Anda di halaman 1dari 122

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA

PD. BPR BANK PASAR KABUPATEN TEGAL


TAHUN 2004-2006

TUGAS AKHIR

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Akuntansi


pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Endang Triyana
NIM. 3351304522

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian Tugas Akhir pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing

Drs. Tarsis Tarmudji


NIP.130529513

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si


NIP.131967646

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Tugas Akhir
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 23 Agustus 2007

Penguji Tugas Akhir

Penguji I Penguji II

Drs. Tarsis Tarmudji Drs. Kusmuriyanto, M. Si


NIP.130529513 NIP. 131404309

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin


NIP. 131658236

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Tugas Akhir ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Tugas Akhir
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2007

Endang Triyana
NIM 3351304522

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:
™ Kisah sukses ditulis oleh kita yang memiliki
keberanian, niat, dan hasrat untuk meraih sukses dalam
hidup.
™ Perhatikan masa lalu dan masa depanmu. Hidup adalah
ujian yang datang silih berganti, seseorang hendaknya
mampu keluar dari ujian itu sebagai pemenang.
™ Emasmu adalah agamamu, perhiasanmu adalah budi
pekertimu dan hartamu adalah sopan santunmu.

Persembahan:
¾ Bapak dan ibu tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang, dorongan,
dan doa.
¾ Kakak dan adik tersayang yang selalu
memberikan semangat dan doa.
¾ Seseorang yang tercinta dan tersayang
dihatiku yang selalu memberikan
semangat dan motivasi .
¾ Sahabat-sahabat Az-Zahra Kost yang
menemani hari-hari sepiku.
¾ Almamater tercinta dan teman-teman
Akuntansi D3 2004.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas

Akhir yang berjudul “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD.

BPR BANK PASAR KABUPATEN TEGAL TAHUN 2004-2006”.

Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Ahli Madya Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh bantuan,

bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudjiono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Tarsis Tarmudji, Dosen Pembimbing atas bimbingan, ilmu, motivasi,

kesabaran, dan perhatiannya selama penulisan Tugas Akhir ini.

5. Drs. Kusmuriyanto, M.Si, Dosen Penguji atas saran dan kritik yang sangat

berguna bagi penulis.

6. Dwoyo Widyono, S.E, Direktur PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak, ibu dan semua keluarga besar tercinta atas kasih sayang, dorongan

semangat dan do’anya.

vi
8. Sahabat-sahabat di AZ-ZAHRA kost dan teman-teman Akuntansi D3 2004 untuk

semua kenangan yang indah sekali.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis,

untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis berharap

semoga penyusunan Tugas Akhir ini akan memberikan manfaat bagi pembaca dan

pihak-pihak yang bersangkutan. Amin.

Semarang, Juni 2007

Penulis

vii
SARI

Endang Triyana. 2007. Analisis Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR Bank
Pasar Kabupaten Tegal Tahun 2004-2006. Tugas Akhir. Jurusan Akuntansi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.105 halaman.

Kata Kunci: Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity.


Tingkat Kesehatan
Menurut UU No.7 Tahun 1992 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal merupakan lembaga perbankan
milik Pemerintah Daerah yang kegiatan usahanya melaksanakan dan memperluas
pemberian pinjaman bagi pedagang, pengusaha golongan ekonomi lemah yang
produktif dan pegawai negeri maupun pegawai swasta serta para bakul di pasar-pasar
dan di desa-desa. Tujuan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal adalah untuk
mendukung program pemerintahan yaitu ikut berpartisipasi dalam pengentasan
kemiskinan di wilayah Kabupaten Tegal, mencegah semakin banyaknya kredit liar di
pasar dan menambah kontribusi pendapatan daerah yang berasal dari laba
perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat kesehatan dan
menganalisa apakah PD.Bank Pasar Kabupaten Tegal telah memenuhi kriteria bank
sehat yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumentasi, angket, wawancara dan kepustakaan. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif untuk menilai tingkat
kesehatan Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, Likuiditas dan
analisis kualitatif untuk menilai tingkat kesehatan Manajemen.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa permodalan pada PD.
BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006 sehat artinya bank mampu untuk
mempertahankan pengelolaan terhadap modal sendiri dan aktiva-aktiva yang
mengandung resiko, serta mampu untuk menutup kerugian atas kredit yang diberikan.
Untuk KAP pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal menunjukkan adanya
penurunan pada tahun 2006 karena adanya penyaluran kredit yang cukup tinggi dan
menyebabkan naiknya cadangan yang wajib dibentuk oleh bank akibat dari beberapa
pengembalian kredit yang kurang lancar, diragukan dan macet. PPAP yang dibentuk
tidak sebanding dengan cadangan aktiva yang harus dibentuk akibat dari sebagian
debitur tidak dapat mengembalikan kredit sesuai dengan tanggal jatuh tempo.
Manajemen pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal menunjukkan adanya
peningkatan pada tahun 2006 dibandingkan tahun sebelumnya karena kinerja
manajemen pada bank mengalami peningkatan dalam mengatur strategi dalam usaha
pencapaian tujuan bank dan pengaturan kegiatan operasional bank telah sesuai
dengan prosedur yang berlaku. ROA pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal
mengalami penurunan pada tahun 2006 karena biaya operasional yang ditanggung
bank tidak seimbang dengan pendapatan operasional yang diperoleh sehingga bank

viii
mengalami kerugian yang dipengaruhi oleh biaya bunga, biaya administrasi dan
umum, biaya personalia, dan biaya PPAP. BOPO juga mengalami penurunan karena
pendapatan operasional yang dihasilkan bank lebih kecil daripada biaya operasional
yang ditanggung oleh bank. Cash Ratio pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal
tahun 2004-2006 sehat berarti bank memiliki kemampuan dalam mengelola asset
yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus dibayar pada waktunya. LDR
juga mengalami kecenderungan peningkatan yang signifikan selama tahun 2004-2006
sehingga dana yang diterima oleh bank mengalami kenaikan baik dari tabungan,
deposito berjangka, modal inti yang berarti kemampuan bank dalam menyalurkan
kreditnya meningkat
Simpulan dalam penelitian ini adalah bahwa tingkat kesehatan pada PD.
BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006 untuk komponen Capital,
Management, Liquidity cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Untuk komponen Asset Quality dan Earning mengalami peningkatan pada tahun
2004-2005, tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan karena bank rugi. Adapun
saran yang diberikan yaitu, PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal segera melakukan
pembentukan tim penagihan kredit yang tidak lancar kepada para nasabah dan
menjual asset yang tidak produktif untuk menutup kerugian.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
SARI ..................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI................... ....................................................... 8
2.1 Konsep Dasar Bank....................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Bank ................................................................ 8
2.1.2 Jenis Bank ......................................................................... 9
2.1.3 Usaha Pokok Bank ............................................................ 10
2.2 Tingkat Kesehatan Bank ............................................................... 11
2.3 Kriteria Kesehatan Bank ............................................................... 16
2.4 Penilaian Tingkat Kesehatan BPR ................................................ 17
2.5 Manfaat Penilaian Kesehatan Bank .............................................. 39
2.6 Kerangka Berpikir......................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 43
3.1 Lokasi Penelitian........................................................................... 43
3.2 Objek Penelitian............................................................................ 43

x
3.3 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 43
3.4 Metode Pengumpulan Data........................................................... 44
3.5 Metode Analisis Data.................................................................... 46
3.5.1 Analisis Kuantitatif .............................................................. 46
3.5.2 Analisis Kualitatif ................................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 55
4.1 Deskripsi Objek Penelitian............................................................ 55
4.1.1 Gambaran Umum PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal 55
4.1.2 Sejarah Berdirinya PD. Bank Pasar Kabupaten Tegal....... 56
4.1.3 Struktur PD. Bank Pasar Kabupaten Tegal........................ 57
4.1.4 Tugas dan Wewenang PD. Bank Pasar Kabupaten
Tegal.................................................................................. 60
4.1.5 Visi dan Misi PD. Bank Pasar Kabupaten Tegal ............... 67
4.1.6 Lokasi dan Wilayah Kerja PD. Bank Pasar Kabupaten
Tegal.................................................................................. 67
4.2 Analisis Tingkat Kesehatan Bank ................................................. 67
4.3 Pembahasan................................................................................... 68
4.3.1 Permodalan......................................................................... 69
4.3.2 Kualitas Aktiva Produktif .................................................. 75
4.3.2.1 Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
terhadap Total Aktiva Produktif ........................... 75
4.3.2.2 Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif terhadap Penyisihan Penghapusan yang
Wajib Dibentuk ..................................................... 78
4.3.3 Manajemen.......................................................................... 80
4.3.4 Rentabilitas.......................................................................... 82
4.3.4.1 Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata
Volume usaha........................................................ 83
4.3.4.2 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional ........................................................... 84
4.3.5 Likuiditas ........................................................................... 86

xi
4.3.5.1 Rasio Alat Likuid terhadap Hutang Lancar .......... 86
4.3.5.2 Rasio Kredit yang Diberikan terhadap Dana
yang Diterima oleh Bank ...................................... 88
4.4 Hasil Penilaian Kuantitatif ............................................................. 91
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 102
5.1 Simpulan ....................................................................................... 102
5.2 Saran .............................................................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan BPR di Provinsi Jawa Tengah.................................... 2


Tabel 2.1 Penggolongan Tingkat Kesehatan....................................................... 17
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Faktor Permodalan.................. 27
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Faktor KAP............................. 32
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Faktor Manajemen.................. 33
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Faktor Rentabilitas.................. 35
Tabel 2.6 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Faktor Likuiditas .................... 38
Tabel 3.1 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan BPR ........................................... 52
Tabel 3.2 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Manajemen................................ 54
Tabel 4.1 Perhitungan ATMR Tahun 2004 ....................................................... 69
Tabel 4.2 Perhitungan ATMR Tahun 2005 ....................................................... 70
Tabel 4.3 Perhitungan ATMR Tahun 2006 ....................................................... 70
Tabel 4.4 Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Tahun 2004... 71
Tabel 4.5 Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Tahun 2005... 72
Tabel 4.6 Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Tahun 2006... 73
Tabel 4.7 Penilaian Permodalan Tahun 2004-2006 ............................................ 74
Tabel 4.8 Perbandingan Komposisi Aktiva Produktif yang
Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif Tahun 2004-2006 .......... 76
Tabel 4.9 Perbandingan Komposisi PPAP terhadap PPAWD Tahun 2004-2006 78
Tabel 4.10 Penilaian Aspek Manajemen Tahun 2004-2006 ................................. 81
Tabel 4.11 Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata Volume Usaha
(ROA) Tahun 2004-2006 .................................................................... 83
Tabel 4.12 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Tahun 2004-2006 ................................................................................ 85
Tabel 4.13 Rasio Alat Likuid terhadap Hutang Lancar Tahun 2004-2006........... 87
Tabel 4.14 Rasio Kredit yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima oleh
Bank Tahun 2004-2006....................................................................... 89

xiii
Tabel 4.15 Kuantitatif Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR
Bank Pasar Kabupaten Tegal Tahun 2004.......................................... 91
Tabel 4.16 Kuantitatif Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR
Bank Pasar Kabupaten Tegal Tahun 2004.......................................... 93
Tabel 4.17 Kuantitatif Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR
Bank Pasar Kabupaten Tegal Tahun 2004.......................................... 96

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir............................................................................ 42


Gambar 4.1 Struktur Organisasi PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal ........... 59
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Tingkat Kesehatan BPR................................ 99

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Penilaian Aspek Manajemen

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 3 Laporan Laba Rugi Komparatif PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Tahun 2004-2006

Lampiran 4 Neraca Komparatif PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal Tahun

2004-2006

Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 7 Surat Rekomendasi Telah Menyelesaikan Tugas Akhir

xvi
17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang

berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat

fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran,

serta alat tranmisi kebijakan moneter. Menurut Undang-undang RI Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Suyatno (1991:21) menjelaskan bahwa, bank adalah suatu

jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti

memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata

uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,

membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.

Dalam UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menurut jenisnya

bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Peraturan Bank

Indonesia No. 8/26/PBI/2006). BPR sebagai lembaga perantara keuangan

1
2

(financial intermediary) yang menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, BPR harus

menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat dalam mengelola dana

mereka. Perwujudan dari kesungguhan BPR dalam mengelola dana

masyarakat adalah dengan menjaga kesehatan kinerjanya karena kesehatan

kinerja sangat penting bagi suatu lembaga usaha. Dengan mengetahui tingkat

kesehatan usaha, para stakeholders dapat dengan mudah menilai kinerja

lembaga tersebut.

Dengan digulirkannya beberapa kebijakan di sektor keuangan sejak 1

Juni 1983 telah mendorong dunia perbankan untuk berkembang dengan pesat

baik dari sisi jumlah Bank, jumlah Kantor Bank sampai ke jumlah BPR.

Berdasarkan Data Statistik Perbankan Indonesia Tahun 2006, Bank Indonesia

mencatat perkembangan jumlah BPR dan Kantor BPR di Jawa Tengah yang

semakin meningkat seperti terlihat pada tabel 1.1 yaitu:

Tabel 1.1 Perkembangan BPR di Provinsi Jawa Tengah

Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006


Jumlah BPR 582 578 582 594 587 590
Jumlah Kantor 587 585 601 713 670 675
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Tahun 2006
Berdasarkan tabel 1.1 terjadi peningkatan dari tahun 2001 sampai

tahun 2006 sehingga mengakibatkan persaingan yang sangat tajam di dunia

perbankan, oleh karena itu dalam melakukan aktivitas operasionalnya pihak

bank dituntut dan harus melakukan suatu manajemen perbankan yang

profesional agar bank tetap dalam kondisi sehat. Perbankan Indonesia


3

sebagian besar masih menggantungkan sumber pendapatannya dari sektor

kredit, sedangkan resiko timbulnya kredit bermasalah selalu mengancam

industri perbankan.

Perkembangan BPR di Jawa Tengah yang sangat pesat seharusnya

juga diikuti oleh sumber daya manusia sebagai pengelola lembaga tersebut.

Hal ini sangat penting sehubungan dengan keberlangsungan usaha lembaga ini

yang memiliki peran sangat penting dalam membantu meningkatkan

perekonomian nasional. Harapan pemerintah BPR dapat memberikan

kontribusi dan berperan aktif dalam menata perekonomian nasional yang lebih

baik dengan ikut menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan bagi

golongan ekonomi menengah ke bawah yang bergerak dalam Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM).

Namun, banyaknya BPR di Jawa Tengah mengakibatkan persaingan

yang kurang sehat. Seringkali manajemen BPR mengambil jalan pintas dalam

memenangkan persaingan, salah satunya adalah kelonggaran-kelonggaran

yang diberikan kepada nasabah dalam pengajuan kredit. Persaingan dalam

penyaluran kredit mendorong perlombaan dalam kecepatan proses pemutusan

pemberian kredit, sehingga aspek-aspek analisis kredit cenderung dilakukan

secara terburu-buru. Hal ini akan menyebabkan masalah kredit macet yang

dapat mengakibatkan bank menjadi tidak sehat. Dengan

Pemerintah menegaskan pentingnya penilaian tingkat kesehatan bank

yang dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

1998 tanggal 10 November 1998 pasal 29 ayat 2 yang menyatakan bahwa


4

bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,

solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib

melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank juga

mengeluarkan peraturan mengenai penilaian kinerja BPR yang tertuang dalam

SK DIR BI No.30/12/KEP/DIR/1997 tanggal 30 April 1997 yang didasarkan

pada lima indikator penilaian yaitu: Capital, Assets, Management, Earning

dan Liquidity (CAMEL). Pada metode CAMEL ada batasan-batasan yang

telah ditentukan oleh Bank Indonesia adalah tentang seberapa besar/

prosentase kinerja keuangan yang memenuhi persyaratan bank tersebut untuk

dinyatakan sehat, serta tidak membahayakan/ merugikan pihak-pihak yang

berkepentingan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1998 tanggal 14 Mei

1998 menjelaskan bahwa PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal merupakan

lembaga perbankan milik Pemerintah Daerah yang kegiatan usahanya

melaksanakan dan memperluas pemberian pinjaman bagi pedagang,

pengusaha golongan ekonomi lemah yang produktif dan pegawai negeri

maupun swasta serta para bakul di pasar-pasar dan di desa-desa. Dengan

adanya pemberian pinjaman kredit tersebut diharapkan masyarakat ekonomi

menengah dapat memanfaatkanya untuk mendapatkan kredit guna

menjalankan usahanya sehingga taraf hidup masyarakat dapat meningkat.


5

Tujuan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal adalah untuk

mendukung program pemerintahan yaitu ikut berpartisipasi dalam

pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Tegal dan mencegah semakin

banyaknya kredit liar di pasar. Sebagai bentuk usaha perusahaan daerah, BPR

memberikan pembagian laba kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Tegal

sebesar 40% dari laba setelah pajak untuk disetorkan ke kas daerah sebagai

sumber Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PDAS).

