Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

REVOLUSI INDUSTRI 4.0

DOSEN PENGAMPU

Drs. Ajat Sudrajat, M.PM.

DISUSUN OLEH

Dede Sukma Wijaya 182020055

Lia Yuliana 182020072

Alghifari Rizkia 182020076

Putra Rahman Priyadi 182020081

UNIVERSITAS PASUNDAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Maret 2019

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................1

BAB II Pembahasan
A. Revolusi Industri 4.0 .......................................................................................2
B. Efek Revolusi Industri 4.0 ...............................................................................5
C. Menyikapi Perubahan Ekonomi sebagai Akibat dari Revolusi Industri 4.0 ....5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................8
B. Saran.................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Revolusi industri dan globalisasi seakan menjadi satu kesatuan
yang tak terlepas dari kehidupan manusia. Seperti yang telah diketahui
banyak orang bahwa zaman sekarang sudah menggunakan teknologi yang
lebih canggih mulai dari bidang industri sampai perdagangan pun
menggunakan teknologi. Banyak yang mengatakan bahwa globalisasi dan
revolusi industri mempunyai keuntungan, tetapi tidak sedikit pula yang
menganggap bahwa hal itu merugikan. Contohnya sudah terlihat di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.
Indonesia juga terimbas efek globalisasi dan beberapa waktu yang
lalu, pemerintah mulai merencanakan revolusi industri 4.0 yang
menggantikan revolusi-revolusi sebelumnya. Revolusi ini diklaim mampu
bersaing di tingkat internasional tetapi permasalahan yang ada di negeri ini
belum terselesaikan. Masih banyak hal yang harus diselesaikan mulai dari
SDM, manajemen pemerintah, dan pelaku-pelaku yang terlibat dalam
revolusi industri ini. Sehingga, Indonesia mampu bersaing di tingkat
internasional tanpa mengalami masalah-masalah yang timbul di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan suatu
rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana bentuk-bentuk dari Revolusi Industri 4.0?
2. Bagaimana Efek dari Revolusi Industri 4.0?
3. Bagaimana cara menyikapi perubahan Ekonomi sebagai Akibat dari
Revolusi Industri 4.0
C. Tujuan
1. Mengetahui bentuk-bentuk dari Revolusi Industri 4.0
2. Mengetahui Efek dari Revolusi Industri 4.0
3. Mengetahui cara menyikapi perubahan Ekonomi sebagai Akibat dari
Revolusi Industri 4.0

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Revolusi Industri 4.0
Pada era ini merupakan era digitalisasi yang merupakan bagian
dari revolusi industri 4.0. Namun, banyak masyarakat belum memahami
apa yang dimaksud dengan revolusi industri yang akhir-akhir ini
dibicarakan masyarakat dan apa tujuan pemerintah Indonesia
mencanangkan revolusi industri keempat (4.0) tersebut.
Sebenarnya, istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke
empat. European Parliamentary Research Service (dalam Prasetyo, Hoedi,
Wahyudi Sutopo, 2018: 17) menyampaikan bahwa revolusi industri
terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun
1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan
pekerjaan manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di
mana mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk
kegiatan produksi secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk
otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri
ketiga. Saat ini, perkembangan yang pesat dari teknologi sensor,
interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan untuk
mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang
industri.
Istilah Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya
saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011. Negara Jerman memiliki
kepentingan yang besar terkait hal ini karena Industri 4.0 menjadi bagian
dari kebijakan rencana pembangunannya yang disebut High-Tech Strategy
2020. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan Jerman agar
selalu menjadi yang terdepan dalam industri manufaktur. Beberapa negara
lain juga turut serta dalam mewujudkan konsep Industri 4.0 namun
menggunakan istilah yang berbeda seperti Smart Factories, Industrial
Internet of Things, Smart Industri, atau Advanced Manufacturing. Meski
penyebutan istilah yang berbeda, istilah tersebut memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk meningkatkan daya saing industri tiap negara dalam

