Anda di halaman 1dari 5

Hukum Kedua Termodinamika, Entropi dan Ketidakteraturan

Termodinamika merupakan bahasa Yunani yang terdiri dari kata thermos


dengan arti panas dan dynamic dengan arti perubahan titik. Sehingga, termodinamika
dapat diartikan sebagai energi fisika, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
Pada awalnya, termodinamika merupakan ilmu yang digunakan untuk mempelajari
mesin panas (hot engine). Dengan mesin panas ini, kerja yang berguna dapat
diperoleh dengan pengubahan kalor. Sekitar abad 19, beberapa ilmuwan
mempercayai bahwasannya fluida yang tidak bermassa atau biasa disebut dengan
kalori (sesuatu yang dapat mengalir dari temperature tinggi menuju temperature
rendah) sebagai kalor. Akan tetapi, tidak semua kalor yang mengalir tersebut dapat
diubah menjadi kerja yang berguna. Baik tenaga ledakan mesin maupun uap, tidak
seutuhnya dapat diubah menjadi kerja. Oleh karena itu, setiap mesin panas harus
memiliki besaran efisiensi tertentu. Menurut para ilmuwan hal tersebut sangatlah
menarik dan menambah rasa ingin tahu ilmuwan pada efisiensi mesin. Sehingga,
untuk dapat meningkatkan efisiensi yang setinggi-tingginya, para ilmuwan mencoba
beberapa cara dan mempelajari lebih dalam mengenai efisiensi dari sebuah mesin
panas. Nicolas Leonard Sadi Carnot (1796-1823) adalah teknisi muda dan merupakan
salah satu ilmuwan yang mempelajari lebih dalam mengenai efisiensi sebuah mesin
panas. Carnot mengemukakan bahwa pada efisiensi suatu mesin panas terdapat suatu
batasan yang dipengaruhi oleh dua temperature yang bekerja di antara mesin panas
tersebut. Efisiensi dari suatu mesin dapat meningkat apabila kalor yang dilepas dan
gerakan mesin yang bergesekan dapat berkurang. Untuk dapat merealisasikan hal
tersebut, mesin panas harus diisolasi terlebih dahulu. Batasan kerja akan selalu
didapat dari kalor yang diberikan pada temperature tinggi ke rendah, walaupun mesin
panas sudah dibuat seideal mungkin. Konsep dari Carnot ini merupakan cikal bakal
dari adanya hukum kedua termodinamika, meskipun pada saat itu Carnot belum
memformulasikan hukum kedua termodinamika.

Ilmuwan berikutnya yang juga berperan dalam memformulasikan hukum


kedua termodinamika adalah William Thomson (1824-1907) atau lebih familiar
sebagai Lord Kelvin. Penemuan Lord Kelvin berhubungan dengan skala temperature
absolut. Penemuan Lord Kelvin disebut sebagai nol mutlak (0 K), yang merupakan
batasan terendah dari suatu temperature, sehingga tidak ada temperature yang lebih
rendah dari nol mutlak tersebut. Pada dasarnya, Lord Kelvin memberikan formulasi
hukum kedua termodinamika yang berbunyi “tidak mungkin bagi kita untuk dapat
mengubah kalor sepenuhnya menjadi kerja”. Selain kedua ilmuwan yang telah
disebutkan sebelumnya, Rudolf Clausius (1822-1888) juga merupakan ilmuwan yang
berperan penting dalam penemuan formulasi untuk hukum kedua termodinamika.
Clausius mengemukakan bahwa kalor hanya akan mengalir dari temperature tinggi
menuju temperature rendah dan tidak mungkin terjadi proses sebaliknya pada saat
system dalam keadaan terisolasi Pernyataan dari Lord Kelvin dan Clausius tampak
tidak berhubungan, tetapi dapat dilihat bahwa dua pernyataan tersebut sepadan.
Temperature panas yang menyimpan kalor tentulah dapat dikonversi menjadi kerja
apabila kalor dapat mengalir dari temperature rendah menuju temperature tinggi.
Oleh karena itu, jika pernyataan dari Clausius kita langgar maka secara otomatis kita
telah melanggar pernyataan dari Lord Kelvin.

Selanjutnya, mari kita bayangkan ada sebuah truk dengan sekat di tengahnya,
dimana pada salah satu sisi truk diisi dengan gas hingga penuh dan pada sisi yang lain
adalah vakum. Jika kita membuka sekat tersebut, maka pada sisi yang vakum akan
terisi dengan gas pula akibat dari penyebaran gas dari salah satu sisi truk. Kemudian
bayangkan jika pada sisi yang vakum diisi dengan beberapa jenis gas yang berbeda
dari sisi lainnya, lalu sekat ditengah-tengah truk dibuka kembali. Maka, pencampuran
gas akan terjadi secara alamiah. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang terjadi
secara alami. Maka, pernahkah kalian berpikir bisakah peristiwa tersebut terjadi
secara berkebalikan? Misalnya saja tiba-tiba seluruh gas yang mengisi ruangan
beralih hanya pada satu sisi, atau tiba-tiba dua gas dengan jenis berbeda yang berbaur
tadi berkumpul dengan jenis gasnya masing-masing dan saling memisahkan diri.
Bayangkan jika peristiwa sebaliknya terjadi pada gambar di bawah ini, apakah bisa
hal tersebut terjadi? Hal tersebutlah yang dimasksud dalam pernyataan Clausius.

(a) Keseimbangan terjadi antara dua


gas dengan suhu yang berbeda
(b) Ruang yang lebih luas akan
ditempati pada saat proses ekspansi
(peluasan) gas
(c) Dua gas mengalami proses
pencampuran
Dengan mengamati proses tersebut, Clausius mencoba untuk menjelaskannya dengan
menyatukan dan mengeneralisaikan semua proses dalam suatu prinsip baru. Dari
sinilah istilah entropi terbentuk. Dengan konsep tersebut, pernyataan mengenai
hukum kedua termodinamika dibentuk dan hingga saat ini pernyataan tersebut sering
kita jumpai yaitu “Entropi pada proses spontan dalam system terisolasi tidak pernah
berkurangI”.

Berdasarkan pengamatan pada system makroskopik yang telah dilakukan


tersebut, terbentuklah Hukum Kedua Termodinamika (Entropi). Selama ini entropi
dikenal sebagai ketidakteraturan (disorder), yaitu apabila konfigurasi atom-atom
(microstate) dalam system menjadi semakin tidak teratur, maka dapat dikatakan
bahwa entropi pada system tersebut semakin meningkat.

Berdasarkan contoh yang sangat sedikit, entropi dikonsep sebagai pengukur


ketidakteraturan (measure of disorder). Contoh yang sangat sedikit tersebut bahkan
seringkali gagal dalam menjelaskan konsep entropi sebagai pengukur ketidakteruran.
Kata ‘ketidakteraturan’ digunakan untuk mempermudah dalam memahami makna
dari entropi yang didasarkan pada pengamatan terhadap definisi entropi yang
disampaikan oleh Boltzman. Akan tetapi dalam penjelasan Boltzmann mengenai
tingkat kebebasan molekul pada suatu sistem (entropi), tidak pernah digunakan kata
‘ketidakteraturan’. Tingkat kebebasan system yang dipengaruhi oleh aliran energy
merupakan penyebab dari perubahan entropi, akan tetapi dalam hal ini makna entropi
yang digunakan adalah terlalu monoton pada ‘ketidakteraturan’. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa entropi bukanlah pengukur kekacauan atau ketidakteraturan,
tetapi entropi merupakan sebuah variable yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kebebasan molekul dalam system dan antara system dengan lingkungannya.
Berikut adalah contoh yang menjelaskan bahwasannya entropi bukanlah
‘ketidakteraturan’

1. Ekspansi (Peluasam) Gas Pada Vakum


Berikut adalah salah satu contoh yang dapat memberikan gambaran bahwa
entropi bukanlah pengukur ‘ketidakteraturan’.

Berdasarkan gambar di atas, system mengalami kenaikan entropi. Apakah kita


bisa mengatakan bahwa nomer 1 lebih teratur dibandingkan dengan nomer 2?
Oleh karenanya, makna ‘ketidakteraturan’ dalam hal ini memiliki
keambiguan, sehingga kita tidak bisa membenarkan pernyataan hanya dari
sudut pandang definisi kita.
2. Perbandingan Atom Berat Dengan Atom Ringan Suatu Gas Monoatomik
Atom Kripton akan bergerak lebih lambat dibandingkan dengan atom Helium
pada temperature yang sama. Jika kita menggunakan ‘ketidakteraturan’
sebagai konsep entropi, maka pasti kita akan mengira bahwasannya entropi
dari atom Krypton adalah lebih rendah daripada entropi atom Helium, karena
atom Kripton bergerak lebih lambat/pelan sehingga tingkat ‘ketidakteraturan’-
nya akan rendah. Akan tetapi, perkiraan yang demikian adalah keliru.
Pada keadaan dasar (ground state), entropi Krypton sebesar 164 J/Kmol
sedangkan entropi Helium sebesar 126 J/Kmol. Mengapa terjadi hal tersebut?
Hal tersebut terjadi karena Helium memiliki massa yang lebih kecil
dibandingkan dengan Kripton sehingga Helium memiliki momentum dengan
interval yang lebih kecil yang menyebabkan level antara energinya memiliki
jarak yang semakin jauh sehingga microstate (tingkat kebebasan) molekulnya
menjadi lebih sedikit walaupun Helium bergerak lebih cepat.

Daftar Pustaka

Atkins, PW. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga
Gaffar, Muhammad. 2016. Petualangan Filosofis Hukum Kedua
Termodinamika.
https://medium.com/@m.gaffar/petualangan-filosofis
hukum-kedua-termodinamika-77576a526ad (diakses pada tanggal 23
Maret 2020)
Ihsani, Kiswanto. 2018. Filsafat Entropi dan Termodinamika.

https://www.kompasiana.com/kiswanto87106/5c07646e6ddcae676565
022/filsafat-entropi-dan-termodinamika (diakses pada tanggal 23 Maret
2020)
Pangestu, Aji. 2019. Ilmu Kimia. https://www.pakarkimia.com/entropi/
(diakses pada tanggal 31 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai