limfe

Sumber: Murel, D. 2018. Lymph node inflammation(lymfadenitis). Vol 1(1).


Viewed on 9 April 2020. From http://healtline.com

7. Hispopatologi limfadenitis dengan gangguan pada kelenjar limfe


JAWAB:
Perlihatkan kelenjar getah bening yang mengandung tubercle yaitu suatu
granuloma atau kumpulan makrofag yang berubah seperti sel epitel dan
disebut sel epiteloid serta dikelilingi terutama oleh sel limfosit dan kadang-
kadang sel plasma yang khas di mana bagian pusatnya dijumpai adanya
nekrosis kaseosa.
Tampak pula pada tubercle tersebut adanya sel dentia langkahan sel datia
langhans merupakan gabungan beberapa sel epiteloid yang menjadi satu
merupakan sel yang besar berbentuk bulat atau lonjong dengan inti banyak
dan tersusun di perifer letak inti bermacam-macam Ada yang membentuk
susunan seperti cincin huruf u atau Tapal Kuda lingkaran terkumpul pada satu
kutub Upton kumpul pada dua kutub pembentukan sel detia ini karena fusi sel
makrofag dalam hal ini sel epiteloid Selain itu pada sediaan terdapat pula
necrosis caseosa ecosys caseosa adalah suatu jenis nekrosis dimana semua
struktur jaringan tidak terlihat lagi sehingga menghasilkan bahan Amor
granulasi kering seperti keju ini tampak sebagian daerah yang Amor granular
berwarna merah dan kotor karena adanya sisa-sisa nukleus yang hancur

Sumber: Sudiono, J. 2001. Patologi anatomi. Jakarta: EGC

8. Manajemen penatalaksanaan, monitoring dan prognosis lomfoma


JAWAB:
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, antara lain: tipe limfoma (jenis
histologi), stadium, sifat tumor (indolen/progresif), usia, dan keadaan umum
pasien.
I. LNH INDOLEN (FOLIKULAR)
A. LNH INDOLEN STADIUM I DAN II
Radioterapi memperpanjang disease free survival pada
beberapa pasien. Standar pilihan terapi :
1. Iradiasi
2. Kemoterapi + radiasi
3. Extended (regional) iradiasi
4. Kemoterapi (terutama pada stadium ≥2 menurut kriteria
GELF)
5. Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
B. LNH INDOLEN STADIUM II, III, IV
Standar pilihan terapi
1. Tanpa terapi
2. Rituximab dapat diberikan sebagai kombinasi terapi lini
pertama yaitu R-CVP. Pada kondisi dimana Rituximab
tidak dapat diberikan maka kemoterapi kombinasi
merupakan pilihan pertama misalnya : COPP, CHOP
dan FND.
3. Purine nucleoside analogs (Fludarabin) pada LNH
primer
4. Alkylating agent oral (dengan/tanpa steroid), bila
kemoterapi kombinasi tidak dapat diberikan/ditoleransi
( (cyclofosfamid, chlorambucil)
5. Rituximab maintenance dapat dipertimbangkan
6. Kemoterapi intensif ± Total Body irradiation (TBI)
diikuti dengan stem cell resque dapat dipertimbangkan
pada kasus tertentu
7. Raditerapi paliatif, diberikan pada tumor yang besar
(bulky) untuk mengurangi nyeri/obstruksi.

C. LNH INDOLEN RELAPS

Standar pilihan terapi

1. Radiasi paliatif
2. Kemoterapi
3. Transplantasi sumsum tulang

Sumber: komite nasional penanggulangan kanker. 2015. Panduan


penanggulangan limfoma non Hodgkin. Jakarta: kemenkes RI.

9. Anatomi KGB( DARI TELINGA SAMPAI RAHANG)


JAWAB:
Sumber: Oehandian, A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. CDK.
Vol 10 (10). Viewed on 9 april 2020. From http://kalbemed.com

Anda mungkin juga menyukai