2
menghadapi pasar global yang sangat dinamis. Kondisi tersebut
diakibatkan oleh pesatnya perkembangan pemanfaatan teknologi digital di
berbagai bidang.
Secara definisi, Angela Merkel, Kanselir Jerman berpendapat
bahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan
aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan
internet dengan industri konvensional. Tetapi, secara teknis, Industri 4.0
adalah integrasi dari Cyber Physical System (CPS) dan Internet of Things
and Services (IoT dan IoS) ke dalam proses industri yang meliputi
manufaktur dan logistik serta proses lainnya. CPS menurut Lee (dalam
Prasetyo, Hoedi, Wahyudi Sutopo, 2018:19) adalah teknologi untuk
menggabungkan antara dunia nyata dengan dunia maya. Penggabungan ini
dapat terwujud melalui integrasi antara proses fisik dan komputasi secara
close loop.
Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi ini ditandai
dengan munculnya robot, supercomputer, mobil pintar, dan sebagainya.
Pada era ini, ukuran perusahaan tidak menjadi jaminan, tetapi kelincahan
adalah kunci keberhasilan dalam waktu yang cepat. Oleh seebab itu,
perusahaan harus peka dan melakukan instropeksi diri sehingga mampu
bertahan di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Revolusi Industri 4.0 tak hanya menawarkan sisi positif tapi juga
negatif dan mau tidak mau, siap tidak siap, Indonesia akan “ditelan” oleh
revolusi yang ditopang oleh teknologi-teknologi abad 21 seperti machine
learning, artificial intelligence, internet of things, hingga 3D printing.
Jadi, masyarakat harus mempersiapkan diri, merencanakan, dan menyusun
strategi di tingkat negara untuk menghadapinya.
Agar tidak “silau” oleh janji-janji Revolusi Industri 4.0,
masyarakat harus tahu “sisi gelap” dan beberapa tantangan yang harus
dihadapi.
1. Efek Disruptif.
Revolusi Industri 4.0 menghasilkan perubahan yang
supercepat, eksponensial, dan disruptif. Industri-industri lama

3
“dirusak” (creative destruction) sehingga menghasilkan
industri-industri baru dengan pemain yang baru, model bisnis
baru, dan proposisi baru.
Perubahan disruptif Industri 4.0 ini memiliki kekuatan
“membilas” industri lama: ritel tradisional dibilas oleh e-
commerce; media cetak dibilas oleh media online; layanan taksi
tradisional dibilas layanan taksi berbasis sharing economy;
layanan telekomunikasi dibilas oleh layanan OTT (over-the-
top) seperti WhatsApp; mass manufacturing bakal dibilas oleh
additive manufacturing yang tailor-made dengan adanya
teknologi 3D printing; bahkan nilai tukar negara akan dibilas
oleh cryptocurrency.
Perubahan sangat mendadak ini bukannya tanpa kerugian
ekonomi-sosial. Dampak paling mendasar adalah terjadinya
migrasi nilai dari pemain inkumben ke pemain-pemain baru.
Migrasi nilai ini memicu bergugurannya pemain inkumben
karena pasarnya digerogoti oleh pemain-pemain baru dengan
model bisnis baru berbasis digital. Peritel tradisional mulai
berguguran, koran dan majalah tak lagi terbit, dan puluhan
industri mengalami pelemahan permintaan.
2. Ketimpangan Ekonomi.
Tantangan paling pelik dari Revolusi Industri 4.0 adalah
melebarnya ketimpangan ekonomi antara pemilik modal baik
fisik maupun intelektual, dengan penduduk yang
mengandalkan tenaga kerja murah.
Pasar di berbagai sektor Industri 4.0 mengarah ke struktur pasar
yang bersifat monopolistik sebagai dampak dari apa yang
disebut platform effect. Dalam teori ekonomi, platform digital
menghasilkan increasing return to scale bagi produsen dimana
tingkat hasil semakin meningkat seiring meningkatnya skala
ekonomi.
3. Pengangguran Massal.

4
Di era Industri 4.0 semakin banyak pekerjaan manusia yang
tergantikan oleh robot (otomasi). Tak hanya pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat repetitif, pekerjaan-pekerjaan analitis
dari beragam profesi seperti dokter, pengacara, analis
keuangan, konsultan pajak, wartawan, akuntan, hingga
penerjemah.
4. Agile Government.
Agile governement menuntut pemerintah bisa menjalankan
proses politik, legislatif, dan regulatif yang adaptif mengikuti
setiap perkembangan Revolusi Industri 4.0. Untuk bisa
melakukannya ia harus berkolaborasi secara intens dengan
seluruh elemen stakeholders (bisnis, akademis, komunitas,
masyarakat) dalam menuntun proses trasformasi digital di level
negara, industri, dan masyarakat secara luas.
B. Efek Revolusi Industri 4.0
Berbicara mengenai efek, memungkinkan untuk tetap waspada
terhadap kehidupan masyarakat. Bagaimana tidak, efek revolusi industri
4.0 mulai dirasakan oleh sebagian masyarakat. Sebagai contoh, di era ini,
muncul berbagai pekerjaan yang sekarang menggunakan teknologi digital.
Hal ini membuat pekerjaan yang konvensional menjadi resah dengan
kehadirannya. Jika tak mampu beradaptasi dengan baik, maka pekerjaan
yang berbasis konvensional akan “punah” digerus oleh waktu.

Menurut Prof. Dwikorita Karnawati (dalam Rosyadi, 2018: 7),


revolusi industri 4.0 dalam lima tahun mendatang akan menghapus 35
persen jenis pekerjaan bahkan 10 tahun yang akan datang jenis pekerjaan
yang akan hilang bertambah menjadi 75 persen. Hal ini disebabkan
pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap digantikan
dengan teknologi digitalisasi program. Dampaknya, proses produksi
menjadi lebih cepat dikerjakan dan lebih mudah didistribusikan secara
masif dengan keterlibatan manusia yang minim.

C. Menyikapi Perubahan Ekonomi sebagai Akibat dari Revolusi Industri


4.0 dan Globalisasi di Indonesia

5
Ekonomi sebagai pondasi bagi kedaulatan Indonesia karena pada
hakikatnya, ekonomi bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat. Pada era
revolusi industri 4.0, perekonomian di Indonesia perlahan mulai berubah
ke system digital walaupun pada kenyataannya masih belum diterapkan
sepenuhnya. Contohnya saja penggunaan uang non-tunai di tiap transaksi
seperti pembayaran pajak, transfer, pembelian barang secara daring (dalam
jaringan/online), dan sebagainya. Akan tetapi, ada suatu kondisi di mana
penggunaan uang non-tunai belum diterapkan, sebagai contoh, di pasar
tradisional.

Indonesia juga masuk anggota MEA (Masyarakat Ekonomi


ASEAN), di mana perdagangan mulai memasuki perdagangan bebas bagi
negara-negara ASEAN. Perdagangan bebas sejatinya mempunyai dampak
negatif bagi pengusaha yang secara kemampuan belum memenuhi standar.
Namun, bila ada pengusaha yang mampu beradaptasi dengan perdagangan
bebas, maka keuntungan pengusaha tersebut sangat besar. Pemanfaatan
peluang menjadi kunci dalam keberhasilan dalam perubahan ekonomi
Indonesia. Jika tidak ada pemanfaatan tersebut, kemungkinan Indonesia
menjadi penonton di negeri sendiri.

Hadirnya MEA menjadi tantangan bagi pelaku usaha sector


industri dalam negeri. Peningkatan kualitas dan daya saing menjadi suatu
keharusan agar bisa bersaing dengan perusahaan multinasional. MEA juga
sebagai jawaban atas tekanan globalisasi yang semakin menguat di tengah
era keterbukaan informasi dan teknologi yang semakin maju. Pemerintah
tidak tinggal diam untuk menghadapi globalisasi dan revolusi industri 4.0
di Indonesia. Berikut adalah upaya pemerintah untuk menghadapi hal
tersebut.

1. Memprioritaskan pemulihan ekonomi.


Jika ingin negara memiliki SDM yang berkualitas, aspek
ekonomi menjadi prioritas utama. Bila tidak memprioritaskan
hal tersebut, maka menimbulkan inflasi tinggi, bertambahnya

6
jumlah pengangguran, kemiskinan yang memilukan,
pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan konflik semakin besar.
2. Meningkatkan daya potensi nasional.
Dengan SDA dan SDM yang berlimpah, setidaknya negara
mampu memenuhi segala kebutuhannya secara mandiri.
Tentunya, SDM yang berkualitas yang mampu mengolah SDA
yang dimiliki oleh negara dan tanpa campur tangan pihak
asing.
3. Memasukkan kemajuan teknologi dalam pembangunan.
Sebagai contoh, menyediakan jaringan informasi yang
menghubungkan berbagai pihak dengan tujuan meningkatkan
daya saing produk dalam negeri.
4. Pengembangan usaha mikro.

Usaha-usaha mikro mempunyai beberapa keunggulan


seperti menjadi penyedia barang-barang murah untuk rumah
tangga maupun ekspor, efisiensi dan fleksibilitas yang tinggi,
semangat usaha tinggi, profitabilitas yang tinggi, serta kemampuan
pengembalian pinjaman yang tinggi.

5. Melakukan deregulasi dan debirokrasi.

Tujuan deregulasi dan debirokrasi adalah untuk


menciptakan regulasi baru dalam menjunjung tinggi supremasi
hukum, pengakuan terhadap hak asasi manusia, hak kepemilikan,
hak kebebasan berusaha, dan hak masyarakat sipil.

6. Memanfaatkan forum kerjasama internasional.

Tujuannya untuk memperdalam kerja sama untuk saling


menguntungkan, mendorong proses globalsasi perdagangan dan
investasi, serta kerja sama ekonomi dan teknologi.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Revolusi Industri 4.0 mempunyai kontribusi besar bagi perubahan
di Indonesia baik dari sisi budaya, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Akan
tetapi, masalah yang melanda Indonesia bukan sesuatu yang dianggap
kecil. Masalah tersebut bisa jadi karena masyarakat yang belum
memahami Revolusi Industri secara menyeluruh. Tak terlepas dari
masalah ini, nasib Indonesia pun dipertanyakan, apakah mampu mengatasi
masalah itu sendiri atau justru tertindas dan “meronta-ronta” di negeri
sendiri. Revolusi Industri 4.0 menyebabkan pengangguran yang besar
(Automation Effect) dimana pegawai merasa “tak dihargai” karena
perannya digantikan oleh mesin, AI, dan sejenisnya. Untuk itu, pemerintah
berperan aktif dalam upaya mengatasi efek-efek negatif revolusi industri
agar Indonesia mampu bersaing baik ditingkat regional maupun
internasional.
B. Saran
Alangkah baiknya jika pemerintah mensosialisasikan mengenai
Revolusi Industri 4.0 dan dampak-dampak globalisasi serta memberikan
alternatif jika ingin menjalankan Revolusi Industri 4.0 tanpa
mengorbankan pekerja-pekerja yang telah mengabdi untuk pembangunan
Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hady, Y. (2018, 04 29). Tantangan Revolusi Industri 4.0. Retrieved from yuswohady.com:
http://www.yuswohady.com/2018/04/29/tantangan-revolusi-industri-4-0/

Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah
Perkembangan Riset. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 13, 17-26.

Anda mungkin juga menyukai