Anda di halaman 1dari 32

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

Untuk memenuhi tugas Blok Community Health Nursing

Oleh:

Choirunnisa Aprilia Setyo Putri

155070200111014

Reguler 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2019

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah terkenal sejak zaman dahulu bahkan
berkembang besamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan
satu sama lain. Epidemiologi bertujuan untuk mengungkapkan penyebab suatu penyakit
atau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang membutuhkan
pengetahuan ilmu kedokteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi, dan
genetika. Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat digunakan untuk
menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan, dan meramalkan
hasil pengobatan. Epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu dan
merupakan ilmu yang kompleks karena selain ilmu kedokteran, epidemiologi
membutuhkan ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, dsb (Budiarto, 2003).
Walaupun epidemiologi telah dikenal dan dilaksanakan sejak zaman dahulu,
tetapi dalam pengembangannya mengalami banyak hambatan hingga baru pada
beberapa dasawarsa terakhir ini epidemiologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Oleh
karena itu, epidemiologi seolah-olah merupakan ilmu yang baru. Salah satu penyebab
hambatan tersebut adalah belum semua ahli dalam bidang kedokteran pada saat itu
setuju dengan metode yang digunakan dalam epidemiologi. Hal tersebut disebabkan
adanya perbedaan paradigm dalam menangani masalah kesehatan antara ahli
pengobatan dan metode epidemiologi, terutama pada masa berlakunya paradigm
bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat (Budiarto, 2003).
Padahal epidemiologi mempunyai banyak tujuan dan manfaat di berbagai aspek
yaitu akademik, praktis, klinis, dan administrative. Pada aspek akademik, epdemiologi
merupakan analisis data kesehatan dan social ekonomi untuk mengidentifikasi dan
menginterpretasi perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan
terjadi di masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu. Pada aspek praktis,
epidemiologi merupakan ilmu yang ditujuan pada upaya pencegahan penyebaran
penyakit yang menyerang individu, kelompok, atau masyarakat umum. Pada aspek
klinis, epidemiologi digunakan untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau
prevalensi. Sedangkan, pada aspek administrative, epidemiologi merupakan suatu
upaya untuk mengetahui status kesehatan masyarakat di suatu wilayah atau negara
agar masyaratak dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
(Budiarto, 2003). Sehingga, metode epidemiologi ini sangat membantu dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia yang lebih baik.
Salah satu masalah kesehatan yang menjadi urgensi di Indonesia yaitu Kanker.
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Berdasarkan data WHO, di Indonesia kanker payudara menempati urutan pertama
diikuti kanker serviks menempati urutan kedua. Hingga tahun 2017, hasil pemeriksaan
dini kanker serviks pada usia 30-50 tahun menggunakan tes Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA) atau Pap Smear menunjukkan angka 105.418 IVA positif dan 3.061
dicurigai Kanker Serviks (Kemenkes RI, 2018).
Keberhasilan menembus paradigm negatif epidemiologi berhasil berkat
perjuangan para ilmuwan seperti Hippocrates, John Graunt, John Snow, Lord Kevin, dll
(Budiarto, 2002). Para ilmuwan tersebut telah menciptakan konsep Epidemiologi yang
masih berlaku hingga saat ini untuk meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat.
Dimulai dari upaya pencegahan, deteksi dini, hingga rehabilitasi, terutama pada penyakit
dengan urgensi tinggi, salah satunya Kanker. Maka dari itu, makalah ini akan
menguraikan tentang konsep epidemiologi dan epidemiologi Kanker di Indonesia.

2. Tujuan umum
Memberikan informasi mengenai Epidemiologi Kesehatan.

3. Tujuan khusus
3.1. Menjelaskan tentang definisi Epidemiologi Kesehatan.
3.2. Menjelaskan tentang Konsep Epidemiologi Kesehatan.
3.3. Menjelaskan tentang Epidemiologi Kanker Indonesia.
BAB II
TEORI DAN KONSEP
1. Definisi

