1. TUJUAN
Dapat mengetahui cara pembuatan infus intravena glukosa cara umum dan
dapat menentukan formula yang cocok untuk pembuatan sediaan infus intravena
glukosa.
2. PRINSIP
Berdasarkan cara pembuatan dengan metode sterilisasi aseptik
menggunakan zat pembawa dan zat tambahan yang sesuai dengan karakteristik
glukosa.
3. TEORI
3.1. Definisi sediaan infus
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995:10 larutan intravena
volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas
dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL. Menurut FI Edisi
III,1979: 12, infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi,
bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah,
disuntikkan langsung ke dalam vena, dengan volume relatif banyak. Kecuali
dinyatakan lain, infus intravena tidak diperbolehkan mengandung
bakteriasida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan
praktis bebas partikel.
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL
yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan
yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan
minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relatif sama. Ketika terjadi
gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk
mengembalikan air dan elektrolit (Anief , 1997).
Injeksi volume besar atau injeksi yang dimaksudkan untuk pemberian
langsung ke dalam pembuluh darah vena harus steril dan isotonis dengan
1
2
darah, dikemas dalam wadah tunggal berukuran 100 ml - 2000 ml. Tubuh
manusia mengandung 60 air dan terdiri atas cairan intraseluler (di dalam
sel), 40 yang mengandung ion-ion K+, Mg+, sulfat, fosfat, protein serta
senyawa organik asam fosfat seperti ATP, heksosa, monofosfat dan lain-
lain. Air mengandung cairan ekstraseluler (di luar sel) 20 yang kurang lebih
mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan intersesier (diantara kapiler)
15 dan plasma darah 5 dalam sistem peredaran darah serta mengandung
beberapa ion seperti Na+, klorida dan bikarbonat (Anief , 2008).
Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman
dan di keluarkan dalam jumlah yang relatife sama. Rasionya dalam tubuh
adalah 57, lemak 20,8, protein 17,0, serta mineral dan glikogen. Infus berisi
larutan glukosa atau dekskrosa yang cocok untuk donor kalori (FI Edisi
III,1979:12).
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk infus harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah
akhir infus harus diamati secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan
pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual harus di tolak. Air yang
digunakan untuk infus biasanya Aqua Pro Injection, A.P.I. ini dibuat dengan
menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah
logam yang cocok dengan label. Hasil sulingan pertama dibuang dan
sulingan selanjutnya di tampung dan segera digunakan.
Dalam pembuatan infus atau cairan intravena dikemas dalam bentuk
dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta
bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volume yang besar, pengawet tidak
pernah digunakan dalam infus intravena biasanya mengandung zat-zat
amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin. Walaupun cairan infus intravena
yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk menetralisir trauma pada
pembuluh darah. Namun cairan Hipotonis maupun Hipertonis dapat
digunakan untuk meminimalisir pembuluh darah, larutan hipertonis
diberikan dalam kecepatan yang lambat (Anief, 1993).
3
4.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu Glukosa, NaCl, Karbo adsorben,
Aqua untuk injeksi, kertas saring, perkamen dan spatel.
5. PROSEDUR
5.1. Pembuatan sediaan
Disiapkan semua alat dan bahan, dan ditimbang tiap bahan seperti
Glukosa, NaCl dan Karbo adsorben. Aqua pro injeksi ditambahkan karbon
aktif sebanyak 0,1% b/v (0,104 g). Kemudian dipanaskan pada suhu 60-70˚
selama 15 menit, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring. Glukosa
dilarutkan dalam sebagian aqua pro injeksi hingga larut. NaCl dilarutkan
dalam sebagian aqua pro injeksi hingga larut, kedua larutan ini. Kemudian
kedua larutan tersebut dicampur hingga homogeny, lalu di genapkan hingga
104 ml dan disaring kembali. Dimasukkan ke dalam botol infus sebanyak
104 ml, ditutup dengan plastik wrap dan alumunium foil lalu disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
7. PEMBAHASAN
Pada praktikum steril kali ini dilakukan pembuatan sediaan infus dengan
bahan aktif glukosa. Sediaan infus adalah sediaan steril mengandung obat yang
dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih. Glukosa merupakan monosakarida yang
dapat diberikan secara peroral maupun infus intravena sebagai pengobatan dalam
deplesi cairan dan karbohidrat. Dosis glukosa yang dapat digunakan adalah 2,5%
sampai 11,5%, tetapi pada umumnya digunakan dosis sebesar 5%.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung osmolaritas dari
glukosa. Osmolaritas yaitu konsentrasi larutan atau partikel terlarut perliter
larutan. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air.
13
saring. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel yang terdapat dalam aqua
pro injeksi (API).
Kemudian dalam wadah yang berbeda, NaCl dilarutkan dengan aqua pro
injeksi (API) yang sudah ditambah karbon aktif. Kemudian larutan NaCl tersebut
dicampurkan untuk membantu kelarutan glukosa. NaCl berfungsi sebagai zat
pengisotonis. Tambahkan aqua pro injeksi sampai 104 mL. Kemudian campuran
larutan tersebut dicek pHnya. Sifat glukosa yang stabil ada pada pH 3,5-6,5. Jika
glukosa berada pada kondisi basa, glukosa akan terurai menjadi 5-hidroksi metil
furfural yang berwarna coklat. Sediaan infus glukosa yang dibuat menunjukkan
pH 6. Hal ini sesuai dengan literature stabilitas sediaan infus glukosa yang
memiliki rentang pH 3,5-6,5, larutan kemudian dimasukkan kedalam botol
sebanyak 104 ml. Sediaan ini hanya digunakan untuk sekali pemakaian sehingga
tidak diperlukan penambahan pengawet pada pembuatannya. Selain itu,
penambahan pengawet juga dapat menimbulkan efek toksis karena jumlah
pengawet yang dibutuhkan besar karena volume infus yang besar. Glukosa tidak
stabil pada pemanasan suhu tinggi karena dapat terjadi penurunan pH dan
karamelisasi sehingga sterilisasi dilakukan dengan cara panas basah yaitu metode
sterilisasi akhir.
Tujuan sterilisasi adalah menjamin sterilitas produk maupun karakteristik
kualitasnya, termasuk stabilitas produk. Sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan uap air bertekanan yaitu autoklaf pada suhu 115- 116⁰C selama 30
menit untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin terdapat dalam larutan
infus. Proses pemusnahan mikroba menggunakan autoklaf yaitu melalui proses
pendidihan air yang akan menghasilkan uap air terkondensasi dan melepaskan
panas 400 kkal dan akhirnya membunuh mikroba yang mungkin terkandung
dalam sediaan. Panas tersebut menembus wadah sehingga membuat larutan infus
mendidih dan menghasilkan uap air. Karena berhubungan langsung dengan darah
atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing
tidak selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal yaitu serangkaian organ
muskular berongga yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir).
Diharapkan dengan kondisi steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam
hal ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu
15
steril dan tidak steril. Dan sediaan infus merupakan sediaan yang perlu disterilkan.
Setelah sediaan infus glukosa disterilisasi, kemudian dilakukan evaluasi pada
sediaan yaitu kejernihan dan penampilan fisik wadah. Didapatkan hasil bahwa
kejrnihan pada sediaan memenuhi syarat yaitu jernih, dan penampilan fisik wadah
pada sediaan baik.
8. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa formula sediaan infus glukosa tonisitas
larutannya sedikit hipotonis yaitu 253,31 sehingga perlu penambahan NaCl.
Metode sterilisasi yang digunakan sterilisasi akhir menggunakan autoklaf pada
suhu 121⁰C selama 15 menit. Dan sediaan infus ini telah memenuhi syarat
kejernihan dan penampilan fisik wadah baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
IAI. 2010. Informasi Spesialit Obat. Volume 45. Jakarta: PT. ISFI.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi.
Jakarta: UI Press.
Mac Donald, I. 2003. Carbohydrates : Metabolism of sugar. In Ecyclopedia of
Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition. Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas,
P.M.,Eds,. Academic Press.
LEMBAR DISTRIBUSI
LAMPIRAN
1. Perhitungan Tonisitas
2. Perhitungan Osmolaritas
Osmolaritas
Glukosa
NaCl
3. Kekuatan Ion
NaCl Na+ + Cl-
a. Na+
Eq
b. Cl-
Eq
5. Perhitungan Bahan
Untuk Jumlah per unit
19
1. Glukosa 5 % = 5 gram
2. NaCl
7. Brosur
20
9. Keterangan
Pada kemasan obat terdapat :
a. No. Registrasi : DKL 1701100149A1
Keterangan :
D : menunjukan nama dagang
K : menunjukan golongan obat yaitu obat K
L : menunjukan obat jadi yang diprduksi secara lokal
17: menunjukan tahun pendaftaran obat dan disetujui pada tahun 2017
011 : menunjukan nomor urut pabrik
22
001 : menunjukan nomor urut obat jadi yang disetujui oleh masing-
masing pabrik
49 : menunjukan bentuk sediaan obat jadi yaitu infus
A : menunjukan kekuatan sediaan obat jadi pertama yang disetujui
1 : menunjukan kemasan utama
b. No. Batch : A 060417
Batch/bets : Sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam
yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan
tertentu. Penandaan yang terdiri dari angka dan huruf atau gabungan
keduanya, yang merupakan tanda pengenal suatu bets, yang memungkinkan
untuk penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan bets tersebut,
termasuk seluruh tahap produksi, pengawasan dan distribusi.
c. Logo
(Obat Keras)
Untuk obat yang dapat hanya ibeli dengan resep dokter dan dapat dijual
hanya oleh pihak yang berhak menjual obat tersebut, mempunyai tanda
khusus berupa lingkaran bulat hitam dengan dasar merah yang didalamnya
terdapat huruf K yang menyenth garis tepi.
d. Exp. Date : November 2020
Waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukan batas waktu
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi, karena diharapkan memenuhi
spesifikasi yang diterapkan.
e. Produsen
PT. Ana Pharmaceutical
Bandung-Indonesia