Dari data Laporan Kualitas Aktiva Produktif pada PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal dapat diketahui bahwa tahun 2004 kredit yang tidak

lancar (macet) sebesar 19%, tahun 2005 sebesar 20% dan tahun 2006 sebesar

23%. Sebagai badan usaha yang memberikan fasilitas kredit kepada

masyarakat yang mayoritas masih digolongkan dalam ekonomi menengah ke

bawah dimana hasil usahanya sering tidak menentu, menjadikan PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal harus lebih berhati-hati dalam menganalisis

pemberian kredit. Kesungguhan dalam menerapkan prosedur pemberian kredit

yang sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan adalah mutlak dilakukan

agar terhindar dari permasalahan yang selalu terulang dari tahun ke tahun

yaitu tingginya kredit macet yang dapat mengakibatkan bank menjadi tidak

sehat. Tingkat kesehatan perbankan penting artinya untuk meningkatkan

efisiensi dalam menjalankan usahanya sehingga kemampuan untuk

memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan menghindari adanya potensi

kebangkrutan.
6

Dari uraian tersebut di atas menarik penulis untuk mengetahui lebih

jelas tentang kesehatan bank. Oleh karena itu, penulis mengambil judul

tentang “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR

BANK PASAR KABUPATEN TEGAL TAHUN 2004-2006”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dikaji

dalam dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat kesehatan untuk masing-masing komponen Capital,

Assets, Management, Earnings, Liquidity pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal?

2. Bagaimana perkembangan tingkat kesehatan bank pada PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 secara

keseluruhan jika ditinjau dari segi Capital, Assets, Management, Earnings,

Liquidity (CAMEL) apakah mengalami peningkatan atau penurunan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan masing-masing komponen Capital,

Assets, Management, Earnings, Liquidity pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal.

2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kesehatan bank pada PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 secara
7

keseluruhan jika ditinjau dari segi Capital, Assets, Management, Earnings,

Liquidity (CAMEL) apakah mengalami peningkatan atau penurunan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Ingin menerapkan konsep SK Dir BI No.30/12/KEP/DIR/1997 dan

SE BI No.30/3/UPPB mengenai tata cara penilaian kesehatan BPR

pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal.

b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi

civitas akademis sehingga dapat memberikan pengetahuan mengenai

perbankan khususnya tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi kepada pihak

manajemen bank jika terjadi penyimpangan-penyimpangan sebagai

peringatan awal untuk menjaga kondisi kesehatan bank.

b. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat pengguna jasa BPR agar

dapat memilih dan mempercayakan dananya pada BPR yang

memiliki kinerja baik.

c. Sebagai media menambah ilmu yang diperoleh di bangku kuliah

dengan praktek di lapangan guna menambah wawasan pengetahuan

dan pengalaman di dunia perbankan.


8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam

bentuk asset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan

juga sosial, jadi bukan hanya keuntungan saja (Hasibuan, 2003:2).

Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry

Rosenberg, bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro,

deposito dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang

atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, dan menanamkan

dananya dalam surat berharga (Taswan, 2006:4)

Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bank adalah badan

usaha yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito

tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana dan

menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana

8
9

melalui penjualan jasa keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat banyak.

2.1.2 Jenis Bank

Menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana

telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, jenis

bank meliputi:

1. Bank Umum

Bank Umum menurut UU No.10 Tahun 1998 yaitu bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau

berdasarkan Prinsip Syariah yag dalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha yang

dapat dilakukan oleh Bank Umum yaitu:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

b. Menerbitkan surat pengakuan utang.

c. Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat menurut UU No.10 Tahun 1998,

yaitu adalah sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam


10

kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Tugas

dari Badan Perkreditan Rakyat meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga.

c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi

hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah.

Adapun tujuan dari Badan Perkreditan Rakyat adalah:

a. Menunjang kelancaran penyediaan sarana produksi terutama

permodalan dalam rangka pembangunan daerah pada umumnya

dan pembangunan desa pada khususnya.

b. Menciptakan pemerataan dalam kesempatan berusaha segolongan

ekonomi lemah di pedesaan dan menciptakan lapangan kerja

secara langsung.

2.1.3 Usaha Pokok Bank

Bank pada dasarnya merupakan perantara antara SSU (Surplus

Spending Unit) dengan DSU (Deficit Spenddung Unit), usaha pokok

bank didasarkan atas empat hal pokok yaitu:

1. Denomination Divisibility

Adalah bank yang menghimpun dana dari SSU (Surplus Spending

Unit) yang masing-masing nilainya relatif kecil, tetapi secara


11

keseluruhan jumlahnya akan sangat besar. Dengan demikian bank

dapat memenuhi permintaan DSU yang membutuhkan dana tersebut

dalam bentuk kredit.

2. Maturity Flexibility

Adalah bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan bentuk-

bentuk simpanan yang bervariasi jangka waktu dan penarikannya

seperti rekening giro, rekening koran, deposito berjangka, sertifikat

deposito, buku tabungan dan lain sebagainya.

3. Liquidity Tranformation

Adalah dana yang disimpan oleh para penabung (SSU) kepada bank

umumnya bersifat likuid. Karena itu, SSU dapat dengan mudah

mencairkannya sesuai dengan bentuk tabungannya.

4. Risk Diversification

Adalah bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau

debitur dan sektor-sektor ekonomi yang beraneka ragam, sehingga

resiko yang dihadapi bank dengan cara menyebarkan kredit semakin

kecil.

2.2 Tingkat Kesehatan Bank

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum menjelaskan bahwa

bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan.

Peraturan tersebut menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan


12

hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap

kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas

asset, manajemen, rentabilitas,likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.

Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian

kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement

yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian

serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan

perekonomian nasional.

Penilaian faktor-faktor komponen dilakukan dengan sistem kredit

(system reward) yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai 100. Hasil

kuantifikatif dari komponen-komponen tersebut dinilai lebih lanjut dengan

memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang secara material

berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor.

Tingkat kesehatan bank digolongkan dalam empat kategori yaitu: sehat, cukup

sehat, kurang sehat dan tidak sehat.

Sebagai pengawas bank, Bank Indonesia juga menilai performance

bank dengan memperhatikan enam indikator yang disebut CAMELS.

Penilaian sistem CAMELS ini mengukur apakah manajemen bank telah

melaksanakan sistem perbankan dengan asas-asas yang sehat. Enam indikator

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Aspek Permodalan (Capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara

lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:


13

a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.

b. Komposisi permodalan.

c. Trend ke depan/ proyeksi KPMM.

d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal

bank.

e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang

berasal dari keuntungan (laba ditahan).

f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha.

g. Akses kepada sumber permodalan.

h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan

bank.

2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara

lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total

aktiva produktif.

b. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.

c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah non performing assets

dibandingkan dengan aktiva produktif.

d. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif (PPAP).

e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.


14

f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif.

g. Dokumen aktiva produktif.

h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Aspek Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen-komponen:

a. Manajemen umum.

b. Penerapan sistem manajemen risiko.

c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen

kepada Bank Indonesia dan atau pihak lain.

4. Aspek Rentabilitas (Earning)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara

lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

a. Return On Assets (ROA).

b. Return On Equity (ROE).

c. Net Interest Margin (NIM).

d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional

(BOPO).

e. Perkembangan laba operasional.

f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan.

g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya

h. Prospek laba operasional


15

5. Aspek Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain

dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva liquid

kurang dari 1 bulan.

b. 1-month maturity mismatch ratio.

c. Loan to Deposit Ratio (LDR).

d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang.

e. Ketergantungan pada dana antara bank dan deposan inti.

f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liabilities

Management/ ALMA)

g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar

modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya.

h. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap

resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-

komponen:

a. modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku

bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi

(adverse movement) suku bunga.


16

b. modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai

tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi

(adverse movement) nilai tukar

c. kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

2.3 Kriteria Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan pada dasarnya dinilai dengan pendekatan

kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan

perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantitatif tersebut dapat dilakukan

dengan mengadakan penilaian terhadap faktor permodalan, kualitas aktiva

produktif, rentabilitas, likuiditas. Pendekatan kuantitatif diperlukan karena

masing-masing faktor tersebut mengandung berbagai aspek yang saling

berkaitan antara satu dengan lainnya serta saling mempengaruhi.

Pelaksanaan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan

dengan cara:

1. Mengkuantifikasi beberapa komponen penting dari masing-masing faktor.

2. Atas dasar kuantifikasi komponen-komponen penting tersebut dilakukan

penilaian lebih lanjut dengan memperhatikan aspek lain yang secara

materiil berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing

faktor.

Sedangkan tata cara kuantifikasi penilaian kesehatan dilakukan

dengan reward system yaitu memberikan nilai kredit 0 sampai dengan 100
17

bagi masing-masing faktor komponen penilaian tingkat kesehatan bank BPR

beserta dengan bobotnya.

Tingkat kesehatan PD. BPR Bank Pasar digolongkan menjadi empat

kriteria yang ditentukan oleh pemerintah, mengacu pada PAKTRI 91/

PAKMEI 1993, menurut tingkat kesehatan bank nilai dan predikat tersebut:

Tabel 2.1 Penggolongan Tingkat Kesehatan

Nilai Predikat
81 − 100 Sehat
66 – < 81 Cukup Sehat
51 – < 66 Kurang Sehat
0 – < 51 Tidak Sehat
Sumber: SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR

2.4 Penilaian Tingkat Kesehatan BPR

Tata cara penialian tingkat kesehatan BPR pada dasarnya hampir

sama dengan penilaian tingkat kesehatan bank umum. Namun, dalam

penilaian tingkat kesehatan BPR tidak menggunakan indikator sensitivitas

terhadap resiko pasar. Selain itu terdapat perbedaan antara BPR dengan Bank

Umum pada penilaian faktor permodalan dan faktor manajemen. Pada faktor

permodalan yang membedakan adalah besarnya persentase bobot risiko yang

digunakan dalam perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Sedangkan untuk faktor manajemen pada jumlah pertanyaan yang diajukan

pada pihak manajemen BPR lebih sedikit daripada pertanyaan yang diajukan

pada pihak manajemen Bank Umum. Perbedaan tersebut pada dasarnya


18

berkaitan juga dengan keterbatasan dari usaha yang boleh dilakukan BPR,

seperti tercantum dalam UU No.7 Tahun 1992, dimana BPR dilarang:

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3. Melakukan penyertaan modal.

4. Melakukan usaha perasuransian.

5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas.

Sesuai SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR dan SE BI No.30/3/UPPB

tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR,

faktor-faktor dan komponen CAMEL yang dinilai sebagai berikut:

1. Permodalan (Capital)

Modal merupakan salah satu faktor penting bagi bank dalam

rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kemungkinan

kerugian.

Permodalan yang cukup adalah berkaitan dengan penyediaan

modal sendiri yang yang diperlukan yang mungkin timbul dari penanaman

dalam aktiva produktif yang mengandung risiko serta membagi

penanaman dalam benda tetap dan investasi.

1) Pengertian Modal

Menurut Hasibuan (2005:61) Dana/ modal Bank adalah

sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan
19

operasionalnya. Dana bank terdiri dari dana (modal) sendiri dan dana

asing.

Modal Sendiri Bank (Equity Fund) adalah sejumlah uang tunai

yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang berasal

dari dalam bank itu sendiri; terdiri dari modal inti dan modal

pelengkap.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/26/PBI/2006

tanggal 8 November 2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum BPR menjelaskan rincian modal bagi BPR adalah sebagai

berikut:

1. Modal Inti

Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan–

cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Secara rincian

modal inti dapat berupa bentuk-bentuk berikut:

a. Modal disetor

Modal disetor yaitu modal yang telah disetor secara riil dan

efektif oleh pemiliknya serta tekah disetujui oleh Bank

Indonesia. Bagi BPR yang berbadan hukum Koperasi, modal

disetor terdiri dari atas simpanan pokok dan simpanan wajib

dan hibah dari para anggotanya.


20

b. Agio saham

Agio saham yaitu selisih lebih tambahan modal yang diterima

BPR sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai

nominalnya.

c. Modal sumbangan

Modal sumbangan yaitu modal yang telah diperoleh kembali

dari sumbangan saham, termasuk modal yang berasal dari

donasi pihak luar yang diterima oleh bank yang berbentuk

hukum koperasi .

d. Cadangan umum

Cadangan umum yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan

laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak

dan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau

Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

e. Cadangan tujuan

Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan mendapat mendapat

persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat

Anggota sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


21

f. Laba yang ditahan (rentained earning)

Laba yang ditahan yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi

pajak yang oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat

Anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

g. Laba tahun lalu

Laba tahun lalu yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun lalu

setelah dikurangi pajak kecuali apabila diperkenankan untuk

dikompensasi dengan kerugian sesuai dengan ketentuan pajak

yang berlaku dan belum ditetapkan penggunaanya oleh Rapat

Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota. Jumlah laba

tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.

Jika BPR mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh

kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

h. Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan yaitu laba setelah diperhitungkan dengan

kekurangan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva

produktif. Perhitungan taksiran utang pajak dikecualikan

apabila diperkenankan untuk dikompensasi dengan kerugian

sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. Jumlah laba tahun

buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya

sebesar 50%. Jika BPR mengalami kerugian pada tahun

berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang

dari modal inti.


22

Modal inti tersebut diatas harus dikurangi dengan:

a) Goodwill yang ada dalam pembukuan bank.

b) Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif

dari jumlah yang sebenarnya dibentuk sesuai dengan ketentuan

Bank Indonesia.

2. Modal Pelengkap

Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang

dibentuk tidak dari laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya

dapat dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap

dapat berupa:

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk

dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat

persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.

b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yaitu

cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi

tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian

yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya

kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.

c. Modal pinjaman (sebelumnya disebut modal kuasi)

Modal kuasai yang menurut BIS disebut hybrid (dept/equity)

capital instrument yaitu modal yang didukung oleh instrument


23

atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau utang dan

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan, dipersamakan

dengan modal dan telah dibayar penuh.

2) tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa

persetujuan Bank Indonesia.

3) mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal

jumlah kerugian BPR melebihi laba yang ditahan dan

cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun

BPR belum dilikuidasi.

4) pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila BPR dalam

keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk

membayar bunga tersebut.

d. Pinjaman subordinasi

Pinjaman subordinasi yaitu pinjaman yang setinggi-tingginya

sebesar 50% dari modal inti, dengan persyaratan sebagai

berikut:

1) terdapat perjanjian tertulis antara BPR dengan pemberi

pinjaman.

2) mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.

Dalam hubungan ini pada saat BPR mengajukan

permohonan persetujuan, BPR harus menyampaikan


24

program pembayaran kembali pinjaman subordinasi

tersebut.

3) tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah

dibayar penuh, minimal berjangka waktu 5 tahun.

4) pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan

dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut

permodalan BPR tetap sehat.

5) hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir

dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan

modal).

2) Pengertian Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Pengertian Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu

pos-pos aktiva yang diberikan bobot risiko yang terkandung pada

aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan

nasabah, peminjam atau sifat barang jaminan. Rincian bobot tersebut

adalah sebagai berikut:

a. 0% dikalikan dengan:

1) Kas

2) Surat Bank Indonesia

3) Kredit yang dijamin dengan saldo deposito berjangka dan

tabungan yang cukup milik peminjam pada BPR yang

bersangkutan
25

b. 20% dikalikan dengan:

1) Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta

tagihan lainnya kepada bank lain

2) Kredit kepada bank lain atau pemerintah daerah

3) Kredit kepada atau kredit yang dijamin oleh bank lain/

pemerintah daerah.

c. 50 % dikalikan dengan:

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau kredit yang dijamin oleh

hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni.

d. 100% dikalikan dengan:

1) Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMD, perorangan,

koperasi, perusahaan swasta dan lain-lain.

2) Aktiva tetap dan investasi (nilai buku).

3) Aktiva tetap lainnya yang tersebut diatas.

3) Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum

Perhitungan Modal Minimum BPR dapat dilakukan dengan

cara:

a. ATMR dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal pos-pos

aktiva dengan bobot risiko masing-masing.

b. ATMR dari masing-masing pos aktiva dijumlahkan.

c. Jumlah kewajiban penyediaan modal minimum BPR adalah 8%

dari jumlah ATMR (nomor b).

d. Dihitung jumlah modal inti dan modal pelengkap.


26

Dengan membandingkan jumlah modal pada nomor 4 dengan

kewajiban penyediaan modal minimum pada nomor 3, dapat diketahui

kelebihan atau kekurangan modal BPR.

Adapun penentuan besarnya nilai kredit untuk penilaian permodalan

ini adalah sebagai berikut:

a. Pemenuhan KPMM sebesar 8 % diberi predikat “sehat” dengan

nilai sebesar 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan

KPMM sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimal 100.

b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi

predikat “kurang sehat” dengan nilai kredit 65, dan setiap

penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit

1 hingga minimum 0.

4) Penilaian Permodalan

Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio

modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sesuai

yang dengan yang diatur dalam SK DIR BI No. 26/20/KEP/DIR

tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank dan Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 26/20/BPPP tentang Kewajiban Modal

Minimum BPR masing-masing tanggal 29 Mei 1993 . Ketentuan rasio

antara modal dan ATMR biasa disebut Capital Adequancy Ratio (CAR)

atau Rasio Kecukupan Modal merupakan analisis solvabilitas untuk

mendukung kegiatan bank secara efisien dan mampu menyerap

kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan serta apakah kekayaan


27

bank semakin bertambah atau semakin berkurang. Analisis ini juga

berguna untuk menunjukkan kemampuan BPR dalam memenuhi

segala kewajiban finansialnya baik berupa utang jangka pendek

maupun utang jangka panjang.

Rasio Permodalan (CAR) adalah sebagai berikut:

Modal (Inti + Pelengkap)


Rasio Permodalan (CAR) = × 100%
ATMR

Adapun formulasi rasio ini menjadi nilai kredit:

Rasio CAR
Nilai Kredit (NK) = + 1 (maksimal 100)
0,1

Pembobotan bagi komponen ini ditetapkan sebesar 30% dari

keseluruhan penilaian faktor CAMEL.

Hasil dari penilaian faktor permodalan terlihat pada Tabel 2.2 di bawah

ini.

Tabel 2.2 : Kriteria penilaian kesehatan faktor permodalan

Kriteria Hasil Rasio


Sehat ≥ 8%
CukupSehat ≥ 7,9% – < 8,0%
KurangSehat ≥ 6,5% − < 7,9%
Tidak Sehat < 6,5%
Sumber: SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97

2. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)

Perbankan sebagai lembaga pemberi jasa-jasa keuangan dalam

lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan berbagai fasilitas kepada

nasabah, loanable funds dari bank yang terbesar diberikan dalam bentuk
28

kredit. Penilaian kualitas asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset

bank dan kemampuan manajemen dalam mengelola kredit.

Berdasarkan SK Dir BI No. 26/22/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993

sebagaimana dirubah dalam PBI No. 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas

Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif (PPAP) BPR, disebutkan bahwa kinerja dan kelangsungan usaha

BPR dipengaruhi oleh kualitas penyediaan dana pada aktiva produktif,

termasuk kesiapan untuk menghadapi risiko kerugian dari penyediaan

dana tersebut dan dalam rangka mengembangkan usaha dan mengelola

risiko, pengurus BPR wajib menjaga kualitas aktiva produktif dan

membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif.

1) Pengertian Aktiva Produktif

Aktiva produktif yaitu semua aktiva dalam rupiah maupun

valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk

memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit

merupakan salah satu bentuk aktiva produktif (Susilo, 2000:30).

Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian dari asset management

yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed

assets (aktiva tetap dan inventaris). Adapun komponen dari aktiva

produktif terdiri dari:

1. Kredit yang diberikan, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara BPR dengan pihak


29

peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga,

termasuk:

a. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note

Purchase Agreement (NPA).

b. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

2. Surat-surat berharga, yaitu penanaman dalam bentuk Sertifikat

Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan

saham-saham serta obligasi yang diperdagangkan di pasar modal.

3. Penanaman dana antar bank adalah penanaman dana BPR pada

bank lain dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, sertifikat

deposito, kredit yang diberikan dan penanaman dana lainnya yang

sejenis baik dalam negeri maupun luar negeri.

Aktiva produktif yang dimiliki bank memiliki empat golongan

yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan

kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan keadaan pembayaran

kembali pokok dan bunga kredit nasabah serta tingkat kemungkinan

diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau

penanaman lainnya.

2) Pengertian Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

Aktiva Produktif yang diklasifikasikan yaitu aktiva produktif,

baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan

penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. Adapun cara


30

pengklasifikasian ini mengikuti cara kolektibilitas diatur dalam SE BI

No. 23/12/BPPP tanggal 28 Desember 1991, yaitu:

a. 0% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar.

b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar.

c. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan.

d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet.

3) Pengertian Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib

Dibentuk (PPAPWD)

Dalam rangka mengantisipasi kemungkinan terjadinya

kerugian dari setiap penanaman dana yang dilakukan bank, maka bank

wajib membentuk PPAP yang cukup guna menutup kerugian tersebut.

Besarnya pembentukan penyisihan sesuai dengan SK DIR BI No.

26/167/KEP/DIR dan SE BI No. 26/9/BPPP tentang penyempurnaan

PPAPWD tanggal 29 Maret 1994 adalah sekurang-kurangnya:

a. 0,5% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar.

b. 10% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah

dikurangi agunan yang dikuasai.

c. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah

dikurangi agunan yang dikuasai.

d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah

dikurangi agunan yang dikuasai.


31

4) Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Rasio penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif adalah

sebagai berikut:

a. Perbandingan Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap

Total Aktiva Produktif

Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan


Rasio KAP 1 = × 100%
Total Aktiva Produktif

Dengan rasio ini maka gagalnya pengambilan kredit yang

mengalami kemacetan dapat diukur. Adapun formulasi rasio ini

menjadi angka kredit yaitu untuk rasio 22,5% atau lebih diberi

kredit 0 untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai

kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

22,5% − Rasio KAP


Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,15

Bobot yang diberikan untuk penilaian ini adalah sebesar 25% dari

keseluruhan penilaian faktor CAMEL.

b. Perbandingan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

yang dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) yang telah ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

PPAP
Rasio KAP 2 (PPAP) = × 100%
PPAP yang Wajib Dibentuk

Rasio ini mengukur pemenuhan PPAP yang dibentuk bank

terhadap PPAPWD yang ditetapkan Bank Indonesia sehubungan


32

dengan adanya kewajiban bank untuk membentuk PPAP yang

cukup untuk menutup resiko kemungkinan yang timbul dari

penanaman aktiva produktifnya.

Formulasi rasio ini menjadi nilai kredit ditentukan untuk rasio 0%

mendapat nilai 0 dan setiap kenaikan 1% dimulai dari 0 nilai kredit

ditambah 1 dengan maksimal nilai kredit 100.

Nilai Kredit (murni) = n Rasio x 1

Bobot yang diberikan untuk penilaian komponen ini yaitu 5% dari

keseluruhan penilaian faktor CAMEL.

Hasil penilaian faktor kualitas aktiva produktif terlihat pada Tabel

2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor KAP

Hasil Rasio
Kriteria
Rasio 1 Rasio 2
Sehat 0,00% − ≤ 10,35% ≥ 81,00%
Cukup Sehat > 10,35% − ≤12,60% ≥ 66,00% − <81,00%
Kurang Sehat > 12,60% − ≤14,85% ≥ 51,00% − <66,00%
Tidak Sehat > 14,85% < 51%
Sumber: SK DIR BI No.30/12/KEP/DIR/97

3. Faktor Manajemen (Management)

Penilaian manajemen merupakan inti dari pengukuran masyarakat

apakah sebuah bank telah berdasarkan asas-asas perbankan yang sehat

(sound banking business) atau dikelola secara tidak sehat. Selain itu

dengan penilaian manajemen maka ketrampilan manajerial dan

profesionalisme perbankan dari pimpinan atau manajer BPR yang

bersangkutan dapat diukur.


33

Menurut SK DIR BI No.30/12/KEP/DIR dan SE BI No.

30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat

produktif, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen

likuiditas, penilaian factor manajamen didasarkan pada 25 aspek yang

memberikan penekanan pada manajemen umum ( 10 indikator yang terdiri

dari penilaian strategi/sasaran, struktur, sistem, dan kepemimpinan)

dengan bobot penilaian 10% dan manajemen risiko ( 15 indikator terdiri

dari penilaian risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko operasional)

dengan bobot penilaian 10%.

Tata cara penilaian yaitu dengan menggunakan daftar

pertanyaan/pernyataan (sesuai aspek yang dinilai). Skala penilaian untuk

setiap indikator antara 0 sampai 4 adalah sebagai berikut:

Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah

Nilai 1,2,3 mencerminkan kondisi antara

Nilai 4 mencerminkan kondisi baik

Hasil penilaian faktor manajemen terlihat pada Tabel 2.4 di bawah ini:

Tabel 2.4 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor manajemen

Kriteria Manajemen Umum Manajemen Risiko


Sehat 35 – 40 49 − 60
Cukup Sehat 27 − < 35 40 − < 49
Kurang Sehat 21 − < 27 31 − < 40
Tidak Sehat 0 − < 21 0 − < 31
Sumber: SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97
34

4. Faktor Rentabilitas (Earning Ability)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio.

Rasio pertama adalah rasio laba sebelum pajak terhadap rata-rata volume

usaha yang disebut dengan rasio Return on Asset (ROA). Yang dimaksud

laba sebelum pajak adalah laba yang diperoleh perusahaan 12 bulan

terakhir sebelum dikurangi dengan pajak. Sedangkan rata-rata volume

usaha adalah total volume usaha perusahaan dalam 12 bulan terakhir

dibagi dengan 12 bulan.

Rasio kedua yang digunakan dalam penilaian faktor rentabilitas

adalah rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam

operasional selama 12 bulan terakhir. Sedangkan pendapatan operasional

adalah pendapatan operasional perusahaan selama 12 bulan terakhir.

1. Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Total Aktiva

Laba Sebelum Pajak


Rasio Rentabilitas 1 (ROA) = × 100%
Rata − rata Volum Usaha

Perhitungan terhadap ROA dilakukan dengan cara rasio sebesar 0%

atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015%

mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

Rasio ROA
Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,015

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan

penilaian faktor CAMEL.


35

2. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

Biaya Operasional
Rasio Rentabilitas 2 (BOPO) = × 100%
Pendapatan Operasional

Perhitungan pada rasio efisiensi BOPO dilakukan dengan cara rasio

100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan

sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimal 100.

100 − Rasio BOPO


Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,08

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan

penilaian faktor CAMEL.

Hasil penilaian faktor rentabilitas terlihat pada Tabel 2.5 di bawah ini:

Tabel 2.5 Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor rentabilitas

Hasil Rasio
Kriteria
Rasio 1 Rasio 2
Sehat > 1,215% ≤ 93,52%
Cukup Sehat > 0,999% − ≤ 1,215% > 93,52% − ≤ 94,72%
Kurang Sehat > 0,765% − ≤ 0,999% > 94,72% − ≤ 95,92%
Tidak Sehat ≤ 0,765% > 95,92%
Sumber: SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97

5. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan

dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar semua

deposantnya, serta dapat memnuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa

terjadi penangguhan (Mulyono, 1995:79). Oleh karena itu bank dikatakan

likuid apabila:

1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan

digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.


36

2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari butir satu

diatas, tetapi yang bersangkutan juga mempunyai assets lain

(khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu

tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset

baru melalui berbagai bentuk hutang.

Penilaian terhadap faktor likuiditas menggunakan dua rasio yang

dapat ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:

1. Perbandingan antara Alat Likuid terhadap Hutang Lancar (Cash Ratio)

Cash Ratio adalah rasio alat likuid terhadap hutang lancar

yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar

hutang lancarnya dengan menggunakan alat likuidnya.

Alat Liquid
Rasio Likuiditas 1 (Cash Rasio) = × 100%
Hutang Lancar

Yang dimaksud dengan alat likuid disini adalah kas,

penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan yang sudah

dikurangi dengan tabungan bank lain. Hutang lancar yang dimaksud

adalah kewajiban segera yaitu tabungan dan deposito berjangka. Rasio

ini menunjukan kemampuan bank untuk membayar kewajiban-

kewajiban yang sudah jatuh tempo dengan cash assets yang

dimilikinya.

Rasio CR
Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,05
37

Formulasi ini menjadi nilai kredit yaitu 0% mendapat nilai

kredit 0, dan dari setiap kenaikan 0,05 nilai kredit ditambah 1 dengan

maksimal 100.

Bobot untuk penilaian komponen ini ditetapkan sebesar 5%

dari keseluruhan penilaian faktor CAMEL.

2. Perbandingan antara Kredit yang Diberikan terhadap Dana yang

Diterima oleh Bank (Loan to Deposi Ratio/LDR).

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan

bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menyatakan

seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Kredit yang Diberikan


Rasio Likuiditas 2 (LDR) = × 100%
Dana yang Diterima Bank

Kredit yang dimaksud perhitungan ini meliputi:

a. Kredit yang diberikan kepada masyarkat dikurangi dengan bagian

kredit sindikasi yang dibiayai oleh bank lain.

b. Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan

dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan.

c. Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan

dalam rangka kredit sindikasi.


38

Dana yang diterima oleh bank meliputi:

a. Deposito dan tabungan masyarakat

b. Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3

bulan (di luar pinjaman subordinasi).

c. Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih

dari 3 bulan.

d. Modal inti.

e. Modal pinjaman.

Perhitungan terhadap rasio likuiditas 2 dilakukan dengan cara rasio

sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk penurunan

sebesar 1% mulai dari 115% nilai kredit ditambah 4 dengan maksimal

100.

Nilai kredit = (115 – Rasio LDR) x 4

Bobot untuk komponen ini ditetapkan sebesar 5% dari keseluruhan

faktor CAMEL.

Hasil penilaian faktor likuiditas terlihat pada Tabel 2.6 di bawah ini:

Tabel 2.6 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor likuiditas

Hasil Rasio
Kriteria
Rasio 1 Rasio 2
Sehat > 4,05% ≤ 94,75%
Cukup Sehat > 3,30% − ≤ 4,05% > 94,75% − ≤ 98,5%
Kurang Sehat > 2,55% − ≤ 3,30% > 98,5% − ≤ 102,25%
Tidak Sehat ≤ 2,55% > 102,25%
Sumber: SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97
39

2.5 Manfaat Penilaian Kesehatan Bank

Dalam pemeriksaan bank, sebagai implikasi terhadap fungsi

pengawasan oleh Bank Indonesia, dikaitkan dengan ketentuan penilaian

tingkat kesehatan bank ini pada prinsipnya merupakan kepentingan pemilik

dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun bagi pengawas

dan pembina bank.

Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, bank dimaksudkan untuk

dapat dipergunakan sebagai:

1. Standar bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolan bank telah

sesuai dengan asas-asas perbankan yang sehat dan ketentuan-ketentuan

yang berlaku

2. Standar untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank secara

individual maupun untuk industri perbankan secara keseluruhan.

2.6 Kerangka Berfikir

Bank merupakan lembaga perantara (intermediary) antara pemilik

dana (lenders) dengan pemakai dana (borrowers). Sebagai perantara maka

bank akan menggantikan peran pemilik dana, apabila dana yang dipakai tidak

kembali baik pada saat jatuh tempo maupun karena pemakai dana tidak

mengembalikannya. Di sisi lain bank juga bertindak sebagai pemakai dana

berarti bank akan menggantikan peran pemakai dana untuk dapat memakai

dana setiap saat diperlukan. Hubungan antara pihak bank dan pihak para

pemakai jasa bank tentu harus terjaga untuk menjamin kelangsungan usaha
40

bank tersebut. Pentingnya menjaga kepercayaan kepada para pemakai jasa,

bank harus mampu menjaga tingkat kesehatannya untuk menjaga

kelangsungan usahanya.

Pentingnya kesehatan suatu bank didasarkan pada pertimbangan

bidang usaha bank yang merupakan lembaga kepercayaan masyarakat, dimana

kegunaan utamanya sebagai penyalur dana masyarakat. Kesehatan suatu bank

dalam hal ini adalah PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal merupakan

kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola, masyarakat

pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas

bank. Penilaian tingkat kesehatan bank sangat penting dilakukan karena bank

harus selalu memperhatikan asas kehati-hatian agar dapat terhindar dari

masalah-masalah yang dapat mengancam kelangsungan hidup usaha bank.

Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan maksud untuk

menilai sejauh mana kelayakan usaha dan kelangsungan hidup BPR.

Pentingnya penilaian tingkat kesehatan bank ini ditegaskan dalam UU No. 10

Tahun 1998 pasal 29 ayat 2 yang menyatakan bahwa bank wajib memelihara

tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas

asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain

yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha

sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Adapun analisis tingkat kesehatan bank itu sendiri dilakukan sesuai

dengan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 30/12/KEP/DIR/97 dan

Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/3/UPPB/97 tanggal 30 April 1997


41

tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat,

yaitu dengan cara menilai faktor permodalan, kualitas aktiva produktif,

manajemen, rentabilitas, dan likuiditas atau yang disebut CAMEL. Penilaian

tingkat kesehatan itu sendiri didasarkan pada ketentuan perhitungan rasio atas

berbagai faktor dan komponen yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Rasio yang diperoleh dari hasil penilaian faktor dan komponen tersebut

selanjutnya diberi kredit 0 sampai dengan 100. Nilai kredit yang diperoleh dari

hasil kuantifikasi digunakan untuk menentukan predikat kesehatan dari BPR

yang meliputi sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.
42

Permodalan Rasio CAR


(Capital)
KA P Rasio KAP
(Assets) Rasio PPAP
Predikat T K S
Laporan SK DIR BI No.30/12/KEP/DIR Aspek Manajemen Manaj. Umum PD.BPR Sehat,
Keuangan SE BI No.30/3/UPPB CAMEL (Management) Manaj. Resiko Bank Pasar Cukup Sehat,
Kab. Tegal Kurang Sehat,
Rentabilitas Rasio ROA Tidak Sehat.
(Earning) Rasio BOPO
Likuiditas Cash Ratio
(Liquidity) LDR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan oleh penulis pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.11 Slawi

Telp./Fax. 491570-3321111 Tegal. Perusahaan daerah ini merupakan

lembaga perbankan milik Pemerintah Daerah yang kegiatan usahanya

melaksanakan dan memperluas pemberian pinjaman bagi pedagang,

pengusaha golongan ekonomi lemah yang produktif dan pegawai negeri

maupun swasta serta para bakul di pasar-pasar dan di desa-desa dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

3.2 Objek Penelitian

Objek kajian dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan PD.

BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal yang diukur dari faktor CAMEL (Capital,

Assets Quality, Management, Earning, Liquidity).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Dalam

43
44

penelitian ini data primer merupakan hasil interview dan observasi

langsung yang dilakukan pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal,

yang berupa:

a. Hasil pengisian 25 pertanyaan tentang manajemen terlampir.

b. Wawancara dengan direktur dan bagian keuangan pada PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal tentang kebijakan perusahaan dalam

menjaga kesehatan bank terlampir.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh berupa laporan

keuangan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal Tahun 2004-2006

terlampir.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder

sebagai pendukung data primer. Metode ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data laporan keuangan pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal Tahun 2004-2006, untuk mengetahui aspek permodalan,

kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditasnya.


45

2. Metode Kuisioner atau Angket

Kuisioner atau Angket yaitu daftar isian atau pertanyaan yang

harus dijawab (diisi) oleh para responden berkaitan dengan data yang

diperlukan dalam penelitian.

Indikator dalam penilaian manajemen meliputi:

1. Manajemen Umum

a. Strategi/ sasaran

b. Struktur

c. Sistem

d. Kepemimpinan

2. Manajemen Risiko

a. Risiko Likuiditas

b. Risiko Kredit

c. Risiko Operasional

d. Hukum

e. Risiko pemilik/ pengurus

3. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi

semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution

1994:114). Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara

verbal. Biasanya komunikasi ini dilaksanakan dalam keadaan saling

berhadapan, namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telepon.

Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan
46

direktur dan bagian keuangan pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal untuk memperoleh informasi yang lengkap mengenai

perkembangan usaha dalam rangka menjaga kepercayaan mayarakat

terhadap bank dan menjaga agar bank tetap sehat.

4. Metode Kepustakaan

Metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari buku-

buku, referensi, laporan-laporan, peraturan-peraturan, catatan-catatan

kuliah, jurnal dan sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah yang

akan dibahas dalam tugas akhir ini. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan data yang diperlukan terutama dalam pembahasan dan

untuk membandingkan dengan permasalahan yang sebenarnya sehingga

penulis memiliki landasan teori yang cukup kuat dalam menarik

kesimpulan.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang sifatnya hanya

menggolongkan saja, termasuk dalam klasifikasi data yang berskala

ukur nominal dan ordinal (Dergibson Siagian dkk, 2002:17).

Analisis kuantitatif yaitu suatu cara untuk menghitung yang

digambarkan dengan angka dan jumlah tertentu atau dengan

perhitungan angka yang diproses. Dalam penelitian ini analisis

ditekankan pada tujuh rasio dari empat komponen:


47

a. Permodalan (Capital)

Modal Sendiri Bank (Equity Fund) adalah sejumlah uang

tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya

yang berasal dari dalam bank itu sendiri; terdiri dari modal inti dan

modal pelengkap.

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu pos-pos

aktiva yang diberikan bobot risiko yang terkandung pada aktiva itu

sendiri atau bobot resiko yang didasarkan pada golongan nasabah,

peminjam atau sifat barang jaminan.

Ketentuan rasio antara modal dan ATMR biasa disebut

Capital Adequancy Ratio (CAR) atau Rasio Kecukupan Modal

merupakan analisis solvabilitas untuk mendukung kegiatan bank

secara efisien dan mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak

dapat dihindarkan serta apakah kekayaan bank semakin bertambah

atau semakin berkurang. Analisis ini juga berguna untuk

menunjukkan kemampuan BPR dalam memenuhi segala kewajiban

finansialnya baik berupa utang jangka pendek maupun utang jangka

panjang.

Modal (Inti + Pelengkap)


Rasio Permodalan (CAR) = × 100%
ATMR

Formulasi rasio dalam nilai kredit:

Rasio CAR
Nilai Kredit (NK) = + 1 (maksimal 100)
0,1
48

Nilai kredit dihitung sebagai berikut:

Untuk rasio permodalan 0% memiliki nilai kredit 0. Setiap kenaikan

0,1% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100, kemudian skor

diperoleh dengan cara mengalikan nilai kredit dengan bobot.

Bobot yang diberikan untuk penilaian ini adalah sebesar 25% dari

keseluruhan penilaian faktor CAMEL.

b. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)

Rasio penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif adalah sebagai

berikut:

1) Perbandingan Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap

Total Aktiva Produktif.

Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan


Rasio KAP 1 = × 100%
Total Aktiva Produktif

Dengan rasio ini maka gagalnya pengambilan kredit yang

mengalami kemacetan dapat diukur. Adapun formulasi rasio ini

menjadi angka kredit yaitu untuk rasio 22,5% atau lebih diberi

kredit 0 untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai

kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

22,5% − Rasio KAP


Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,15

Bobot yang diberikan untuk penilaian ini adalah sebesar 25%

dari keseluruhan penilaian faktor CAMEL.


49

2) Perbandingan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

yang dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD).

PPAP
Rasio KAP 2 (PPAP) = × 100%
PPAP yang Wajib Dibentuk

Rasio ini mengukur pemenuhan PPAP yang dibentuk bank

terhadap PPAPWD yang ditetapkan Bank Indonesia sehubungan

dengan adanya kewajiban bank untuk membentuk PPAP yang

cukup untuk menutup resiko kemungkinan yang timbul dari

penanaman aktiva produktifnya.

Formulasi rasio ini menjadi nilai kredit ditentukan untuk rasio

0% mendapat nilai 0 dan setiap kenaikan 1% dimulai dari 0 nilai

kredit ditambah 1 dengan maksimal nilai kredit 100.

Nilai Kredit (murni) = n Rasio x 1

Bobot yang diberikan untuk penilaian ini adalah sebesar 25%

dari keseluruhan penilaian faktor CAMEL

c. Rentabilitas (Earning)

Penilaian terhadap faktor Rentabilitas menggunakan dua rasio yang

dapat ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:

1) Rasio Laba Sebelum Pajak Terhadap Total Aktiva

Laba Sebelum Pajak


Rasio Rentabilitas 1 (ROA) = × 100%
Rata − rata Volum Usaha

Perhitungan terhadap ROA dilakukan dengan cara rasio sebesar

0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan


50

0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal

100.

Rasio ROA
Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,015

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan

penilaian faktor CAMEL.

2) Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

Biaya Operasional
Rasio Rentabilitas 2 (BOPO) = × 100%
Pendapatan Operasional

Perhitungan pada rasio efisiensi BOPO dilakukan dengan cara

rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap

penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan

maksimal 100.

100 − Rasio BOPO


Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,08

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan

penilaian faktor CAMEL.

d. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian terhadap faktor Likuiditas menggunakan dua rasio yang

dapat ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:

1) Perbandingan antara Alat Liquid terhadap Hutang Lancar (Cash

Ratio)

Alat Liquid
Rasio Liquiditas 1 (Cash Rasio) = × 100%
Hutang Lancar
51

Untuk resiko likuiditas 1 sebesar 0% nilai kredit 0, untuk setiap

kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100

Rasio CR
Nilai Kredit (NK) = (maksimal 100)
0,05

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan

penilaian faktor CAMEL.

2) Perbandingan antara Kredit yang Diberikan Terhadap Dana yang

Diterima oleh Bank (Loan to Deposi Ratio/LDR).

Kredit yang Diberikan


Rasio Likuiditas 2 (LDR) = × 100%
Dana yang Diterima Bank

Untuk risiko likuiditas 2 sebesar 115% atau lebih, nilai kredit 0

dan untuk setiap penurunan 115% nilai kredit ditambah 4

dengan maksimal 100.

Nilai Kredit (NK) = (115 - Rasio LDR) x 4 (maksimal 100)

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan

penilaian faktor CAMEL.

Oleh Bank Indonesia gabungan faktor-faktor CAMEL dimana

besarnya bobot untuk masing-masing faktor dapat dilihat pada

Tabel 3.1:
52

Tabel 3.1 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan BPR

Faktor yang Komponen Bobot


Dinilai
Permodalan Rasio modal terhadap aktiva tertimbang 30%
menurut risiko (ATMR)
Kualitas Aktiva • Rasio aktiva produktif yang 25%
Produktif diklasifikasikan terhadap jumlah
aktiva produktif
• Rasio cadangan penghapusan aktiva 5%
terhadap jumlah aktiva yang
diklasifikasikan
Manajemen • Manajemen umum 10%
• Manajemen risiko 10%
Rentabilitas • Rasio laba terhadap rata-rata volume 5%
usaha
• Rasio biaya operasional terhadap 5%
pendapatan operasional
Likuiditas • Rasio alat likuid terhadap hutang 5%
lancar
• Rasio kredit yang diberikan terhadap 5%
dana yang diterima bank
Sumber: SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97

3.5.2 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak didasarkan pada

perhitungan perhitungan statistik yang berbentuk kuantitatif (jumlah)

akan tetapi dalam bentuk pernyataan dan uraian yang selanjutnya akan

disusun secara sistematis. Penilaian manajemen merupakan inti dari

pengukuran masyarakat apakah sebuah bank telah berdasarkan asas-

asas perbankan yang sehat (sound banking business) atau dikelola

secara tidak sehat. Selain itu dengan penilaian manajemen maka

ketrampilan manajerial dan profesionalisme perbankan dari pimpinan

atau manajer BPR yang bersangkutan dapat diukur.


53

Penilaian manajemen didasarkan pada hasil penilaian

jawaban pertanyaan dari komponen manajemen yang secara

keseluruhan berjumlah 25. Skor diperoleh dengan mengalikan masing-

masing indikator dengan bobot. Penilaian didasarkan pada dua aspek,

yaitu:

1) Manajemen umum (10 indikator) terdiri dari penilaian:

a. Strategi/ sasaran 1 indikator

b. Struktur 2 indikator

c. Sistem 4 indikator

d. Kepemimpinan 3 indikator

2) Manajemen risiko (15 indikator) terdiri dari penilaian:

a. Risiko likuiditas 2 indikator

b. Risiko kredit 3 indikator

c. Risiko operasional 3 indikator

d. Hukum 3 indikator

e. Risiko pemilik/pengurus 4 indikator

Tata cara penilaian manajemen yaitu dengan menggunakan

daftar pertanyaan/pernyataan (sesuai aspek yang dinilai). Skala

penilaian untuk setiap indikator antara 0 sampai 4 adalah sebagai

berikut:

Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah.

Nilai 1,2,3 mencerminkan kondisi antara.

Nilai 4 mencerminkan kondisi baik.


54

Penilaian aspek manajemen dilakukan dengan menggunakan

sistem nilai kredit atau reward system yang dinyatakan dalam nilai

kredit 0 sampai 100. Bobot penilaiannya terlihat pada Tabel 3.2:

Tabel 3.2 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Manajemen


Faktor yang dinilai Komponen Bobot
Manajemen a. Manajemen umum(10 indikator) 10%
b. Manajemen risiko (15 indikator) 10%
Jumlah 20%
Sumber: SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dinamika perekonomian di wilayah Karesidenan Pekalongan saat ini tidak

lepas daripada perkembangan perbankan nasional yang sejak Paket Oktober (Pakto)

1988 menunjukkan perkembangan yang saat sangat pesat. Hal ini terlihat pada

peningkatan jumlah BPR yang jumlahnya semakin bertambah terus dari tahun ke tahun.

Peningkatan jumlah BPR tersebut, diharapkan memperluas jaringan usaha

penghimpunan dana masyarakat dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama

pengusaha ekonomi lemah yang produktif yang beroperasi baik di pedesaan maupun di

perkotaan.

Selanjutnya terdapat langkah-langkah pengelompokkan BPR, yaitu: BPR gaya

lama dan BPR gaya baru, BPR sebelum Pakto dan setelah Pakto serta BPR BKD dan

BPR non BKD. Namun pada pembahasan ini, pengelompokkan BPR didasarkan pada

aspek kepemilikan BPR yaitu: BPR yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan BPR

yang dimiliki swasta.

BPR yang dimiliki Pemeritah Daerah terdiri dari PD. BPR Bank Pasar dan

BPR BKK. Komposisi kepemilikan untuk PD. BPR Bank Pasar 100% sahamnya

merupakan milik Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota, sedangkan BPR BKK

dengan komposisi 50% milik Pemerintah Provinsi, 35% milik Pemerintah Kabupaten

55
57

atau Kota dan 15% milik Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah. Sedangkan

bagi BPR swasta kepemilikan dan pendiriannya 100% dimiliki oleh pihak swasta.

4.1.2 Sejarah Berdirinya PD. Bank Pasar Kabupaten Tegal

Pengelolaan BPR Pasar Kabupaten Tegal mengalami 5 (lima) kali perubahan

dan yang terakhir berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal

Nomor 3 Tahun 1998 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun

1994 tentang Perusahaan Daerah BPR Bank Pasar Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal

yang telah disahkan oleh Gubernur Jawa Tengah Nomor 188.3/130/1998 pada tanggal

13 Mei 1998.

BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal sebelumnya merupakan Seksi Komisi dari

Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kabupaten Tegal, selanjutnya diupayakan untuk

menjadi Badan Usaha Milik Daerah yang berdiri sendiri. Setelah Surat Keputusan

Menteri Keuangan RI tentang izin usaha sebagai Bank Pasar turun, mulai tanggal 1

April 1982 PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal melepaskan diri dari Dipenda hingga

sekarang.

Untuk melanjutkan usaha, BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal telah

memperoleh izin dari Menteri Keuangan RI Nomor: S-429/11/1981 pada tanggal 7

Desember 1981. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal sebelumnya merupakan Seksi

Komisi dari Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kabupaten Tegal, selanjutnya

diupayakan untuk menjadi Badan Usaha Milik Daerah yang berdiri sendiri. Setelah

Surat Keputusan Menteri Keuangan RI tentang izin usaha sebagai Bank Pasar turun,
58

mulai tanggal 1 April 1982 PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal melepaskan diri dari

Dipenda hingga sekarang.

Sebagai tindak lanjut telah diundangkanya pada Lembaran Daerah Nomor 15

tanggal 14 Mei 1998 tersebut, PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal secara langsung

telah mendukung program pemerintah yaitu ikut berpartisipasi dalam pengentasan

kemiskinan di wilayah Kabupaten Tegal dengan memperluas pemberian pinjaman bagi

pedagang, pengusaha golongan ekonomi lemah yang produktif dan pegawai negeri

maupun pegawai swasta serta para bakul di pasar-pasar dan di desa-desa. Sebagai

bentuk usaha Perusahaan Daerah, BPR Bank Pasar memberikan pembagian laba kepada

Pemda Dati II Tegal sebesar 40% dari laba setelah pajak untuk setoran ke kas daerah

sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PDAS).

Perkembangan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dari tahun ke tahun

telah mengalami peningkatan pelayanan yang lebih baik dan telah melaksanakan

pemberdayaan melalui peningkatan pendidikan sehingga mampu mengikuti

perkembangan sumber daya manusia dengan menggunakan sistem teknologi informasi,

memperbaiki kinerja dan manajemen pengelolaan. Keberadaan PD. BPR Bank Pasar

Tegal melalui pelayanannya juga mulai terlihat dapat diterima di semua lapisan

masyarakat terutama bagi masyarakat yang menanamkan dananya maupun bagi para

peminjam baik dari pengusaha maupun karyawan.

4.1.3 Struktur Organisasi PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap

hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun


59

orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang

berbeda-beda dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi merupakan garis yang menghubungkan bagian kedudukan

pegawai-pegawai mulai dari tingkat yang atas sampai dengan yang bawah. Dengan cara

ini, maka akan terbina sistem tata kerja yang kokoh dan teratur sesuai dengan job

description dari apa yang digariskan manajemen.

Dalam menentukan struktur organisasi sangat tergantung pada besar kecilnya

BPR harus disesuaikan dengan penggolongan tipe BPR. Struktur organisasi PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal yang masih berlaku disesuaikan dengan jumlah asset

BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut:


60

Halamabbbbn
untuk bagan
61

4.1.4 Tugas dan Wewenang pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Adapun tugas tanggung jawab masing-masing dalam struktur organisasi

sebagai berikut :

1. Dewan Pengawas

Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijaksanaan umum,

menjalankan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap pengelolaan BPR.

Untuk melaksanakan tugas tersebut Dewan Pengawas mempunyai fungsi :

a. Menyusun tata cara pengawasan dan pengelolaan BPR.

b. Melakukan pengawasan atas pengurusan BPR.

c. Menggariskan kebijakan anggaran dan keuangan BPR.

d. Membantu dan mendorong usaha pembinaan dan pengembangan BPR.

2. Direksi

Direksi mempunyai tugas menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dalam

pelaksanaan tugas antara anggota Direksi dan melakukan pembinaan serta

pengendalian terhadap Bagian/Subag/Unit Pelayanan berdasarkan azas

keseimbangan dan keserasian. Untuk melaksanakan tugas tersebut Direksi

mempunyai fungsi :

a. Memimpin BPR berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Dewan

Pengawas.

b. Menetapkan kebijaksanaan untuk melaksanakan pengurusan dan pengelolaan

BPR berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.

c. Menyusun dan menyampaikan rencana kerja tahunan dan anggaran BPR kepada

Kepala Daerah atau melalui Dewan Pengawas yang meliputi kebijaksanaan di


62

bidang organisasi, perencanaan, perkreditan, keuangan, kepegawaian umum dan

pengawasan untuk mendapat pengesahan.

d. Menyusun dan menyampaikan laporan perhitungan hasil usaha berkala dan

kegiatan BPR tiap-tiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Kepala Daerah atau melalui

Dewan Pengawas.

e. Menyusun dan menyampaikan laporan tahunan yang terdiri atas neraca dan

perhitungan laba rugi BPR kepada Kepala Daerah atau melalui Dewan

Pengawas, untuk mendapat pengesahan.

Direksi terdiri dari :

a. Direktur Utama

b. Direktur

Pembagian tugas antara Direktur utama dan Direktur ditetapkan dengan keputusan

direksi, setelah mendapat persetujuan Dewan Pengawas.

3. Satuan Pengawas Intern

Satuan Pengawas Intern mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern atas

kegiatan-kegiatan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal. Sedangkan untuk

melaksanakan tugas tersebut, Satuan Pengawasan Intern mempunyai fungsi sebagai

berikut :

a. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

PD. BPR Bank Pasar, menyelenggarakan tata kerja dan prosedur dari unit-unit

organisasi di kantor pusat maupun cabang/unit pelayanan menurut ketentuan

yang berlaku serta pengawasan keamanan dan ketertiban PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal.
63

b. Mengawasi dan memberikan penelitian terhadap kegiatan operasional PD. BPR

Bank Pasar secara berkala.

c. Melakukan audit atas administrasi keuangan dan pengelolaan penggunaan dana

seluruh kekayaan milik PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal.

d. Mengadakan supervisi atas cabang/unit pelayanan.

e. Mengadakan supervisi atas agunan dan lain-lain jaminan yang diterima oleh PD.

BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal.

f. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.

4. Bagian Umum

Bagian Umum mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, dan

mengevaluasi serta melaporkan kebijaksanaan penyelenggaraan kegiatan

ketatausahaan, data elektronik dan kerumahtanggaan. Untuk melaksanakan tugas

tersebut, bagian umum mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pengarahan terhadap kegiatan dan

pelaksanaan tugas sub bagian di bawahnya.

b. Melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan.

c. Melakukan perencanaan kebutuhan pegawai dan pendidikan pegawai.

d. Melakukan pengadaan peralatan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal.

e. Melakukan pemeliharaan barang-barang inventaris.

f. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya .

Bagian Umum terdiri dari :


64

a. Sub Bagian Tata Usaha

b. Sub Bagian Data Elektronik

c. Sub Bagian Rumah Tangga

5. Bagian Kredit

Bagian Kredit mempunyai tugas melakukan penyaluran dana dan pemberian kredit

kepada nasabah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bagian Kredit mempunyai

fungsi sebagai berikut :

a. Melakukan koordinasi pengawasan dan pengarahan terhadap kegiatan dan

pelaksanaan tugas sub bagian di bawahnya.

b. Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat dan prosedur kredit kepada para

calon nasabah.

c. Melakukan penelitian syarat-syarat dan mengadakan analisis kredit.

d. Memberikan keputusan kredit sebagaimana yang telah ditentukan oleh Direksi.

e. Mengusulkan kepada Direksi terhadap permohonan kredit di atas

kewenangannya.

f. Melakukan administrasi kredit, mempersiapkan dan meneliti perjanjian kredit.

g. Bertanggung jawab atas penyimpangan dan pemeliharaan dokumen penting

yang berkenaan dengan tugasnya.

h. Melakukan perencanaan kredit.

i. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.

Bagian Kredit terdiri dari :

a. Sub Bagian Kredit Usaha Kecil


65

b. Sub Bagian Kredit Investasi

c. Sub Bagian Kredit Kosumsi

d. Sub Bagian Progaram Hubungan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dengan

kelompok (PHBK)

6. Bagian Dana

Bagian Dana mempunyai tugas mengusahakan dan mengkoordinasikan

pengembangan dana PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal. Untuk melaksanakan

tugas tersebut, Bagian Dana mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pengarahan pelaksanaan sub bagian di

bawahnya.

b. Melakukan pengembangan dana.

c. Melakukan administrasi keluar masuk dana.

d. Meneliti dan menandatangani voucher laporan mutasi dana.

e. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.

Bagian Dana terdiri dari :

a. Sub Bagian Deposito

b. Sub Bagian Tabungan

c. Sub Bagian Simpanan Lain

7. Bagian Kas

Bagian Kas mempunyai tugas melakukan koordinasi kegiatan pemasukan dan

pengeluaran keuangan. Untuk melakukan tugas tersebut, Bagian Kas mempunyai

fungsi sebagai berikut :


66

a. Melakukan koordinasi, pengawasan dan mengesahkan terhadap kegiatan dan

pelaksanaan tugas sub bagian di bawahnya.

b. Melakukan penelitian kebenaran laporan kas harian.

c. Melakukan penyediaan pengeluaran cek untuk Direksi.

d. Pemegang kunci kas.

e. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.

Bagian kas terdiri dari:

a. Sub Bagian Kas

b. Sub Bagian Administrasi Kas

8. Bagian Pembukuan

Bagian Pembukuan mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan menerima

laporan-laporan dari bagian-bagian lain. Untuk melakukan tugas tersebut, Bagian

Pembukuan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pengarahan terhadap kegiatan dan

pelaksanaan tugas sub bagian di bawahnya.

b. Melakukan pembukuan dari laporan setiap bagian.

c. Melakukan evaluasi dari laporan-laporan setiap bagian.

d. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.

Bagian Pembukuan terdiri dari :

a. Sub Bagian Aggaran dan Laporan

b. Sub Bagian Pembukuan


67

9. Bagian Pembinaan Nasabah

Bagian Pembinaan Nasabah mempunyai tugas melakukan koordinasi dengan bagian

lain yang berhubungan dengan pembinaan nasabah. Untuk melakukan tugas

tersebut, Bagian Pembinaan Nasabah mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Melakukan usaha kolektibiliti yang tinggi.

b. Menjaga dan mengelola rekening nasabah.

c. Melakukan koordinasi dan pembinaan nasabah kredit usaha kecil, kredit

investasi, kredit konsumsi, program hubungan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal dengan kelompok dan kredit bermasalah.

d. Melakukan koordinasi bagian kredit dan pembukuan.

e. Melakukan pembinaan nasabah yang kreditnya dihapuskan.

f. Melakukan penagihan secara intensif dan semaksimal mungkin atas kredit yang

telah dihapuskan.

g. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya.

10. Bagian Kredit usaha Kecil

Bagian Kredit Usaha Kecil mempunyai tugas mencari nasabah, menyalurkan dana

serta mengevaluasi kredit usaha kecil.

11. Unit Pelayanan

Unit Pelayanan mempunyai tugas sebagai perpanjangan tangan kantor pusat

dalam mencari dan melayani nasabah di wilayahnya.


68

4.1.5 Visi dan Misi PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

1. Visi

BPR andalan masyarakat dan mitra usaha yang tangguh.

2. Misi

Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat kecil dan menengah di Kabupaten

Tegal,memberikan kontribusi PAD, dan kesejahteraan karyawan.

4.1.6 Lokasi dan Wilayah Kerja PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Lokasi gedung kantor PD. Bank Pasar Kabupaten Tegal yang berstatus milik

sendiri sangat strategis yaitu di Jalan Ahmad Yani No. 11 Procot Slawi Telp: (0283)

491570 tepatnya di depan Terminal Bus Slawi. Jumlah loket-loket untuk melayani para

bakul/pedagang di pasar-pasar dan di desa sekitarnya dengan jumlah loket sebanyak 22

buah loket yang mempunyai lokasi menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Tegal.

BPR memberikan pinjaman untuk umum dan pegawai negeri maupun swasta. Untuk

pinjaman umum minimal Rp 500.000,00 dengan bunga 3% dan untuk pegawai negeri

2% dengan syarat barang jaminan harus berdomisili di Kabupaten Tegal.

4.2 Analisis Tingkat Kesehatan Bank

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan hasil

penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu

bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,likuiditas,

dan sensitivitas terhadap risiko pasar.


69

Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank juga mengeluarkan peraturan

mengenai penilaian kinerja BPR yang tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Bank

Indonesia No.30/12/KEP/DIR/1997 tanggal 30 April 1997 yang didasarkan pada lima

indikator penilaian yaitu: Capital, Assets, Management, Earning dan Liquidity (CAMEL)

dengan empat kategori yaitu: sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.

Berdasarkan laporan keuangan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal yang

terdapat dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi merupakan salah satu yang akan digunakan

dalam penilaian tingkat kesehatan bank, yaitu penilaian tentang permodalan, kualitas aktiva

produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

Melihat posisi keuangan yang diketahui dari hasil laporan keuangan tersebut PD.

BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal mengalami kondisi yang naik dan turun selama 3 tahun.

Penilaian atas tingkat kesehatan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dilakukan dengan

cara mengkuantifikasi komponen-komponen permodalan, kualitas aktiva produktif,

manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Ketentuan-ketentuan atas tingkat kesehatan bank

dapat memberikan tolok ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan

bagaimana manajemen bank yang bersangkutan serta untuk menilai apakah pengelolaan bank

telah dilakukan baik dan benar berdasarkan peraturan yang berlaku.

4.3 Pembahasan

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

tahun 2004-2005 dilihat dari masing-masing komponen Capital, Asset, Management,

Earning, and Liquidity yaitu:


70

4.3.1 Permodalan

Penilaian permodalan perbankan dalam merupakan kewajiban penyediaan

modal minimum 8% dari ATMR yang telah ditetapkan oleh Bank of Internatioanal

Settlements (BIS). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu pos-pos aktiva

yang diberikan bobot resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri. Ketentuan rasio

antara modal dan ATMR biasa disebut Capital Adequancy Ratio (CAR) atau Rasio

Kecukupan Modal yang merupakan analisa solvabilitas untuk mendukung kegiatan

bank secara efisien dan mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat

dihindarkan serta apakah kekayaan bank semakin bertambah atau semakin berkurang.

Adapun penilaian permodalan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal,

perhitungannya:

Tabel 4.1
Perhitungan ATMR Tahun 2004

Dalam Ribuan Rupiah


Bobot 2004
Keterangan
Nominal ATMR
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
1. Aktiva Neraca
1.1 Kas 0% 31.834 0
1.2 Antar Bank Aktiva 20% 1.361.554 272.311
1.3 Kredit yang Diberikan 100% 8.916.593 8.916.593
1.4 Aktiva Tetap dan Inventaris 100% 548.863 548.863
1.5 Rupa-rupa Aktiva 100% 26.215 26.215
Jumlah ATMR 9.763.982
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa ATMR pada tahun 2004, untuk kas yang

memiliki bobot resiko 0% dengan nominal 31.834 memiliki resiko 0, berarti kas

dalam perusahaan tidak mengandung risiko. Untuk antar bank aktiva memiliki bobot

risiko 20% dari nilai nominal 1.361.554 yaitu sebesar 272.311. Sedangkan untuk

aktiva-aktiva lain yang mengandung risiko seperti kredit yang diberikan, aktiva tetap
71

dan inventaris, dan rupa-rupa aktiva memiliki bobot risiko 100% dari nilai

nominalnya.

Tabel 4.2
Perhitungan ATMR Tahun 2005
Dalam Ribuan Rupiah
2005
Keterangan Bobot
Nominal ATMR
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
1. Aktiva Neraca
1.1 Kas 0% 145.928 0
1.2 Antar Bank Aktiva 20% 877.010 175.502
1.3 Kredit yang Diberikan 100% 8.893.499 8.893.499
1.4 Aktiva Tetap dan Inventaris 100% 515.130 515.130
1.5 Rupa-rupa Aktiva 100% 32.812 32.812
Jumlah ATMR 9.616.845
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ATMR pada tahun 2005, untuk kas yang

memiliki bobot resiko 0% dengan nominal 145.928 memiliki resiko 0, berarti kas

dalam perusahaan tidak mengandung risiko. Untuk antar bank aktiva memiliki bobot

risiko 20% dari nilai nominal 877.010 yaitu sebesar 175.502. Sedangkan untuk

aktiva-aktiva lain yang mengandung risiko seperti kredit yang diberikan, aktiva tetap

dan inventaris, dan rupa-rupa aktiva memiliki bobot risiko 100% dari nilai

nominalnya.

Tabel 4.3
Perhitungan ATMR Tahun 2006

Dalam Ribuan Rupiah


2006
Keterangan Bobot
Nominal ATMR
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
1. Aktiva Neraca
1.1 Kas 0% 168.064 0
1.2 Antar Bank Aktiva 20% 2.748.822 549.764
1.3 Kredit yang Diberikan 100% 9.023.037 9.023.037
1.4 Aktiva Tetap dan Inventaris 100% 454.856 454.856
1.5 Rupa-rupa Aktiva 100% 56.700 56.700
Jumlah ATMR 6.125.191
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal
72

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa ATMR pada tahun 2006, untuk kas yang

memiliki bobot resiko 0% dengan nominal 168.064 memiliki resiko 0, berarti kas

dalam perusahaan tidak mengandung risiko. Untuk antar bank aktiva memiliki bobot

risiko 20% dari nilai nominal 2.768.822 yaitu sebesar 549.764. Sedangkan untuk

aktiva-aktiva lain yang mengandung risiko seperti kredit yang diberikan, aktiva tetap

dan inventaris, dan rupa-rupa aktiva memiliki bobot risiko 100% dari nilai

nominalnya.

Tabel 4.4
Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Tahun 2004
Dalam Ribuan Rupiah
2004
Keterangan Bobot
Nominal ATMR
I. Modal
1. Modal Inti
1.1 Modal Disetor 100% 1.171.752 1.171.752
1.2 Modal Sumbangan 100% - -
1.3 Cadangan Umum 100% 177.783 177.783
1.4 Cadangan Tujuan 100% 115.802 115.802
1.5 Laba Ditahan 100% - -
1.6 Laba Tahun Lalu 100% - -
1.7 Rugi tahun Lalu 100% - -
1.8 Laba Tahun Berjalan setelah THP 50% 166.046 83.023
1.9 Rugi Tahun Berjalan 100% - -
1.10 Kekurangan PPAP 100% 567.046 567.046
1.11 Jumlah Modal Inti 2.198.843 2.115.819
2. Modal Pelengkap
2.1 PPAP (max 1,25%xATMR) 1,25% 43.158
2.2 Modal Pinjaman 100% -
2.3 Pinjaman Subordinasi 100% -
2.4 Jumlah Modal Pelengkap 43.158
3. Jumlah Modal (1.11+2.4) 2.158.977
II. Modal Minimum ( 8%xATMR) 781.111
III. Kelebihan Modal 1.377.866
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dari tabel 4.4 dapat dilihat data perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum tahun 2004, aktiva-aktiva yang mengandung risiko pada modal disetor,

cadangan umum, cadangan tujuan, dan kekurangan PPAP memiliki bobot risiko
73

100% dari nilai nominal aktiva. Sedangkan untuk laba tahun berjalan memiliki bobot

risiko 50% dari nilai nominal 166.046 yaitu sebesar 83.023.

Tabel 4.5
Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Tahun 2005

Dalam Ribuan Rupiah


2005
Keterangan Bobot
Nominal ATMR
I. Modal
1. Modal Inti
1.1 Modal Disetor 100% 1.500.000 1.500.000
1.2 Modal Sumbangan 100% - -
1.3 Cadangan Umum 100% 150.992 150.992
1.4 Cadangan Tujuan 100% 149.012 149.012
1.5 Laba Ditahan 100% - -
1.6 Laba Tahun Lalu 100% - -
1.7 Rugi tahun Lalu 100% - -
1.8 Laba Tahun Berjalan setelah THP 50% 177.801 88.902
1.9 Rugi Tahun Berjalan 100% - -
1.10 Kekurangan PPAP 100% 388.532 388.532
1.11 Jumlah Modal Inti 1.589.273 1.500.374
2. Modal Pelengkap
2.1 PPAP (max 1,25%xATMR) 1,25% 11.239
2.2 Modal Pinjaman 100% -
2.3 Pinjaman Subordinasi 100% -
2.4 Jumlah Modal Pelengkap 11.239
3. Jumlah Modal (1.11+2.4) 1.511.613
II. Modal Minimum ( 8%xATMR) 837.151
III. Kelebihan Modal 674.462
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dari tabel 4.5 dapat dilihat data perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum tahun 2005, aktiva-aktiva yang mengandung risiko pada modal disetor,

cadangan umum, cadangan tujuan, dan kekurangan PPAP memiliki bobot risiko

100% dari nilai nominal aktiva. Sedangkan untuk laba tahun berjalan memiliki bobot

risiko 50% dari nilai nominal 177.801 yaitu sebesar 88.902.


74

Tabel 4.6
Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Tahun 2006

Dalam Ribuan Rupiah


2006
Keterangan Bobot
Nominal ATMR
I. Modal
1. Modal Inti
1.1 Modal Disetor 100% 1.500.000 1.500.000
1.2 Modal Sumbangan 100% - -
1.3 Cadangan Umum 100% 187.236 187.236
1.4 Cadangan Tujuan 100% 184.571 184.571
1.5 Laba Ditahan 100% - -
1.6 Laba Tahun Lalu 100% - -
1.7 Rugi tahun Lalu 100% - -
1.8 Laba Tahun Berjalan setelah THP 50% - -
1.9 Rugi Tahun Berjalan 100% (805.482) (805.482)
1.10 Kekurangan PPAP 100% - -
1.11 Jumlah Modal Inti 1.066.326 1.066.326
2. Modal Pelengkap
2.1 PPAP (max 1,25%xATMR) 1,25% 76.565
2.2 Modal Pinjaman 100% -
2.3 Pinjaman Subordinasi 100% -
2.4 Jumlah Modal Pelengkap 76.565
3. Jumlah Modal (1.11+2.4) 1.142.891
II. Modal Minimum ( 8%xATMR) 490.015
III. Kelebihan Modal 652.875
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dari tabel 4.6 dapat dilihat data perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum tahun 2006, aktiva-aktiva yang mengandung risiko pada modal disetor,

cadangan umum, cadangan tujuan, dan rugi tahun berjalan memiliki bobot risiko

100% dari nilai nominal aktiva.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum (KPMM) tersebut lebih kecil dibandingkan dengan

jumlah modal yang tersedia sehingga mempunyai kelebihan modal. Hal ini berarti

peluang bagi PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal masih luas dalam menyalurkan

kredit kepada masyarakat. Dengan kondisi tersebut PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal dituntut untuk lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat
75

yang bersumber dari tabungan dan deposito untuk menghindari terjadinya kredit

bermasalah.

Tabel 4.7
Penilaian Permodalan Tahun 2004-2005

Dalam Ribuan Rupiah


Tahun
Keterangan
2004 2005 2006
Modal 2.158.977 1.511.612 1.142.891
- Turun Turun
Naik/Turun Modal
29,98% 24,39%
ATMR 9.763.982 9.616.845 6.125.191
- Turun Turun
Naik/Turun ATMR
1,51% 36,30%
Rasio CAR 14,11% 15,72% 18,67%
Naik/Turun CAR Naik Naik
-
1,61% 2,95%
Nilai Kredit/NK 142 158 188
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 30 30 30
Indikator Sehat Sehat Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 rasio CAR yang dihasilkan 14,11%. Hal ini berarti bahwa bank

mampu untuk menjamin setiap Rp 1.000,00 kerugian yang mungkin akan terjadi

dari penanaman modal sendiri sebesar Rp 141,1. Berdasarkan kriteria BI, rasio

CAR tahun 2004 dinilai sehat karena lebih dari 8% dan mampu menyediakan

dana 14,11% dari ATMR yaitu sebesar Rp 9.763.982 sehingga apabila bank

dilikuidasi, bank akan mampu untuk memenuhi kewajibannya.

2. Tahun 2005 rasio CAR yang dihasilkan 15,72% dan mengalami kenaikan 1,61%.

Hal ini berarti bahwa bank mampu untuk menjamin setiap Rp 1.000,00 kerugian

yang mungkin akan terjadi dari penanaman modal sendiri sebesar Rp 157,2.

Berdasarkan kriteria BI, rasio CAR tahun 2005 dinilai sehat karena lebih dari 8%

dan mampu menyediakan dana 15,72% dari ATMR yaitu sebesar Rp 6.125.191
76

sehingga apabila bank dilikuidasi, bank akan mampu untuk memenuhi

kewajibannya.

3. Tahun 2006 rasio CAR yang dihasilkan 18,67% dan mengalami kenaikan 2,95%.

Hal ini berarti bahwa bank mampu untuk menjamin setiap Rp 1.000,00 kerugian

yang mungkin akan terjadi dari penanaman modal sendiri sebesar Rp 186,7.

Berdasarkan kriteria BI, rasio CAR tahun 2006 dinilai sehat karena lebih dari 8%

dan mampu menyediakan dana 18,67% dari ATMR yaitu sebesar Rp 9.616.845

sehingga apabila bank dilikuidasi, bank akan mampu untuk memenuhi

kewajibannya.

4.3.2 Kualitas Aktiva Produktif

Dalam penilaian aspek kualitas aktiva produktif rasio yang digunakan

untuk mengkuantifikasi aktiva produktif didasarkan pada dua rasio yaitu:

4.3.2.1 Rasio Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap Total Aktiva

Produktif atau rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui prosentase kerugian yang

terjadi pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dari sejumlah aktiva

tetap yang telah ditanamkan baik dalam kredit, surat berharga, penyertaan

maupun penanaman dana lainnya dalam usaha untuk meningkatkan

keuntungan.
77

Tabel 4.8
Perbandingan Komposisi Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap
Aktiva Produktif Tahun 2004-2005

Dalam Ribuan Rupiah


Aktiva Produktif
Tahun
Kriteria
2004 2005 2006
Lancar 7.606.036 8.109.794 10.734.642
Kurang Lancar 355.843 421.472 511.526
Diragukan 835.42 1.060.945 537.549
Macet 119.294 178.298 1.032.341
Jumlah 8.916.593 9.770.509 12.816.058
Naik Naik
Naik/Turun A.P (%) -
9,58% 31,17%
Aktiva Produktif Diklasifikasikan
Tahun
Kriteria
2004 2005 2006
Lancar (0%) - - -
Kurang Lancar (50%) 177.922 210.736 255.763
Diragukan (75%) 626.565 795.709 403.162
Macet (100%) 119.294 178.298 1.032.341
Jumlah 923.781 1.184.743 1.691.266
Naik Naik
Naik/Turun A.P.D (%) -
28,25% 42,75%
Rasio KAP 10,36% 12,13% 13,19%
Naik Naik
Naik/Turun K.A.P (%) -
1,77% 1,06%
NK = (22.5% - R. KAP)
81 69 30
0,15%
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 20,25 17,25 5,5
Indikator Cukup Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Perhitungan rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif:

Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan


Rasio KAP 1 = × 100%
Total Aktiva Produktif

923.781
Rasio (2004) = × 100% = 10,36%
8.916.593

1.184.743
Rasio (2005) = × 100% = 12,13%
9.770.509
78

1.691.266
Rasio (2006) = × 100% = 13,19%
12.816.059

Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 10,36%. Hal ini berarti setiap

Rp 1.000,00 dana yang ditanamkan pada aktiva produktif terdapat risiko kegagalan

pengembalian kredit sebesar Rp 103,6. Dari aktiva produktif bank mengambil

bunga sebesar 35% per tahun, jadi tingkat pengembalian kredit pada PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal dinilai baik karena selisih antara bunga per tahun dengan

prosentase risiko gagalnya pengembalian kredit masih terdapat 24,64% dari total

aktiva produktif yang akan diterima sebagai pendapatan operasional. Berdasarkan

kriteria BI, maka kualitas aktiva produktif pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal dinilai cukup sehat.

2. Tahun 2005 rasio yang dihasilkan sebesar 12,13%. Hal ini berarti setiap

Rp 1.000,00 dana yang ditanamkan pada aktiva produktif terdapat risiko kegagalan

pengembalian kredit sebesar Rp 121,3. Dari aktiva produktif bank mengambil

bunga sebesar 35% per tahun, jadi tingkat pengembalian kredit pada PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal dinilai baik karena selisih antara bunga per tahun dengan

prosentase risiko gagalnya pengembalian kredit masih terdapat 22,87% dari total

aktiva produktif yang akan diterima sebagai pendapatan operasional. Berdasarkan

kriteria BI, maka kualitas aktiva produktif pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal dinilai cukup sehat.

3. Tahun 2006 rasio yang dihasilkan sebesar 13,19%. Hal ini berarti setiap

Rp 1.000,00 dana yang ditanamkan pada aktiva produktif terdapat risiko kegagalan

pengembalian kredit sebesar Rp 131,9. Dari aktiva produktif bank mengambil


79

bunga sebesar 35% per tahun, jadi tingkat pengembalian kredit pada PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal dinilai tidak baik karena selisih antara bunga per tahun

dengan prosentase risiko gagalnya pengembalian kredit masih terdapat 21,81% dari

total aktiva produktif yang akan diterima sebagai pendapatan operasional.

Berdasarkan kriteria BI, maka kualitas aktiva produktif pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dinilai tidak sehat.

4.2.3.2 Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk.

Rasio ini mengukur pemenuhan PPAP yang dibentuk bank terhadap

PPAPWD yang ditetapkan Bank Indonesia sehubungan dengan adanya

kewajiban bank untuk membentuk PPAP yang cukup untuk menutup resiko

kemungkinan yang timbul dari penanaman aktiva produktifnya.

Tabel 4.9
Perbandingan Komposisi PPAP terhadap PPAPWD tahun 2004-2006

Dalam Ribuan Rupiah


Tahun
Kriteria PPAPWD
2004 2005 2006
Lancar (0,5%) 38.03 40.549 53.673
Kurang Lancar (10%) 35.584 23.475 31.351
Diragukan (50%) 417.71 236.756 183.917
Macet (100%) 119.294 98.991 774.357
Jumlah 610.618 399.771 1.043.298
Turun Naik
Naik/Turun PPAPWD (%) -
34,53% 160,97%
PPAP 43.158 11.239 58.063
Turun Naik
Naik/Turun PPAP (%) -
73,95% 616,62%
Rasio PPAP 7,07% 2,81% 5,57%
Turun Naik
Naik/Turun Rasio (%) -
4,26% 2,76%
NK = Rasio x 1 7,07 2,81 5,57
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 7,07 2,81 5,57
Indikator Tidak Sehat Tidak Sehat Tidak Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal
80

Keterangan: PPAP : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

PPAPWD : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib

Dibentuk.

Perhitungan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk

terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu:

PPAP
Rasio PPAP = × 100%
PPAPWD

43.158
Rasio (2004) = × 100%% = 7,07%
610.618

11.239
Rasio (2005) = × 100% = 2,81%
399.771

58.063
Rasio (2006) = × 100% = 5,57%
1.043.299

Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 7,07%. Hal ini berarti bahwa dari setiap

Rp 1.000,00 PPAPWD yang ditetapkan oleh BI, maka PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal tidak mampu untuk menyediakan dana penghapusan piutang

sebesar Rp 70,7, jadi masih terdapat kerugian Rp 926,3 dan kerugian tersebut

secara langsung akan mempengaruhi jumlah laba yang akan diperoleh pihak bank.

Berdasarkan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.3, maka kualitas

PPAP pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dinilai tidak sehat karena

kurang dari 51% dari standar penilaian BI.

2. Tahun 2005 rasio yang dihasilkan sebesar 2,81%. Hal ini berarti bahwa dari setiap

Rp 1.000,00 PPAPWD yang ditetapkan oleh BI, maka PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal tidak mampu untuk menyediakan dana penghapusan piutang


81

sebesar Rp 28,1 jadi masih terdapat kerugian Rp 997,19 dan kerugian tersebut

secara langsung akan mempengaruhi jumlah laba yang akan diperoleh pihak bank.

Berdasarkan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.3, maka kualitas

PPAP pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dinilai tidak sehat karena

kurang dari 51% dari standar penilaian BI.

3. Tahun 2006 rasio yang dihasilkan sebesar 5,57%. Hal ini berarti bahwa dari setiap

Rp 1.000,00 PPAPWD yang ditetapkan oleh BI, maka PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal tidak mampu untuk menyediakan dana penghapusan piutang

sebesar Rp 5,57 jadi masih terdapat kerugian Rp 994,43 dan kerugian tersebut

secara langsung akan mempengaruhi jumlah laba yang akan diperoleh pihak bank.

Berdasarkan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.3, maka kualitas

PPAP pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dinilai tidak sehat karena

kurang dari 51% dari standar penilaian BI.

4.3.3 Manajemen

Penilaian terhadap faktor manajemen terdiri dari 2 yaitu manajemen umum

dan manajemen resiko. Penilaian didasarkan pada jawaban atas daftar pertanyaan

yang terdiri dari 25 pertanyaan. Penilaian atas jawaban dibutuhkan sebagai berikut:

1. Kondisi lemah = 0

2. Kondisi antara = 1,2, dan 3

3. Kondisi baik = 4
82

Tabel 4.10
Penilaian Aspek Manajemen Tahun 2004-2006

Jumlah Tahun
Manajemen
Pertanyaan 2004 2005 2006
1. Manajemen Umum 10 23 27 29
2. Manajemen Resiko 15 31 33 41
Jumlah 54 60 70
NK 106,8 120,3 138,1
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 10,68 12,03 13,81
Kurang Kurang Cukup
Indikator
Sehat Sehat Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Dari tabel 4.10 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 dapat diketahui bahwa nilai manajemen umum adalah sebesar 23%

dan manajemen resiko adalah sebesar 31%. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.4, maka manajemen umum dan manajemen

resiko pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal berada dalam kondisi kurang

sehat artinya pada tahun yang bersangkutan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal kurang mampu untuk mengatur bank baik dalam segi strategi, struktur,

sistem, kepemimpinan maupun setiap resiko yang timbul pada setiap aktivitasnya

sehingga bank tidak dapat maksimal dalam pencapaian hasil usahanya.

2. Tahun 2005 dapat diketahui bahwa nilai manajemen umum adalah sebesar 27%

dan manajemen resiko adalah sebesar 33%. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.4, maka manajemen umum dan manajemen

resiko pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal berada dalam kondisi kurang

sehat artinya pada tahun yang bersangkutan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal kurang mampu untuk mengatur bank baik dalam segi strategi, struktur,

sistem, kepemimpinan maupun setiap resiko yang timbul pada setiap aktivitasnya

sehingga bank tidak dapat maksimal dalam pencapaian hasil usahanya.


83

3. Tahun 2006 dapat diketahui bahwa nilai manajemen umum adalah sebesar 29%

dan manajemen resiko adalah sebesar 41%. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.4, maka manajemen umum dan manajemen

resiko pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal berada dalam kondisi cukup

sehat artinya pada tahun yang bersangkutan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal cukup mampu untuk mengatur bank baik dalam segi strategi, struktur,

sistem, kepemimpinan maupun setiap resiko yang timbul pada setiap aktivitasnya

sehingga bank dapat maksimal dalam pencapaian hasil usahanya.

4.3.4 Rentabilitas

Dalam penilaian rentabilitas faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan

adalah total aktiva dan laba itu sendiri. Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu.

Adapun penilaian rentabilitas didasarkan pada dua rasio, yaitu:

1. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha

(ROA) dalam periode yang sama, dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Untuk rasio 0 atau negatif diberi nilai kredit

b. Untuk setiap kenaikan 0,115% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan

maksimal 100.

2. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama

dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Untuk rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0

b. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08% mulai dari 100% nilai kredit ditambah 1

dengan maksimal 100.


84

4.3.4.1 Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata Volume Usaha (ROA)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal dalam menghasilkan laba sebelum pajak dengan total

asset yang dimilikinya.

Tabel 4.11
Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata Volume Usaha (ROA)
Tahun 2004-2006

Dalam Ribuan Rupiah


Tahun
Keterangan
2004 2005 2006
a) Laba/Rugi Sebelum Pajak 212.208 229.004 -805.482
b) Rata-rata Volume Usaha 10.481.901 10.453.142 12.452.380
c) Rasio (a : b) x 100% 1,96% 2,19% -1,76%
Naik Turun
Naik/Turun ROA (%) -
0,23% 3,95%
NK = c : 0,015% 130 146 -117
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 5 5 -5
Indikator Sehat Sehat Tidak Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Perhitungan rasio laba sebelum pajak terhadap rata-rata volume usaha (ROA) yaitu:

Laba Sebelum Pajak


Rasio (ROA) = × 100%
Rata − rata Volum Usaha

212.208
Rasio (2004) = × 100% = 1,96%
10.481.901

229.004
Rasio (2005) = × 100% = 2,19%
10.453.142

− 805.482
Rasio (2006) = × 100% = -1,76%
12.452.380

Dari tabel 4.11 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 1,96%. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap Rp. 1.000,00 modal yang ditanamkan pada aktiva produktif mampu untuk

menghasilkan laba sebesar Rp 19,6. Berdasarkan SK DIR BI No.


85

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.5, maka ROA pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal berada dalam kondisi sehat karena lebih dari 1,22% standar

penilaian BI.

2. Tahun 2005 rasio yang dihasilkan sebesar 2,19%. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap Rp. 1.000,00 modal yang ditanamkan pada aktiva produktif mampu untuk

menghasilkan laba sebesar Rp 21,9. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.5, maka ROA pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal berada dalam kondisi sehat karena lebih dari 1,22% standar

penilaian BI.

3. Tahun 2006 rasio yang dihasilkan sebesar -1,76%. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap Rp 1.000,00 modal yang ditanamkan pada aktiva produktif mampu untuk

menghasilkan laba sebesar Rp -17,6. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.5, maka ROA pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal berada dalam kondisi tidak sehat karena kurang dari 1,22%

standar penilaian BI.

4.3.4.2 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional

Rasio ini menunjukkan prosentase beban operasional terhadap

pendapatan operasional . Semakin besar prosentase rasio berarti semakin

besar beban operasional yang terdapat dalam setiap pendapatan operasional.

Hasil perhitungan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional

terlihat pada tabel 4.12:


86

Tabel 4.12
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Tahun 2005-2006

Dalam Ribuan Rupiah


Tahun
Keterangan
2004 2005 2006
a) Beban Operasional 2.591.829 2.847.819 4.008.708
b) Pendapatan Operasional 2.812.436 3.089.907 3.213.898
c) Rasio (a : b) x 100% 92,16% 92,17% 124,73%
Naik Naik
Naik/Turun BOPO (%) -
0,01% 32,56%
NK = 100% - c : 0,08% 98 98 -297
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 4,9 4,9 -5
Indikator Sehat Sehat Tidak Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Perhitungan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional yaitu;

Biaya Operasional
Rasio (BOPO) = × 100%
Pendapatan Operasional

2.591.829
Rasio (2004) = × 100% = 92,16%
2.812.436

2.847.819
Rasio (2005) = × 100% = 92,17%
3.089.907

4.008.708
Rasio (2006) = × 100% = 124,73%
3.213.898

Dari tabel 4.12 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 92,16%. Hal ini berarti untuk

memperoleh pendapatan operasional sebesar Rp 1.000,00 maka PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal harus mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 921,6.

Berdasarkan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.5, maka rasio

BOPO PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dinilai sehat karena rasionya

kurang dari 93,52% standar penilaian BI.


87

2. Tahun 2005 rasio yang dihasilkan sebesar 92,17%. Hal ini berarti untuk

memperoleh pendapatan operasional sebesar Rp 1.000,00 maka PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal harus mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 921,7.

Berdasarkan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.5, maka rasio

BOPO PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dinilai sehat karena rasionya

kurang dari 93,52% standar penilaian BI.

3. Tahun 2006 rasio yang dihasilkan sebesar 123,73%. Hal ini berarti untuk

memperoleh pendapatan operasional sebesar Rp 1.000,00 maka PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal harus mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 1237,3.

Berdasarkan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.5, maka rasio

BOPO PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dinilai tidak sehat karena rasionya

lebih dari 93,52% standar penilaian BI.

4.3.5 Likuiditas

Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada rasio yaitu:

a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar

b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank

4.3.5.1 Rasio Alat Likuid terhadap Hutang Lancar (Cash Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui prosentase kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Adapun perhitungan rasio

alat likuid terhadap hutang lancar adalah sebagai berikut:

a. Untuk rasio 0% diberi nilai 0

b. Untuk setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.
88

Tabel 4.13
Rasio Alat Likuid terhadap Hutang Lancar Tahun 2004-2006

Dalam Ribuan Rupiah


Tahun
Keterangan
2004 2005 2006
Alat Likuid
Kas 31.834 145.928 168.064
Antar Pasiva Bank 1.361.554 877.010 2.748.822
Jumlah 1.393.388 1.022.938 2.916.866
Turun Naik
Naik/Turun Alat Likuid (%) -
26,59% 185,15%
Hutang lancar
Kewajiban Segera 7.757 13.227 11.422
Tabungan 2.333.596 2.536.193 3.112.352
Deposito Berjangka 3.492.950 4.874.000 6.941.000
Jumlah 5.834.303 7.423.420 10.064.774
Naik Naik
Naik/Turun Hutang Lancar (%) -
27,24% 35,58%
Rasio 23,88% 13,78% 28,98%
Turun Naik
Naik/Turun CR (%) -
10,1% 15,2%
NK= Rasio : 0,05 477 276 580
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 5 5 5
Indikator Sehat Sehat Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Perhitungan rasio alat likuid terhadap hutang lancar yaitu:

Alat Liquid
Cash Rasio = × 100%
Hutang Lancar

1.393.388
Rasio (2004) = × 100% = 23,88%
5.834.303

1.022.938
Rasio (2005) = × 100% = 13,78%
7.423.420

2.916.866
Rasio (2006) = × 100% = 28,98%
10.064.774

Dari tabel 4.13 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 23,88%. Hal ini berarti setiap

Rp 1.000,00 hutang lancar pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dijamin
89

oleh alat likuid bank sebesar Rp 238,8. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.6, maka Cash Ratio pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dinilai sehat karena rasionya lebih dari 4,05% standar penilaian

BI.

2. Tahun 2005 rasio yang dihasilkan sebesar 13,78%. Hal ini berarti setiap

Rp. 1.000,00 hutang lancar pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dijamin

oleh alat likuid bank sebesar Rp 137,8. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.6, maka Cash Ratio pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dinilai sehat karena rasionya lebih dari 4,05% standar penilaian

BI.

3. Tahun 2006 rasio yang dihasilkan sebesar 28,98%. Hal ini berarti setiap

Rp. 1.000,00 hutang lancar pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dijamin

oleh alat likuid bank sebesar Rp 289,8. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.6, maka Cash Ratio pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dinilai sehat karena rasionya lebih dari 4,05% standar penilaian

BI.

4.3.5.2 Rasio Kredit terhadap Dana yang Diterima oleh Bank (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank

dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya.
90

Adapun perhitungan kredit terhadap dana yang diterima oleh bank

ditentukan sebagai berikut:

a. Untuk rasio 115% diberi nilai 0

b. Untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit dikalikan

4 dengan maksimal 100.

Tabel 4.14
Rasio Kredit yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima oleh Bank
Tahun 2004-2006
Dalam Ribuan Rupiah
Tahun
Keterangan
2004 2005 2006
Kredit yang Diberikan
Kredit yang Diberikan 8.916.593 8.893.499 10.067.236
Turun Naik
Naik/Turun Kredit (%) -
0,26% 13,20%
Dana yang Diterima
Tabungan 2.333.596 2.536.193 3.112.352
Deposito Berjangka 3.492.950 4.874.000 6.941.000
Pinjaman yang Diterima - 22.166.666 3.499.931
Modal Inti 2.115.819 1.500.374 1.066.326
Jumlah 7.942.365 8.932.734 11.123.178
Naik Naik
Naik/Turun Dana yang Diterima (%) -
12,47% 24,52%
Rasio LDR 112,67% 99,56% 90,51%
Naik Turun
Naik/Turun Rasio LDR (%) -
13,11% 9,05%
NK = (115 - Rasio) x 4 10,94 98 62
NK Max 100 100 100
Nilai Akhir = Bobot x NK 0,55 4,9 3,1
Indikator Tidak Sehat Kurang Sehat Sehat
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

Perhitungan rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank yaitu:

Kredit yang Diberikan


Rasio (LDR) = × 100%
Dana yang Diterima Bank
8.916.593
Rasio (2004) = × 100% = 112,27%
7.942.365
8.932.734
Rasio (2005) = × 100% = 99,56%
8.893.499
91

11.123.178
Rasio (2006) = × 100% = 90,51%
10.067.236

Dari tabel 4.14 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 2004 rasio yang dihasilkan sebesar 112,27%. Hal ini berarti setiap

Rp 1.000,00 dana yang diterima bank mampu untuk menyalurkan kembali pada

masyarakat dalam bentuk kredit sebesar Rp 1122,7. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.6, maka rasio LDR pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dinilai tidak sehat karena rasionya lebih dari 94,75% standar

penilaian BI.

2. Tahun 2005 rasio yang dihasilkan sebesar 99,56%. Hal ini berarti setiap

Rp 1.000,00 dana yang diterima bank mampu untuk menyalurkan kembali pada

masyarakat dalam bentuk kredit sebesar Rp 995,6. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.6, maka rasio LDR pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dinilai kurang sehat karena rasionya lebih dari 94,75% standar

penilaian BI.

3. Tahun 2006 rasio yang dihasilkan sebesar 90,51%. Hal ini berarti setiap

Rp 1.000,00 dana yang diterima bank mampu untuk menyalurkan kembali pada

masyarakat dalam bentuk kredit sebesar Rp 905,1. Berdasarkan SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 pada tabel 2.6, maka rasio LDR pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dinilai sehat karena rasionya lebih dari 94,75% standar

penilaian BI.
92

4.4 Hasil Penilaian Kuantitatif

Setelah perhitungan kelima indikator tingkat kesehatan bank pada PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal, hasil perhitungan kelima indikator tersebut dikalikan dengan bobot

masing-masing indikator, kemudian nilai kredit tersebut dapat dikurangi dengan nilai kredit

yang berasal dari ketentuan tingkat kesehatan bank yang ditetapkan BI.

Adapun penilaian secara keseluruhan selama tahun 2004-2006 adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.15
Kuantitatif Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten
Tegal Tahun 2004

Nilai
Komponen Rasio NK NK Max Bobot Indikator
Akhir
PERMODALAN
Rasio CAR 14,11% 142 100 30% 30 Sehat
KUALITAS AKTIVA
PRODUKTIF
1. Rasio KAP 10,36% 81 100 25% 20,25 Cukup Sehat
2. Rasio PPAP 7,07% 7,07 100 5% 0,35 Tidak Sehat
MANAJEMEN
1. Manajemen Umum 23% 57,5 100 10% 5,75 Kurang Sehat
2. Manajemen Resiko 31% 49,3 100 10% 4,93 Kurang Sehat
RENTABILITAS
1. ROA 1,96% 130 100 5% 5 Sehat
2. BOPO 92,16% 98 100 5% 4,9 Sehat
LIKUIDITAS
1. Cash Ratio 23,88% 477 100 5% 5 Sehat
2. LDR 112,67% 10,94 100 5% 0,55 Tidak Sehat
Total Nilai 76,73 Cukup Sehat
Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Dari tabel 4.15, maka dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan bank pada PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal pada tahun 2004 memiliki bobot 76,73 yang berarti cukup sehat

berdasarkan kriteria penggolongan tingkat kesehatan pada SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 dalam tabel 2.1. Permodalan 14,11% (sehat) karena nilai PPAP yang

cukup rendah sehingga mengakibatkan modal inti menjadi bertambah. ATMR cenderung
93

mengalami peningkatan yang tidak dapat diimbangi oleh modal inti yang dapat diperoleh

dengan cara menambah modal dari pemilik, cadangan dana operasional, cadangan likuid

kebutuhan kas jangka pendek dan cadangan kesejahteraan karyawan. Peningkatan ATMR

yang terjadi menyebabkan meningkat pula resiko yang terjadi pada aktiva yang dimiliki oleh

bank.

Rasio KAP sebesar 10,36% (cukup sehat) artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal mampu untuk mengatasi resiko usaha yang terkandung pada komponen kredit yang

diberikan apabila nasabah debitur gagal mengembalikan sebagian atau seluruhnya kredit

yang diterima dari bank.. Rasio PPAP sebesar 7,07% (tidak sehat) artinya PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal dalam penyediaan dana untuk PPAP masih terlalu kecil, apabila

terjadi kerugian akibat penanaman aktiva produktif maka bank tidak mampu untuk menutup

kerugian tersebut sehingga laba yang dihasilkan menjadi berkurang sebesar kerugian yang

belum tertutup oleh PPAP yang dibentuk oleh bank tersebut. Pada tahun ini PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal belum melaksanakan ketentuan-ketentuan PPAPWD sesuai dengan

peraturan PBI No. 8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 yang ditetapkan BI.

Manajemen sebesar 54% (kurang sehat) artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal yang dihasilkan kurang baik sehingga terjadi penurunan kinerja manajemen dalam

mengatur strategi dalam usaha pencapaian tujuan bank sehingga tidak dapat dioptimalkan

dan mengalami penurunan dalam pengaturan likuiditasnya yang berakibat pemberian kredit

dan pengawasan kegiatan operasional tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.

ROA sebesar 1,96% (sehat) artinya biaya operasional pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal dapat seimbang dengan pendapatan operasional yang diperoleh sehingga

bank memperoleh laba yang cukup besar. Rasio BOPO sebesar 92,16% (sehat) artinya
94

pendapatan operasional yang dihasilkan pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal lebih

besar daripada biaya operasional yang ditanggung oleh bank.

Cash Ratio sebesar 23,88% (sehat) artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

memiliki kemampuan dalam mengelola asset yang digunakan untuk membayar kewajiban

yang harus dibayar pada waktunya. Rasio LDR sebesar 112,67% (tidak sehat) artinya dana

yang diterima oleh PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal mengalami penurunan, baik dari

tabungan, deposito berjangka, modal inti yang berarti kemampuan bank dalam menyalurkan

kreditnya menurun.

Tabel 4.16
Kuantitatif Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten
Tegal Tahun 2005

Nilai
Komponen Rasio NK NK Max Bobot Indikator
Akhir
PERMODALAN
Rasio CAR 15,72% 158 100 30% 30 Sehat
KUALITAS AKTIVA
PRODUKTIF
1. Rasio KAP 12,13% 69 100 25% 17,25 Cukup Sehat
2. Rasio PPAP 2,81% 2,81 100 5% 0,14 Tidak Sehat
MANAJEMEN
1. Manajemen Umum 27% 67,5 100 10% 6,75 Kurang Sehat
2. Manajemen Resiko 33% 52,8 100 10% 5,28 Kurang Sehat
RENTABILITAS
1. ROA 2,19% 146 100 5% 5 Sehat
2. BOPO 92,17% 98 100 5% 4,9 Sehat
LIKUIDITAS
1. Cash Ratio 13,78% 276 100 5% 5 Sehat
2. LDR 99,56% 62 100 5% 3,1 Kurang Sehat
Total Nilai 77,42 Cukup Sehat
Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Dari tabel 4.16, maka dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan bank pada PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal pada tahun 2005 memiliki bobot 77,42 yang berarti cukup sehat

berdasarkan kriteria penggolongan tingkat kesehatan pada SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 dalam tabel 2.1. Permodalan sebesar 15,72% (sehat) mengalami


95

peningkatan sebesar 1,61% dibandingkan tahun 2004 karena nilai PPAP yang cukup rendah

sehingga mengakibatkan modal inti menjadi bertambah. ATMR cenderung mengalami

peningkatan yang tidak dapat diimbangi oleh modal inti yang dapat diperoleh dengan cara

menambah modal dari pemilik, cadangan dana operasional, cadangan likuid kebutuhan kas

jangka pendek dan cadangan kesejahteraan karyawan. Peningkatan ATMR yang terjadi

menyebabkan meningkat pula resiko yang terjadi pada aktiva yang dimiliki oleh bank.

Rasio KAP sebesar 12,13% (cukup sehat) mengalami peningkatan sebesar 1,77%

dibandingkan tahun 2004 artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal mampu untuk

mengatasi resiko usaha yang terkandung pada komponen kredit yang diberikan apabila

nasabah debitur gagal mengembalikan sebagian atau seluruhnya kredit yang diterima dari

bank. Rasio PPAP sebesar 2,81% (tidak sehat) mengalami penurunan sebesar 4,26%

dibandingkan tahun 2004 karena nilai PPAP turun sebesar Rp 31.919.067,99 artinya PD.

BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dalam penyediaan dana untuk PPAP masih terlalu kecil,

apabila terjadi kerugian akibat penanaman aktiva produktif maka bank tidak mampu untuk

menutup kerugian tersebut sehingga laba yang dihasilkan menjadi berkurang sebesar

kerugian yang belum tertutup oleh PPAP yang dibentuk oleh bank tersebut. Pada tahun ini

PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal belum melaksanakan ketentuan-ketentuan PPAPWD

sesuai dengan peraturan PBI No. 8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 yang ditetapkan BI.

Manajemen sebesar 60% mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan tahun

2004, tetapi masih dalam kondisi kurang sehat artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

yang dihasilkan kurang baik sehingga terjadi penurunan kinerja manajemen dalam mengatur

strategi dalam usaha pencapaian tujuan bank sehingga tidak dapat dioptimalkan dan
96

mengalami penurunan dalam pengaturan likuiditasnya yang berakibat pemberian kredit dan

pengawasan kegiatan operasional tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.

ROA sebesar 2,19% (sehat) mengalami peningkatan sebesar 0,23% dibandingkan

tahun 2004 artinya biaya operasional pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dapat

seimbang dengan pendapatan operasional yang diperoleh sehingga bank memperoleh laba

yang cukup besar yang dipengaruhi oleh biaya yang ditanggung bank berkurang yaitu biaya

bunga, biaya administrasi dan umum, biaya personalia, dan biaya PPAP. Rasio BOPO

sebesar 92,17% (sehat) mengalami peningkatan sebesar 0.01% dibandingkan tahun 2004

artinya pendapatan operasional yang dihasilkan pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal

lebih besar daripada biaya operasional yang ditanggung oleh bank.

Cash Ratio sebesar 13,78% (sehat) mengalami peningkatan sebesar 9,1%

diabndingkan tahun 2004 artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal memiliki

kemampuan dalam mengelola asset yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus

dibayar pada waktunya. Rasio LDR sebesar 99,56% (kurang sehat) mengalami penurunan

sebesar 13,11% dibandingkan tahun 2004 artinya dana yang diterima oleh PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal mengalami penurunan, baik dari tabungan, deposito berjangka, modal

inti yang berarti kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya menurun.


97

Tabel 4.17
Kuantitatif Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten
Tegal Tahun 2006

Nilai
Komponen Rasio NK NK Max Bobot Indikator
Akhir
PERMODALAN
Rasio CAR 18,66% 188 100 30% 30 Sehat
KUALITAS AKTIVA
PRODUKTIF
1. Rasio KAP 13,19% 30 100 25% 5,5 Kurang Sehat
2. Rasio PPAP 5,57% 5,57 100 5% 0,28 Tidak Sehat
MANAJEMEN
1. Manajemen Umum 29% 72,5 100 10% 7,25 Cukup Sehat
2. Manajemen Resiko 41% 65,6 100 10% 6,57 Cukup Sehat
RENTABILITAS
1. ROA -1,76% -117 100 5% -5 Tidak Sehat
2. BOPO 124,73% -297 100 5% -5 Tidak Sehat
LIKUIDITAS
1. Cash Ratio 28,98% 580 100 5% 5 Sehat
2. LDR 90,51% 98 100 5% 4,9 Sehat
Total Nilai 49,5 Tidak Sehat
Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Dari tabel 4.17, maka dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan bank pada PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal pada tahun 2006 memiliki bobot 49,5 yang berarti tidak sehat

berdasarkan kriteria penggolongan tingkat kesehatan pada SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 dalam tabel 2.1. Permodalan sebesar 18,66% (sehat) mengalami

peningkatan sebesar 2,94% dibandingkan tahun 2005 karena nilai PPAP yang cukup rendah

sehingga mengakibatkan modal inti menjadi bertambah. ATMR cenderung mengalami

peningkatan yang tidak dapat diimbangi oleh modal inti yang dapat diperoleh dengan cara

menambah modal dari pemilik, cadangan dana operasional, cadangan likuid kebutuhan kas

jangka pendek dan cadangan kesejahteraan karyawan. Peningkatan ATMR yang terjadi

menyebabkan meningkat pula resiko yang terjadi pada aktiva yang dimiliki oleh bank.

Rasio KAP sebesar 13,19% (kurang sehat) mengalami peningkatan sebesar 1,06%

dibandingkan tahun 2005 artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal kurang mampu
98

untuk mengatasi resiko usaha yang terkandung pada komponen kredit yang diberikan apabila

nasabah debitur gagal mengembalikan sebagian atau seluruhnya kredit yang diterima dari

bank. Hal ini berarti komposisi aktiva produktif dikalsifikasikan perlu ditekan dan

penggunaan aktiva produktif diperketat, karena akan mempengaruhi tingkat Net Perfoming

Loan (NPL). Dengan kata lain, meningkatnya rasio NPL maka aktiva produktif bank tersebut

tidak dikelola secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyaluran kredit

secara selektif untuk menekan besarnya komposisi aktiva produktif diklasifikasikan.

Rasio PPAP sebesar 5,57% mengalami peningkatan sebesar 2,76% dibandingkan

tahun 2005, walaupun nilai PPAP naik menjadi Rp 58.063.353,00 kondisinya masih tidak

sehat artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal dalam penyediaan dana untuk PPAP

masih terlalu kecil sehingga kerugian akibat penanaman aktiva produktif dan bank tidak

mampu untuk menutup kerugian tersebut sehingga laba yang dihasilkan menjadi berkurang

sebesar kerugian yang belum tertutup oleh PPAP yang dibentuk pada tahun sebelumnya.

Untuk mengatasi hal ini bank harus melakukan analisis kredit lebih ketat dalam artian bahwa

kredit hanya diberikan pada orang yang benar-benar memegang teguh janjinya untuk

melakukan kewajiban membayar kembali dana berikut bunganya, serta meningkatkan mutu

SDM dengan memberikan biaya pendidikan untuk karyawan dan mengikutsertakan

karyawan dalam seminar-seminar pengelolaan kredit. Pada tahun ini PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal sudah melaksanakan ketentuan-ketentuan PPAPWD sesuai dengan

peraturan PBI No. 8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 yang ditetapkan BI sehingga bank

mengalami kerugian secara administratif.

Manajemen sebesar 70% mengalami peningkatan sebesar 10% dibandingkan tahun

2005, sehingga kondisinya menjadi cukup sehat artinya kinerja manajemen pada PD. BPR
99

Bank Pasar Kabupaten Tegal mengalami peningkatan dalam mengatur strategi dalam usaha

pencapaian tujuan bank sehingga tidak dapat di optimalkan dan mengalami peningkatan

dalam pengaturan likuiditasnya yang berakibat pemberian kredit dan pengawasan kegiatan

operasional telah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kepercayaan nasabah terhadap bank

untuk menyimpan dan meminjam uang ataupun pemanfaatan jasa lainnya sangat ditentukan

oleh kinerja bank tersebut. Hal itu dapat diartikan bahwa etos kerja sangat berpengaruh untuk

meciptakan karakteristik suatu bank dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

ROA sebesar -1,76% (tidak sehat) mengalami penurunan sebesar 3,95%

dibandingkan tahun 2005 artinya biaya operasional pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten

Tegal lebih besar dari pendapatan operasional yang diperoleh sehingga bank mengalami rugi

yang cukup besar yang dipengaruhi oleh biaya yang ditanggung bank bertambah yaitu biaya

bunga, biaya administrasi dan umum, biaya personalia, dan biaya PPAP. Untuk

meningkatkan kondisi kesehatannya bank dapat melakukan penekanan pada biaya

operasionalnya. Rasio BOPO sebesar 124,73% (tidak sehat) mengalami peningkatan sebesar

32,56% dibandingkan tahun 2005 artinya pendapatan operasional yang dihasilkan PD. BPR

Bank Pasar Kabupaten Tegal lebih kecil daripada biaya operasional yang ditanggung oleh

bank karena terjadi pembengkakan biaya operasional pada beban PPAP yang ditanggung

bank cukup besar dan biaya bunga yang ditanggung bank dari pinjaman pihak ketiga

sehingga menyebabkan kondisi bank menjadi tidak sehat.

Cash Ratio sebesar 28,98% (sehat) mengalami peningkatan sebesar 15,2%

diabndingkan tahun 2005 artinya PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal memiliki

kemampuan dalam mengelola asset yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus

dibayar pada waktunya. Rasio LDR sebesar 90,51% (sehat) mengalami penurunan sebesar
100

9,05% dibandingkan tahun 2005 artinya dana yang diterima oleh PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal mengalami kenaikan, baik dari tabungan, deposito berjangka, modal inti

yang berarti kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya meningkat. Kondisi yang baik

ini harus dipertahankan, salah satunya dengan cara bank membentuk tim independen yang

bertugas mengawasi pemberian kredit dan meningkatkan pelayanan terhadap nasabah agar

dapat mempercayakan pengelolaan dananya pada bank.

Berdasarkan hasil penilaian kuantitatif, maka perkembangan tingkat kesehatan PD.

BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal Tahun 2004-2006 dapat dilihat pada grafik 4.1:

100
90
80
70
60
Nilai

50
40
30
20
10
0
2004 2005 2006
Tahun

Grafik 4.1 Perkembangan Tingkat Kesehatan BPR

Pada grafik 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan bank pada PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal pada tahun 2004 memiliki bobot nilai sebesar 76,73 yang berarti

cukup sehat berdasarkan kriteria penggolongan tingkat kesehatan pada SK DIR BI No.

30/12/KEP/DIR/97 dalam tabel 2.1. Hal ini berarti kinerja pada PD. BPR Bank Pasar

Kabupaten Tegal sudah cukup baik dan kegiatan operasional bank telah sesuai dengan

prosedur yang berlaku.


101

Tingkat kesehatan bank pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal pada tahun

2005 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2004 dengan bobot nilai sebesar

77,73 tetapi bank masih dalam kondisi cukup sehat berdasarkan kriteria penggolongan

tingkat kesehatan pada SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 dalam tabel 2.1. Hal ini berarti

kinerja pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal sudah cukup baik dengan adanya

peningkatan pada faktor likuiditas sehingga bank memiliki kemampuan dalam mengelola

asset yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus dibayar pada waktunya dan

kegiatan operasional bank telah sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Namun, tingkat kesehatan bank pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal pada

tahun 2006 mengalami penurunan yang cukup besar dibandingkan dengan tahun 2005

dengan bobot nilai sebesar 49,5 yang berarti dalam kondisi tidak sehat berdasarkan kriteria

penggolongan tingkat kesehatan pada SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 dalam tabel 2.1.

Hal ini berarti kinerja pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tidak baik dengan adanya

penurunan pada faktor kualitas aktiva produktif karena bank tidak mampu mengatasi resiko

usaha yang terkandung pada komponen kredit yang diberikan apabila nasabah debitur gagal

mengembalikan sebagian atau seluruhnya kredit yang diterima dari bank. Kondisi bank

bertambah buruk dengan adanya penurunan faktor rentabilitas sehingga bank mengalami

kerugian sebesar Rp 805.481.778,00 karena biaya yang ditanggung bank cukup besar yaitu

biaya bunga, biaya administrasi dan umum, biaya personalia, dan biaya PPAP.

PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal merupakan lembaga perbankan milik

Pemerintah Daerah yang kegiatan usahanya melaksanakan dan memperluas pemberian

pinjaman bagi pedagang, pengusaha golongan ekonomi lemah yang produktif dan pegawai

negeri maupun pegawai swasta serta para bakul di pasar-pasar dan di desa-desa. Dengan
102

adanya pemberian pinjaman kredit tersebut diharapkan masyarakat ekonomi menengah dapat

memanfaatkanya untuk mendapatkan kredit guna menjalankan usahanya sehingga taraf hidup

masyarakat dapat meningkat.

Oleh karena itu, PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal mempunyai loket-loket

sebanyak 22 buah loket yang lokasinya menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Tegal untuk

melayani para bakul/pedagang di pasar-pasar dan di desa sekitarnya dalam membayar

kembali dana yang telah dipinjam ke bank. Akan tetapi, loket-loket tersebut sebagian besar

sudah tidak digunakan lagi (ditutup) karena banyak nasabah yang tidak membayar

kewajibannya yang menyebabkan kredit macet. Usaha yang dapat dilakukan PD. BPR Bank

Pasar Kabupaten Tegal untuk memperbaiki tingkat kesehatannya adalah dengan menjual

asset-asset yang tidak produktif seperti loket-loket yang sudah ditutup untuk menambah

modal bank.
103

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat kesehatan PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006 untuk

masing-masing komponen yaitu:

a. Permodalan

Permodalan pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006

termasuk dalam kriteria sehat artinya bank mampu untuk mempertahankan

pengelolaan terhadap modal sendiri dan aktiva-aktiva yang mengandung resiko, serta

mampu untuk menutup kerugian atas kredit yang diberikan.

b. Kualitas Aktiva Produktif

KAP pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal menunjukkan adanya

penurunan pada tahun 2006 dengan kriteria tidak sehat karena adanya penyaluran

kredit yang cukup tinggi, kemudian menyebabkan naiknya cadangan yang wajib

dibentuk oleh bank akibat dari beberapa pengembalian kredit yang kurang lancar,

diragukan dan macet.

c. Manajemen

Manajemen pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal menunjukkan adanya

peningkatan pada tahun 2006 dengan kriteria cukup sehat dibandingkan tahun

sebelumnya karena kinerja manajemen pada bank mengalami peningkatan dalam

mengatur strategi dalam usaha pencapaian tujuan bank sehingga dapat dioptimalkan

102
104

dan mengalami peningkatan dalam pengaturan likuiditasnya yang berakibat

pemberian kredit dan pengawasan kegiatan operasional telah sesuai dengan prosedur

yang berlaku.

d. Rentabilitas

ROA pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal mengalami penurunan pada

tahun 2006 dengan kriteria tidak sehat karena biaya operasional yang ditanggung

bank tidak seimbang dengan pendapatan operasional yang diperoleh sehingga bank

mengalami kerugian. BOPO juga mengalami penurunan karena pendapatan

operasional yang dihasilkan bank lebih kecil daripada biaya operasional yang

ditanggung oleh bank dan terjadi pembengkakan biaya operasional pada beban PPAP

yang ditanggung bank cukup besar.

e. Likuiditas

Cash Ratio pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006

termasuk dalam kriteria sehat berarti bank memiliki kemampuan dalam mengelola

asset yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus dibayar pada waktunya.

Rasio LDR pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal mengalami kecenderungan

penigkatan yang signifikan selama tahun 2004-2006 sehingga dana yang diterima

oleh bank mengalami kenaikan baik dari tabungan, deposito berjangka, modal inti

yang berarti kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya meningkat.

2. Perkembangan tingkat kesehatan pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun

2004-2006 untuk komponen Capital, Management, Liquidity cenderung mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Untuk komponen Asset Quality dan Earning
105

mengalami peningkatan pada tahun 2004-2005, tetapi pada tahun 2006 mengalami

penurunan karena bank rugi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal segera menjual asset-asset yang tidak produktif

untuk menutup kerugian.

2. Dalam pemberian kredit kepada nasabah, PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal harus

lebih ketat dalam artian bahwa kredit hanya diberikan pada nasabah yang benar-benar

memegang teguh janjinya untuk melakukan kewajiban membayar kembali dana berikut

bunganya.
106

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, 1993.SE BI No.26/2/BPPP/93 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum


Bank bagi BPR.

, 1994. SK DIR BI No. 26/167/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva Produktif dan


Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.

, 1997. SK DIR BI No. 30/12/KEP/97 dan SE BI No.30/3/UPPB/97 tentang


Tata Cara Penilaian Kesehatan BPR

, 2004. SE BI No. 6/23/DPNP tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank


Umum

, 2004. Peraturan BI No. 6/22/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat

, 2006. Statistik Perbankan Indonesia. Jakarta

Arikunto, Suharsimi,1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineke Cipta :


Jakarta.

Kasmir, 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kasmir, 2003. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tri Santoso, Rudy. 1997. Mengenal Dunia Perbankan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Susilo, Y. Sri, dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, Drs. S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Gandapradja, Permadi. 2004. Dasar dan Prinsip Pengawasan Pengawasan Bank. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama .

Taswan, S.E., M.Si. 2006. Manajemen Perbannkan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Djumhana, Muhammad. 1996. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Djinarto, Bambang. 2000. Banking Asset Liability Manajemen: Perencanaan, Strategi,


Pengawasan, dan Pengelolaan Dana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Handayani, Sri. 2004. Analisis Tingkat Kesehatan pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Tegal.
Skripsi. Semarang FIS UNNES.

Kurniawan, M. Yusuf. 2006. Analisis Capital, Asset Quality, Management, Earning and
Liquidity sebagai Alat Penilaian Tingkat Kesehatan Bank pada Perusda BPR Bank Pasar
Kabupaten Kendal. Skripsi. Semarang FIS UNNES.

105

Anda mungkin juga menyukai