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, Yaitu epi atau apon yang berarti "pada" atau
"tentang", demos= people yang berarti penduduk, dan logio= knowledge yang berarti ilmu.
Sehingga epidemiologi dapat diartikan: ilmu yang mempelajari kejadian/kasus yang terjadi
pada penduduk/masyarakat. Epidemiologi didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satu
definisinya adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan
faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian
dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi status
kesehatan, penyakit atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis
kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang, dan
sebagainya (Kasjono, 2008).
Beberapa definisi Epidemiologi berdasarkah tokoh-tokoh Epidemiologi (Rofiqoh, 2014) :
a. Hirach (1883)
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit manusia
b. Frost (1927)
Epidemiologi adalah suatu ilmu induktif yang tidak hanya mendeskripsikan distribusi
penyakit, melainkan kesesuaiannya dalam suatu filosofi yang konsisten
c. Greewood (1934)
Epidemiologi adalah suatu penyakit sebagai fenomena massal
d. Lilienfeld (1957)
Epidemiologi adalah studi distribusi suatu penyakit atau kondisi dalam populasi dan
faktor yang mempengaruhi distribusi
e. Taylor (1963)
Epidemiologi adalah studi kesehatan atau penyakit dalam populasi
f. McMahon, Pugh & Ipsen (1970)
Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan frekuensi penyakit pada manusia
g. Last, 1988
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari penyebaran dan penentu dari
keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan dalam suatu populasi tertentu
dan penerapan dari hasil studi tersebut untuk penanggulangan masalah kesehatan
h. Noor Nasri Noor, 1997
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari, menganalisis serta berusaha
memecahkan berbagai masalah kesehatan pada suatu populasi tertentu
i. Mac Mahon, 1970 ; Omran, 1974
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan status
kesehatan dan kejadiannya dalam suatu populasi.
j. Azrul Azwar, 1988
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

2. Konsep Epidemiologi
2.1. Sejarah perkembangan epidemiologi
Menurut Bustan, 2006:
a. Hippocrates 460 – 377 SM (Ahli epidemiologi pertama)
1) Ahli Epidemiologi yang pertama yang menjelaskan terjadinya penyakit
dari dasar yang rasional. Buku yang ditulis: Epidemic I, Epidemic II, On Airs,
Waters, and Places. Memperkenalkan istilah epidemic dan endemic
2) Menyatakan bahwa “Proses penularan penyakit berkaitan dengan faktor
lingkungan”. Tertuang dalam tulisan “Epidemics” dan catatan “Airs, Waters and
Places”.
3) Masalah penyakit di masyarakat dan berbagai teori tentang hubungan
sebab akibat terjadinya penyakit di masyarakat  Konsep epidemiologi
pertama
b. Galen 129 – 199 M
1) Ahli bedah tentara romawi dan Bapak “Fisiologi Eksperimental” dan
pencetus teori miasma yang menjelaskan faktor prokatartik (cara hidup orang)
dan temperamen mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Teori miasma menjelaskan bahwa penyakit timbul akibat sisa dari mahluk
hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran / polusi udara dan
lingkungan.
2) Menyatakan bahwa pengaruh lingkungan (geografi dan iklim) disebut
miasma (istilah umum untuk partikel dalam udara). Contoh : Malaria  udara
buruk.
c. Thomas Sydenham (1624 – 1689)
Dikenal sebagai “Hippocrates Inggris” dan Bapak Epidemiologi. Menjelaskan
bahwa atmosfer mengakibatkan perubahan konstitusi epidemik
d. Noah Webster (1758 – 1843)
Pengumpul American Dictionary. Menjelaskan bahwa epidemik berkaitan dengan
faktor lingkungan
e. Pengembang Konsep Kontagion dan Teori Germ Penyakit
Teori kontagion menjelaskan tentang suatu penyakit terjadi karena terjadi proses
kontak atau bersinggungan dengan sumber penyakit. Dengan kata lain sebagai
suatu penularan penyakit atau zat penular. Contoh : bersentuhan, berciuman,
hubungan seksual, pemakaian jarum sunti bersamaan, handuk dan alat makan, dll.
Sedangkan teori germ (teori jasad renik) dikenal karena pengaruh ditemukannya
mikroskop sebagai suatu alat yang bisa melihat kuman (mikroorganisme) yang
dianggap sebagai timbulnya suatu penyakit.
1) Hieronymous Frascastorius (1478 – 1553)
Seorang sastrawan dan dokter dari Italia. Menjelaskan bahwa penyakit
disebabkan oleh “germ”. Penyakit ditransmisikan dari orang ke orang melalui
suatu partikel yang sangat kecil
2) Igmatz Semmelweis (1818 – 1865)
Seorang Ahli Obstetri dari Hungaria. Menjelaskan bahwa demam nifas dapat
direduksi jika para dokter mencuci tangan sebelum menolong persalinan
3) Edward Jenner
Seorang penemu vaksin cacar )di akhir tahun 1700). Mendukung teori
Fracastorius dan menerima teori germ penyakit
4) Louis Pasteur
Berkontribusi dalam menguatkan teori germ penyakit dengan
mendemonstrasikan efektivitas imunisasi pada pencegahan rabies dalam
tahun 1885. Namun belum mampu mengisolasi virus rabies  menghalau teori
miasma
f. Tokoh Kelahiran Vital Statistik
1) John Graunt (1662)
Seseorang yang melakukan analisis data mortalitas dalam tahun 1662. Dia
juga melakukan kuantifikasi yang pertama dari pola kelahiran, kematian dan
kejadian penyakit. Selain itu, mencatat perbedaan laki-laki dan perempuan,
kematian bayi yang tinggi, perbedaan urban-rural, dan variasi musiman.
2) Willian Farr (1839)
Seseorang yang melakukan pengumpulan data secara sistematik dan statistik
kematian di Inggris. Dia dikenal sebagai Bapak Statistik vital moderen dan
surveilens. Dia memperluas analisis data morbiditas dan mortalitas
epidemiologi serta melihat efek status perkawinan, pekerjaan dan ketinggian
g. Tokoh pada Studi Epidemiologi Klasik Awal
1) James Lind
Seseorang yang melakukan studi epidemiologi ekperimen pada etiologi dan
pengobatan scurvy (1753) dengan hasil bahwa dengan memakan jeruk
merupakan obat untuk scurvy
2) P L Panum
Seseorang yang mempelajari studi epidemiologi klasik tentang penyakit campak
di pulau Faroe (1875)
3) John Snow (1813 – 1858)
Sebagai ahli anestesi dan melakukan serial investigasi kolera di London.
Dikenal sebagai Bapak Epidemiologi Lapangan yang melakukan studi epidemik
kolera (1854).
Melakukan penelitian tentang penyebab kematian karena kolera di London
1848-1849 dan 1853-1854). Menjelaskan bahwa terdapat asosiasi antara
sumber air minum dan kematian akibat kolera, dimana penyakit kolera
menyebar karena adanya air yang terkontaminasi.
4) Doll and Hill dkk ( 1950-an)
Mempelajari huungan. antara merokok dan kanker paru dan melakukan studi
follow-up jangka panjang terhadap para dokter di Inggris. Dengan hasil bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan perkembangan
kanker paru. Pelopor epidemiologi klinik.
5) (Dawber, Kannel, dan Lyell, 1963. Gordon, Castelli, Hjortland, Kannel,
dan Dawber, 1977)
Melakukan riset epidemiologi pada penyakit kronik
6) (Freedman, Chear, Srinivasan, Webber, dan Berenson, 1985)
Bogalusa Heart Study
7) (Stamler, Wentworth, dan Neaton, 1986)
Multiple Risk Factor Intervention Trial
2.2. Ruang lingkup epidemiologi
Pada awalnya epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang bersifat
menular/infeksi dan akut. Pada perkembangan lebih lanjut, epidemiologi juga
mempelajari penyakit tidak menular juga kronis, masalah sosial/prilaku, penilaian
terhadap pelayanan kesehatan, serta di luar bidang kesehatan. Ruang lingkup
epidemiologi, meliputi (Noor, 2000) :
a. Epidemiologi Penyakit Menular
b. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
c. Epidemiologi Klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan
oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/dokter tentang cara
pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
d. Epidemiologi Kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem
pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi
berbagai perubahan demografis yang terjadi di dalam masyarakat.
e. Epidemiologi Gizi
Digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat
hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
f. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
Bentuk ini merupakan salaah satu sistem pendekatan manajemen dalam
menganalisis masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta
penyusunana rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan
terpadu.
g. Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta
menganalisis keadaan kesehtan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada
lingkungan kerja,serta kebiasaan hidup para pekerja
h. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa
dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat.
i. DLL
Ruang Lingkup Epidemiologi :
a. Definisi penyakit
b. Kejadian penyakit
c. Penyebab penyakit
d. Keluaran penyakit
e. Pengelolaan penyakit dan pencegahan penyakit

2.3. Macam epidemiologi


Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit
dan bagaimana berbagai komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk
mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan berbagai
cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam beberapa metode.
Metode Epidemiologi adalah cara pendekatan ilmiah dalam mencari faktor penyebab
serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu pada suatu kelompok
penduduk tertentu. Menurut Notoadmojo, 2011, pada dasarnya metode epidemiologi
dibagi 3, yaitu :
a. Deskriptif
Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah
kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu
penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu
dalam pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana) dan when
(kapan).
1) Siapa
Merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan
mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variable
umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Faktor-faktor ini biasa disebut sebagai variabel epidemiologi/demografi.
Kelompok orang yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau
mendapatkan resiko, biasanya disebut population at risk (populasi berisiko).
2) Dimana
Pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau
bekerja atau dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah
kesehatan. Faktor tempat ini dapat berupa kota (urban), dan desa (rural),
pantai dan pegunungan, daerah pertanian, industri, tempat bermukim atau
bekerja.
3) Kapan
Kapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini
dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim
kering.
Contoh :
“Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi Selatan adalah 25.000 lelaki
pada tahun 1992. ”
b. Analitik
Analitik adalah menegakkan hipotesis tentang hubungan sebab akibat terjadinya
keadaan kesehatan atau penyakit serta menguji hipotesis melalui pengamatan
langsung dengan menilai sifat penyebaran alamiah dalam masyarakat. Menjawab :
Why. Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk
menganalisis faktor penyebab (determinant) msalah kesehatan. Disini diharapkan
epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) apa penyebab
terjadinya masalah itu.
Contoh :
“Setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita
kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan faktor
determinan/penyebab terjadinya kanker paru.”
c. Eksperimental
Melakukan analisis secara langsung tentang hubungan sebab akibat melalui
percobaan-percobaan, baik di laboratorium maupun di masyarakat. Salah satu hal
yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab
terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji kebenaranya dengan
percobaan (eksperimen).
Contoh :
“Jika rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan
eksperimen jika rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya.
Untuk ini dilakukan perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan
orang yang tidak merokok, kemudian dilihat jumlah penderita penyakit kanker paru
untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan ada
atau tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit kanker paru tersebut.
2.4. Manfaat epidemiologi
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab
masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau
penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk
pencegahan dan penanggulangannya.
b. Menyiapkan data atau informasi untuk keperluan perencanaan program dengan
menilai status kesehatan masyarakat serta memberi gambaran tentang kelompok
penduduk yang terancam.
c. Membantu menilai berbagai hasil dari setiap bentuk program kesehatan
d. Mencari dan mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakut serta
cara menanggulanginya, baik penyakit perorangan (dianalisis dalam kelompok)
maupun Kejadian Luar Biasa adalm masyarakat

2.5. Prinsip epidemiologi


Menurut Murti, 1997, adapun prinsip-prinsip epidemiologi adalah :
a. Mempelajari sekelompok manusia atau masyarakat yang mengalami masalah
kesehatan.
b. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada populasi
yang dinyatakan dengan frekuensi atau rasio
c. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang diperinci menurut keadaan
tertentu (waktu, tempat, orang yang mengalami masalah)
d. Merupakan kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mengkaji masalah kesehatan
sehingga diperoleh kejelasan dari masalah tersebut.

2.6. Terjadinya penyakit / masalah kesehatan


Proses terjadinya penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat meliputi beberapa
teori yaitu :
a. Penyakit timbul karena gangguan makhluk halus.
b. Teori Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh lingkungan terutama:
air, udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam lingkungan).
c. Teori Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan
keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati
membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
e. Teori jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan
dilengkapi teori imunitas.
f. Teori nutrisi dan Resistensi, hasil pengamatan berbagai pengamatan
epidemiologis.
g. Teori Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam
Iingkungan tertentu dapat menimbulkan penyakit.
Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang
dari rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi
antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, Fisiologis, Psikologis,
Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan
(enviroment).
a. Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi
gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya
penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan
interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan).
Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan
menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat
b. Jaring-jaring Sebab Akibat

Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat.
Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan
memotong mata rantai pada berbagai titik.
c. Model Lingkaran atau Roda

Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan
tidak begitu menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara
manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing
lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.

2.7. Faktor resiko masalah kesehatan


Dengan menggunakan paradigma epidemiologi klasik yang menganggap
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan sebgai hasil akhir dari interaksi pejamu
(host), agent (bibit penyakit) dan lingkungan (environment).
a. Pejamu (Host)
Faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta
perjalanan suatu penyakit. Macam-macam faktor pejamu, antala lain :
1) Faktor keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal dengan berbagai penyakit yang dapat
diturunkan seperti riwayat alergis, kelainan jiwa dan beberapa penyakit
kelainan darah.
2) Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahahn tubuh baik maka dalam batas-batas tertentu jenis penyakit akan
dapat diatasi.
3) Umur
Pada saat ini dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur
tertentu. Misalnya penyakit campak, polio dan difteri yang banyak ditemukan
pada anak-anak.
4) Jenis kelamin
Beberapa penyakit tertentu hanya pada jenis kelamin tertentu saja. Misalnya
tumor leher rahim
5) Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit
tertentu. Misalnya penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan pada orang
barat.
6) Status perkawinan
7) Pekerjaan
Melihat dari tingkat stress dan beban masalah yang dihadapi, serta
kejiwaanya.
8) Kebiasaan hidup

b. Bibit penyakit (agent)


Suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadirannya
dapat menimbulkan atau mempengaruhi penyakit. Agent adalah faktor yang
menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan. Dan penyebab agent menurut
model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.
1) Biotis, khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan
a) Protozoa : misalnya Plasmodium, amodea
b) Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes
c) Bakteri : misalnya Salmonella, meningitis
d) Virus misalnya : dengue, polio, measies, lorona
e) Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
2) Abiotis, terdiri dari
a) Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak,
mineral, protein dan vitamin).
b) Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
c) Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
d) Mechanical Agent, misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan,
gesekan, dan getaran
e) Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
f) Phycologis Agent, misalnya gangguan genetik.
c. Lingkungan (environment)
Agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Unsur lingkungan memegang
peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya sifat karakteristik
individu sebagai pejamu dan itu memegang peranan dalam proses kejadian
penyakit.
1) Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain
meliputi :
a) Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen
b) Vektor pembawa infeksi
c) Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-
obatan), maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara
(host intermedia)
d) Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu
terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan
yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur
penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia
(sebagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan
manusia.
2) Lingkungan Fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
a) Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
b) Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran
pada air, dan
c) Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang
timbul akibat manusia sendiri.
3) Lingkungan Sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi.
Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk
masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
a) Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem
ekonomi yang berlaku;
b) Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
c) Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat, dan
d) Kebiasaan hidup masyarakat
e) Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.

2.8. Pengukuran epidemiologi


Dalam pengertian dan tujuan dari epidemiologi tertuang bahwa epidemiolog
dipakai untuk melihat bagaimana penyebaran penduduk dan masalah kesehatan
(penyakit). Untuk itu epidemiologi membagi ukuran ke dalam dua tipe yaitu (Murti,
1997) :
a. Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kesakitan atau morbiditas
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1
tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan
untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui
keberhasilan program-program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan
serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan
kesehatan
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas
adalah angka, rasio, dan proporsi
1) Rate
Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan
jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri
dari berbagai jenis ukuran diataranya adalah :
a) Incidence Rate
Incidence Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi
di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.
Rumus :
Jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu
Incidence Rate = x 1000
Populasi yang mempunyairesiko

b) Attack Rate
Attack Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus selama epidemi atau
incidence rate pada suatu epidemi yang terjadi di kalangan penduduk.
Rumus :
Jumlah kasus selama epidemi
Attack Rate = x 1000
Populasi yang mempunyai resiko−resiko

c) Prevalence Rate
Prevalence Rate suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah orang di
kalangan penduduk yang menderita suatu penyakit pada satu titik waktu
tertentu.

Rumus :
Jumlah kasus−kasus penyakit yang ada pada suatutitik waktu
Prevalence Rate = x 100 0
Jumlah penduduk seluruhnya

d) Period Prevalence
Period Prevalence suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah rata-rata
orang di kalangan penduduk (mid period population) yang menderita suatu
penyakit selama periode tertentu.
Rumus :
Jumlah kasus penyakit yang ada selama periode
Period Prevalence = x 1000
Penduduk rata−rata dari periode tersebut

2) Ratio
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif
yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.

X X = Kasus
Rumus = ----- x K Y = Pop. Risiko
Y K = Konstanta
3) Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut.
Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi
dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-
masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu.

X X = Kasus
Rumus = --------- x K Y = Pop. Risiko
X+Y K = Konstanta

b. Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kematian, meliputi :


1) Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar
Angka keamtian kasar adalah jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun per
1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena angka
ini dihitung secara menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu
di dalam populasi dengan tingkat kematian yang berbeda-beda.
Rumus :
Jumlah kematian yang dicatat selama 1tahun
CDR= x 1000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
Manfaat CDR
a) Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
b) Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
c) Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
d) Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologi
e) Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

2) Age Specific Death Rate (ASDR) atau Angka Kematian Menurut Golongan Umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara jumlah
kematian yang dicatat selama 1 tahun pada penduduk golongan umur x dengan
jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan tahun
Rumus :
Jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada olongan umur tertentu
ASDR= x 1000
Jumlah golongan umur tertentu pada pertengahan tahun yang sama

Manfaat ASDR sebagai berikut :


a) Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat
dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur
b) Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah
c) Untuk menghitung rata-rata harapan hidup

3) Cause Disease Specific Death Rate (CDSDR) atau Angka Kematian Akibat
Penyakit Tertentu
Angka Kematian Akibat Penyakit Tertentu adalah Jumlah kematian karena TBC di
satu daerah dalam waktu satu tahun dengan jumlah penduduk rata-rata
(pertengahan tahun) pada daerah dan tahun yang sama
Rumus :
Jumlah kematianpenyakit di suatudaerah dalam waktu 1 tahun
CDSDR= x 1000
Jumlah penduduk rata−rata ( pertengahan tahun ) pada daerah∧tahun yang sama

4) Under Five Mortality Rate (UFMR) atau Angka Kematian Balita


Angka Kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan
angka kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat
selam satu tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun
UFMR= x 1000
Jumlah balita pada tahun yang sama
Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan
masyarakat karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus
kesehatan bayi dan anak.

5) Neonatal Mortality Rate (NMR) atau Angka Kematian Neonatal


Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian
Neonatal adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kematian bayi yang berumur< 28 hari
NMR= x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Manfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut :


a) Untuk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal
b) Untuk mengetahui program Imuninsasi
c) Untuk pertolongan persalinan
d) Untuk mengetahui penyakit infeksi

6) Perinatal Mortality Rate (PMR) atau Angka Kematian Perinatal


Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada
usia kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang
berumur kurang dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran
kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus :

PMR=( Jumlah kematian janin yang dilahirkan pd UK 28 mgg+ Jumlahkematianbayi dg umur <7 tahun
Jumlah kelahiran hidup padatahun yang sama ) x1
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan
kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi
Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut :
a) Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah
b) Status gizi ibu dan bayi
c) Keadaan sosial ekonomi
d) Penyakit infeksi terutama ISPA
e) Pertolongan persalinan

7) Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang berumur
kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah penduduk yang berumur <1tahun
IMR= x 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi
b) Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
c) Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
d) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan Program Keluaga berencana (KB)
e) Untuk mengetahui kondisi lingkungan dan sosial ekonomi

8) Maternal Mortality Rate (MMR) atau Angka Kematian Ibu


Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kematian ibuakibat komplikasi kehamilan , persalinan∧nifas
MMR= x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada :
a) Sosial ekonomi
b) Kesehatan ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas
c) Pelayanan terhadap ibu hamil
d) Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

c. Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kesuburan atau fertilitas, meliputi :
1) Crude Birth Rate (CBR) atau Angka kelahiran kasar
Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kelahiran hidup yang dicatat
CBR= x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
Angka kelahiran kasar ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat
fertilitas secara umum dalam waktu singkat tetapi kurang sensitif untuk :
a) Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah
b) Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena perubahan pada tingkat
kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk

2) Age Spesific Fertilty Rate (ASFR) atau Angka Fertilitas Menurut Golongan Umur
Angka fertilitas menurut golongan umur adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada
golongan umur tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang dicata per 1000
penduduk wanita pada golongan umur tertentu apda tahun yang sama.
Rumus :
Jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat
ASFR= x 1000
Jumlah penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang sama

Angka fertilitas menurut golongan umur ini dimaksudkan untuk mengatasi


kelemahan pada angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap
golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti.

3) Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Fertilitas Total


Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat
selama 1 tahun.
Rumus:
TFR=Jumlah angka fertilitas menurut umur x 1000

3. Kasus epidemiologi
3.1. Definisi Kanker
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker, sedangkan tumor adalah
kondisi dimana pertumbuhan sel tidak normal sehingga membentuk suatu lesi atau
dalam banyak kasus, benjolan di tubuh (Infodantin, 2015).

3.2. Faktor risiko


3.2.1. Faktor Genetik
3.2.2. Faktor Karsinogen, di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan
iritasi kronis
3.2.3. Faktor Perilaku/Gaya Hidup, diantaranya yaitu merokok, pola makan yang
tidak sehat, konsumsi alkohol, dan kurang aktivitas fisik.
3.3. Situasi Penyakit Kanker
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker
paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar
kematian akibat kanker setiap tahunnya (Infodatin, 2015).
Lebih dari 30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko
perilaku dan pola makan, yaitu: (1) Indeks massa tubuh tinggi, (2) Kurang konsumsi
buah dan sayur, (3) Kurang aktivitas fisik, (4) Penggunaan rokok, dan (5) Konsumsi
alkohol berlebihan. Merokok merupakan faktor risiko utama kanker yang
menyebabkan terjadinya lebih dari 20% kematian akibat kanker di dunia dan sekitar
70% kematian akibat kanker paru di seluruh dunia. Kanker yang menyebabkan
infeksi virus seperti virus hepatitis B/hepatitis C dan virus human papilloma
berkontribusi terhadap 20% kematian akibat kanker di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat
kanker di dunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan
Selatan. Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012
menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya (Infodatin, 2015).
Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari dan Hari Kanker Anak
diperingati setiap tanggal 15 Februari. Untuk memperingati Hari Kanker Sedunia
tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat tema “Not
Beyond Us” yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan
mengenai penyakit kanker, serta menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh
dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan terhadap
penyakit kanker (Infodatin, 2015).
Lebih dari 30% penyakit kanker dapat dicegah dengan cara mengubah faktor
risiko perilaku dan pola makan penyebab penyakit kanker. Kanker yang diketahui
sejak dini memiliki kemungkinan untuk mendapatkan penanganan lebih baik. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam mengenali gejala dan risiko penyakit kanker sehingga dapat
menentukan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini yang tepat (Infodatin,
2015).
3.4. Data penyakit kanker
Gambar 1. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada
Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Dunia Tahun 2012

Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara
merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol oleh
umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase kematian (setelah dikontrol
oleh umur) akibat kanker payudara sebesar 12,9%. Kanker paru tidak hanya
merupakan jenis kanker dengan kasus baru tertinggi dan penyebab utama
kematian akibat kanker pada penduduk laki-laki, namun kanker paru juga memiliki
persentase kasus baru cukup tinggi pada penduduk perempuan, yaitu sebesar
13,6% dan kematian akibat kanker paru sebesar 11,1%. Data GLOBOCAN tersebut
menunjukkan bahwa kasus baru dan kematian akibat kanker hati pada penduduk
laki-laki maupun perempuan memiliki persentase yang hampir berimbang,
sedangkan kanker payudara dan kanker prostat memiliki persentase kematian yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase kasus baru, sehingga jika
penyakit kanker tersebut dapat dideteksi dan ditangani sejak dini maka
kemungkinan sembuh akan lebih tinggi (Infodanti, 2015).

Tabel 1. Prevalensi dan Estimasi Jumlah Penderita Penyakit Kanker pada


Penduduk Semua Umur Menurut Provinsi Tahun 2013
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di
Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.
Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu
sebesar 4,1‰. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa
Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita
kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang (Infodatin, 2015).

Tabel 2. Prevalensi dan Estimasi Jumlah Penderita Penyakit Kanker Serviks dan
Payudara pada Perempuan, Kanker Prostat pada Laki-laki (‰) Menurut Provinsi
Tahun 2013
Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar
0,8‰ dan kanker payudara sebesar 0,5‰. Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi
Maluku Utara, dan Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks
tertinggi yaitu sebesar 1,5‰, sedangkan prevalensi kanker payudara tertinggi
terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4‰. Berdasarkan estimasi
jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara terbanyak terdapat pada
Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah. Prevalensi kanker prostat di
Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 0,2‰ atau diperkirakan sebanyak 25.012
penderita. Provinsi yang memiliki prevalensi kanker prostat tertinggi adalah D.I.
Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,5‰,
sedangkan berdasarkan estimasi jumlah penderita penyakit kanker prostat
terbanyak berada pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah (Infodatin,
2015).

Gambar 2. Estimasi Jumlah Kasus Baru dan Jumlah Kematian Akibat Kanker di
RS Kanker Dharmais Tahun 2010-2013
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa penyakit kanker terbanyak di RS
Kanker Dharmais selama 4 tahun berturut-turut adalah kanker payudara, serviks,
paru, ovarium, rektum, tiroid, usus besar, hepatoma, dan nasofaring. Kanker
limfoma non-hodgkin berada pada urutan ke-10 penyakit kanker terbanyak pada
tahun 2010 dan 2011, namun pada tahun 2012 dan 2013 urutan ke-10 penyakit
kanker terbanyak adalah kanker jaringan lunak. Selama tahun 2010-2013, kanker
payudara, kanker serviks dan kanker paru merupakan tiga penyakit terbanyak di
RS Kanker Dharmais, dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian akibat kanker
tersebut terus meningkat (Infodatin, 2015).

Gambar 3. Prevalensi Penyakit Kanker pada Penduduk (‰) Menurut Kelompok


Umur Tahun 2013

Penyakit kanker dapat menyerang semua umur. Sebagaimana terlihat pada


Gambar 3 di atas, hampir semua kelompok umur penduduk memiliki prevalensi
penyakit kanker yang cukup tinggi. Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada
pada kelompok umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0‰ dan prevalensi
terendah pada anak kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun sebesar 0,1‰.
Terlihat peningkatan prevalensi yang cukup tinggi pada kelompok umur 25-34
tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun (Infodatin, 2015).

Gambar 4. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk Menurut


Kelompok Umur Tahun 2013
Faktor perilaku dan pola makan memiliki peran penting terhadap timbulnya
kanker. Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa kelompok umur 25-34 tahun, 35-
44 tahun, dan 45-54 tahun merupakan kelompok umur dengan prevalensi kanker
yang cukup tinggi. Kelompok umur tersebut lebih berisiko terhadap kanker karena
faktor perilaku dan pola makan yang tidak sehat. Gambar 4 di atas menunjukkan
bahwa secara umum kurangnya konsumsi sayur dan buah merupakan faktor risiko
tertinggi pada semua kelompok umur. Proporsi penduduk yang merokok, obesitas,
dan sering mengonsumsi makanan berlemak tertinggi pada kelompok umur 25-34
tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Sementara itu, kebiasaan mengonsumsi
makanan dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet
cenderung lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Oleh karena itu,
karena terdapat perbedaan perilaku dan pola makan pada tiap kelompok umur,
maka diperlukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan yang tepat
(Infodantin, 2015).

3.5. Pencegahan
Upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan promosi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui perilaku CERDIK, yaitu Cek
kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet
seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan
faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian
dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi status
kesehatan, penyakit atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis
kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang, dan
sebagainya. Metode epidemiologi sangat penting dalam dunia kesehatan guna mengetahui
status kesehatan masyarakat di suatu wilayah atau negara sehingga tenaga kesehatan
dapat memberikan tindakan mulai dari pencegahan, pengobatan, sampai dengan
rehabilitasi secara dini, efektif, dan efisien kepada masyarakat. Dengan menggunakan
metode epidemiologi kualitas kesahatan suatu wilayah atau negara dapat meningkat.

2. Saran
Epidemiologi kesehatan sangat penting untuk tenaga kesehatan dalam menentukan
arah tindakan guna meningkatkan kualitas kesehatan suatu wilayah atau Negara. Sehingga,
diharapkan pemerintah lebih sering memperbarui data epidemiologi di Indonesia agar
tenaga kesahatan dapat memperoleh data yang up to date.
DAFTAR PUSTAKA

Kasjono, Heru Subaris dan Heldhi B. Kristiawan. 2008. Intisari Epidemiologi. Yogyakarta :
Mitra Cendekia.
Murti, Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta
Nahawa, Siti. 2011. Diktat Epidemiologi dalam Kebidanan. Polewali Mandar : Stikes Bina
Generasi.
Noor, Nasri. 2000. Dasar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.
ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi Revisi
2011, Juli. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara : Jakarta Barat
Budiarto, Eko. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan, M. N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Dainur. 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Entjang, Indan. 1979. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung : Penerbit Alumni
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker
Serviks (IVA) menurut Provinsi s.d tahun 2017. Lampiran 6.41.
Depkes RI. 2015. Infodatin Situasi Penyakit Kanker. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai