Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA


ABDOMEN

DISUSUN KELOMPOK 1:

1. Andrian NIM: 111711002


2. Annisa Maulani A. NIM: 111711003
3. Debby Listiyorini NIM: 111711005
4. Kerin Nurul Ramadanty NIM: 111711010
5. Melisa Gultom NIM: 111711017
6. Nor Indri Syahrullah NIM: 111711022

DOSEN PEMBIMBING:

Soni Hendra,S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

TANJUNGPINANG
2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena penyusun telah berhasil
menyelesaikan sebuah modul pembelajaran dengan judul “Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat pada Pasien Trauma Abdomen”.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih :.

1. Bapak Soni Hendra, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah
membantu ,mengarahkan serta membimbing sehingga modul pembelajaran ini dapat
selesai.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materil.
3. Teman – teman yang telah memberikan dorongan semangat kepada penyusun.
Terwujudnya modul pembelajaran ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi
penyusun, namun penyusun menyadari bahwa modul pembelajaran ini masih jauh dari
sempurna yang dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena
itu kritik dan saran dari para pembaca akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan
modul pembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Demikianlah yang dapat tim penyusun sampaikan atas perhatianya tim
penyusun ucapkan terimakasih.

Tanjungpinang, 13 April 2020

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................i

Daftar isi..................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang......................................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................................2
C. Tujuan penulisan..................................................................................................2
D. Manfaat penulisan................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi.................................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................................3
C. Patofisiologi.........................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis................................................................................................4
E. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................5
F. Penatalaksanaan Medis........................................................................................6
G. Komplikasi...........................................................................................................8

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian............................................................................................................9
B. Diagnosa..............................................................................................................14
C. Intervensi.............................................................................................................15

BAB IV : PENUTUP

A. kesimpulan......................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era modernisasi kemajuan di bidang teknologi transportasi dan semakin
berkembangnya mobilitas manusia berkendara di jalan raya menyebabkan kecelakaan
yang terjadi semakin meningkat serta angka kematian semakin tinggi. Trauma pada
penduduk Indonesia masih tetap merupakan penyebab kematian pada seluruh
kelompok umur di bawah umur 45 tahun. Lebih dari seper dua pasien-pasien trauma
merupakan akibat kecelakaan lalu lintas, selebihnya akibat terjatuh, luka tembak dan
luka tusuk, keracunan luka bakar dan tenggelam.
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian
atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Istilah trauma  abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan dirongga abdomen  yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
sering  beru tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan,
infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis.
kepala divisi hubungan masyarakat (kadiv Humas) menyatakan, sebanyak 1.547
jiwa meninggal dunia akibat korban kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia sejak
awal Januari 2012. Angka kecelakaan lalu lintas cukup tinggi dan menonjol, datanya
selama satu setengah bulan ada 9.884 kasus, meninggal dunia 1.547 jiwa, luka berat
2.562 jiwa dan luka ringan 7.564 jiwa, Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah
di akibatkan trauma abdomen. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian
75% trauma tumpul abdomen, trauma abdomen merupakan penyebab terbanyak
kehilangan nyawa yang bersifat tragis, trauma abdomen yang tidak di ketahui masih
tetap menjadi momok sebagai penyebab kematian yang seharusnya bisa di cegah.
(Depkes RI, 2012)
Dalam kasus ini “ waktu adalah nyawa” dimana di butuhkan suatu penanganan
yang profesional yaitu cepat, tepat cermat dan akurat baik di tempat kejadian (pre
hospital), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit. Perawat merupakan
ujung tombak dan berperan aktif dalam memberikan pelayanan membantu klien
mengatasi permasalahan yang di rasakan baik dari aspek psikologis maupun aspek
fisiologi secara komprehensif.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun
trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini
diperlukan untuk pengelolaan secara optimal. Trauma abdomen akan ditemukan pada
25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang
lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat
menetapkan diagnosis.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari trauma abdomen?
2. Apa saja etiologi trauma abdomen?
3. Bagaimana patofisiologi dari trauma abdomen?
4. Bagaimana manifestasi klinis trauma abdomen?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk trauma abdomen?
6. Apa saja penatalaksanaan dari trauma abdomen?
7. Apa saja komplikasi yang disebabkan trauma abdomen?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari trauma abdomen?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
“asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien trauma abdomen”

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa/I dan pembaca
mendapat informasi dan pemahaman mengenai “asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien trauma abdomen”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(sjamsuhidayat, 2010).
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional. Trauma
adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan
darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen
adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi
dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri
dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,
atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

B. ETIOLOGI
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut:
1. Penyebab trauma penetrasi
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Fadhilakmal (2013), Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada
tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh
yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan
yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan
viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali
pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung
kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi
tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ
intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler.

D. MANIFESTASI KLINIS
Klinis kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (2010), meliputi:
1. Nyeri tekan diatas daerah abdomen
2. Demam
3. Anoreksia
4. Mual dan muntah
5. Takikardi
6. Peningkatan suhu tubuh
7. Nyeri spontan
8. Pada trauma non penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat
adanya jejas atau rupture di bagian dalam abdomen: Terjadi perdarahan intra
abdominal
9. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
muntah, dan BAB hitam (melena).
10. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
a. Luka robekan pada abdomen
b. Luka tusuk sampai menembus abdomen
c. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa perdarahan/memperparah
keadaan keluar dari dalam abdomen.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. FotoThoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2. DR
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase
yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau
perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma
pada hepar.
3. Plain Abdomen Foto Tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan Urin Rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Laboratorium radiologi
7. Pemeriksaan rectum
8. Parasentesis perut
9. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik.
Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sbb :
a. Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b. Trauma pada bagian bawah dari dada
c. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d. Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera
otak)
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang,

Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb :


a. Pernah operasi abdominal.
b. Wanita hamil
c. Operator tidak berpengalaman.
d. Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan.
e. Ultrasonografi dan CT-Scan Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada
penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar
dan retroperitoneum.

F. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka
dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan
napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-
tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas).

Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :


a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g. Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra
peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan
jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada :
1) Fraktur pelvis
2) Traumanon – penetrasi

3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :


a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti
pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro
peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur.

G. KOMPLIKASI
Menurut smeltzer (2001) komplikasi yang disebabkan karena adanya trauma
pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok hemoragik dan cidera,
pada fase lanjut dapat terjadi infeksi, thrombosis vena,emboli pulmonar, stress
ulserasi dan perdarahan, pneumonia, tekanan ulserasi, ateletasis maupun sepsis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada abdomen post operasi laparatomi
P : saat digerakkan
Q : tertusuk-tusuk
R : abdomen
S :6
T : hilang timbul
2. Alasan masuk ICU
Post laparatomi atas indikasi internal bleebing
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
±1 hari sebelum masuk rumah sakit, klien sedang menebang pohon dan
kemudian pasien tertimpa balok kayu pada perut. Setelah kejadian kemudian
pasien dibawa ke rumah sakit tetapi karena keterbatasan sarana dan
prasarana pasien lalu di rujuk dengan suspect perdarahan intra abdomen
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung, asma
dan alergi
c. Riwayat penyakit keluarga
Didalam keluarga tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, atau
penyakit menular dan berbahaya lainnya
4. Pengkajian fungsional menurut Gordon (post operasi hari 1)
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan sakit ini adalah cobaan dari Allah selama ini hanya kalau
sakit diobatkan di Puskesmas saja
b. Pola nutrisi/metabolic
Pada post operasi hari 1 klien masih dianjurkan untuk puasa
Intake makanan : -
Intake cairan : klien mendapat terapi cairan RL 500ml , feeding test
20tetes/menit
c. Pola eliminasi
Buang air besar : Pasien belum BAB sejak 2 hari yang lalu
Buang air kecil : Pasien BAK lewat DC 600cc sejak pkl 07.00-14.00
d. Pola tidur dan istirahat
Selama sakit dalam sehari pasien biasa tidur 6-8 jam, dan tidak ada
gangguan selama tidur
e. Pola persepsual
pasien tidak ada gangguan penurunan penglihatan, gangguan pendengaran,
gangguan pengecapan dan tidak ada gangguan sensasi.
f. Pola persepsi diri
pasien ingin segera cepat sembuh, agar dapat berkumpul dengan keluarga
dan dapat melakukan aktifitas seperti biasanya
g. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mempunyai 1 orang anak, sekarang berusia 36th tahun (sudah
berkeluarga).
h. Pola peran hubungan
menurut pengakuan klien dan keluarga, komunikasi dengan orang lain baik,
dan biasa berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. Hubungan dengan
orang lain tidak ada masalah.
i. Pola managemen koping-stress
Pasien megatakan sedih karena sakit dan harus di rawat di RS. Tetapi pasien
dapat menerima keadaan ini dengan ikhlas
j. Sistem nilai dan keyakinan
klien beragama Islam, tetapi belum menjalankan kewajiban sholat, tetpi
setelah nanti sembuh ia akan memulai sholat. “ Saya tahu kewajiban umat
Islam harus menjalankan Sholat dan saya sudah bisa, hanya belum
menjalankan”.
5. Pengkajian primer
a. Airway
Tidak Terdapat penumpukan sekret di jalan nafas, bunyi nafas ronchi, lidah
tidak jatuh ke belakang, jalan nafas bersih.
b. Breathing
Frekuensi pernafasan (Respiratory rate) 23 x/menit, irama nafas teratur,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara nafas vesikuler (lapang
paru kanan dan kiri), SpO2: 95%, klien terpasang NRM (Non Rebreathing
Mask) O2 3 lpm.
c. Circulation
Nadi karotis dan nadi perifer teraba kuat, capillary refill kembali dalam 3
detik, akral dingin, tidak sianosis, kesadaran somnolen.
Tanda-tanda vital:
TD : 100/70mmHg N : 89x/menit
RR : 23x/menit S : 37oC
d. Disability
Kesadaran compos mentis dengan GCS = E4V5M5 = 14
E4 = dapat membuka mata secara spontan
V5 = dapat bberbicara secara teratur
M5 = Mengidentifikasi nyeri yang terlokalisasi
e. Exposure
Integritas kulit baik, ada luka bekas post operasi laparatomi hari 1, tertutup
kassa steril dengan panjang 7cm, capillary refill kembali dalam 3 detik.
6. Pengkajian sekunder
a. AMPLE
1) Alergi
Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan, minuman
dan lingkungan.
2) Medikasi
Sebelum dibawa ke RS (Rumah Sakit), klien tidak mengkonsumsi obat-
obatan apapun dari dokter maupun apotik.
3) Past illness
Sebelum dibawa ke RS, klien tidak mengalami sakit.
4) Last meal
Klien terakhir mengkonsumsi nasi dan sayur ± 40 jam yang lalu.
5) Environment
Klien tinggal di rumah sendiri bersama istri dan anaknya di lingkungan
padat penduduk, tempat tinggal cukup dengan ventilasi, lantai sudah di
keramik, pencahayaan cukup, terdapat saluran untuk limbah rumah
tangga (selokan).
b. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Bentuk mesocepal, rambut hitam, lurus, tidak ada hematoma maupun
jejas,
2) Mata
Pupil isokor, ukuran 3mm/ 3mm, simetris kanan-kiri, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, reaksi terhadap cahaya baik, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
3) Hidung
Bentu simetris, tidak ada polip maupun secret, terpasang NRM 3 lpm,
dan terpasang NGT (Naso Gastric Tube)
4) Telinga
Simetris kanan-kiri, tidak ada penumpukan serumen, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
5) Mulut
tidak ada perdarahan pada gusi, mukosa bibir kering, tidak ada
sariawan, tidak menggunakan gigi palsu, dan tidak terdapat lesi.
6) Leher
Tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan JVP
(Jugularis Vena Presure).
7) Pernafasan (paru)
I : Pengembangan dada simetris antara kanan- kiri, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan, RR:23x/ menit.
P : Sonor seluruh lapang paru
P : Fremitus vokal sama antara kanan-kiri.
A : vesikuler
8) Sirkulasi (jantung)
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba kuat di mid klavikula intercosta V sinistra
P : Pekak
A : Bunyi jantung (S1-S2) reguler, tidak ada suara jantung tambahan.
9) Abdomen
I : Perut datar, terdapat luka post operasi laparatomi hari 1, tertutup
dengan kain steril 7cm. klien terpasang drain, jumlah pengeluaran
darah pada drain ± 4cc
A : Peristaltik usus 4x/ menit
P : mengalami nyeri tekan pada luka bekas operasi , hepar dan lien
tidak teraba.
P : Tympani
10) Genitourinaria
Bersih, terpasang DC (Dower Cateter) sejak tanggal 7 Juli 2012
11) Kulit
Turgor kulit elastis, kembali kurang dari 3 detik, tidak ada lesi, tidak
ada kelainan pada kulit.
12) Ekstermitas
Ekstremitas atas: kekuatan otot (4), tidak oedema, capillary refill 3
detik, terpasang infus RL di tangan kanan Ekstremitas bawah : kekuatan
otot (4), tidak oedema, capillary refill 3 detik,
7. Pemeriksaan tersier
Hasil radiologi USG abdomen tgl 8 juli 2012
Kesan :
a) tampakgambaran udara bebas di hemidiafragma kanan
b) Tampak cairan bebas di marrison pouch, splenorenal space dan paravesika
space.

ANALISA DATA
No. Data Masalah Etiologi
1 Ds: klien mengeluh nyeri Nyeri akut Agent injury fisik
pada luka post operasi
P : saat digerakkan
Q : tertusuk-tusuk
R : andomen
S:6
T : hilang timbul
Do: klien meringis
nampak menahan nyeri
a. Tegang
b. TD: 100/70mmHg
c. R: 23x/menit
d. N: 89x/menit
e. S: 37oC
f. SPO2: 95%
2 Ds: - Infeksi Tidak adekuat
Do: terdapat luka post op pertahanan primer dan
hari 1.luka bersih, kering, sekunder
tidak ada pengeluaran
cairan maupun pus, luka
di tutup dengan kassa
steril,tidak ada tanda-
tanda infeksi, tidak ada
kemerahan, bengkak,
panas, maupun
fungsiolesa
a. Leukosit :12,4ribu/ul
b. Hemoglobin 10.2g/dl
3 Ds: pasien mengatakan Intoleransi aktivitas Kelemahan otot
semua kebutuhan ADL di
bantu perawat dan
keluarga
Do: ADL di bantu
perawat dan keluarga
a. Kekuatan otot (4)
pasien lemas

B. DIAGNOSA
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan primer dan sekunder
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang
C. INTERVENSI

No Diagnose Keperawatan NOC Intervensi Rasional


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji karakteristik nyeri. a. Mengetahui tingkat
dengan agent injury fisik keperawatan 1x24 jam, Nyeri b. Beri posisi semi fowler. nyeri klien.
klien teratasi. c. Anjurkan tehnik b. Mengurngi kontraksi
Kriteria hasil: manajemen nyeri seperti abdomen
a. Skala nyeri 0 distraksi c. Membantu mengurangi
b. Ekspresi tenang. d. Managemant lingkungan rasa nyeri dengan
yang nyaman. mengalihkan perhatian
e. Kolaborasi pemberian d. lingkungan yang
analgetik sesuai indikasi. nyaman dapat
memberikan rasa
nyaman klien
e. analgetik membantu
mengurangi rasa nyeri.
2 Resiko infeksi berhubuungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tanda-tanda infeksi. a. Mengidentifikasi
dengan tindaan pembedahan, keperawatan 1x24 jam, infeksi b. Kaji keadaan luka. adanya resiko infeksi
tidak adekuatnya pertahanan tidak terjadi. c. Kaji tanda-tanda vital. lebih dini.
primer dan sekunder Kriteria hasil: d. Lakukan cuci tangan b. Keadaan luka yang
a. Tanda-tanda infeksi (-) sebelum kntak dengan diketahui lebih awal
b. Leukosit 5000-10.000 mm3 pasien. dapat mengurangi
e. Lakukan pencukuran pada resiko infeksi.
area operasi (perut kanan c. Suhu tubuh naik dapat
bawah di indikasikan adanya
f. Perawatan luka dengan proses infeksi.
prinsip sterilisasi. d. Menurunkan resiko
g. Kolaborasi pemberian terjadinya kontaminasi
antibiotik mikroorganisme.
e. Dengan pencukuran
klien terhindar dari
infeksi post operasi
f. Teknik aseptik dapat
menurunkan resiko
infeksi nosocomial
g. Antibiotik mencegah
adanya infeksi bakteri
dari luar.
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan pasien a. identifikasi kemampuan
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, untuk bergerak. klien dalam mobilisasi.
kelemahan fisik diharapkan dapat bergerak bebas. b. Dekatkan peralatan yang b. meminimalisir
Kriteria hasil dibutuhkan pasien. pergerakan kien.
a. Mempertahankan mobilitas c. Berikan latihan gerak aktif c. melatih otot-otot klien.
optimal pasif. d. membantu dalam
d. Bantu kebutuhan pasien. mengatasi kebutuhan
e. Kolaborasi dengan ahli dasar klien.
fisioterapi. e. terapi fisioterapi dapat
memulihkan kondisi
klien.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
Kontusio dinding abdomen, dan Laserasi. Trauma abdomen pada isi abdomen,
menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:Perforasi organ viseral
intraperitoneum, Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen, dan Cedera thorak
abdomen
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut: Penyebab trauma
penetrasi (Luka akibat terkena tembakan, Luka akibat tikaman benda tajam, dan Luka
akibat tusukan), dan Penyebab trauma non-penetrasi (Terkena kompresi atau tekanan
dari luar tubuh, Hancur (tertabrak mobil), Terjepit sabuk pengaman karna terlalu
menekan perut, dan Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga)
Klinis kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (2010), meliputi:Nyeri tekan diatas daerah abdomen, Demam,
Anoreksia, Mual dan muntah, Takikardi, Peningkatan suhu tubuh, dan Nyeri spontan.
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain: FotoThoraks, DR,
Plain Abdomen Foto Tegak, Pemeriksaan Urin Rutin, IVP (Intravenous Pyelogram),
Laboratorium radiologi, Pemeriksaan rectum, Parasentesis perut, dan Diagnostic
Peritoneal Lavage (DPL).
Menurut smeltzer (2001) komplikasi yang disebabkan karena adanya trauma pada
abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok hemoragik dan cidera, pada
fase lanjut dapat terjadi infeksi, thrombosis vena,emboli pulmonar, stress ulserasi dan
perdarahan, pneumonia, tekanan ulserasi, ateletasis maupun sepsis.

B. SARAN
Semoga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Serta dapat
mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar baik dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat dan juga dengan adanya makalah ini pembaca dapat menerapkan
serta dapat mengaplikasikan apa yang telah dipaparkan oleh penulis
DAFTAR PUSTAKA

Dudy.D. N. 2009. Factors that influence the incidence of methicillin- resistant


staphylococcus aureus – MRSA on surgical wound infection in surgery ward of Dr.
Kariadi.thesis.Semarang
Harahap. I. A. (2011). Perilaku Nyeri, Fenomena Harian Yang Dihadapi Perawat, What
We Can Do?. Dalam Evidance Based Da;am Praktik Pelayanan Keperawatan. 48
Mustawan, Zulaik. (2008). Hubungan Penggunaan Mekanisme Koping Dengan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur di Unit Orthopedi RSU Islam Kustati
Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik (Edisi 4 Volume 2). Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal- Bedah Brunner and Suddarth Ed.8
Vol.3. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidayat,2010. Buku Ajarilmu Bedah. Jakarta. EGC.
LINK:
https://www.academia.edu/17066808/Asuhan_Keperawatan_Gadar_Trauma_Abdomen
https://www.scribd.com/doc/252103193/Asuhan-Keperawatan-Gawat-Darurat-Trauma-
Abdomen
http://eprints.ums.ac.id/22057/12/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai