Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi


hanya beberapa hari tanpa air. Kebutuhan cairan merupakan bagian dari
kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam
bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu, sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase
cairan tubuh berdasarkan umur adalah bayi baru lahir 75% dari total berat badan,
pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan,
dan dewasa tua 45% dari total berat badan.

Pada proses menua manusia kehilangan air. Kehilangan ini sebagian besar
berupa kehilangan cairan ekstraselular. Persentase cairan tubuh bervariasi,
bergantung pada faktor usia, jenis kelamin, proporsi jaringan otot dan jaringan
lemak. Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraselular (cairan di dalam sel) yang komposisinya cocok
untuk sel tersebut dan cairan ekstraselular (cairan di luar sel) yang komposisinya
cocok pula. Cairan ektraselular terdiri atas cairan interstisial atau interselular
(sebagian besar) yang terdapat disela-sela sel dan cairan intravaskular berupa
plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan mengalami
penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap kompartemen
dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostasis/tetap.
Keseimbangan cairan di tiap kompartemen menentukan volume dan tekanan
darah.

Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko


mengalami  penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari suatu kelainan
cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. Pemasukan (intake) dan
pengeluaran (output) cairan tubuh haruslah seimbang agar tidak terjadi gangguan

1
volume cairan di dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan agar
komposisi cairan tubuh tetap seimbang

Dalam makalah ini akan dibahas tentang Cairan Tubuh Manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud cairan tubuh?
2. Bagaimana pendistribusian cairan tubuh?
3. Apa fungsi cairan tubuh?
4. Bagaimana keseimbangan cairan didalam tubuh
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi cairan tubuh
2. Untuk mengetahui pendistribusian cairan tubuh
3. Untuk mengetahui fungsi cairan tubuh
4. Untuk mengetahui keseimbangan cairan didalam tubuh

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan Tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk


multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal


dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam
sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.2 Distribusi Cairan Tubuh

Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda


yaitu:

1. Cairan Ekstrasel

Terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan Intravaskular. Cairan


interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh

3
dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan tubuh interstisial. Cairan intravascular terdiri dari
plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak berwarna, dan
darah yang mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma
menyusun 5% berat tubuh.

2. Cairan Intrasel

Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi


subtansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat
tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama
dengan cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi-
subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam
cairan intrasel daripada dalam cairan ekstrasel.

2.2.1 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

1. Fase I

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi,


nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

2. Fase II

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari pembuluh darah


kapiler dan sel

3. Fase III

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan


interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel
yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter sehingga tidak
semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

4
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit ubuh dengan cara :

a. Difusi

Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu


bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi
ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel
tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum
Fick (Fick’s law of diffusion).

Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.


2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.

 b. Filtrasi

Suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini
bersifat aktif di dalam bantalan kapiler.

c. Osmosis

Perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran


semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi
solute rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solute tinggi.
Kecepatan osmosis tergantung padakonsentrasi solute di dalam larutan,
suhu larutan, muatan listrik solute, dan perbedaan antara tekanan osmosis
yang dikeluarkan oleh larutan.

5
d. Transport aktif

Merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel yang mengabsorbsi


glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas
metabolik. Aktivitas metabolik dan pengeluaran energi diperlukan untuk
menggerakan berbagai materi guna menembus membrane sel.

2.3 Fungsi Cairan Tubuh Manusia

Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir


semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme
tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk
menggantikan cairan yang hilang. Fungsi cairan tubuh antara lain :

1. Mengatur suhu tubuh

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang


peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas
yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk
mempertahankan suhu tubuh pada 37ºC. Suhu ini paling cocok untuk
bekerjanyaa enzim-enzim dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh
dari metabolisme energi perlu segera disalurkan keluar. Sebagian besar
pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari
permukaan tubuh (keringat). Semakin besar luas permukaan tubuh,
semakin besar kehilangan panas melalui kulit.

2. Melancarkan peredaran darah

Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini
disebabkan cairan alam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh.
Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.

3. Katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik


dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk

6
memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk
lebih sederhana.

4. Membuang racun dan sisa makanan

Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu


mengeluarkan racun dalamtubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh
melalui keringat, air seni, danpernafasan.

5. Pencernaan

Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan


oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air
yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar
karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar
dengan lancar.

6. Pelumas

Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan


otot. Otot tubuh akanmengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh
sebab itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk
meminimalisirresiko kejang otot dan kelelahan.

7. Peredam benturan

Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung
ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan.

2.4 Keseimbangan Air

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan


yang masuk dan keluar tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha
agar cairan di dalam tubuh setiap waktu berada di dalam jumlah yang
tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi  pada dehidrasi (kehilangan air secara

7
berlebihan) dan overhidrasi (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang
diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil
metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai
urine, air di dalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru

2.4.1 Intake Cairan

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum


kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500
ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari
makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Pengatur utama intake
cairan adalah melalui mekanisme haus.

Pusat haus dikendalikan berada di otak, sedangkan rangsangan haus


berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering dimulut biasanya terjadi bersama
dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.

2.4.2 Output Cairan

Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a. Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui


tractusurinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-
50 ml per jam. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.

8
 b. IWL (Insesible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan


mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar Sehingga sangat rentan sekali orang yang
berusia mengalami gangguan jantung apabila kekurangan cairan. Selain
kekurangan cairan, gangguan jantung juga bisa dipicu karena kelebihan
cairan. Seolah kejadian mustahil, namun hal ini memang rawan terjadi pada
beberapa orang tertentu. Gangguan jantung yang disebabkan oleh kelebihan
cairan ini mudah biasanya dialami oleh penderita ginjal dan jantung.

Untuk penderita gangguan ginjal, banyak mengkonsumsi air malah


menyebabkan kerja ginjal semakin berat. Secara kasat mata, penderita
gangguan ginjal akan mengeluarkan urine lebih sedikit. Namun, apabila
penderita mengkonsumsi air terlalu banyak maka terjadi ketidak seimbangan
antara pengeluaran cairan tubuh dengan pemasukan. Kelebihan pemasukan
air inilah yang menyebabkan air menjadi menumpuk dalam tubuh. Sehingga
dengan air yang makin menumpuk akan menyebabkan gangguan pada kerja
ginjal serta dapat membebani tugas jantung sebagai pemompa darah
keseluruh tubuh.

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan

a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan Metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa
pertumbuhan memiliki  proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa.Karenanya,  jumlah cairan yang diperlukan
dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa.
Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak  juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka

9
yang  belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
sering disebabkan oleh masalah  jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran
cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang
dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
 
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu  panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan  pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang
bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan
lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei
melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan
panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada
ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter  per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah

10
simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan
glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium. Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan  produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.

f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan
meningkatkan kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan
kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan
Medis Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder
terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan
cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan
air dalam tubuh.
2.4.4 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
      1.     Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu
gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis

11
terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam
proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi
ketika  kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit
dalam  proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada
konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat
empat  kategori  ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a.       Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b.       Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c.       Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d.       Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
       2.     Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh
kehilangan  cairan   dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang
proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan   perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.
Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan   intraseluler. Secara umum, defisit  volumecairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan   cairan abnormal melalui
kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah  untuk
mengembalikanya ke   lokasi semula dalam  kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari  lokasi  intravaskuler  menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu,  kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
       3.       Defisit Cairan
Faktor Resiko
1.       kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan

12
2.       ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada
cairan dan depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah 
4.       Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi
akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit
dalam jumlah proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan
menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta
dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari  sel  dan  kompartemen
interstitial  menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan  gangguan
fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi
salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons
haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki  proporsi lemak
yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat
cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus
akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe
hiperosmolar. Pemberian cairan  hipertonik juga meningkatkan jumlah
solute dalam aliran darah.
5.       Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan
cairan   dan  elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi
yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium
dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir   selalu   disebabkan  oleh  penungkatan   jumlah natrium dalam
serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan
mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.  
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada
klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.

13
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan
jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom
Cushing
d. Kelebihan steroid.
e. Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena Tanda
klinis : penambahan berat badan
2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan Tanda
klinis : edema perifer dan nadi kuat

6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang
berlebihan dalam kompartemen  ekstraselulermeningkatkan tekanan
osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan
penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang
sering  terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat
local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi.
Edema dapat terjadi ketika ada peningkatan   produksi
cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi
yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang
interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam
pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada
blokade limfatik)

14
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi
atau cekungan setelah dilakukan  penekanan pada area yang
bengkak.  Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah
yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).
Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh
gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi
cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

15
BAB 3

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular
seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda yaitu
Cairan Ekstrasel dan Cairan Intrasel. Metode perpindahan dari cairan dan
elektrolit ubuh dengan cara : Difusi, osmosis, filtrasi dan transport aktif. Fungsi
cairan didalam tubuh adalah sebagai pengatur suhu tubuh, katalisator, membuang
racun dan sisa makanan, pencernaan, pelumas dan peredam benturan.

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan banyak
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. 

16
DAFTAR PUSTAKA

Ehan, Ai., dkk. 2018.   Makalah Cairan Tubuh Elektrolit. STIKES Bhakti Tunas
Husada. Tasikmalaya.
https://www.academia.edu/36023612/MAKALAH_ELEKTROLIT_CAIRA
N_TUBUH_Diajukan_untuk_Memenuhi_Salah_Satu_Tugas_Mata_Kuliah_
Kimia_Klinik_II_Disusun_oleh (diakses tanggal 26 november 2019. 20:49
WIB)

Kuntarti. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa.


http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf
(diakses tanggal 26 November 2019. 22.03 WIB)

Unknown. 2015. Makalah Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia.


http://belajarblog53.blogspot.com/2015/04/makalah-cairan-dan-elektrolit-
dalam.html (diakses tanggal 26 November 2019, 21.45 WIB)

17

Anda mungkin juga menyukai